SYARIAH
Produk Dengan Akad Musyarakah dan Prakteknya
Musyarakah Di Masyarakat
1. Asnawi (501200544)
2. Freda Elvina Phalosa (501200541)
3. Tiara Oktaliana (501200510)
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih
kepada Bapak Ambok Pangiuk, S.Ag., M.S.I, Selaku dosen pengampu
Produk dan Layanan Bank Syariah dan kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman dan pihak yang berkepentingan.
A. Kesimpulan...............................................................................33
B. Saran..........................................................................................34
DAFTAR
PUSTAKA ........................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-
1
Sutan Remy Sjahdenini, 2017, Perbankan Syariah, Produk-produk
dan aspek hukumnya, Prenada Media Group, Jakarta, hlm 329.
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.2
masing.3
2
Ibid, hlm. 142
3
Khotibul Umam, 2016, Perbankan Syariah, Dasar-dasar dan Dinamika
Perkembangannya di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 131.
“Kegiatan usaha Bank syariah meliputi: (c) menyalurkan
syariah”.4
diantara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang
4
Pasal 1 ayat (25) UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
5
Lihat penjelasan Pasal 1 huruf C UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
terdapat pada Surat Edaran OJK No 36/SEOJK.03/2015
DSN.
6
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, cetakan kedua, hlm. 56.
membagi keuntungan bersih berdasarkan hasil usaha dengan
prosentase modal.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka Penulis tertarik untuk menganalisa masalah berikut
ini:
1. Pengertian Musyarakah
Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau
Syirkah. Musyarakah menurut bahasa berarti “al-ikhtilath”
yang artinya campur atau percampuran. Maksud dari
percampuran yakni seseorang mencampurkan hartanya
dengan harta orang lain sehingga antara bagian yang satu
dengan lainnya sulit untuk dibedakan20.
Secara etimologis, Musyarakah adalah pengabungan,
percampuran atau serikat.Musyarakah berarti kerjasama
kemitraan atau dalam Bahasa inggris disebut patnership21.
Adapun secara terminologi ada beberapa pendapat
ulama fiqh yang memberikan definisi Syirkah antara
lain:Menurut mazhab Maliki, Syirkah suatu izin bertasharruf
bagi masing-masing pihak berserikat.
a. Menurut mazhab Hambali, Syirkah adalah persekutuan
dalam hal hak dan tasharruf.
20
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm
183.
21
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta:Prenadamedia Group, cet
ke-1, 2014), hlm 142.
15
16
22
Mas’adi Ghufron A, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012) hlm 191.
23
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2017), hlm 125.
24
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group,
2012), hlm 218.
17
ص
ُل ُ منُ ع ض ا لى
ُب ُ ´ُ ’ُلا و
ع ُ ُذ ا م
ل
ُ ُو ُيُ ا
ل ن
ُ
و
ا
ا
ل
۩ُ ُنُاب رخررا ا ف ُر
ُو ُُبه ¸ُك
ا ´´
ُ ُ˚
و,
25
Widyarini, Syamsul hadi, Fatwa MUI, PSAK dan Praktek
Musyarakah, Jurnal Hukum Islam, vol. 15, No. 1, Februari 2018, hlm 126,
diakses pada 26 Februari 2020.
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung:
Diponegoro, 2010), Q. S. An-Nisa ayat 12, hlm 79.
20
27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung:
Diponegoro, 2010), Q. S Shad ayat 24, hlm 454.
28
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm
342.
23
ر
ُ كا ُن ش ¸ي ء لب
ُ ُم ق ب
ُل صلى عل ُُالن
ُ ُوسل
24
م ا ل :مرح ب
ُا ا ˚ُل عثُ ُة ,ي
ءب فُجا ˚ُلف ´ُت ˚ُ
˚ُو فُقُا
25
وابوداودوابن ماجة
34
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pres,
2013), hlm 52.
35
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm
127.
28
4. Jenis-jenis Musyarakah
Secara garis besar, musyarakah dikategorikan menjadi
dua jenis, yakni musyarakah kepemilikan (syirkah al amlak),
dan musyarkah akad (syirkah al aqad). Musyarakah
kepemilikan tercipta karena adanya warisan, wasiat atau
kondisi lainnya mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua
orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata, dan berbagi
pula dalam keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.
Musyarakah akad tercipta karena cara kesepakatan,
diamana dua pihak atau lebih setujuh bahwa tiap orang dari
mereka memberikan kontribusi modal musyarakah, serta
sepakat berbagi keuntungan dan kerugian36.
a. Syirkah Amlak
Syirkah amlak adalah syirkah yang terjadi bukan
karena akad, tetapi karena usaha tertentu atau terjadi secara
alami (ijbari). Oleh sebab itu syirkah amlak dibedakan
menjadi dua:
1) Syirkah ikhtiyar (sukarela), yaitu syirkah yang lahir
atas kehendak dua pihak yang bersekutu. Contohnya
dua orang yang mngadakan kongsi untuk membeli
suatu barang, atau dua orang mendaaapat hibah atau
wasiat, dan keduannya menerima, sehingga
keduannya menjadi sekutu dalam hak milik.
36
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh uamalah, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm 211.
30
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
negatif ini memperlihatkan bahwa ada kemungkinan dari pihak bank syariah
atau bankir tidak mengerti dengar baik dan benar tentang ilmu keuangan atau
konvensional.
dan nasabah.
37
B. SARAN
Penerapan profit and loss sharing pada akad pembiayaan Musyarakah pada Bank
syariah sebaiknya kembali kepada regulasi yang mengatur karena dampak dari tidak
sesuai regulasi adalah pembiayaan tersebut menjadi tidak syariah dan tentu saja
akibatnya selain batal demi hokum juga akan terkena sanksi administrasi bagi pihak
Perbankan dan Dewan Pengawas syariah, juga praktek seperti ini tidak ada bedanya
seperti kredit pada Bank konvensional yang mengandung riba yang telah dinyatakan
dilaknat oleh Allah SWT. Adapun menurut regulasi bahwa penerapan profit and
loss sharing pada akad pembiayaan musyarakah pada Bank syariah adalah
berdasarkan keuntungan usaha riil setiap bulannya.
Bahwa akad Musyarakah adalah akad amanah, sehingga persepsi bahwa nasabah
melakukan pinjaman ataupun hutang pada Perbankan syariah harus dihilangkan,
karena akad musyarakah bukanlah hutang piutang akan tetapi merupakan
perkongsian modal dan akad ini pada dasarnya tidak membutuhkan jaminan, namun
dibolehkan adanya jaminan untuk berjaga-jaga apabila nasabah melakukan
kecurangan ataupun kelalaian.
Diharapkan ada tindak lanjut dari penulisan tesis ini, sehingga penerapan profit and
loss sharing pada akad pembiayaan Musyarakah pada Bank syariah kedepannya
dapat benar-benar berdasarkan aturan yang telah ada, sehingga keinginan
masyarakat Indonesia untuk memiliki Bank yang benar-benar non riba dapat
terwujud.
Pembahasan pada tesis ini mengangkat salah satu contoh dari Bank syariah yang
tidak menerapkan prinsip syariah, namun dari keluhan beberapa nasabah pengguna
pembiayaan Musyarakah ini baik dari Bank Syariah maupun BMT, masih banyak
yang belum menerapkan prinsip bagi hasil sesuai aturan yang ada, sehingga
diharapkan pembiayaan syariah yang berada dalam naungan lembaga keuangan
yang berlabel syariah dapat benar-benar menjalankan usahanya sesuai syariat Islam.
38
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi. Yogyakarta : Ekonisia
Sumsr’in. 2012. Konsep kelembagaan bank syariah. Ed.1. cet. 1. Graha Ilmu
: Yogyakarta
39