Akuntansi Musyarakah
DOSEN PEMBIMBING
Arifa Kurniawan, M.S.A
DISUSUN OLEH :
Leo saputra 2051030081
Rani wulan dari 2051030135
Setia Fitri Alviana Ningrum 2051030360
Ways Al Qorni 2051030181
Akuntansi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
2021/202
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General di The Muslim School Trust,
secara bahasa al-syirkah yang artinya al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua orang
atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah
lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan. PSAK 106 mendefinisikan
musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.
Musyarakah berasal dari kata syirkah. Syirkah artinya pencampuran atau interaksi. Secara
terminologi, syirkah adalah persekutuan usaha untuk mengambil hak atau untuk beroperasi. IAI
dalam PSAK 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana, dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan
kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Seperti halnya transaksi mudharabah, transaksi ini
merupakan salah satu bentuk transaksi dengan skema investasi. Dengan demikian, transaksi ini
memiliki banyak kesamaan dengan transaksi mudharabah. Beberapa kesamaan transaksi
musyarakah dengan transaksi mudharabah adalah pembiayaan hanya diberikan untuk
mendanai usaha yang bersifat produktif dan keuntungan yang diperoleh berasal dari bagi hasil
atas usaha yang didanai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Akuntansi Musyarakah?
2. Bagaimana Ketentuan Syar'l, Rukun Transaksi, & Pengawasan Syariah?
3. Bagaimana Sumber Hukum Musyarakah?
4. Bagaimana Alur Transaksi Musyarakah?
5. Bagaimana Berakhirnya Akad Musyarakah ah?
6. Bagaimana Penjelasan Standart Akuntansi Musyarakah (Bank Syariah)?
7. Bagaimana Perhitungan & Perjurnalan Transaksi Musyarakah?
4
8. Bagaimana Penyajian & Pengungkapan Transaksi Musyarakah?
9. Dapat menjelaskan bagaimana contoh Studi kasus?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi, Akuntansi Musyarakah.
2. Untuk Mengetahui Fungsi Ketentuan Syar'l, Rukun Transaksi, & Pengawasan Syariah.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Sumber Hukum Musyarakah.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Alur Transaksi Musyarakah.
5. Mengetahui Bagaimana Berakhirnya Akad Musyarakahah.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Standart Akuntansi Musyarakah (Bank Syariah.
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Perhitungan & Perjurnalan Transaksi Musyarakah.
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Penyajian & Pengungkapan Transaksi Musyarakah.
9. Mengetahui bentuk studi kasus.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dalam musyarakah 'inan bersifat terbatas. pada persetujuan mitra yang lain. Praktik
musyarakah dalam dunia perbankan umumnya didasarkan atas konsep musyarakah
'inan.
Musyarakah wujuh adalah kerja sama dua pihak atau lebih, dengan cara membeli
barang dengan menggunakan nama baik mereka dan kepercayaan pedagang kepada
mereka tanpa keduanya memiliki modal uang sama sekali, menjualnya dengan
pembagian keuntungan mereka. Musyarakah abdan (syirkah usaha) adalah kerja
sama antara dua pihak atau lebih dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh (praktik)
mereka, seperti kerja sama sesama dokter di klinik, sesama tukang jahit, atau sesama
akuntan/konsultan. Imam Syafi'i melarang syirkah ini karena syirkah ini dilakukan
tanpa modal harta. Akan tetapi, mayoritas mazhab dan ulama membolehkan dan
membantah pendapat Imam syafi'i karena keuntungan tidak harus didapat dari
modal harta, tetapi dapat pula dari modal kerja.2
b. Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah
Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah
Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan
dan kerja sama antara pihak-pihak yang terkait untuk mencapai keuntungan
bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau rukun
musyarakah ada empat, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas para mitra
2. Ijab kabul/serah terima
3. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
4. Nisbah keuntungan
Penjelasan :
1. Pelaku
Mitra yang akan melakukan akad musyarakah harus cakap hukum dan
baligh.
2. Ijab kabul/serah terima
2
Yaya, Rizal dkk. 2013. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta : Salemba Empat. Hal.
132.
7
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida atau rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondasi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Objek Musyarakah
Objek akad musyarakah meliputi tiga aspek, yaitu:
1. Modal
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 Tahun 2000 tentang musyarakah
disebutkan bahwa modal yang diberikan dapat berupa kas dan/atau
aset non-kas. Modal kas dapat dalam bentuk u tunai emas, perak, dan
setara kas lainnya yang dapat dicairkan secara cepat menjadi uang
Adapun modal berupa aset non-kas dapat berupa barang perdagangan,
properti, aset tetap, uang dan lainnya yang digunakan dalam proses
usaha. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih Jangan tunai dan
disepakati oleh para mitra.
2. Kerja
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 tentang Musyarakah, partisipasi para
mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah.
Akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah syarat. Seorang mitra boleh
melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lain, dan dalam hal ini ia
boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.
3. Keuntungan dan kerugian
Dalam hal keuntungan musyarakah, DSN mewajibkan para mitra untuk
menghitung secara jelas keuntungannya untuk menghindarkan
perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan maupun
ketika penghentian musyarakah. Setiap keuntungan mitra harus
dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak
ada jumlah3
4. Nisbah
3
Laila, Alifah Zahroh Nur dkk. 2019. Akuntansi Transaksi Pembiayaan Musyarakah. Hal. 29.
8
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati
oleh para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan di antara para
mitra dapat dihilangkan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar
perhitungan keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba
(lihat Bab 7).
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi
akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba dan
dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama
risiko (al-ghunmu bi al ghurmi).
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati,
misalnya untuk organisasi kemanusiaan tertentu atau untuk cadangan
(reserve).4
4
Yaya, Rizal dkk. 2013. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta : Salemba
Empat. Hal. 144.
9
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh." (QS. Sad: 24)
b. As-Sunnah
Hadis Qudsi:
"Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, sepanjang salah
seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila seseorang
berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya." (HR. Abu Dawud
dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)
"Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya
tidak saling berkhianat." (HR. Muslim)
Bank Syariah (mitra pasif) 1. Negosiasi dan Akad Nasabah (mitra aktif)
Musyarakah
Pertama, dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan musyarakah oleh nasabah dengan
mengisi formulir permohonan pembiayaan. Formulir tersebut diserahkan kepada bank syariah
beserta dokumen pendukung. Selanjutnya, pihak bank melakukan evaluasi kelayakan
pembiayaan musyarakah yang diajukan nasabah dengan menggunakan analisis 5 C (Character,
10
Capacity, Capital, Commitment, dan Collateral). Kemudian, analisis diikuti dengan verifikasi. Bila
nasabah dan usaha dianggap layak, selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk
penandatanganan kontrak musyarakah dengan nasabah sebagai mitra di hadapan notaris.
Kontrak yang dibuat setidaknya memuat berbagai hal untuk memastikan terpenuhinya rukun
musyarakah
Kedua, bank dan nasabah mengontribusikan modalnya masing-masing dan nasabah sebagai
mitra aktif mulai mengelola usaha yang disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan
terbaiknya.
Ketiga, hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan.
Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank dengan nasabah sesuai dengan porsi yang
telah disepakati. Seandainya terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian nasabah
sebagai mitra aktif, maka kerugian ditanggung proporsional terhadap modal masing-masing
mitra. Adapun kerugian yang disebabkan oleh kelalaian nasabah sebagai mitra aktif
sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah.
Keempat, bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing berdasarkan metode
perhitungan yang telah disepakati.
Kelima, bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah telah
mengembalikan semua modal milik bank, usaha selanjutnya menjadi milik nasabah sepenuhnya5
5
Yaya, Rizal dkk. 2013. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta : Salemba
Empat. Hal. 156.
11
Apabila salah satu mitra keluar dari kemitraan baik dengan mengundurkan diri,
meninggal atau hilang akal maka kemitraan tersebut dikatakan bubar. Karena
musyarakah berawal dari kesepakatan untuk bekerja sama dan dalam kegiatan
operasional setiap mitra mewakili mitra lainnya. Dengan salah seorang mitra tidak
ada lagi berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.6
6
AC, Ali Mauludi. 2015. Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Vol.2 No.2 [Jurnal]. Jawa Timur [Id]:
IAIN Tulung Agung. Hal. 190.
12
Bank Murni Syraiah (BMS) dengan skema musyarakah sebagai berikut.
13
Jurnal untuk membuka cadangan pembiayaan Bu Nasibah dan pembebanan biaya
administrasi adalah sebagai berikut.
14
Tanggal Keterangan Debit Kredit
12/02/XA Pembiayaan Musyarakah Rp 35.000.000
Kas/Rekening Nasabah Rp 35.000.000
Kewajiban Komitmen
Administratif Pembiayaan Rp 35.000.000
Pos lawan komitmen
administratif pembiayaan Rp 35.000.000
02/03/XA Pembiayaan Musyarakah Rp 25.000.000
Kas/Rekening Nasabah Rp 25.000.000
Kewajiban Komitmen
Administratif Pembiayaan Rp 25.000.000
Pos lawan komitmen
administratif pembiayaan Rp 25.000.000
Jurnal untuk mencatat penerimaan bagian sel tersebut adalah sebagai berikut.
Pendapatan bagi hasil musyarakah disajikan dalam neraca pada bagian aset. akun ini
merupakan sub-akun dari piutang. Adapun akun pendapatan bagi hasil musyarakah
akrual disajikan dalam laporan laba rugi. Oleh karena bagi hasil ini belum berwujud kas,
maka pendapatan bagi hasil akrual tidak diikutsertakan dalam perhitungan bagi hasil
dengan nasabah penghimpunan. untuk kemudahan mengidentifikasi pendapatan yang
16
belum Berwujud kas, Pendapatan bagi hasil akrual perlu dibedakan dengan pendapatan
bagi hasil yang berwujud kas.
Seperti halnya pada transaksi mudharabah, dalam praktik perbankan, beberapa
bank mengabaikan pengakuan Pendapatan bagi hasil Musyarakah akrual. pada tahun
berjalan, Kendati telah ada pemberitahuan laba bruto oleh masalah pembiayaan, bank
belum mengakuinya sebagai pendapatan bagi hasil. Pengakuan pendapatan ditunda
hingga bank menerima porsi bagi hasilnya. Selanjutnya untuk keperluan laporan akhir
tahun, bank mengidentifikasi pendapatan yang bersifat akrual secara manual untuk
selanjutnya mengakuinya sebagai pendapatan pada laporan laba rugi dan piutang
pendapatan bagi hasil musyarakah pada laporan neraca.
18
3. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Pembiayaan Musyarakah disajikan sebagai
pos lawan (contra account) Pembiayaan Musyarakah.
19
I. Studi kasus
Pada tanggal 12 Januari 20XA BPRS Bangun Marwah Warga (BMW) dan Bapak Hendra
menandatangani akad musyarakah permanen untuk pembiayaan usaha foto copy senilai
Rp 40.000.000 yang terdiri dari Rp 30.000.000 kontribusi BPRS dan Rp 10.000.000
kontribusi Bapak Hendra. Bagi hasil didasarkan pada laba bruto (penjualan dikurangi
biaya kertas) dengan nisbah bagi hasil 20% BPRS dan 80% Bapak Hendra. Bagi hasil
disepakati untuk dibayar dan dilaporkan setiap tanggal 20 mulai bulan Februari.
Investasi musyarakah disepakati jatuh tempo pada tanggal 20 April 20XA. Buatlah jurnal
untuk transaksi berikut:
e) Tanggal 20 Maret 20XA Bapak Hendra melaporkan laba bruto usahanya sebesar
Rp 4.000.000 dan membayarkan secara tunai porsi bank sebesar 20% dari laba
bruto pada tanggal 25 Maret 20XA.
f) Tanggal 20 April 20XA Bapak Hendra melaporkan laba bruto usahanya sebesar
Rp 6.000.000 dan pada tanggal yang sama membayarkan secara tunai porsi bank
sebesar 20% dari laba bruto.
g) Tanggal 20 April 20XA, saat jatuh tempo Bapak Hendra melunasi investasi
musyarakah sebesar Rp 30.000.000 via debet rekening.7
7
https://fachriadha55.blogspot.com/2016/04/jawaban-akuntansi-transaksi-investasi.html?m=1 diakses pada 18
Maret 2022
20
Tanggal Rekening Debit Kredit
Adminstrasi Pembiayaan
Bapak Hendra
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Musyarakah merupakan sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Beberapa kesamaan transaksi musyarakah dengan transaksi
mudharabah adalah pembiayaan hanya diberikan untuk mendanai usaha yang bersifat
produktif dan keuntungan yang diperoleh berasal dari bagi hasil atas usaha yang didanai..
Beberapa kesamaan transaksi musyarakah dengan transaksi mudharabah adalah pembiayaan
hanya diberikan untuk mendanai usaha yang bersifat produktif dan keuntungan yang diperoleh
berasal dari bagi hasil atas usaha yang didanai. Sementara itu, musyarakah akad adalah akad
kerja sama dua orang atau lebih yang bersekutu dalam modal atau keuntungan. pada
persetujuan mitra yang lain. Musyarakah wujuh adalah kerja sama dua pihak atau lebih, dengan
cara membeli barang dengan menggunakan nama baik mereka dan kepercayaan pedagang
kepada mereka tanpa keduanya memiliki modal uang sama sekali, menjualnya dengan
pembagian keuntungan mereka. Musyarakah abdan (syirkah usaha) adalah kerja sama antara
dua pihak atau lebih dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh (praktik) mereka, seperti kerja
sama sesama dokter di klinik, sesama tukang jahit, atau sesama akuntan/konsultan. Prinsip
dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerja sama antara pihak-
pihak yang terkait untuk mencapai keuntungan bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam
akad musyarakah atau rukun musyarakah ada empat, yaitu:. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8
Tahun 2000 tentang musyarakah disebutkan bahwa modal yang diberikan dapat berupa kas
dan/atau aset non-kas..
B. Saran
Penulis menyadari adanya banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini. Dengan hal itu
penulis menyadari dan berusaha memperbaiki kekeliruan yang ada dalam makalah tersebut.
Untuk para pembaca dipersilahkan memberi saran dan kritik yang bertujuan untuk motivasi
kami dalam memperbaiki hal tersebut.
22
DARTAR PUSTAKA
Nasela, Ovi Hardyanti. 2011. Evaluasi Penerapan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Dan
Kontribusinya Terhadap Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Pt. Bank Bni
Syariah Cabang Jember). Tersedia di:
http://repository.unmuhjember.ac.id/164/1/Jurnal.pdf. Diakses pada tanggal
8 Maret 2022.
Laila, Alifah Zahroh Nur dkk. 2019. Akuntansi Transaksi Pembiayaan Musyarakah [Internet].
Tersedia di: https://www.scribd.com/document/438148334/Akuntansi
Transaksi-Pembiayaan-Musyarakah. Diakses pada tanggal 8 Maret 2022.
Yaya, Rizal dkk. 2013. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta :
Salemba Empat.
AC, Ali Mauludi. 2015. Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Vol.2 No.2 [Jurnal]. Jawa Timur [Id]:
IAIN Tulung Agung.
23