Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

Akuntansi Musyarakah

DOSEN PEMBIMBING
Arifa Kurniawan, M.S.A

DISUSUN OLEH :
Leo saputra 2051030081
Rani wulan dari 2051030135
Setia Fitri Alviana Ningrum 2051030360
Ways Al Qorni 2051030181

Akuntansi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
2021/202

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

BandarLampung, 15 Februari 2001

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 6
A. Definisi & Penggunaan............................................................................................................. 6
B. Ketentuan Syar'i, Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah Transaksi Musyarakah ........ 6
C. Sumber Hukum Musyarakah ................................................................................................... 9
D. Alur Transaksi Musyarakah .................................................................................................... 10
E. Berakhirnya Akad Musyarakah ............................................................................................... 11
F. Standar Auntansi Musyarakah ( Bank Syariah ) ....................................................................12
G. Perhitungan & Perjurnalan transaksi musyarakah ................................................................ 12
H. Penyajian Transaksi Musyarakah........................................................................................... 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 22
B. Saran ....................................................................................................................................... 22
DARTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General di The Muslim School Trust,
secara bahasa al-syirkah yang artinya al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua orang
atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah
lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan. PSAK 106 mendefinisikan
musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.
Musyarakah berasal dari kata syirkah. Syirkah artinya pencampuran atau interaksi. Secara
terminologi, syirkah adalah persekutuan usaha untuk mengambil hak atau untuk beroperasi. IAI
dalam PSAK 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana, dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan
kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Seperti halnya transaksi mudharabah, transaksi ini
merupakan salah satu bentuk transaksi dengan skema investasi. Dengan demikian, transaksi ini
memiliki banyak kesamaan dengan transaksi mudharabah. Beberapa kesamaan transaksi
musyarakah dengan transaksi mudharabah adalah pembiayaan hanya diberikan untuk
mendanai usaha yang bersifat produktif dan keuntungan yang diperoleh berasal dari bagi hasil
atas usaha yang didanai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Akuntansi Musyarakah?
2. Bagaimana Ketentuan Syar'l, Rukun Transaksi, & Pengawasan Syariah?
3. Bagaimana Sumber Hukum Musyarakah?
4. Bagaimana Alur Transaksi Musyarakah?
5. Bagaimana Berakhirnya Akad Musyarakah ah?
6. Bagaimana Penjelasan Standart Akuntansi Musyarakah (Bank Syariah)?
7. Bagaimana Perhitungan & Perjurnalan Transaksi Musyarakah?

4
8. Bagaimana Penyajian & Pengungkapan Transaksi Musyarakah?
9. Dapat menjelaskan bagaimana contoh Studi kasus?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi, Akuntansi Musyarakah.
2. Untuk Mengetahui Fungsi Ketentuan Syar'l, Rukun Transaksi, & Pengawasan Syariah.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Sumber Hukum Musyarakah.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Alur Transaksi Musyarakah.
5. Mengetahui Bagaimana Berakhirnya Akad Musyarakahah.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Standart Akuntansi Musyarakah (Bank Syariah.
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Perhitungan & Perjurnalan Transaksi Musyarakah.
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Penyajian & Pengungkapan Transaksi Musyarakah.
9. Mengetahui bentuk studi kasus.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi & Penggunaan


Musyarakah berasal dari kata syirkah. Syirkah artinya pencampuran atau
interaksi. Secara terminologi, syirkah adalah persekutuan usaha untuk mengambil hak
atau untuk beroperasi. IAI dalam PSAK 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad
kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana. Seperti halnya transaksi mudharabah, transaksi ini merupakan salah
satu bentuk transaksi dengan skema investasi. Dengan demikian, transaksi ini memiliki
banyak kesamaan dengan transaksi mudharabah. Beberapa kesamaan transaksi
musyarakah dengan transaksi mudharabah adalah pembiayaan hanya diberikan untuk
mendanai usaha yang bersifat produktif dan keuntungan yang diperoleh berasal dari
bagi hasil atas usaha yang didanai.1

B. Ketentuan Syar'i, Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah Transaksi Musyarakah


a. Ketentuan Syar'i Transaksi Musyarakah
Transaksi musyarakah secara syar'i terdiri atas dua jenis, yaitu musyarakah hak
milik (syirkatul amlak) dan musyarakah akad (syirkatul uqud). Musyarakah hak milik
adalah persekutuan antara dua orang atau lebih dalam kepemilikan salah satu
barang dengan salah satu sebab kepemilikan seperti jual beli, hibah, atau warisan.
Sementara itu, musyarakah akad adalah akad kerja sama dua orang atau lebih yang
bersekutu dalam modal atau keuntungan. Berdasarkan perbedaan peran dan
tanggung jawab para tanggung jawab para mitra yang terlibat, musyarakah akad
dapat diklasifikasikan atas musyarakah 'inan, musyarakah abdan, musyarakah wujuh,
dan musyarakah muwafadhah. Musyarakah 'inan adalah kerja sama antara dua
orang atau lebih dengan modal yang mereka miliki bersama untuk membuka usaha
yang mereka lakukan sendiri, lalu berbagi keuntungan bersama. Kewenangan mitra
1
AC, Ali Mauludi. 2015. Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Vol.2 No.2 [Jurnal]. Jawa Timur [Id]:
IAIN Tulung Agung. Hal. 132.

6
dalam musyarakah 'inan bersifat terbatas. pada persetujuan mitra yang lain. Praktik
musyarakah dalam dunia perbankan umumnya didasarkan atas konsep musyarakah
'inan.
Musyarakah wujuh adalah kerja sama dua pihak atau lebih, dengan cara membeli
barang dengan menggunakan nama baik mereka dan kepercayaan pedagang kepada
mereka tanpa keduanya memiliki modal uang sama sekali, menjualnya dengan
pembagian keuntungan mereka. Musyarakah abdan (syirkah usaha) adalah kerja
sama antara dua pihak atau lebih dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh (praktik)
mereka, seperti kerja sama sesama dokter di klinik, sesama tukang jahit, atau sesama
akuntan/konsultan. Imam Syafi'i melarang syirkah ini karena syirkah ini dilakukan
tanpa modal harta. Akan tetapi, mayoritas mazhab dan ulama membolehkan dan
membantah pendapat Imam syafi'i karena keuntungan tidak harus didapat dari
modal harta, tetapi dapat pula dari modal kerja.2
b. Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah
Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah
Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan
dan kerja sama antara pihak-pihak yang terkait untuk mencapai keuntungan
bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau rukun
musyarakah ada empat, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas para mitra
2. Ijab kabul/serah terima
3. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
4. Nisbah keuntungan

Penjelasan :

1. Pelaku
Mitra yang akan melakukan akad musyarakah harus cakap hukum dan
baligh.
2. Ijab kabul/serah terima

2
Yaya, Rizal dkk. 2013. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta : Salemba Empat. Hal.
132.
7
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida atau rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondasi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3. Objek Musyarakah
Objek akad musyarakah meliputi tiga aspek, yaitu:
1. Modal
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 Tahun 2000 tentang musyarakah
disebutkan bahwa modal yang diberikan dapat berupa kas dan/atau
aset non-kas. Modal kas dapat dalam bentuk u tunai emas, perak, dan
setara kas lainnya yang dapat dicairkan secara cepat menjadi uang
Adapun modal berupa aset non-kas dapat berupa barang perdagangan,
properti, aset tetap, uang dan lainnya yang digunakan dalam proses
usaha. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih Jangan tunai dan
disepakati oleh para mitra.
2. Kerja
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 tentang Musyarakah, partisipasi para
mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah.
Akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah syarat. Seorang mitra boleh
melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lain, dan dalam hal ini ia
boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.
3. Keuntungan dan kerugian
Dalam hal keuntungan musyarakah, DSN mewajibkan para mitra untuk
menghitung secara jelas keuntungannya untuk menghindarkan
perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan maupun
ketika penghentian musyarakah. Setiap keuntungan mitra harus
dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak
ada jumlah3
4. Nisbah

3
Laila, Alifah Zahroh Nur dkk. 2019. Akuntansi Transaksi Pembiayaan Musyarakah. Hal. 29.

8
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati
oleh para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan di antara para
mitra dapat dihilangkan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar
perhitungan keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba
(lihat Bab 7).
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi
akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba dan
dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama
risiko (al-ghunmu bi al ghurmi).
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati,
misalnya untuk organisasi kemanusiaan tertentu atau untuk cadangan
(reserve).4

Dalam pengawasan ketentuan syar'i transaksi musyarakah yang dilakukan oleh


bank syariah mengacu pada Fatwa DSN Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000. Dalam fatwa
tersebut, diatur berbagai hal terkait ijab kabul, ketentuan tentang pihak-pihak yang
bertransaksi, objek akad musyarakah, dan biaya operasional yang disengketakan.
Secara detail, fatwa DSN tentang transaksi musyarakah dibahas dalam bagian rukun
transaksi musyarakah

C. Sumber Hukum Musyarakah


a. Alquran
Maka mereka berserikat pada sepertiga." (QS. An-Nisa: 12)
"Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian

4
Yaya, Rizal dkk. 2013. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta : Salemba
Empat. Hal. 144.

9
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh." (QS. Sad: 24)
b. As-Sunnah
Hadis Qudsi:
"Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, sepanjang salah
seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang
berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya." (HR. Abu Dawud
dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)
"Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya
tidak saling berkhianat." (HR. Muslim)

D. Alur Transaksi Musyarakah

Bank Syariah (mitra pasif) 1. Negosiasi dan Akad Nasabah (mitra aktif)
Musyarakah

4a. menerima porsi laba


2. Pelaksanaan 4b. menerima porsi laba
5.menerima kembalian modal
Usaha Produktif

3. Membagi hasil usaha .

• Keuntungan dibagi sesuai nisbah


• Kerugian tanpa kelalaian nasabah ditanggung sesuai modal

Pertama, dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan musyarakah oleh nasabah dengan
mengisi formulir permohonan pembiayaan. Formulir tersebut diserahkan kepada bank syariah
beserta dokumen pendukung. Selanjutnya, pihak bank melakukan evaluasi kelayakan
pembiayaan musyarakah yang diajukan nasabah dengan menggunakan analisis 5 C (Character,
10
Capacity, Capital, Commitment, dan Collateral). Kemudian, analisis diikuti dengan verifikasi. Bila
nasabah dan usaha dianggap layak, selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk
penandatanganan kontrak musyarakah dengan nasabah sebagai mitra di hadapan notaris.
Kontrak yang dibuat setidaknya memuat berbagai hal untuk memastikan terpenuhinya rukun
musyarakah

Kedua, bank dan nasabah mengontribusikan modalnya masing-masing dan nasabah sebagai
mitra aktif mulai mengelola usaha yang disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan
terbaiknya.

Ketiga, hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan.
Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank dengan nasabah sesuai dengan porsi yang
telah disepakati. Seandainya terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian nasabah
sebagai mitra aktif, maka kerugian ditanggung proporsional terhadap modal masing-masing
mitra. Adapun kerugian yang disebabkan oleh kelalaian nasabah sebagai mitra aktif
sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah.

Keempat, bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing berdasarkan metode
perhitungan yang telah disepakati.

Kelima, bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah telah
mengembalikan semua modal milik bank, usaha selanjutnya menjadi milik nasabah sepenuhnya5

E. Berakhirnya Akad Musyarakah


Berakhirnya akad mudharabah apabila terjadi hal sebagai berikut :
1. salah seorang mitra menghentikan akad.
2. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal.
Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh salah
seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat) apabila disetujui
oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.
3. Modal musyarakah hilang/habis

5
Yaya, Rizal dkk. 2013. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta : Salemba
Empat. Hal. 156.

11
Apabila salah satu mitra keluar dari kemitraan baik dengan mengundurkan diri,
meninggal atau hilang akal maka kemitraan tersebut dikatakan bubar. Karena
musyarakah berawal dari kesepakatan untuk bekerja sama dan dalam kegiatan
operasional setiap mitra mewakili mitra lainnya. Dengan salah seorang mitra tidak
ada lagi berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.6

F. Standar Auntansi Musyarakah ( Bank Syariah )


Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK):
1. Musyarakah Permanen
Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap
mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK 106
par. 04). Contohnya, antara mitra A dan mitra P yang melakukan akad musyarakah
menanamkan modal yang jumlah awalnya masing-masing Rp20.000.000, maka
sampai akhir masa akad syirkah modal mereka masing-masing tetap Rp20.000.000.
2. Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah Menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu
mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya
akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik
penuh usaha musyarakah tersebut (PSAK 106 par 04).

G. Perhitungan & Perjurnalan transaksi musyarakah


Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi pembiayaan musyarakah
didasarkan pada Kasus 8.1 berikut.

Kasus 8.1 Trnasaksi Pembiyaan Musyarakah.

Pada tanggal 2 Februari 20XA, Bu Nasibah menandatangani akad pembiayaan usaha


penggilingan padi (membeli padi, ,menggiling selanjutnya menjual beras) dengan

6
AC, Ali Mauludi. 2015. Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Vol.2 No.2 [Jurnal]. Jawa Timur [Id]:
IAIN Tulung Agung. Hal. 190.

12
Bank Murni Syraiah (BMS) dengan skema musyarakah sebagai berikut.

Nilai Proyek : Rp80.000.000


Kontribusi Bank : Rp60.000.000 (Pembayaran tahap pertama
sebesar Rp35.000.000 dilakukan tanggal 12
Februari, pembayaran tahap kedua sebesar
Rp25.000.000, dilakukan tanggal 2 Maret)
Kontribusi Bu Nasibah : Rp20.000.000
Nisbah Bagi Hasil : Bu Nasibah 75% da BMS 25%
Periode : 6 bulan
Biaya Administrasi : Rp600.000 (1% dari pembiayaan bank)
Objek Bagi Hasil : Laba Bruto (selisih harga jual beras dikurangi
harga pembelian padi)
Skema Pelaporan dan
pembayara porsi Bank : Setiap tiga bulan (dua kali masa panen ) pada
tanggal 2 Mei dan 2 Agustus 20XA
Skema Pelunasan Pokok : Musyarakah permanen-dilunasi pada saat akad
berakhir tanggal 2 Agustus 20XA

Perhitungan Transaksi Musyarakah


Perhitungan yang diperlukan dalam transaksi musyarakah adalah perhitungan
pengembalian bagian bank sekiranya jenis musyarakah yang digunakan adalah
musyarakah menurun. Pada musyarakah menurun mitra aktif atau (nasabah
pembiayaan) secara periodik mengembalikan bagian bank.

Penjurnalan Transaksi Musyarakah


Saat Akad Disepakati
Dalam praktik perbankan, pada saat akan masyarakat disepakati, uang akan membuka
cadangan rekening pembiayaan musyarakah untuk nasabah. Pada tanggal itu juga, bank
membebankan biaya administrasi dengan mendebit rekening nasabah.

13
Jurnal untuk membuka cadangan pembiayaan Bu Nasibah dan pembebanan biaya
administrasi adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


Pos lawan komitmen administratif
02/02/XA
pembiayaan Rp 60.000.000
Kewajiban komitmen
administratif pembiayaan Rp 60.000.000
Kas/Rekening nasabah-Bu Nasibah Rp 600.000
Pendapatan administrasi Rp 600.000

Saat penyerahan pembiayaan musyarakah oleh bank kepada nasabah


Dalam PSAK 106 paragraf 27 disebutkan bahwa pembiayaan masyarakat di akui pada
saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada Mitra aktif. Aset berwujud
dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan (paragraf 28a), sedangkan yang dinilai sebesar
nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset non kas,
maka selisih tersebut diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama
masa akad; atau sebagai kerugian pada saat terjadinya (paragraf 28b). Pembiayaan
musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan
berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan, dikurangi
amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada) (paragraf 29). Adanya biaya yang terjadi
akibat akad musyarakah, seperti biaya studi kelayakan, tidak dapat diakui sebagai bagian
pembiayaan musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh Mitra (paragraf 30).
penyerahan pembiayaan musyarakah tidak harus dilakukan pada saat akad.
Penyerahan investasi dilakukan ketika nasabah yang menggunakan investasi yang
diperlukan. Dengan demikian, investasi bisa diterapkan lebih dari satu termin.
Dalam kasus Bu Nasbah diatas, anggaplah bahwa pada tanggal 12 Februari bank
mentransfer sebesar Rp 35.000.000 ke rekening Bu nasibah sebagai pembayaran tahap
pertama. selanjutnya pada tanggal 2 Maret, bank syariah menyerahkan dana tahap
kedua sebesar Rp 25.000.000.

Adapun bentuk jurnalnya adalah sebagai berikut.

14
Tanggal Keterangan Debit Kredit
12/02/XA Pembiayaan Musyarakah Rp 35.000.000
Kas/Rekening Nasabah Rp 35.000.000
Kewajiban Komitmen
Administratif Pembiayaan Rp 35.000.000
Pos lawan komitmen
administratif pembiayaan Rp 35.000.000
02/03/XA Pembiayaan Musyarakah Rp 25.000.000
Kas/Rekening Nasabah Rp 25.000.000
Kewajiban Komitmen
Administratif Pembiayaan Rp 25.000.000
Pos lawan komitmen
administratif pembiayaan Rp 25.000.000

Saat penerimaan bagi hasil bagian bank


Akan berlangsung, pendapatan usaha pembiayaan masyarakat diakui sebesar bagian
Metro pasif sesuai kesepakatan. Sementara itu, kerugian pemberian musyarakah diakui
sesuai dengan porsi dana. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik
dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas Realisasi Pendapatan usaha dari
catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang dilakukan secara terpisah.
Berikut adalah realisasi laba bruto usaha Bu nasibah selama dua kali masa panen Yang
dilaporkan pada tanggal 2 Mei 20XA dan 2 Agustus 20XA.
Jumlah Laba Bruto Porsi Bank 25% Tanggal Pembiayaan Bagi
No Periode
(Rp) (Rp) Hasil
1. Masa Panen I 14.000.000 3.500.000 02 Mei
2. Masa Panen II 16.000.000 4.000.000 12 Agst

ATransaksi diatas dapat kita klasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu :

1. Penerimaan bagi hasil yang di pembayarannya dilakukan bersamaan dengan


pelaporan bagi hasil, ( seperti pada bagi hasil untuk masa panen I)
PSAK 106 paragraf 34, disebutkan bahwa pendapatan usaha pembiayaan musyarakah
diakui sebesar bagian Mitra sesuai kesepakatan.
15
misalkan untuk pembayaran bagi hasil musyarakah masa panen pertama, dan simbol
melaporkan bagi hasil untuk bank syariah pada tanggal 2 Mei. Pada tanggal tersebut Bu
Nasiah langsung membayar bagi hasil untuk bank syariah besar ar Rp 3.500.000.

Jurnal untuk mencatat penerimaan bagian sel tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


02/05/XA Kas/Rekening Nasabah Rp 3.500.000
Pendapatan bagi hasil
musyarakah Rp 3.500.000

2. Penerimaan Bagi Hasil yang Waktu Pembayarannya Berbeda dengan Tanggal


Pelaporan Bagi Hasil, Seperti pada bagi hasil untuk masa panen II.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Piutang Pendapatan bagi hasil
02/08/XA
musyarakah Rp 4.000.000
Pendapatan bagi hasil
musyarakah-akrual Rp 4.000.000
12/08/XA Kas/Rekening Nasabah Rp 4.000.000
Piutang Pendapatan
bagi hasil musyarakah Rp 4.000.000
Pendapatan bagi hasil
musyarakah-akrual Rp 4.000.000
Piutang Pendapatan
bagi hasil musyarakah Rp 4.000.000

Pendapatan bagi hasil musyarakah disajikan dalam neraca pada bagian aset. akun ini
merupakan sub-akun dari piutang. Adapun akun pendapatan bagi hasil musyarakah
akrual disajikan dalam laporan laba rugi. Oleh karena bagi hasil ini belum berwujud kas,
maka pendapatan bagi hasil akrual tidak diikutsertakan dalam perhitungan bagi hasil
dengan nasabah penghimpunan. untuk kemudahan mengidentifikasi pendapatan yang

16
belum Berwujud kas, Pendapatan bagi hasil akrual perlu dibedakan dengan pendapatan
bagi hasil yang berwujud kas.
Seperti halnya pada transaksi mudharabah, dalam praktik perbankan, beberapa
bank mengabaikan pengakuan Pendapatan bagi hasil Musyarakah akrual. pada tahun
berjalan, Kendati telah ada pemberitahuan laba bruto oleh masalah pembiayaan, bank
belum mengakuinya sebagai pendapatan bagi hasil. Pengakuan pendapatan ditunda
hingga bank menerima porsi bagi hasilnya. Selanjutnya untuk keperluan laporan akhir
tahun, bank mengidentifikasi pendapatan yang bersifat akrual secara manual untuk
selanjutnya mengakuinya sebagai pendapatan pada laporan laba rugi dan piutang
pendapatan bagi hasil musyarakah pada laporan neraca.

Saat Akad berakhir


Pada masyarakat permanen, jumlah investasi bank syariah pada nasabah adalah tetap
hingga Akhir Masa akad. investasi tersebut baru diterima kembali pada saat akad
diakhiri. pada saat akar diakhiri, terdapat dua kemungkinan, yaitu nasabah mampu
mengembalikan pembiayaan musyarakah dan nasabah tidak mampu mengembalikan
pembiayaan musyarakah tersebut.
1. Alternatif 1 : nasabah pembiayaan mampu mengembalikan modal masyarakat bank
Misalkan pada tanggal 2 Agustus 20XA, saat jatuh tempo Bu Nunasibah melunasi
pembiayaan musyarakah sebesar Rp60.000.000. Maka, jurnal transaksi tersebut
sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


10/05/XB Kas/Rekening Nasabah Rp 60.000.000
Pembiayaan
Musayarakah Rp 60.000.000

2. Alternatif 2 : nasabah pembiayaan tidak mampu mengembalikan modal


masyarakat Bank
17
Berdasarkan PSAK 106 paragraf 33, disebutkan bahwa pada saat akad musyarakah
berakhir, pembiayaan masyarakat yang belum dikembalikan oleh Mitra aktif diakui
sebagai piutang. misalkan pada Bu nasibah tidak mampu melunasi modal masyarakat
bank, maka jurnal pada saat jatuh tempo tersebut adalah sebagai berikut.

Rekening Debit Kredit


Piutang Pembiayaan musyarakah
jatuh tempo Rp 60.000.000
Pembiayaan musyarakah Rp 60.000.000

Jika dikemudian hari nasabah membayar piutang pembiayaan musyarakah jatuh


tempo maka jurnalnya adalah sebagai berikut.

Rekening Debit Kredit


Kas/Rekneing nasabah Rp 60.000.000
Piutang Pembiayaan
musyarakah jatuh tempo Rp 60.000.000

H. Penyajian Transaksi Musyarakah


Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.8) terdapat beberapa akun terkait pembiayaan
musyarakah. Akun tersebut adalah pembiayaan musyarakah, piutang bagi hasil,
cadangan kerugian penuruan nilai pembiayaan musyarakah,
1. Pembiayaan musyarakah disajikan sebesar saldo pembiayaan musyarakah
nasabah kepada bank. Tagihan kepada mitra aktif yang disebabkan akibat
kelalaian atau penyimpangan mitra aktif (nasabah) disajikan sebagai bagian dari
pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah yang diakhiri sebeum jatuh
tempo atau sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah tetap disajikan
sebagai bagian dari pembiayaaan musyarakah.
2. Piutang bagi hasil disajika sebagai bagian dari asset lainnya pada saat nasabah
tergolong perfoming. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-perfoming
maka piutang bagi hasil disajikan pada rekening administrasi.

18
3. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Pembiayaan Musyarakah disajikan sebagai
pos lawan (contra account) Pembiayaan Musyarakah.

Pengungkapan Transaksi Musyarakah


Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.9-10), hal-hal yang harus diungkapkan terkait dengan
transaksi pembiayaan berdasarkan musyarakah adalah :
1. Rincian jumlah pembiayaan musyarakah berdasarkan modal mitra, jenis valuta,
jenis penggunaan, sector ekonomi, status bank dalam pembiayaan musyarakah
(mitra pasif) dan mitra aktif (jika mitra aktif bukan berasal dari salah saru
musyarakah).
2. Klasifikasi pembiayaan musyarakah menurut jangka waktu akad embiayaan,
kualitas pembiayaan, dan tingkat bagi hasil rata-rata.
3. Jumlah dan presenter pembiayaaan musyarakah dan diberikan kepada pihak-
pihak berelasi.
4. Jumlah dan presenter pembiayaan musyarakah yang telah direstrukturisasi dan
informasi lain tentang pembiayaan musyarakah yang direstrukturisasi selama
periode berjalan.
5. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risikoooooo portofolio
pembiayaan musyarakah.
6. Besarnya pembiayaan musyarakah bermasalah dan cadangan kerugian
penurunan nilai untuk setiap sector ekonomi.
7. Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan musyarakah
bermasalah. Penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pembiayaaan
musyarakah yang telah dihapusbukukan dan pembiayaan musyarakah yang telah
dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan musyarakah yang dihapus buku

19
I. Studi kasus

Pada tanggal 12 Januari 20XA BPRS Bangun Marwah Warga (BMW) dan Bapak Hendra
menandatangani akad musyarakah permanen untuk pembiayaan usaha foto copy senilai
Rp 40.000.000 yang terdiri dari Rp 30.000.000 kontribusi BPRS dan Rp 10.000.000
kontribusi Bapak Hendra. Bagi hasil didasarkan pada laba bruto (penjualan dikurangi
biaya kertas) dengan nisbah bagi hasil 20% BPRS dan 80% Bapak Hendra. Bagi hasil
disepakati untuk dibayar dan dilaporkan setiap tanggal 20 mulai bulan Februari.
Investasi musyarakah disepakati jatuh tempo pada tanggal 20 April 20XA. Buatlah jurnal
untuk transaksi berikut:

a) Tanggal 12 Januari BPRS (saat akad) membuka cadangan investasi musyarakah


untuk Bapak Hendra

b) Tanggal 12 Januari (saat akad) BPRS membebankan biaya administrasi sebesar


0,2% dari nilai pembiayaan dan langsung diambil dari rekening Bapak Hendra.

c) Tanggal 20 Januari BPRS mentransfer sebesar Rp 30.000.000 ke rekening Bapak


Hendra sebagai pembayaran porsi investasi BPRS.

d) tanggal 20 Februari 20XA Bapak Hendra melaporkan laba bruto usahanya


sebesar Rp 5.000.000 dan pada tanggal yang sama membayarkan secara tunai
porsi bank sebesar 20% dari laba bruto.

e) Tanggal 20 Maret 20XA Bapak Hendra melaporkan laba bruto usahanya sebesar
Rp 4.000.000 dan membayarkan secara tunai porsi bank sebesar 20% dari laba
bruto pada tanggal 25 Maret 20XA.

f) Tanggal 20 April 20XA Bapak Hendra melaporkan laba bruto usahanya sebesar
Rp 6.000.000 dan pada tanggal yang sama membayarkan secara tunai porsi bank
sebesar 20% dari laba bruto.

g) Tanggal 20 April 20XA, saat jatuh tempo Bapak Hendra melunasi investasi
musyarakah sebesar Rp 30.000.000 via debet rekening.7

7
https://fachriadha55.blogspot.com/2016/04/jawaban-akuntansi-transaksi-investasi.html?m=1 diakses pada 18
Maret 2022
20
Tanggal Rekening Debit Kredit

12 Jan 20XA Dr. Pos lawan komitmen 30.000.000

Adminstrasi Pembiayaan

Kr. Kewajiban Komitmen 30.000.000


Pembayaran Adminstrasi

Db. Kas/Rekening Nasabah 60.000

Bapak Hendra

Kr. Pendapatan Adminstrasi 60.000

20 Jan 20XA Db. Investasi musyarakah 30.000.000

Kr. Kas/Kewajiban 30.000.000

Db. Kewajiban Komitmen adminstrasi pembiayaan 30.000.000

Kr. Pos Lawan Komitmen 30.000.000


Adminstrasi Pembiayaan

20 Feb 20XA Db. Kas/Rek. Nasabah 1.000.000

Kr. Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah 1.000.000

20 Mar 20XA Db. Kas/Rek. Nasabah 800.000

Kr. Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah 800.000

20 Apr 20XA Db. Kas/Rek. Nasabah 1.200.000

Kr. Pendapatan Bagi Hasil 1.200.000

20 Apr 20XA Db. Kas / Rek. Nasabah 30.000.000

Kr. Investasi Musyarakah 30.000.000

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Musyarakah merupakan sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Beberapa kesamaan transaksi musyarakah dengan transaksi
mudharabah adalah pembiayaan hanya diberikan untuk mendanai usaha yang bersifat
produktif dan keuntungan yang diperoleh berasal dari bagi hasil atas usaha yang didanai..
Beberapa kesamaan transaksi musyarakah dengan transaksi mudharabah adalah pembiayaan
hanya diberikan untuk mendanai usaha yang bersifat produktif dan keuntungan yang diperoleh
berasal dari bagi hasil atas usaha yang didanai. Sementara itu, musyarakah akad adalah akad
kerja sama dua orang atau lebih yang bersekutu dalam modal atau keuntungan. pada
persetujuan mitra yang lain. Musyarakah wujuh adalah kerja sama dua pihak atau lebih, dengan
cara membeli barang dengan menggunakan nama baik mereka dan kepercayaan pedagang
kepada mereka tanpa keduanya memiliki modal uang sama sekali, menjualnya dengan
pembagian keuntungan mereka. Musyarakah abdan (syirkah usaha) adalah kerja sama antara
dua pihak atau lebih dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh (praktik) mereka, seperti kerja
sama sesama dokter di klinik, sesama tukang jahit, atau sesama akuntan/konsultan. Prinsip
dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerja sama antara pihak-
pihak yang terkait untuk mencapai keuntungan bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam
akad musyarakah atau rukun musyarakah ada empat, yaitu:. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8
Tahun 2000 tentang musyarakah disebutkan bahwa modal yang diberikan dapat berupa kas
dan/atau aset non-kas..

B. Saran
Penulis menyadari adanya banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini. Dengan hal itu
penulis menyadari dan berusaha memperbaiki kekeliruan yang ada dalam makalah tersebut.
Untuk para pembaca dipersilahkan memberi saran dan kritik yang bertujuan untuk motivasi
kami dalam memperbaiki hal tersebut.

22
DARTAR PUSTAKA
Nasela, Ovi Hardyanti. 2011. Evaluasi Penerapan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Dan
Kontribusinya Terhadap Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Pt. Bank Bni
Syariah Cabang Jember). Tersedia di:
http://repository.unmuhjember.ac.id/164/1/Jurnal.pdf. Diakses pada tanggal
8 Maret 2022.
Laila, Alifah Zahroh Nur dkk. 2019. Akuntansi Transaksi Pembiayaan Musyarakah [Internet].
Tersedia di: https://www.scribd.com/document/438148334/Akuntansi
Transaksi-Pembiayaan-Musyarakah. Diakses pada tanggal 8 Maret 2022.
Yaya, Rizal dkk. 2013. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta :
Salemba Empat.
AC, Ali Mauludi. 2015. Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Vol.2 No.2 [Jurnal]. Jawa Timur [Id]:
IAIN Tulung Agung.

23

Anda mungkin juga menyukai