Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

Dosen Pengampu :

WIRMIE EKA PUTRA S.E., M.Si

Disusun Oleh:

Camelia Fitriani (C1F018020 )

R-006

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI 202


Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah kami memuji
dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa shalawat serta salam kami
haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang
bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani kehidupan.

Dengan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sangat


mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca agar perbaikan dapat
dilakukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Jambi, 05 April 2021

2
Daftar Isi

Contents
Kata Pengantar .......................................................................................................................................... 2
Daftar Isi ....................................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
Pendahuluan .................................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
1.3 tujuan penulisan ............................................................................................................................ 6
BAB II........................................................................................................................................................... 7
Pembahasan................................................................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Akad Musyarakah ......................................................................................................... 7
2.2 Jenis Musyarakah ............................................................................................................................ 7
2.3 Dasar Syariah Musyarakah ....................................................................................................... 8
2.4 Penetapan Akad Nisbah Dalam Musyarakah ............................................................................ 9
Penetapan nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu: ................................................................. 9
2.5 Perlakuan akuntansi (PSAK 106 )............................................................................................. 9
2.6 Ilustrasi Kasus Musyarakah .................................................................................................... 12
BAB III .......................................................................................................................................................... 17
Penutup....................................................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 17
Daftar Isi ..................................................................................................................................................... 18

3
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Musyarakah adalah produk pembiayaan pada Bank Syariah yang berbasis kemitraan.
Pada pembiayaan Musyarakah, kedua belah pihak bersepakat untuk menanamkan modal dalam
jangka waktu tertentu. Adapun pembagian hasil keuntungan berdasarkan pada hasil dari usaha
yang dikelola dari usaha tersebut, dan prosentasenya sesuai dengan kesepakatan yang telah
tertuang dalam akad. Akad merupakan keterikatan antara penawaran dan penerimaan
kepemilikan. Begitu pentingnya akad, sehingga apabila terjadi permasalahan dikemudian hari
maka yang menjadi acuan penyelesaian masalah berpedoman kepada Akad yang telah dibuat.

4
Karena itu dalam pembuatan akad harus benar-benar dimengerti apa yang tertulis dan
tertuang dalam akad tersebut, tidak langsung menandatangani akad tanpa memahami apa isi yang
terkandung didalam akad tersebut. Karena bila akad telah ditandatangani, itu artinya pihak yang
menandatangani sudah setuju dengan apa yang tertuang dalam akad tersebut. Menurut Sutan
Remy Sjahdenini, Musyarakah adalah produk finansial syariah yang berbasis kemitraan. Pada
metode pembiayaan Musyarakah, bank dan calon nasabah bersepakat untuk bergabung dalam
suatu kemitraan dalam jangka waktu tertentu. Kedua belah pihak menempatkan modal untuk
membiayai suatu proyek dan bersepakat untuk membagi keuntungan bersih secara proporsional
yang ditentukan diawal.

Secara etimologis, musyarakah adalah penggabungan, percampuran atau syarikat.


Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam bahasa Inggris disebut partnership. Adapun
secara terminologis, musyarakah adalah kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Menurut pendapat
dari Khotibul Umam, Musyarakah adalah penanaman dana dari pemilik dana/ modal untuk
mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua
pemilik dana / modal berdasarkan bagian dana/ modalnya masingmasing

Dari definisi Musyarakah diatas, dapat disimpulkan bahwa Musyarakah adalah


Perkongsian modal dua belah pihak atau lebih untuk membiayai suatu usaha dan bersepakat
untuk membagi keuntungan bersih berdasarkan hasil usaha dengan prosentase bagi hasil yang
tertuang dalam akad. Begitu juga dengan kerugiannya dipikul oleh kedua belah pihak
berdasarkan prosentase modal. Namun dalam implementasi yang terjadi dilapangan, Bank telah
menentukan diawal, jumlah setoran yang harus disetor oleh nasabah kepada Bank setiap
bulannya, kerjasama ini tidak berbeda dengan kerjasama kredit pada Bank konvensional. Padahal
sudah jelas bahwa pembiayaan ini adalah bagi hasil, bagaimana Bank bisa menetapkan setoran
dari nasabah jika usahanya saja belum dijalankan, dan belum diketahui apakah usaha tersebut
untung ataukah rugi. Akad bagi hasil pada pembiayaan Musyarokah ini sepertinya hanya sebagai
cover yang bernuansa Islami, akan tetapi isi didalamnya masih konvensional. Dalam hal ini
pihak perbankan tidak peduli dengan usaha yang dijalankan oleh pengelola, pihak perbankan
hanya ingin mendapatkan setoran yang sama setiap bulannya tanpa menghiraukan usaha yang
dilakukan oleh nasabah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pengertian Akad Musyarakah
2. Apa Saja Jenis Akad Musyarakah
3. Apa Dasar Syariah
4. Bagaimana Penetapan Akad Nisbah Dalam Musyarakah

5
5. Bagaimana Perlakuan Akuntansi ( PSAK 106 )
6. Bagaimana Ilustrasi Kasus Musyarakah

1.3 tujuan penulisan


1. Dapat Mengetahui Pengertian Akad Musyarakah
2. Dapat Mengetahui Jenis Akad Musyarakah
3. Dapat Mengetahui Dasar Syariah
4. Dapat Mengetahui Penetapan Akad Nisbah Dalam Musyarakah
5. Dapat Mengetahui Perlakuan Akuntansi ( Psak 106 )
6. Dapat Mengetahui Ilustrasi Kasus Musyarakah

6
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Akad Musyarakah

Musyarakah berasal dari kata syirkah, disebut juga syarikah yang artinya akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan porsi kontribusi dana atau kesepakatnnya bersama Abdullah Saeed mendifinisikan
musyarakah sebagai partnership.

Musyarakah juga dapat diartikan penyertaan atau equity participation yang artinya akad
kerjasama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu
jenis usaha dimana pendapatan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang telalh diepakati.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hal-hal pokok yang terdapat dalam
musyarakah adalah dua pihak atau lebih, masing-masing pihak menempatkan modal, ada objek
usaha yang diperjanjikan, ada pembagian resiko dan keuntungan dari hasil usaha.

2.2 Jenis Musyarakah

Musyarakah sendiri terdiri dari 2 jenis akad, yaitu: syirkah al-inan atau unequal-shares
partnership, dan syirkah al-mufawadah atau equal-shares partnership.

1. Syirkah al-Inan, dimana dua orang atau lebih memberikan penyertaan modal nya dengan
porsi yang berbeda, dengan bagi hasil keuntungan yang di sepakati bersama, dan
kerugian yang di derita akan di tanggung sesuai dengan besar nya porsi modal nya
masing-masing. Dalam hal pekerjaan dan tanggung jawab dapat di tentukan dengan
kesepakatan bersama dan tidak tergantung dari porsi modal nya, begitu juga dengan
keuntungan yang di dapat, tidak tergantung dari porsi modal, di sesuai kan dengan
perjanjian di muka. Setiap mitra pada syirkah al-inan ini bertindak sebagai wakil
daripada mitra yang lain nya dalam hal modal dan pekerjaan yang di lakukan untuk
keperluan transaksi bisnis nya. Setiap mitra tidak saling memberikan jaminan pada
masing masing mitra bisnisnya. Akad musyarakah ini tidak mengikat dan pada saat
tertentu, setiap partner/mitra bisnis berhak memutuskan untuk mengundurkan diri dan
membatalkan kontrak kerjasama ini dan menjual saham nya kepada mitra nya atau pihak
yang lain yang bersedia menjadi mitra baru dari usaha bisnis tersebut.

7
2. Syirkah al-mufawadah, pada musyarakah jenis ini, setiap partner menyertakan modal
yang sama nilai nya, mendapatkan profit sesuai dengan modal nya, begitu juga dengan
kerugian, di tanggung bersama-sama sesuai dengan modal nya. Para Ulama dari Mazhab
Hanafi mengatakan bahwa setiap partner saling menjamin/ garansi bagi partner yang lain
nya. Para Ulama dari Mazhab Hanafi dan Zaidi memandang ini sebagai bentuk
partnership yang legal. Sementara para ulama dari mazhab Shafi’i dan Hanbali
memandang bahwa yang di pahami oleh mazhab Hanafi adalah illegal dan tidak
mendasar. Pada aplikasi modern jenis syirkah ini dapat diimplementasikan sepanjang
hak dan kewajiban dari masing-masing partner di sebutkan pada perjanjian kontrak
kerjasama nya. Sesungguh nya syirkah jenis mufawadah sangat sulit di applikasikan
karena mulai dari modal, kerja dan keahlian dari setiap partner dalam mengelola bisnis
harus semuanya sama porsinya. (Nibrasul Huda Ibrahim Hosen, praktisi perbankan
syariah).

2.3 Dasar Syariah Musyarakah


Musyarakah merupakan akad yang diperbolehkan berdasarkan Alqur'an, sunnah, dan
ijma ulama. Musyarakah dalam Alqur'an disebutkan dalam surat Shaad ayat 24, yaitu:

a. Al – Qur’an

Artinya: "Dari sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini" (Q.S Shaad:24).

b. Hadits

Musyarakah dalam Al-Hadist seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah,
yaitu:

"Nabi SAW bersabda, sesungguhnya Allah SWT berfirman, Aku adalah yang ketiga pada
dua orang yang bersekutu, selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati

8
temanya, Aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila salah seorang
menghianatinya".

Maksud yang terkandung dari hadis di atas adalah Allah SWT akan menjaga, memelihara dan
menolong pihak-pihak yang melakukan kerja sama serta menurunkan berkah atas kerja sama
yang dijalankannya. Apa saja yang mereka lakukan harus sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati agar tidak terjadi persengketaan di antara masing-masing pihak.

c. Ijma’

Musyarakah menurut ijma ulama disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni,
disebutkan "kaum mulismin telah berkonsensus terhadap legitimasi Musyarakah secara global
walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya".

2.4 Penetapan Akad Nisbah Dalam Musyarakah

Penetapan nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:

a. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal


Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi di antara mitra secara proporsional sesuai modal
yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para
mitra sama atau pun tidak sama. Apabila salah satu pihak menyetorkan modal lebih besar,
maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar. Jika para mitra
mengatakan “keuntungan akan dibagi di antara kita”, berarti keuntungan akan dialokasikan
menurut porsi modal masing-masing mitra.

b. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal


Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal yang
disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu kerja yang lebih
panjang. Nisbah biasa ditentukan sama untuk setiap mitra 50:50 atau berbeda 70:30
(misalnya) atau proporsional dengan modal masing-masing mitra.

2.5 Perlakuan akuntansi (PSAK 106 )


Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku yaitu
mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud dengan mitra aktif adalah pihak yang mengelola
usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun menunjuk pihak lain untuk mengelola atas
namanya; sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha (biasanya adalah
lembaga keuangan). Mitra aktif adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan melakukan pencatatan akuntansi.

9
1. Akuntansi untuk mitra aktif
a. Pada saat akad
 Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas
untuk usaha musyarakah.
 Pengukuran investasi musyarakah:
a. Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan; dan
b. Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat
selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset nonkas, maka selisih
tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas.
Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa
akad musyarakah.
c. Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan
dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan:
 Penyusutan yang dihitung dengan model biaya histroris, ditambah
dengan;
 Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat
penyerahan aset nonkas untuk usaha musyarakah.
d. Jika proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai
aset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset
nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan
berdasarkan nilai wajar yang baru.
e. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai investasi musyarakah kecuali ada
persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
f. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, bank syariah)
diakui sebagai investasi musyarakah dan di sisi lain sebagai dana syirkah
temporer sebesar:
 Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima; dan
 Dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan
disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis jika
aset tersebut tidak akan dikembalikan kepada mitra pasif.
b. Selama akad

1. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif di
akhir akad dinilai sebesar:
a. Jumlah kas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi
dengan kerugian (jika ada); atau
b. Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah
setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).

10
2. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas atau
nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra
pasif, dan dikurangi kerugian (jika ada).
c. Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan kepada mitra pasif
diakui sebagai kewajiban.
d. Pengakuan hasil usaha
1. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar
haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha, pendapatan usaha
untuk mitra pasif diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan
kewajiban.
2. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing
mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.
3. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh mitra aktif.
4. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dapat diketahui berdasarkan laporan
bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra aktif yang
dilakukan secara terpisah.
2.Akuntansi untuk mitra pasif
a) Pada saat akad
1. Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas
kepada mitra aktif.
2. Pengukuran investasi musyarakah:
3. Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan

b) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai
wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai:
 Keuntungan tanggungan dan diamortisasi selama masa akad, atau
 Kerugian pada saat terjadinya.
3.Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan
berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan, dikurangi dengan
amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada).

4. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra.
b. Selama akad
a. Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana
mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar:

11
1. Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi
dengan kerugian (jika ada)
2. Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah
setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
c. Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif
diakui sebagai piutang.

d.Pengakuan Hasil Usaha


Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai
kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.

2.6 Ilustrasi Kasus Musyarakah


Berikut kasus untuk menggambarkan pencatatan atas transaksi musyarakah:
1. Pembiayaan Musyarakah Kas (permanen)
Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau aktiva non kas,
termasuk aktiva tidak berujud. Pembiayaan dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
dibayarkan.

Transaksi 1 (pembayaran pembiayaan musyarakah)


01/04/2010 Disepakati pembiayaan musyarakah antara Bank Muslim Syariah dengan PT
Prayoga, jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muslim Syariah sebesar Rp.
100.000.000,00 untuk pembangunan proyek rumah tipe 120. Dana yang dimiliki oleh PT
Prayoga sebesar Rp. 150.000.000,00. Proyek dilaksanakan selama 3 bulan, sama dengan jangka
waktu akad musyarakah. Nisbah bagi hasil yang disepakati adalah 40:60 masing-masing untuk
Bank Muslim Syariah dan PT Prayoga dengan kesepakatan profile sharing.

Analisis:
Terjadi kesepakatan musyarakah dan penyaluran dana dari Bank Muslim Syariah kepada PT
Prayoga. Pada saat ada pembayaran pembiayaan musyarakah maka bank mencatat dalam
pembiayaan musyarakah.

Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/04/2010 Pembiayaan musyarakah 100.000.000
Kas 100.000.000
(Pembayaran kepada PT Prayoga untuk musyarakah)

12
Transaksi 2 (Pembayaran biaya akad)
01/04/2010 Atas kesepakatan musyarakah tersebut Bank Muslim Syariah meminta jasa notaris
untuk menyaksikan akad musyarakah sehingga menguatkan akad tersebut, biaya akad dan
notaris sebesar Rp. 200.000,00. Belum disepakati apakah biaya notaris ini akan menambah
pembiayaan atau tidak.

Analisis:
Pengakuan biaya akad musyarakah dicatat dalam uang muka, dalam rangka akad musyarakah.

Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/04/2010 Uang 200.000
muka musyarakah 200.000
Kas
(Biaya akad pembiayaan mudharabah ditangguh Bank Muslim Syariah)

Apabila disepakati biaya akad musyarakah menambah pembiayaan musyarakah, maka jurnal
yang perlu dilakukan adalah:

Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/04/2010 Pembiayaan musyarakah 200.000
Uang muka 200.000
akad musyarakah
(Biaya akad musyarakah diakui menambah pembiayaan)

Apabila biaya akad tidak disepakati menambah pembiayaan musyarakah, maka biaya akad (jasa
notaris) akan menambah biaya, sehingga jumlahnya adalah:

Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/04/2010 Biaya akad musyarakah 200.000
Uang muka musyarakah 200.000
(Biaya akad musyarakah tidak diakui menambah pembiayaan)
Transaksi 3 (Keuntungan pembiayaan musyarakah)
01/07/2010 PT Prayoga melaporkan bahwa rumah tipe 120 dapat terjual dengan keuntungan Rp.
40.000.000,00, maka dilakukan pembayaran porsi keuntungan untuk Bank Muslim Syariah.

Analisis:
Porsi keuntungan yang disepakati untuk Bank Muslim Syariah 40%, kesepakatan pembagian
keuntungannya adalah profit sharing, sehingga perhitungan bagi hasilnya tidak
memperhitungkan biaya-biaya produksi. Dengan demikian keuntungan yang menjadi bagian
Bank Muslim Syariah adalah sebesar Rp. 16.000.000,00 atau 40% x Rp. 40.000.000,00.

13
Transaksi 4 (Pelunasan pembiayaan musyarakah)
02/07/2010 PT Prayoga melunasi atau mengembalikan pembiayaan musyarakah.

Analisis:
Pelunasan pembiayaan musyarakah dilakukan tepat waktu.

Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/07/2010 Kas 100.000.000
Pembiayaan musyarakah 100.000.000
(Pelunasan pembiayaan musyarakah dengan PT Prayoga)

2. Kerugian musyarakah
Apabila dalam melaksanakan pekerjaan (masa penyelesaian proyek) mengalami kerugian, maka
ada dua kemungkinan penyebab terjadinya kerugian, pertama; kerugian yang terjadi karena
ketidak sengajaan atau kejadian luar biasa (force majour), kedua; kerugian yang terjadi karena
kelalaian mitra usaha.

Transaksi 1 (Sebab ketidak sengajaan (force majour))


01/07/2010 PT Prayoga melaporkan bahwa proyeknya mengalami kerugian Rp. 50.000.000,00
karena terjadi kebakaran yang disebabkan oleh arus pendek listrik (ketidak sengajaan).

Analisis:
Terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian partner, maka akan mengurangi
pembiayaan musyarakah, yang berarti menambah kerugian Bank Muslim Syariah sesuai
porsinya. Porsi Bank Muslim Syariah adalah 40%, maka kerugian yang ditanggung Bank
Muslim Syariah adalah Rp. 20.000.000,00 (40% x Rp. 50.000.000,00).

Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/07/2010 Kerugian musyarakah 20.000.000
Pembayaran musyarakah 20.000.000
(Kerugian akibat kebakaran pembiayaan musyarakah dengan PT. Prayoga)

Transaksi 2 (Sebab kelalaian mitra)


01/07/2010 PT Prayoga melaporkan bahwa disalah satu bagian bangunan proyeknya roboh
sehingga mengalami kerugian sebesar sebesar Rp. 40.000.000,00. Setelah diselidiki ternyata
kerugian itu terjadi karena PT Prayoga telah melakukan kesalahan dalam melaksanakan proyek
pembangunan tersebut. Untuk itu PT Prayoga bersedia bersedia mengganti kerugian.

Analisis:

14
Kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mitra maka sepenuhnya ditanggung oleh mitra.
Penggantian kerugian oleh PT Prayoga merupakan pertanggung jawaban mitra atas kelalaiannya.
Kejadian ini tidak perlu dicatat dalam catatan akuntansi Bank dan tidak merubah proporsi modal
mitra.

Transaksi 3 (Pelunasan pembiayaan musyarakah) sebab kelalaian mitra


02/07/2010 PT Prayoga melunasi atau mengembalikan pembiayaan musyarakah.

Analisis:
Pelunasan pembiayaan musyarakah dilakukan tepat waktu.

Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)


02/07/2010 Kas 100.000.000
Pembiayaan musyarakah 100.000.000
(Pelunasan pembiayaan musyarakah dengan PT Prayoga)

3. Pembiayaan musyarakah aktiva non kas


Pembiayaan musyarakah dalam bentuk aktiva non kas, berimplikasi pada kemungkinan adanya
perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar aktiva. PSAK 59 paragraf 42, mengatur bahwa
pembiayaan aktiva non kas dinilai sebesar nilai wajar dan nilai buku maka selisih tersebut diakui
sebagai keuntungan dan kerugian Bank pada saat penyerahan aktiva.

Transaksi 1 (Pemberian tunai dan aktiva non kas bertahap)


Pada pembahasan sebelumnya pemberian kas dilakukan hanya satu kali, dimungkinkan untuk
mneyerahkan uang tunai atau aktiva non kas pembiayaan musyarakah secara bertahap. Apabila
hal ini dilakukan maka pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai atau
penyerahan aktiva non kas.

Contoh:
05/04/2011 Bank Muslim Syariah meyepakati pemberian pembiayaan musyarakah kepada
Bapak Yoga. Keseluruhan modal syirkah adalah Rp. 100.000.000,00. Bank Muslim Syariah
memberikan porsi modal Rp. 40.000.000,00 dan Rp.60.000.000,00 adalah modal Bapak
Yoga. Nisbah keuntungan yang disepakati adalah 35:65, masing-masing untuk Bank Muslim
Syariah dan Bapak Yoga. Modal syirkah Bank Muslim Syariah diberikan dalam tiga tahap.
Tahap pertama diberikan Rp. 10.000.000,00 dalam bentuk uang tunai.

Analisis:
Pembayaran uang secara tunai akan diakui sebagai pembiayaan musyarakah pada saat terjadinya
.

15
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
05/04/2011 Pembiayaan musyarakah 10.000.000
Kas/Rekening Bpk. Yoga 10.000.000
(Pembayaran uang tunai pembiayaan musyarakah pada Bpk. Yoga)

Transaksi 2 (Penyerahan aktiva non kas dan selisih lebih nilai aktiva)
05/05/2011 Bank Muslim Syariah menyerahkan seperangkat peralatan bengkel yang sudah
dimiliki Bank sebagai pembiayaan musyarakah pada tahap kedua dengan nilai wajar Rp.
15.000.000,00. Peralatan bengkel ini dahulu dibeli dengan harga Rp. 14.000.000,00.

Analisis:
Bank Muslim Syariah menyerahkan pembiayaan musyarakah tahap kedua dalam bnetuk aktiva
non kas (peralatan bengkel). Terjadi perbedaan nilai wajar aktiva dengan nilai bukunya.
Peralatan bengkel dibeli dengan harga Rp. 14.000.000,00, sedang nilai wajarnya Rp.
15.000.000,00. Pembiayaan musyarakah diakui sebesar Rp. 15.000.000,00 (sebesar nilai wajar),
selisihnya Rp. 1.000.000,00 diakui sebagai keuntungan Bank.

Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)


05/06/2011 Pembiayaan musyarakah 15.000.000
Persediaan perl. Bengkel 14.000.000
Keunt. Penyerahan aktiva 1.000.000
(Penyerahan perlengkapan bengkel pembiayaan musyarakah pada Bpk. Yoga)

16
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan:


1. Musyarokah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal
(mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama
dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
2. Berdasarkan eksistensinya, Musyarakah dapat dibagi menjadi akad Syarikah Amlak
(Amlak Jabr dan Amlak Ikhtiar) dan Syarikah Uqud (Inan, Mufawadhah, Wujuh, dan
A’mal). Sedangkan berdasarkan kontribusi dana investasi, jenis akad musyarokah ada
dua yaitu musyarokah permanen dan musyarokah menurun.
3. Dasar syariah tentang akad musyarokah dijelaskan di dalam QS. An-Nisa: 12, QS. Ash-
Shad: 24, HR. Abu Daud dari Abu Hurairah serta Ijma’ Ulama’.
4. Penetapan nisbah dalam akad musyarokah dapat ditentukan melalui dua cara yaitu:
Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal dan Pembagian keuntungan tidak
proporsional dengan modal.
5. Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku yaitu
mitra aktif dan mitra pasif.
6. Ilustrasi akuntansi dalam akad musyarokah dapat digambarkan melalui beberapa kasus
yaitu pembiayaan musyarokah kas (permanen), kerugian musyarokah, dan
pembiayaan musyarokah aktiva non kas.

17
Daftar Isi

1. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=
8&ved=2ahUKEwjAh7yWsNLvAhXKV30KHVaYDrAQFjABegQIBRAD&url=https%
3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FMudharabah&usg=AOvVaw1rffKCKHkNBI2
gnDy28hrh
2. https://keuangansyariah.mysharing.co/mengenal-jenis-jenis-akad-musyarakah/
3. https://www.kajianpustaka.com/2020/10/musyarakah.html#:~:text=Dasar%20Hukum%2
0Musyarakah&text=Artinya%3A%20"Nabi%20SAW%20bersabda%2C,tersebut%20apa
bila%20salah%20seorang%20menghianatinya".
4. http://luluxzcliq.blogspot.com/2016/06/akad-
musyarokah.html#:~:text=Penetapan%20nisbah%20dalam%20akad%20musyarokah,keu
ntungan%20tidak%20proporsional%20dengan%20modal.&text=Perlakuan%20akuntansi
%20untuk%20transaksi%20musyarakah,mitra%20aktif%20dan%20mitra%20pasif.

18

Anda mungkin juga menyukai