AKUNTANSI SYARIAH
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
R-006
Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah kami memuji
dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa shalawat serta salam kami
haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang
bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani kehidupan.
2
Daftar Isi
Contents
Kata Pengantar .......................................................................................................................................... 2
Daftar Isi ....................................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
Pendahuluan .................................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
1.3 tujuan penulisan ............................................................................................................................ 6
BAB II........................................................................................................................................................... 7
Pembahasan................................................................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Akad Musyarakah ......................................................................................................... 7
2.2 Jenis Musyarakah ............................................................................................................................ 7
2.3 Dasar Syariah Musyarakah ....................................................................................................... 8
2.4 Penetapan Akad Nisbah Dalam Musyarakah ............................................................................ 9
Penetapan nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu: ................................................................. 9
2.5 Perlakuan akuntansi (PSAK 106 )............................................................................................. 9
2.6 Ilustrasi Kasus Musyarakah .................................................................................................... 12
BAB III .......................................................................................................................................................... 17
Penutup....................................................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 17
Daftar Isi ..................................................................................................................................................... 18
3
BAB I
Pendahuluan
4
Karena itu dalam pembuatan akad harus benar-benar dimengerti apa yang tertulis dan
tertuang dalam akad tersebut, tidak langsung menandatangani akad tanpa memahami apa isi yang
terkandung didalam akad tersebut. Karena bila akad telah ditandatangani, itu artinya pihak yang
menandatangani sudah setuju dengan apa yang tertuang dalam akad tersebut. Menurut Sutan
Remy Sjahdenini, Musyarakah adalah produk finansial syariah yang berbasis kemitraan. Pada
metode pembiayaan Musyarakah, bank dan calon nasabah bersepakat untuk bergabung dalam
suatu kemitraan dalam jangka waktu tertentu. Kedua belah pihak menempatkan modal untuk
membiayai suatu proyek dan bersepakat untuk membagi keuntungan bersih secara proporsional
yang ditentukan diawal.
5
5. Bagaimana Perlakuan Akuntansi ( PSAK 106 )
6. Bagaimana Ilustrasi Kasus Musyarakah
6
BAB II
Pembahasan
Musyarakah berasal dari kata syirkah, disebut juga syarikah yang artinya akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan porsi kontribusi dana atau kesepakatnnya bersama Abdullah Saeed mendifinisikan
musyarakah sebagai partnership.
Musyarakah juga dapat diartikan penyertaan atau equity participation yang artinya akad
kerjasama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu
jenis usaha dimana pendapatan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang telalh diepakati.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hal-hal pokok yang terdapat dalam
musyarakah adalah dua pihak atau lebih, masing-masing pihak menempatkan modal, ada objek
usaha yang diperjanjikan, ada pembagian resiko dan keuntungan dari hasil usaha.
Musyarakah sendiri terdiri dari 2 jenis akad, yaitu: syirkah al-inan atau unequal-shares
partnership, dan syirkah al-mufawadah atau equal-shares partnership.
1. Syirkah al-Inan, dimana dua orang atau lebih memberikan penyertaan modal nya dengan
porsi yang berbeda, dengan bagi hasil keuntungan yang di sepakati bersama, dan
kerugian yang di derita akan di tanggung sesuai dengan besar nya porsi modal nya
masing-masing. Dalam hal pekerjaan dan tanggung jawab dapat di tentukan dengan
kesepakatan bersama dan tidak tergantung dari porsi modal nya, begitu juga dengan
keuntungan yang di dapat, tidak tergantung dari porsi modal, di sesuai kan dengan
perjanjian di muka. Setiap mitra pada syirkah al-inan ini bertindak sebagai wakil
daripada mitra yang lain nya dalam hal modal dan pekerjaan yang di lakukan untuk
keperluan transaksi bisnis nya. Setiap mitra tidak saling memberikan jaminan pada
masing masing mitra bisnisnya. Akad musyarakah ini tidak mengikat dan pada saat
tertentu, setiap partner/mitra bisnis berhak memutuskan untuk mengundurkan diri dan
membatalkan kontrak kerjasama ini dan menjual saham nya kepada mitra nya atau pihak
yang lain yang bersedia menjadi mitra baru dari usaha bisnis tersebut.
7
2. Syirkah al-mufawadah, pada musyarakah jenis ini, setiap partner menyertakan modal
yang sama nilai nya, mendapatkan profit sesuai dengan modal nya, begitu juga dengan
kerugian, di tanggung bersama-sama sesuai dengan modal nya. Para Ulama dari Mazhab
Hanafi mengatakan bahwa setiap partner saling menjamin/ garansi bagi partner yang lain
nya. Para Ulama dari Mazhab Hanafi dan Zaidi memandang ini sebagai bentuk
partnership yang legal. Sementara para ulama dari mazhab Shafi’i dan Hanbali
memandang bahwa yang di pahami oleh mazhab Hanafi adalah illegal dan tidak
mendasar. Pada aplikasi modern jenis syirkah ini dapat diimplementasikan sepanjang
hak dan kewajiban dari masing-masing partner di sebutkan pada perjanjian kontrak
kerjasama nya. Sesungguh nya syirkah jenis mufawadah sangat sulit di applikasikan
karena mulai dari modal, kerja dan keahlian dari setiap partner dalam mengelola bisnis
harus semuanya sama porsinya. (Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, praktisi perbankan
syariah).
a. Al – Qur’an
Artinya: "Dari sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini" (Q.S Shaad:24).
b. Hadits
Musyarakah dalam Al-Hadist seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah,
yaitu:
"Nabi SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman, Aku adalah yang ketiga pada
dua orang yang bersekutu, selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati
8
temanya, Aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila salah seorang
menghianatinya".
Maksud yang terkandung dari hadis di atas adalah Allah SWT akan menjaga, memelihara dan
menolong pihak-pihak yang melakukan kerja sama serta menurunkan berkah atas kerja sama
yang dijalankannya. Apa saja yang mereka lakukan harus sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati agar tidak terjadi persengketaan di antara masing-masing pihak.
c. Ijma’
Musyarakah menurut ijma ulama disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni,
disebutkan "kaum mulismin telah berkonsensus terhadap legitimasi Musyarakah secara global
walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya".
9
1. Akuntansi untuk mitra aktif
a. Pada saat akad
Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas
untuk usaha musyarakah.
Pengukuran investasi musyarakah:
a. Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan; dan
b. Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat
selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset nonkas, maka selisih
tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas.
Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa
akad musyarakah.
c. Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan
dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan:
Penyusutan yang dihitung dengan model biaya histroris, ditambah
dengan;
Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat
penyerahan aset nonkas untuk usaha musyarakah.
d. Jika proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai
aset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset
nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan
berdasarkan nilai wajar yang baru.
e. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai investasi musyarakah kecuali ada
persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
f. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, bank syariah)
diakui sebagai investasi musyarakah dan di sisi lain sebagai dana syirkah
temporer sebesar:
Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima; dan
Dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan
disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis jika
aset tersebut tidak akan dikembalikan kepada mitra pasif.
b. Selama akad
1. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di
akhir akad dinilai sebesar:
a. Jumlah kas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi
dengan kerugian (jika ada); atau
b. Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah
setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
10
2. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas atau
nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra
pasif, dan dikurangi kerugian (jika ada).
c. Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan kepada mitra pasif
diakui sebagai kewajiban.
d. Pengakuan hasil usaha
1. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar
haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha, pendapatan usaha
untuk mitra pasif diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan
kewajiban.
2. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing
mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.
3. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh mitra aktif.
4. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dapat diketahui berdasarkan laporan
bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra aktif yang
dilakukan secara terpisah.
2.Akuntansi untuk mitra pasif
a) Pada saat akad
1. Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas
kepada mitra aktif.
2. Pengukuran investasi musyarakah:
3. Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan
b) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai
wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai:
Keuntungan tanggungan dan diamortisasi selama masa akad, atau
Kerugian pada saat terjadinya.
3.Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan
berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan, dikurangi dengan
amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada).
4. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra.
b. Selama akad
a. Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana
mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar:
11
1. Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi
dengan kerugian (jika ada)
2. Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah
setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
c. Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif
diakui sebagai piutang.
Analisis:
Terjadi kesepakatan musyarakah dan penyaluran dana dari Bank Muslim Syariah kepada PT
Prayoga. Pada saat ada pembayaran pembiayaan musyarakah maka bank mencatat dalam
pembiayaan musyarakah.
12
Transaksi 2 (Pembayaran biaya akad)
01/04/2010 Atas kesepakatan musyarakah tersebut Bank Muslim Syariah meminta jasa notaris
untuk menyaksikan akad musyarakah sehingga menguatkan akad tersebut, biaya akad dan
notaris sebesar Rp. 200.000,00. Belum disepakati apakah biaya notaris ini akan menambah
pembiayaan atau tidak.
Analisis:
Pengakuan biaya akad musyarakah dicatat dalam uang muka, dalam rangka akad musyarakah.
Apabila disepakati biaya akad musyarakah menambah pembiayaan musyarakah, maka jurnal
yang perlu dilakukan adalah:
Apabila biaya akad tidak disepakati menambah pembiayaan musyarakah, maka biaya akad (jasa
notaris) akan menambah biaya, sehingga jumlahnya adalah:
Analisis:
Porsi keuntungan yang disepakati untuk Bank Muslim Syariah 40%, kesepakatan pembagian
keuntungannya adalah profit sharing, sehingga perhitungan bagi hasilnya tidak
memperhitungkan biaya-biaya produksi. Dengan demikian keuntungan yang menjadi bagian
Bank Muslim Syariah adalah sebesar Rp. 16.000.000,00 atau 40% x Rp. 40.000.000,00.
13
Transaksi 4 (Pelunasan pembiayaan musyarakah)
02/07/2010 PT Prayoga melunasi atau mengembalikan pembiayaan musyarakah.
Analisis:
Pelunasan pembiayaan musyarakah dilakukan tepat waktu.
2. Kerugian musyarakah
Apabila dalam melaksanakan pekerjaan (masa penyelesaian proyek) mengalami kerugian, maka
ada dua kemungkinan penyebab terjadinya kerugian, pertama; kerugian yang terjadi karena
ketidak sengajaan atau kejadian luar biasa (force majour), kedua; kerugian yang terjadi karena
kelalaian mitra usaha.
Analisis:
Terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian partner, maka akan mengurangi
pembiayaan musyarakah, yang berarti menambah kerugian Bank Muslim Syariah sesuai
porsinya. Porsi Bank Muslim Syariah adalah 40%, maka kerugian yang ditanggung Bank
Muslim Syariah adalah Rp. 20.000.000,00 (40% x Rp. 50.000.000,00).
Analisis:
14
Kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mitra maka sepenuhnya ditanggung oleh mitra.
Penggantian kerugian oleh PT Prayoga merupakan pertanggung jawaban mitra atas kelalaiannya.
Kejadian ini tidak perlu dicatat dalam catatan akuntansi Bank dan tidak merubah proporsi modal
mitra.
Analisis:
Pelunasan pembiayaan musyarakah dilakukan tepat waktu.
Contoh:
05/04/2011 Bank Muslim Syariah meyepakati pemberian pembiayaan musyarakah kepada
Bapak Yoga. Keseluruhan modal syirkah adalah Rp. 100.000.000,00. Bank Muslim Syariah
memberikan porsi modal Rp. 40.000.000,00 dan Rp.60.000.000,00 adalah modal Bapak
Yoga. Nisbah keuntungan yang disepakati adalah 35:65, masing-masing untuk Bank Muslim
Syariah dan Bapak Yoga. Modal syirkah Bank Muslim Syariah diberikan dalam tiga tahap.
Tahap pertama diberikan Rp. 10.000.000,00 dalam bentuk uang tunai.
Analisis:
Pembayaran uang secara tunai akan diakui sebagai pembiayaan musyarakah pada saat terjadinya
.
15
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
05/04/2011 Pembiayaan musyarakah 10.000.000
Kas/Rekening Bpk. Yoga 10.000.000
(Pembayaran uang tunai pembiayaan musyarakah pada Bpk. Yoga)
Transaksi 2 (Penyerahan aktiva non kas dan selisih lebih nilai aktiva)
05/05/2011 Bank Muslim Syariah menyerahkan seperangkat peralatan bengkel yang sudah
dimiliki Bank sebagai pembiayaan musyarakah pada tahap kedua dengan nilai wajar Rp.
15.000.000,00. Peralatan bengkel ini dahulu dibeli dengan harga Rp. 14.000.000,00.
Analisis:
Bank Muslim Syariah menyerahkan pembiayaan musyarakah tahap kedua dalam bnetuk aktiva
non kas (peralatan bengkel). Terjadi perbedaan nilai wajar aktiva dengan nilai bukunya.
Peralatan bengkel dibeli dengan harga Rp. 14.000.000,00, sedang nilai wajarnya Rp.
15.000.000,00. Pembiayaan musyarakah diakui sebesar Rp. 15.000.000,00 (sebesar nilai wajar),
selisihnya Rp. 1.000.000,00 diakui sebagai keuntungan Bank.
16
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
17
Daftar Isi
1. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=
8&ved=2ahUKEwjAh7yWsNLvAhXKV30KHVaYDrAQFjABegQIBRAD&url=https%
3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FMudharabah&usg=AOvVaw1rffKCKHkNBI2
gnDy28hrh
2. https://keuangansyariah.mysharing.co/mengenal-jenis-jenis-akad-musyarakah/
3. https://www.kajianpustaka.com/2020/10/musyarakah.html#:~:text=Dasar%20Hukum%2
0Musyarakah&text=Artinya%3A%20"Nabi%20SAW%20bersabda%2C,tersebut%20apa
bila%20salah%20seorang%20menghianatinya".
4. http://luluxzcliq.blogspot.com/2016/06/akad-
musyarokah.html#:~:text=Penetapan%20nisbah%20dalam%20akad%20musyarokah,keu
ntungan%20tidak%20proporsional%20dengan%20modal.&text=Perlakuan%20akuntansi
%20untuk%20transaksi%20musyarakah,mitra%20aktif%20dan%20mitra%20pasif.
18