KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan selalu kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat, Taufiq, dan Hidayah yang diberikan kami bisa menyelesaikan buku ajar untuk
materi perekonomian indonesia . Tujuan dari penulisan buku ini tidak lain adalah untuk
membantu para mahasiswa di dalam memahami apa saja materi yang harus mereka pelajari
dan pahami tentang mata kuliah perekonomian indonesia.
Buku ini juga akan memberikan informasi secara lengkap mengenai materi apa saja
yang akan mereka pelajari yang berasal dari berbagai sumber terpercaya yang berguna
sebagai tambahan wawasan mengenai bab-bab yang dipelajari tersebut.
Kami sadar bahwa penulisan buku ini bukan merupakan buah hasil kerja keras kami
sendiri. Ada banyak pihak yang sudah berjasa dalam membantu kami di dalam
menyelesaikan buku ini, seperti pengambilan data, pemilihan materi, soal, dan lain-lain.
Maka dari itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan wawasan dan bimbingan kepada kami sebelum maupun ketika
menulis buku panduan ini.
Kami juga sadar bahwa buku yang kami buat masih tidak belum bisa dikatakan
sempurna. Maka dari itu, kami meminta dukungan dan masukan dari para pembaca, agar
kedepannya kami bisa lebih baik lagi di dalam menulis sebuah buku.
Tim Penulis
Perekonomian Indonesia ii
DAFTAR ISI
Perekonomian Indonesia iv
BAB
SEJARAH PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN INDONESIA
1
Perekonomian Indonesia 1
Kerajaan Kutai terletak pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat
dan Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian utama,
sehingga rakyat Kutai sudah mengenal perdagangan Internasional. Kerajaan
Tarumanegara berada di daerah agraris, sehingga kehidupan perekonomian
masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Kerajaan Sriwijaya
berada di pesisir utara Pulau Sumatera dan berada pada urat nadi perdagangan di
Asia Tenggara sehingga masyarakat Sriwijaya menguasai perdagangan.
Kerajaan Mataram berada di bagian tengah Pulau Jawa. Posisi ini membuat
masyarakat Mataram bertumpu pada sektor pertanian. Namun karena kondisi
bumi mataram tertutup dari dunia luar berakibat pada sulitnya untuk
mengembangkan aktivitas perekonomian. Beberapa kerajaan yang berada di Jawa
bagian Timur, juga menandakan aktivitasnya.
Kehidupan ekonomi masyarakat pada jaman Kerajaan Singasari berbasis pada
pertanian, pelayaran, dan perdagangan. Kerajaan Majapahit hidup dari pertanian
dan perdagangan.
Kerajaan Sunda berfokus pada kegiatan perdagangan dan pertanian yang
merupakan kegiatan mayoritas rakyat Sunda. Selain Bertani, kehidupan
masyarakat kerjaan Sunda juga berdagang. Kehidupan perekonomian masyarakat
Kerajaan Bali Kuno bertumpu pada pertanian. Beberapa istilah yang berkaitan
dengan bercocok tanam, anatara lain sawah, parlak (sawah kering), gaga (ladang),
kebwan (kebun), dan kasuwakan (irigasi). Selain bercocok tanam, ada yang
beberapa bekerja sektor di kerajinan.
Singkatnya, dalam masa sebelum penjajahan, perekonomian Indonesia
Perekonomian 2
menguasai kepulauan Indonesia adalah dengan menyambut tawaran
kerjasama dari Kerajaan Sunda.
Bangsa Portugis adalah bangsa yang mempunyai keahlian dalam
navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan. Hal ini memungkinakan mereka
untuk melakukan ekspedisi dan ekspansi jauh ke negara-negara di dunia.
Selain itu, bangsa Portugis adalah salah satu bangsa yang menjadikan
perdagangan (khususnya rempah-rempah) menjadi komoditi ekonomi
negaranya. Hal ini membuat perdagangan menjadi fokus bagi Portugis untuk
membangun perekonomian. Banyak perjanjian-perjanjian dengan kerajaan-
kerajaan di Indonesia dilakukan untuk mendapatkan komoditi perdagangan
rempah-rempah.
Masa penjajahan Portugis memberikan pelajaran berharga bagi bangsa
Indonesia. Pada masa penjajahan Portugis, kondisi perekonomian Indonesia
lebih banyak diwarnai adanya perlawanan dari rakyat terhadap Portugis,
Perekonomian 3
uang, menyatakan perang dan damai, membuat Angkatan bersenjata
sendiri, dan membuat perjanjian dengan raja-raja. Di sini terlihat bertapa
VOC mempunya kekuasaaan yang besar. Kewenangan itu seolah melegalkan
keberadaan VOC sebagai penguasa Hindia Belanda.
Pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam
diberlakukan mulai tahun 1836 yang diinisiasi oleh Van Den Bosch.
Sistem tanam paksa berlangsung melalui aturan yang keras dan ketat.
Tidak jarang masyarakat pribumi harus memeras keringat bahkan dengan
cucuran darah mereka. Anehnya sistem ini juga ada sisi positifnya, yaitu
masyarakat pribumi mulai mengenal tata cara menanam tanaman komiditas
ekspor yang ada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya
ekonomi uang di pedesaan pula membangkitkan perekonomian desa.
Setelah melakukan sistem tanam paksa, kemudian Belanda menerapkan
Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal). Kebijakan ini dilakukan karena
Perekonomian 4
Mei, Soepomo membicarakan integrase nasional dan melawan indivisualisme
perorangan. Sementara itu, Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara
baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis
Timur, dan seluruh wilayah Hindia Belanda sebelum perang. Perjalanan
waktu terus berputar, sehingga pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan
Perekonomian 5
dibandingkan dengan kondisi rakyat Indonesia ketika dijajah Belanda malah
lebih buruk. Padahal Jepang menduduki Indonesia hanya tiga setengah tahun,
sedangkan Belanda menjajah Indonesia selama tiga setengah abad.
menggembirakan. Hal itu terjadi karena adanya inflasi yang disebabkan oleh
beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Bulan Oktober
1946 Pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Namun adanya blockade ekonomi oleh Belanda
dengan menutup pintu perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan
kas negara. Akibatnya negara berapa dalam kondisi krisis keuangan. Kondisi
tentu membahayakan bagi keberlangsungan perekonomian Indonesia pada
masa itu.
Menghadapi krisis tersebut, tidak ada jalan lain bagi pemerintah, kecuali
Perekonomian 6
pelabuhan Ciberon yang mengangkut kebutuhan rakyat.
Pembahasan mengenai peningkatan hasil produksi pangan distribusi
bahan makanan, sandang, serta status administrasi perkebunan asing
dilakukan melalui konferensi ekonomi. Kemudian untuk melengkapinya
dibuat Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), dimana dalam dokumen itu
Perekonomian 7
tidak bisa berjalan dengan baik, akibat situasi politik yang tidak stabil.
Beberapa kebijakan sebenarnya telah didisain dengan baik, namun ketika
diimplementasikan tidak jalan. Tentu saja tidak bisa memperbaiki kondisi
perekonomian pada masa itu.
Perekonomian 8
Pemikiran Soekarno tentang demokrasi terpimpin muncul pertama kali pada
pidato yang berdulu Kembali ke Rel Revolusi (1959). Dalam pidatonya
tersebut Soekarno menyatakan bahwa kita dapat mempergunakan sistem yang
sudah-sudah dan alat-alat yang sudah-sudah. Sistem Liberalisme harus
dibuang jauh-jauh, demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin harus
Perekonomian 9
beru melalui pendeketan demokrasi Pancasila, dan secara perlahan campur tangan
pemerintah dalam perekonomian mulai masuk. Nampak ajaran Keynes mulai
merasuki pemikiran pengambil kebijakan Negara.
Pentingnya aspek pemerataan, tampaknya disadari betul dalam masa itu,
sehingga muncul istilah 8 (delapan) jalur pemerataan sebagai basis kebijakan
Berencana (KB).
Akan tetapi, apa yang telah menjadi capaian di atas, ternyata muncul sisi
negatif yang menjadi fakta untuk dicermati. Kerusakan serta pencemaran
lingkungan hidup, kerusakan sumber daya alam, ketimpangan pertumbuhan
ekonomi antar daerah, ketimpangan antar golongan pekerjaan, serta akumulasi
utang luar negeri yang semakin menumpuk. Muncul pula konglomerasi dan bisnis
yang sarat korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Meskipun Order Baru berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi
fundamental ekonomi justru rapuh. Hal ini terbukti, ketika dunia dilanda krisis
global pada tahun 1998, Indonesia merasakan dampak yang luar biasa. Harga-
harga meningkat secara drastis dan sulit dikendalikan, rupiah tidak berharga
dalam perdagangan internasional, dan banyak perusahaan berskala besar
bangkrut. Titik kulminasi keterpurukan Orde Baru, akhirnya berujung pada
mundurnya Soeharto dari kursi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Perekonomian 1
pemerintahan dan yang semua sentralistis, menjadi desentralistis. Kebijakan dengan
Otonomi daerah, yang diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian
disempurnakan menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004.
a. Masa Presiden BJ. Habibie (21 Mei 1998 s/d 20 Oktober 1999)
b. Masa Presiden Abdurrahman Wahid/Gus Dur (20 Oktober 1999 s/d 23 Juli
2001)
Perekonomian 1
salah satunya sektor moneter. Menyadari berapa beratnya mengelola sektor
Perekonomian 1
moneter, maka untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi
Indonesia, dibentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk
memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia yang belum pulih dari krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Dewan Ekonomi Nasional diketuai oleh Prof.
Dr. Emil Salim, wakilnya Subiyakto Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr. Sri
Mulyani Indrawati.
Kondisi perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan Presiden
Abudraahman Wahid memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Dibadingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indoensia
mulai mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang
mulai positif, laju inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah, sehingga
kondisi moneter dalam negeri juga sudah mulai stabil.
2) Hubungan pemerintahan dibawah pimpinan Abdurahman Wahid dengan
IMF juga kurang baik, yang dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU
c. Masa Presiden Megawati Soekarnoputri (23 Juli 2001 s/d 20 Oktober 2004)
Pemerintah Megawati mewarisi kondisi perekonomian Indonesia yang
jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan Gus Dur. Hal itu ditunjukkan
dengan adanya inflasi dan rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang
berkembangnya investor swasta, baik dalam negeri maupun swasta. Selain itu,
nilai tukar rupiah yang masih fluktuatif, dan indeks harga saham gabungan
yang cenderung menurun.
Salah satu masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan
Perekonomian 1
ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negari sebesar 116,3
Trilliun. Megawati juga berhasil memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun
2002 nilai ekspor mencapai US$ 57,158 miliar dan import tercatat US$
31,229 miliyar. Pada tahun 2003 ekspor juga menanjak ke angka
US$61,02 milyar dan import meningkat ke angka US$32,39 miliar. Untuk
d. Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 s/d 2014)
Susilo Bambang Yudhoyono, atau lebih dikenal dengan sebutan SBY,
merupakan presiden pertama yang dipilih oleh rakyat melalui Pemilu tahun
2004 dan tahun 2009. Periode pertama dilantik pada 20 Oktober 2004
bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, sedangkan pada periode kedua dilantik
pada 20 Oktober 2009 dengan Wakil Presiden Boediono. Pada masa
Perekonomian 1
sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya juga banyak menimbulkan
masalah sosial.Perkembangan dalam sektor utang luar negeri juga
menggembirakan. Pada pertengan bulan Oktober 2006 Indonesia melunasi
seluruh sisa hutang pada IMF sebesar 3,2 Miliar dollar AS. Harapan
kedepannya adalah Indonesia tidak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
8,6%.
Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh signifikan
seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang
2008 hingga 2009. Terbukti, perekonomian Indonesia mampu bertahan dari
ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona Eropa.
Korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di Indonesia. Namun setelah
beberapa tahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu,
SBY telah berhasil menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia.
Masih ada kebijakan-kebijakan lain dalam bidang ekonomi, seperti:
perdebatan.
Perekonomian 1
e. Masa Pemerintahan Jokowi Dodo ( 20 Oktober 2014 S/D Sekrang)
Selama lima tahun memimpin, sejak Oktober 2014, penting untuk dikaji
Empat poin pertama dari sembilan agenda Nawacita itu pada dasarnya
mencerminkan kebijakan politik pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla selama lima
Perekonomian 1
tahun. Artinya, kebijakan politik yang ditempuh pemerintahan Jokowi-Jusuf
Kalla salah satunya didasari upaya-upaya untuk mewujudkan empat poin awal
Nawacita tersebut.Dalam buku Lima Tahun Maju Bersama yang dirilis Kantor
Staf Presiden Republik Indonesia diketahui, selama lima tahun Pemerintahan
Jokowi-Jusuf Kalla telah memastikan perlindungan dan rasa aman,
Pada tahun 2014 Indeks Demokrasi Indonesia tercatat berada pada 73,04
poin. Sementara pada 2015 berada pada 72,82 poin. Pada 2016 IDI ada pada
70,09 poin, 2017 pada 72,11 poin dan 2018 berada pada 72,39 poin. Menurut
pemerintah, fluktuasi Indeks Demokrasi Indonesia ini berada di titik stabil.
Sebagai sebuah gambaran, penting dilihat salah satu indikator kualitas
demokrasi yakni partisipasi publik dalam pemilihan umum.
Sejarah mencatat Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilu serentak
yang paling kompleks di dunia, dengan tingkat partisipasi yang tinggi dan
perselisihan yang rendah. Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) RI, partisipasi pemilih meningkat cukup drastis selama lima tahun
terakhir.
Jika pada 2014 lalu partisipasi pemilih sebesar 70 persen, maka pada
2019 partisipasi pemilih melonjak menjadi 80 persen.Meningkatnya partisipasi
pemilih dalam pemilu, diiringi menurunnya jumlah perselisihan terhadap hasil
pemilu. Ada 2014 perselisihan hasil pemilu berjumlah 903 buah, sedangkan
pada 2019 jumlah perselisihan hasil pemilu hanya 260 buah.
Ada pun langkah memperkuat dan meningkatkan marwah wilayah
perbatasan juga menjadi salah satu kebijakan politik dalam negeri
Perekonomian 1
Selama lima tahun, pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla telah melakukan
pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang menyeluruh di
semua titik perbatasan. Pembangunan PLBN ini diakui banyak pihak telah
meningkatkan marwah Indonesia sebagai negara yang bermartabat dan
berdaulat. Berbagai testimoni masyarakat perbatasan yang dikutip dari
Manusia pada 2014 sebesar 57 poin. Angkanya juga tidak pernah turun,
hingga pada 2019 menjadi 60 poin.
Perekonomian 1
B. Prospek Perekonomian Indonesia
Melihat rekaman kondisi perekonomian tersebut, kita tentu bertanya, bagaimana
paling kecil, yakni hanya sekitar 7 persen. Vietnam mendekati 10 persen, Thailand 12
persen, serta Malaysia dan Filipina di atas 15 persen. Investasi asing karena Tangsung
dan portofolio kapital sangat membantu pertumbuhan negara-negara ASEAN. Tapi,
saat krisis seperti arus investasl langsung akan melambat.
Kondisi moneter dan beberapa sektoral Indonesia juga menjadi modal
perekonomian. Menurut Juoro dan Sugema (2011)", hal ini terlihat dari stabilitas
ekonomi terjaga baik dalam jangka menengah, inflasi rendah, suku bunga dapat
diturunkan, dan nilai rupiah cenderung menguat. Pada perekonomian jangka menengah
secara sektoral pertumbuhan tinggi pada sektor non-tarded seperti telekomunikasi,
Indonesia ternyata didukung oleh kondisi yang signifikan, baik dari sisi mikro dan
makro, serta sektoral, Hal ini membawa opitmisme bagi perkembangan ekonomi
Perekonomian 1
Indonesia yang lebih baik.
Membahas gambaran perekonomian Indonesia, kita dapat memilah perjalanan
perekonomian bangsa ini ke dalam tiga ruang: Orde Lama, Orde Baru, dan Orde
Reformasi. Pembangunan ekonomi di masa Orde Baru, memang meninggalkan prestasi
yang tidak dapat dilupakan. Dari negara yang dihantam krisis politik, kesenjangan
sosial, dan hiperinflasi pada era Orde Lama, menjadi salah satu negara yang masuk
East Asian Miracle, karena pertumbuhan ekonominya yang luar biasa. Sayangnya,
krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 – 1998, dengan begitu mudahnya memporak-
porandakan sendi perekonomian yang telah dibangun era Orde Baru selama 32 tahun.1
Banyak argumen yang muncul untuk menjelaskan keadaan ini. Misalnya, akibat
kelemahan pengawasan sistem keuangan dan manajemen utang negara. Namun secara
prinsip, akar masalah ini ialah akibat pola pembangunan era Orde Baru yang terlampau
sentralistik, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi ( highofgrowth), tanpa
menghiraukan sisi equity (pemerataan).2 Dengan harapan bahwa hasil pertumbuhan
ekonomi tersebut akan secara otomatis mengalir pada daerah di sekitarnya hingga
lapisan masyarakat di bawahnya (trickledowneffect). Sehingga seluruh lapisan
masyarakat secara bertahap akan mendapatkan manfaat dari efek pertumbuhan
ekonomi tersebut.
Pola demikian justru memunculkan ketidakmerataan pembangunan di Indonesia
yang merupakan negara kepulauan (NKRI). Pulau Jawa, sebagai pusat bisnis dan
pemerintahan, menjadi jauh lebih maju dibandingkan dengan daerah-daerah lain di
Indonesia. Padahal daerahdaerah yang tertinggal, seperti Papua dan Kalimantan,
mempunyai kekayaan sumber daya alam yang cukup melimpah yang selama ini
berperan penting menyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar bagi negara.
Inilah yang melemahkan fondasi ekonomi. Lebih dari 30 tahun proses pembangunan
berlangsung (1967 – 1997), sejak Pelita I dilaksanakan, efek menetes
(trickledowneffect) yang diimani itu sangat kecil dirasakan. Bahkan, hingga tahun 1980
sampai dengan krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997, Indonesia memang menikmati
laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi tingkat ketimpangan ekonomi dan
kemiskinan pada akhirnya juga semakin luar biasa. Papua Barat dan Papua misalnya,
hingga tahun 2010 ini, masih merupakan daerah dengan persentase kemiskinan
terbesar di Indonesia yaitu 34,88 % dan 36,8 % (Data Strategis BPS, 2010).
Dampak negatif dari sentralisasi ini juga menimbulkan praktik pengelolaan negara
yang lambat laun membudayakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di level
Perekonomian 1
pemerintahan dan bisnis. Hal inilah yang membuat proses pembangunan dan kegiatan
perekonomian menjadi semakin tidak sehat. Penetrasi kekuasaan dalam pengelolaan
negara pada akhirnya berkembang menjadi suatu kolaborasi kolusif antara elit pejabat
dan pemodal, yang melahirkan banyak kebijakan atau regulasi yang merugikan negara
dan rakyat3.
Pengalaman di masa lalu, pada era Orde Baru, memberikan banyak hikmah bagi
pemerintah dan masyarakat dalam menyukseskan pembangunan negaranya. Usai
transisi kekuasaan Orde Baru ke reformasi pada Mei 1998, yang merupakan efek
turbulensi politik akibat krisis ekonomi tahun 1997 – 1998, perekonomian Indonesia
kini berangsur membaik.
Sementara jika kita lihat variabel ekonomi makro lainnya seperti laju inflasi,
pengangguran terbuka, dan penduduk di bawah garis kemiskinan menunjukkan angka
yang semakin menurun. Indonesia rupanya telah berguru dari krisis ekonomi yang
Kita bisa melihat, ketika krisis keuangan melanda Amerika Serikat (AS) dan
menghantam perekonomian dunia pada pertengahan tahun 2008, perekonomian
Indonesia tetap tumbuh pada tren yang positif 6,1 %. Ini menjadi suatu hal yang
ajaib, sekaligus aneh, mengingat negara tetangga di wilayah Asia Tenggara seperti
Vietnam, Filipina, Malaysia, dan negara semaju Singapura, justru mengalami
Perekonomian 2
pertumbuhan negatif. Apakah negara kita sudah memiliki sistem yang menjamin
keamanan dari dampak eksternal asing? Apa yang membuat Indonesia bisa sebaik itu
pertumbuhannya? Mengapa dampak krisis global di Indonesia paling minimal?
Jawabannya ternyata sederhana. Karena ketergantungan ekonomi kita kepada pasar
dunia terbilang belum begitu besar. Ekspor misalnya, porsinya masih kecil.
Sehingga dampaknya terhadap perekonomian juga kecil. Tentu saja ini juga
lebih akibat faktor keberuntungan ( auce). Kita sebenarnya ingin meningkatkan
ekspor, akan tetapi jika dilihat dari volume perdagangan, sebenarnya ekspor kita cukup
kuat, yang jatuh sebetulnya adalah harga barang-barang (komoditas) ekspor kita
di pasar internasional. Dalam hal ini daya saing barang produk kita kalah dengan
produk sejenis dari negara tetangga. Sehingga penetrasi produk kita tidak
terlampau banyak ke luar negeri dilihat secara volume.
Dalam Laporan Doing Business 2012 disebutkan tiga hal yang berkontribusi
memperburuk kualitas berbisnis dan produktivitas produksi di Indonesia yaitu: (i)
akses listrik yang sulit didapatkan; (ii) perizinan lahan (properti); (iii) dan
menunjang aktivitas ekonomi berjalan lebih efisien. Indonesia tidak bisa bergantung
hanya pada konsumsi domestik dan pengeluaran pemerintah (stimulus fiskal). Kita
Perekonomian 2
membutuhkan infrastruktur yang baik, sehingga daya saing produk kita semakin
meningkat dan kontribusi ekspor ke depan semakin besar.
BAB
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
2 DAN GLOBAL
negara bangsa) pasti memiliki sebuah sistem ekonomi untuk mengatasi beberapa
persoalan, seperti; 1) barang apa yang seharusnya dihasilkan; 2) bagaimana cara
menghasilkan barang itu; dan 3) untuk siapa barang tersebut dihasilkan atau
bagaimana barang tersebut didistribusikan kepada masyarakat. Jawaban atas ketiga
pertanyaan tersebut akan menentukan sistem ekonomi sebuah negara (Hudiyanto,
2002).
Penentuan sistem ekonomi tidak dapat dilepaskan dari ideologi yang diyakini oleh
negara. Ideologi tertentu akan melahirkan sistem ekonomi tertentu pula karena pada
dasarnya, negara melalui ideologinya telah memiliki cara pandang tertentu untuk
memandang dan menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. setiap sistem ekonomi
membutuhkan sekumpulan peraturan, ideologi yang mendasarinya, menjelaskan
peraturan tersebut dan keyakinan individu yang akan membuatnya terus dijalankan
(Robinson, 1962:18)
Ada berbagai sistem ekonomi yang berkembang di dunia. Namun, pada dasarnya
kita dapat membaginya menjadi dua titik ekstrim, yaitu Sistem Ekonomi Kapitalis dan
Sistem Ekonomi Sosialis. Pada perkembangannya, ketika banyak negara merasa kedua
sistem tersebut tidak dapat menjawab persoalan-persoalan mereka, maka muncul
Sistem Ekonomi Campuran yang menggabungkan kedua sistem ekonomi sebelumnya.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas ketiga sistem ekonomi tersebut satu per
satu.
Perekonomian 2
1. Sistem Ekonomi Kapitalis
Sistem Ekonomi Kapitalis muncul pada abad ke-17 ketika dominasi gereja di
Eropa mulai runtuh. Dominasi gereja, yang mendoktrinkan kepentingan gereja di
atas segala kepentingan, diruntuhkan oleh pandangan yang menekankan pada
ideologi kapitalisme.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Kapitalis:
a. Penjaminan atas hak milik perseorangan
Hak milik pribadi adalah hal yang paling penting dalam kapitalisme.
Setiap orang berhak menimbun kekayaan pribadi sebesar-besarnya tanpa
mengindahkan posisi orang lain yang tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan hal yang sama.
b. Mementingkan diri sendiri (selfinterest)
Karena menekankan individualisme, maka dalam Sistem Ekonomi
Perekonomian 2
untuk kepentingan diri sendiri. Para kapitalis mempercayai kehadiran
“tangan-tangan gaib” (inνisiblehands) yang akan mempertemukan setiap
kepentingan individu tersebut dalam sebuah titik keseimbangan
(equilibrium).
c. Pemberian kebebasan penuh
keseimbangan.
d. Persaingan bebas (freecompetition)
Dalam sistem kapitalis, persaingan antarpelaku ekonomi di masyarakat
dimungkinkan. Persaingan dapat terjadi antarpenjual yang dapat
memberikan kualitas terbaik kepada pembeli. Sebaliknya beberapa pembeli
dapat saling bersaing untuk memberikan harga terbaik. Secara umum pasar
diibaratkan sebagai pasar persaingan sempurna, yaitu situasi ketika posisi
tawar masing- masing produsen dan konsumen seimbang, sehingga pembeli
dan penjual tidak dapat menjadi penentu harga (pricesetter) tetapi hanya
baru.
Perekonomian 2
f. Peran negara minimal
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada Sistem Ekonomi
kapitalis mekanisme pasarlah yang satu-satunya diyakini baik dan boleh
bekerja di pasar. Oleh karena itu negara memiliki peran yang sangat minim.
yang tidak memiliki posisi tawar (modal) yang sama dengan pihak lain secara
struktural tidak akan dapat bekerja dalam pasar, sehingga ia tidak dapat
mencapai kemakmuran. Padahal posisi tawar yang tidak seimbang inilah yang
banyak terjadi dalam kehidupan nyata. Akibatnya terjadi monopoli, pasar hanya
dikuasai oleh sekelompok orang saja. Apabila monopoli terjadi maka terjadi
ketimpangan kemakmuran. Pihak yang dapat bekerja di pasar akan mendapatkan
kemakmuran yang besar sedangkan sebaliknya pihak yang “tersingkir” dari
pasar tidak akan sejahtera. Jika semua orang berorientasi pada diri mereka
sendiri, maka kepentingan publik akan terabaikan, misalnya pembangunan
jembatan umum, rumah sakit, dan jalan raya tidak akan dilakukan karena
dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi.
Seperti telah dijelaskan bahwa kapitalis murni sebagai sebuah sistem yang
mengatur perekonomian masyarakat atau bahkan negara sudah banyak
ditinggalkan. Ketidakmampuannya dalam memberikan jaminan berupa
kesejahteraan bagi seluruh pihak menjadi alasan utama. Bahkan yang lebih
ekstrem, beberapa produk sistem kapitalis diharamkan diterapkan seperti
monopoli, monopsoni, oligopoli yang merugikan masyarakat dan lain
sebagainya. Negara dengan regulasinya melarang segala praktik-praktik tersebut
diterapkan di pasar.
Perekonomian 2
Namun demikian, pelanggaran atas regulasi yang melarang praktek- praktek
kapitalis seperti yang telah disebutkan tetap ada. Di pasar muncul pihak-pihak
yang mampu mencipkan sistem tersebut tanpa sepengetahuan publik melalui
strategistrategi yang diterapkan. Bahkan lebih parah lagi mereka dapat
mempengaruhi keputusan pemerintah untuk membuat regulasi yang
menguntungkan bagi mereka. Hal ini dapat dilihat dari kasus-kasus suap yang
marak terjadi di berbagai negara, tidak terkecuali di Indonesia, untuk
menggoalkanketentuan yang mereka inginkan.
Bukti lain sistem kapitalis murni ditinggalkan adalah pemerintahan yang
banyak mengatur pelaku bisnis melalui kebijakan pajak dan subsidi. Pemerintah
akan mengambil pajak dari pihak-pihak yang disebut wajib pajak untuk
memberikan subsidi kepada pihak yang memang berhak atas subsidi tersebut.
Praktik semacam ini merupakan praktek yang melanggar ciri atau karakteristik
sistem kapitalis murni.
telah dipikirkan dan diyakini dapat menjawab masalah ekonomi saat itu.
Perekonomian 2
Sistem Ekonomi Sosialis dilandasi oleh falsafah kolektivisme dan organisme.
Kolektivisme adalah ajaran yang menyatakan bahwa setiap orang adalah warga
masyarakat. Oleh karena masyarakat adalah sebuah kesatuan tersendiri maka
kepentingan masyarakat harus lebih dahulu diutamakan daripada kepentingan
Perekonomian 2
dan mengurangi semangat orang untuk bekerja dan berprestasi, yang pada
akhirnya makin menurunkan kreativitas dan produktivitas masyarakat. Negara
dan perencanaan ekonomi yang sentralistik tidak dapat menjamin bahwa
produksi dan distribusi barang dan jasa sesuai kebutuhan masyarakat karena
pada tingkatan tertentu negara tidak memiliki kemampuan produksi dan
distribusi
termasuk Indonesia.
Perekonomian 2
pendapatan. Sistem ekonomi gagasan Keynes, yang dikenal sebagai Sistem
Perekonomian 2
Ekonomi Campuran, telah melahirkan negara kesejahteraan (Welfare State)
seperti yang dipraktikkan negara-negara Eropa Barat saat ini.
Welfare State adalah suatu negara yang ingin menciptakan demokrasi seluas-
luasnya seperti kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan, penguasaan
teknologi, pendidikan dan sebagainya. Negara memiliki kewajiban
Perekonomian 2
Lahan perkebunan yang semula dikendalikan pemerintah Belanda diambil alih oleh
swasta, sedangkan pemerintah mendapatkan keuntungan dari pajak perseroan dan
pajak pendapatan sektor swasta. Persoalan baru muncul ketika perkebunan swasta dan
perkebunan rakyat menanam jenis tanaman yang sama akibatnya perkebunan rakyat
sulit bersaing karena memiliki modal yang lebih kecil dibandingkan sektor swasta
(Mubyarto, 2002).
Setelah Indonesia merdeka, para pemimpin bangsa berusaha merumuskan kembali
Sistem Ekonomi Indonesia yang dianggap ideal dengan kondisi bangsa. Muhammad
Hatta mengemukakan sebuah konsep tentang Sistem Ekonomi Indonesia, yaitu Sistem
Ekonomi Kerakyatan. Dalam Sistem Ekonomi Kerakyatan, semua aktivitas ekonomi
harus disatukan dalam organisasi koperasi sebagai bangun usaha yang sesuai dengan
asas kekeluargaan. Hanya dalam asas kekeluargaan dapat diwujudkan prinsip
demokrasi ekonomi, yaitu produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, sedangkan
pengelolaannya dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat sendiri (Mubyarto,
2002). Konsep Sistem Ekonomi Kerakyatan inilah yang kemudian dituangkan dalam
UUD 1945 sebagai dasar sistem perekonomian nasional.
Sistem ekonomi seperti yang dikonsepkan oleh Muhammad Hatta tersebut,
ternyata tidak langsung berhasil dijalankan oleh pemerintahan Indonesia. Beberapa
waktu setelah kemerdekaan, Indonesia mengalami masa-masa sulit hingga pada
puncaknya terjadi perpecahan pemimpin nasional ditandai dengan mundurnya
Muhammad Hatta pada tahun 1956. Sejak saat itu Sukarno memegang kekuasaan yang
sangat besar, sehingga Sistem Ekonomi Etatisme berjalan di Indonesia. Negara
mengendalikan sistem produksi dan distribusi. Hiperinflasi hingga 650 persen yang
terjadi pada tahun 1966 menghentikan sistem tersebut. Kekacauan sosial politik yang
kemudian terjadi membuat Sukarno praktis tidak mampu melakukan kebijakan apapun
untuk memperbaiki keadaan.
Setelah rejim Orde Lama ditumbangkan oleh peristiwa berdarah 1966, rejim Orde
Baru muncul dengan membawa sistem ekonomi yang baru yang ternyata juga tidak
sepenuhnya sesuai dengan dasar sistem ekonomi yang termuat dalam UUD 1945.
Sistem Ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru bersandar pada “Trilogi
Pembangunan“, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas ekonomi, dan
pemerataan. Meskipun pemerintah selalu mengklaim dirinya tidak menerapkan Sistem
Perekonomian 3
C. Perangkat sistem Ekonomi Dalam UUD 1945
Seperti yang telah disebutkan di atas, Muhammad Hatta telah mengagas Sistem
Ekonomi Indonesia yang dituangkan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1-3, yang
kemudian di amandemen oleh MPR dengan menambah ayat 4 dan 5:
tersebut adalah koperasi. Konsep Sistem Ekonomi yang berdasarkan pasal tersebut
menempatkan negara pada pelindung dan pembangun perekonomian yang dikuasai
dan mampu dikendalikan oleh rakyat.
Perekonomian 3
berkembang secara berdampingan. Keadaan pertama bersifat “superior”, sedangkan
yang lainnya bersifat “inferior”, seperti halnya adanya cara produksi modern
berdampingan dengan cara produksi tradisional, antara orang kaya dengan orang
miskin tak berpendidikan, dan keadaan lain yang kontras dalam satu masa dan tempat
(Hudiyanto, 2002). Mengacu pada pengertian tersebut, kiranya tidak sulit mengamati
bekerjanya dualisme ekonomi dalam Sistem Ekonomi Indonesia saat ini. Dualisme
ekonomi di Indonesia tidak hanya mewujud sebagai akibat perbedaan taraf
pengembangan teknologi, melainkan tampak sebagai perbedaan konsep nilai
(falsafah), ideologi, dan sosialbudaya, yang mempengaruhi bekerjanya sistem
ekonomi.
Di desa-desa (pedalaman) dan di sebagian masyarakat kota yang masih menganut
kolektivisme banyak dijumpai tradisi yang memunculkan sistem ekonomi tertentu,
yang tidak selalu sejalan dengan sistem ekonomi yang dominan. Ada sistem arisan,
“sambatan” (kerja bakti), “nyumbang”, dan sistem pertukaran lokal (sebagian
Perekonomian 3
yang timpang, pengaruh kebijakan ekonomi dapat berbeda (trade- off), sehingga
dibutuhkan kebijakan afirmatif (pemihakan) kepada pelaku ekonomi yang kecil,
rentan, dan miskin. Jika tidak, kebijakan yang didesain secara makro-deduktif
cenderung selalu menguntungkan (makin memakmurkan) pelaku ekonomi besar
(sektor modern), yang membawa korban pada kemerosotan kesejahteraan pelaku
ekonomi rakyat yang umumnya bergerak di sektor informal, pertanian, dan di wilayah
pedesaan (Hamid,2005).
Situasi dualisme ekonomi tersebut tidak dapat dibiarkan terjadi terus- menerus.
Bangsa Indonesia harus segera mengambil langkah konkret dengan mengembangkan
sistem ekonomi yang sesuai dengan kondisi sosial dan kultural bangsa untuk
menyelesaikan masalah ekonomi yang saat ini mendera. Dalam sejarah, Indonesia
telah beberapa kali mengalami perubahan sistem ekonominya, yang terkadang
cenderung ke kapitalis ataupun sosialis. Hal ini terjadi karena adanya dinamika politik
dalam pemerintahan, disamping tuntutan normatif untuk menemukan suatu sistem
yang benar- benar sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia dan demi menjamin
tercapainya kesejahteraan rakyat. Sistem ekonomi cenderung ke liberalis, misalnya,
pernah diterapkan di Indonesia pada awal kemerdekaan, dimana rakyat diberikan
wewenang yang cukup luas untuk melakukan kegiatan ekonomi. Kemudian, Indonesia
juga pernah menggunakan sistem ekonomi cenderung ke sosialis dimana peran
pemerintah dalam perekonomian cukup dominan. Indonesia menggunakan sistem
ekonomi yang berbeda dari sebelum-sebelumnya yaitu menggunakan sistem yang
disebut demokrasi ekonomi ketika kepemimpinan Presiden Soeharto.
Tuntutan rakyat yang merasa sistem demokrasi ekonomi ternyata tidak dijalankan
dengan benar dan tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, sehingga muncul tuntutan
adanya perombakan sistem ekonomi yang dikenal dengan masa reformasi. Pasca
reformasi, muncul pandangan untuk mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan, yang
diharapkan bisa melibatkan sebagian besar rakyat dalam aktivitas ekonomi. Namun,
dalam realitasnya ini belum mewujud.
Perekonomian 3
b
BAB
PENDAPATAN NASIONAL DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI
3
Perekonomian Indonesia 34
3. Pendapatan Nasional Netto (bersih)
Pendapatan Nasional Bersih (Net National Income/NNI) adalah nilai dari
produk nasional bersih (net nationalincome) dikurangi dengan pajak tidak
langsung.
NNI = NNP – Pajak Tidak Langsung
4. Pendapatan Perseorangan
Pendapatan Perseorangan (Personal Income) adalah jumlah seluruh
penerimaan yang diterima perseorangan sebagai balas jasa dalam proses
produksi. Pendapatan perseorangan ini dapat juga disebut pendapatan kotor,
karena tidak semua pendapatan perseorangan netto jatuh ke tangan pemilik
faktor produksi, sebab masih harus dikurangi laba yang tidak dibagi, pajak
penghasilan, iuran jaminan sosial dan lain-lainnya.
5. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan
Perekonomian 3
b. PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita
PDB per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat karena telah
memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatan perkapita
dapat diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk.
c. Pendapatan Per jam Kerja
Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain bila
mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi
daripada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama.
>. Model – Model Pertumbuhan Ekonomi
keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara
mantap pula apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan
terjadinya hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson
(goldenage).
Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh dengan
kapasitas produksi penuh (kesempatan kerja penuh) yang disebutnya sebagai “
Pertumbuhan ekonomi yang mantap(steady-stategrowth) “efek permintaan yang
ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek
penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi dilakukan oleh pengusaha yang
mempunyai pengharapan yang tidak selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu
keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara
Perekonomian 3
mantap pula apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan
terjadinya hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson
(goldenage).
Di samping itu Harrod mengemukakan bahwa sekali keseimbangan itu
terganggu, maka gangguan itu akan mendorong ekonomi nasional menuju ke
arah depresi atau inflasi sekular. Karena itu Harrod melambangkan
keseimbangan ekonomi tersebut sebagai keseimbangan mata pisau, mudah
sekali tergelincir dan sekali tergelincir semuanya akan menjadi hancur
(jadi
keseimbangan yang tidak stabil).
Model pertumbuhan ekonomi Domar hampir mirip dengan model Harrod
walaupun ada beberapa perbedaan yang esensial pula antara kedua model itu.
Perbedaan itu khususnya menyangkut mengenai tiadanya fungsi investasi pada
model Domar, sehingga investasi yang sebenarnya tidak ditentukan di dalam
modelnya. Karena itu kesulitan pencapaian keseimbangan ekonomi jangka
panjang yang mantap bagi Harrod, disebabkan oleh sulitnya kesamaan v dan vr
atau laju pertumbuhan yang disyaratkan dengan laju pertumbuhan natural,
sedang bagi Domar kesulitan itu timbul karena adanya kecenderungan
masyarakat untuk melakukan investasi yang relatif terlalu rendah
(underinvestment).
Model Neo-Klasik sebagaimana dikemukakan oleh Solow (juga Swan)
mencoba memperbaiki kelemahan model Harrod-Domar dengan mengolah
asumsi yang mengenai fungsi produksi yang digunakan, dari fungsi produksi
dengan proporsi tetap, menjadi fungsi produksi dengan proporsi yang variabel.
Berbeda dengan visi Harrod-Domar yang suram dan menakutkan visi teori
NeoKlasik adalah visi yang menggembirakan dan serasi dengan proses ekonomi
yang otomatik dan mekanistik. Kelemahan pokok teori Neo-Klasik adalah
dihilangkannya peranan pengharapan para pengusaha yang dalam teori Keynes
menduduki peranan sentral.
0. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Tingkat Pertumbuhan
PNB (Produk Nasional Bruto) Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai,
yang lebih populer dipakai adalah PDB, karena angka PDB hanya melihat
batas
wilayah,terbatas pada negara yang bersangkutan
Perekonomian 3
9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
a. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan
tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek
pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
proses pembangunan.
b. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya
alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian,
sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan
ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya
manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber
daya alam yang
dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja
yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada
akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
d. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit
atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya
sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun
budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
Perekonomian 3
e. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.
Perekonomian 3
Angka ini menunjukkan daya beli masyarakat yang meningkat. Meski secara
nasional, angka pendapatan per kapita ini naik, kenyataannya terjadi ketimpangan
pendapatan yang ada di kota besar dan kota kecil. Tingginya ketimpangan pendapatan
memang kerap menimpa negara-negara yang perekonomiannya banyak
mengandalkan sumber daya alam. misalnya saja Brazil. fenomena ini juga
ada kaitannya dengan
dutchdisease, yakni fenomena di bidang perekonomian yang merujuk pada akibat
yang biasanya ditimbulkan oleh melimpahnya sumber daya alam di suatu negara.
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara punya kaitan yang erat,
yang secara teori seharusnya menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun,
kenyataannya, hal ini justru mempengaruhi kestabilan ekonomi sosial suatu negara
sehingga lebih rendah. Negara yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung
tidak memiliki teknologi yang, ditambah dengan masalah korupsi, lemahnya birokrasi
dan demokrasi.
Index gini yang paling rendah dimiliki oleh negara-negara yang pertumbuhan
ekonominya mengandalkan sektor jasa. Indonesia sebenarnya banyak memiliki sektor
jasa, namun sumber-sumbernya masih begitu terbatas sehingga pemerintah
seharusnya berkonsentrasi pada program ekonomi yang mengarah ke sektor jasa.
Risiko yang
berasal dari faktor eksternal adalah pemulihan ekonomi global yang belum stabil.
Ketidakpastian dari arah kebijakan pemerintah US ditambah dengan rencana
kenaikan suku bunga The Fed sebanyak tiga kali pada tahun ini juga berpotensi
menimbulkan tekanan pada 1arus modal dan nilai tukar.
Rebalancing yang terjadi di China juga berpotensi menimbulkan tambahan risiko.
Bappenas mengungkapkan bahwa perekonomian China sangat mempengaruhi
Indonesia. Jika China mengalami perlambatan 1%, maka ekonomi Indonesia akan
tergerus 0,72%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pengaruh ekonomi US yang
diprediksi jika ekonomi US melambat 1%, ekonomi Indonesia akan menurun 0,41%.
Risiko perlambatan pada perekonomian China itu ada, selain karena pengaruh
sentiment dari US, utang China sekarang makin naik dan cadangan devisa mereka
turun menyebabkan tren depresiasi Yuan.
Seiring dengan hal tersebut, IMF juga melaporkan hasil penilaian perekonomian
Indonesia tahun IMF menganggap Indonesia berhasil dalam menjaga stabilitas
makroekonomi dan beradaptasi terhadap dinamika perubahan perekonomian global.
Meski menghadapi sejumlah risiko, outlook perekonomian Indonesia positif. Hal ini
1
Perekonomian 4
terjadi, salah satunya karena tepatnya bauran kebijakan makroekonomi yang
didukung oleh reformasi structural sehingga Indonesia mampu menghadapi beberapa
tantangan seperti siklus harga komoditas dunia yang naik turun, lambatnya
pertumbuhan ekonomi global, serta beberapa keadaan yang berpotensi menimbulkan
gejolak keuangan ke negara emergingmarkets.
Senada dengan hal itu, kesimpulan yang diambil oleh KSSK juga menyebutkan
kondisi stabilitas sistem keuangan kita normal. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil
pemantauan dan asesmen terhadap perkembangan moneter, fiskal, makroprudensial,
sistem pembayaran, pasar modal, pasar surat berharga negara, perbankan, lembaga
keuangan non-bank dan penjaminan simpanan. KSS memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi tahun 2017 akan lebih baik dan stabilitas sistem keuangan pun terkendali.
Tahun 2017, pemerintah menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar
5,1% dengan asumsi defisit 2,41%. Namun, masih ada beberapa risiko yang patut
dicermati, baik itu risiko eksternal maupun internal/ domestik yang dapat
mempengaruhi sistem keuangan.
Perekonomian 4
b
Perekonomian Indonesia 42
untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Atas dasar itu, dapat
dinyatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi merupakan prasyarat bagi
membaiknya kualitas kehidupan.
Sebagai bagian dari sebuah gugusan masyarakat yang universal, sebuah negara
atau bangsa memerlukan sikap untuk menghargai diri sendiri, mampu dan perlu
untuk mengejar suatu tujuan serta bentuk pernyataan diri yang lain. Pernyataan
tersebut dapat dinyatakan dalam sebuah istilah, yaitu ‘jati diri‘. Pencarian jati diri
bagi sebuah negara yang sedang berkembang sangat diperlukan karena proses
masuknya informasi dari negara-nagara maju akan membuat sebuah negara sedang
berkembang kehilangan makna keberadaannya. Bagi sebuah negara kehilangan jati
diri merupakan masalah yang sangat besar. Tujuan pembangunan serta arah yang
telah ditetapkan akan berubah apabila sebuah negara kehilangan jati diri. Ekses
negatif dari kehilangan itu adalah semakin tingginya sifat dan sikap konsumerisme
pada setiap individu dari sebuah negara.
Kehilangan makna atau jati diri juga akan menyebabkan ketergantungan yang
tinggi terhadap pihak lain dengan kata lain kebebasan sebuah negara menjadi hilang.
Kebebasan yang dapat diartikan sebagai kemerdekaan individu (negara) dari semua
jenis perbudakan maupun penghambaan kepada individu (negara) lain. Kebebasan
untuk memilih model atau tujuan pembangunan yang sesuai bagi negaranya. Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index) atau yang sering kita sebut
IPM adalah indikator pengukuran pencapiansosioekonomi suatu negara dengan
mengkombinasikan pencapaian dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pendapatan
riil per kapita yang disesuaikan (Todaro, 2012: 25). Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) adalah indeks yang mengukur pembangunan manusia dari tiga aspek dasar,
yaitu: a long andhealthylife (umur panjang dan hidup sehat), knowledge
(pengetahuan), dan a decentstandardofliving (standar hidup layak) (BPS, 2015). IPM
memeringkatkan negara atau daerah dengan skala 0 (pembangunan manusia rendah)
sampai 1 (pembangunan manusia tinggi) berdasarkan pada tiga tujuan pembangunan,
yaitu masa hidup (longetivity) yang diukur dengan harapan hidup setelah lahir,
pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan bobot rata rata tingkat melek huruf
orang dewasa dan rasio partisipasi sekolah bruto, serta standar hidup yang diukur
dengan Produk Domestik Bruto per kapita (PDRB per kapita) yang disesuaikan
dengan kemampuan daya beli masyarakat di setiap negara.
Perekonomian 4
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015
Gambar 1.1
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 1996 – 2015
IPM paling tinggi (0.7859), sedangkan Papua selalu berada di posisi IPM paling
rendah (0.6625) sehingga meskipun secara keseluruhan IPM Indonesia baik, namun
jika dilihat secara parsial akan terlihat ketimpangan antara daerah yang dekat dan
jauh dengan Pemerintahan Pusat (lihat Gambar 1.2). Selain itu juga, kita dapat
melihat bahwa IPM Indonesia turun di tahun 1999, hal ini diindikasikan karena
pengaruh setelah terjadinya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia di tahun 1998.
Perekonomian 4
B. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dan Penduduk
Pasar tenaga kerja adalah bagian dari pasar faktor produksi. Setiap unsur
pembentuk dalam pasar faktor-faktor produksi tersebut sebagian besar berasal dari
rumah tangga (tanah, keahlian (skill), kemampuan manajerial serta modal).
Perekonomian merupakan sistem yang dibentuk oleh manusia sehingga perilaku
manusia dicerminkan melalui perekonomiannya. Dalam perekonomian terjadi
interaksi antarindividu (manusia) yang berupa aktivitas ekonomi, antara lain
konsumsi, investasi, penawaran tenaga kerja, dan lain sebagainya. Besar kecilnya
perekonomian ini tergantung kepada kemampuan individu-individu dalam
perekonomian untuk berproduksi (produksi tidak hanya merupakan proses
pengolahan bahan baku menjadi barang akhir saja, lebih dari itu produksi merupakan
proses pembentukan nilai tambah bagi setiap individu).
Salah satu ukuran penilaian kemampuan produksi menggunakan produktivitas.
Secara sederhana, makna produktivitas ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
kemampuan setiap individu untuk melakukan produksi secara optimal. Melalui sudut
pandang makroekonomi, produktivitas diukur menggunakan pendekatan
kependudukan. Pengukuran ini melibatkan banyak unsur dalam penduduk (antara
lain: agama, budaya, unsur geografis, politik, keamanan). Oleh karena itu, seringkali
pengukuran produktivitas secara makro menggunakan pendapatan per kapita.
Dengan kata lain, semakin tinggi pendapatan per kapita dari penduduk sebuah
negara dapat dikatakan bahwa produktivitas penduduk negara tersebut meningkat.
Penduduk merupakan sumber tenaga kerja manusia. Tenaga kerja ini pada umumnya
tersedia di pasar kerja dan biasanya siap untuk digunakan dalam proses produksi dan
penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar kerja. Apabila tenaga kerja
bekerja maka ia akan memperoleh upah atau gaji yang merupakan imbalan atas
jasanya. Tenaga kerja akan menghasilkan barang dan jasa yang selanjutnya akan
dilempar ke pasar barang dan jasa. Di pasar barang dan jasa, timbul permintaan
barang dan jasa oleh penduduk. Untuk memperoleh barang dan jasa, penduduk
harus
membayar harga barang atau jasa tersebut. Pembayaran (dalam bentuk uang) oleh
penduduk pada umumnya diperoleh dari pendapatannya atas kontribusinya di dalam
proses produksi sehingga terjadilah arus putar balik dari aliran barang dan jasa serta
aliran uang di masyarakat. Pada dasarnya, aliran siklus tersebut akan menyebabkan
terjadinya keseimbangan di dalam perekonomian. Namun demikian, suatu saat
Perekonomian 4
keseimbangan itu bisa terganggu, yaitu apabila terjadi kejutan (gangguan/shock) dari
luar (faktor eksogen) sehingga keseimbangan dalam siklus perekonomian berubah.
Pasar Faktor-faktor
Produksi
e
c Pasar Uang
g
f h
b Pemerintah Perusahaan
Rumah
Tangg i
Pasar untuk d
a Barang dan Jasa
Perekonomian 4
ekonomi tersebut mempunyai cara yang spesifik dalam memenuhi kebutuhannya
(need). Rumah tangga membutuhkan konsumsi akan barang dan jasa yang bisa
didapatkan dari pasar untuk barang dan jasa, di mana penawaran atas produk barang
dan jasa tersebut disediakan oleh swasta (perusahaan). Perusahaan sendiri
membutuhkan faktor-faktor produksi dalam menjalankan usahanya dan penawaran
faktor produksi tersebut disediakan oleh rumah tangga. Sementara itu, pemerintah
sebagai fasilitator membutuhkan pendapatan untuk memfasilitasi setiap aktivitas
ekonomi maupun nonekonomi. Pendapatan itu diperoleh dari pajak yang dibayarkan
oleh rumah tangga, meskipun perusahaan merupakan pelaku ekonomi yang paling
“terlihat” aktivitas ekonominya perlu disadari pula bahwa sebenarnya individu di
dalam perusahaan merupakan komponen dari rumah tangga. Pajak kemudian
disalurkan kepada pasar uang dan pasar untuk barang dan jasa.
Perekonomian 4
b
Tenaga kerja itu sendiri, terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja atau laborforce, terdiri dari (1) golongan yang bekerja dan (2)
golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja
Perekonomian 4
terdiri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah
tangga, dan (3) golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan
dalam angkatan kerja ini sewaktuwaktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja.
Oleh sebab itu, kelompok ini sering disebut juga angkatan kerja yang potensial
(potentiallaborforce).
B. Konsep Pengangguran
Menurut definisi yang diperoleh dari Sensus Penduduk tahun 1971,
pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan
(namun sensus penduduk tahun 1971 tidak memberikan batasan mengenai jumlah
jam kerja per hari atau per minggu). Definisi pengangguran ini sama dengan definisi
pada sensus penduduk pada tahun 2001. Secara fundamental, fenomena
pengangguran di Indonesia pada saat sebelum krisis berbeda dengan negara
berkembang lainnya. Di Indonesia, pengangguran yang terjadi pada saat itu adalah
angkatan kerja yang mencari pekerjaan (searchunemployment), sedangkan di negara
lainnya pengangguran yang terjadi cenderung disebabkan oleh perekonomian
(structuralunemployment).
International LaborOrganization atau ILO dalam mendefinisikan pengangguran
terbuka, yaitu mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan, mereka
yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha, mereka yang tak punya
pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja
(Hussmanns, dkk, 1992: Hal 36).
Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan menjadi empat jenis,
yaitu pengangguran friksional, musiman, struktural, dan siklikal.
1. Pengangguran Friksional
Pasar tenaga kerja yang mencerminkan permintaan dan penawaran tenaga
kerja sesungguhnya bersifat tetap di mana ada pekerja yang diberhentikan ada
juga yang bekerja. Perusahaan pun demikian, ada perusahaan yang mengurangi
kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja ada juga yang
mengurangi kapasitas produksinya dan mengurangi tenaga kerja. Idealnya ketika
pekerja mencari pekerjaan dan perusahaan mencari pekerja bertemu maka tidak
akan tercipta pengangguran.
Perekonomian 5
Pengangguran friksional muncul karena pekerja dan perusahaan tidak
bertemu pada satu waktu yang tepat (Borjas, 2013: Hal 506). Pengangguran
friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam
mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer
ini dapat berbentuk waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan
seleksi, bisa terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi. Di satu pihak
pencari kerja tidak hanya sekedar mencari pekerjaan yang dapat memberikan
penghasilan tertinggi, tetapi juga kondisi kerja terbaik. Proses pemilihan seperti
itu memerlukan waktu. Di lain pihak, pengusaha tidak begitu saja mengisi
lowongan kerja yang ada dengan orang yang pertama kali datang melamar.
Untuk mengisi satu lowongan tertentu, pengusaha cenderung untuk memilih
seseorang yang dianggap terbaik di antara calon-calon yang ada. Pengisian
lowongan seperti memerlukan waktu untuk proses seleksi. Selama proses yang
demikian, seorang pelamar yang menunggu panggilan untuk seleksi atau ujian
masuk (yang belum pasti diterima) adalah tergolong penganggur friksional.
Pengangguran jenis ini juga bisa terjadi karena kurangnya mobilitas pencari
kerja di mana lowongan pekerjaan justru bukan terdapat di sekitar tempat
tinggal pencari kerja. Misalnya, pencari kerja tinggal di Surabaya, sementara
lowongan pekerjaan berada di luar Surabaya. Bentuk yang terakhir adalah
pencari kerja tidak mengetahui di mana tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai.
Kebijakan untuk mengurangi pengangguran friksional dilakukan dengan
menyediakan informasi lowongan pekerjaan untuk pekerja yang menganggur
dan informasi pekerja untuk perusahaan yang ingin mencari pekerja.
2. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman terjadi karena pergantian musim. Di luar musim
panen, para petani banyak yang tidak turun ke sawah. Pada masa ini, banyak
orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar
menunggu musim yang baru. Selama masa menunggu tersebut, mereka
digolongkan sebagai penganggur musiman. Namun, dalam sensus penduduk
yakni Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) dan Survei Angkatan Kerja
Nasional (SAKERNAS), hal ini tidak terlihat jelas karena mereka menurut
definisi digolongkan bekerja.
Perekonomian 5
Perubahan musim bisa juga disebabkan oleh perubahan model pada suatu
industri, munculnya model baru membuat pekerja akan berhenti sejenak karena
keterampilan mereka tidak sesuai dengan model baru tersebut. Sebenarnya
pengangguran musiman ini tidak menimbulkan masalah berarti karena setelah
musim tersebut kembali pada musim awal maka pekerja yang menganggur
tersebut akan kembali ke perusahaan awal (Borjas, 2013: Hal 507).
3. Pengangguran Struktural
Pengangguran Struktural terjadi karena adanya perubahan struktural dalam
struktur atau komposisi perekonomian. Pengangguran struktural yang demikian
memerlukan perubahan dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan,
sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan dengan keterampilan
tersebut. Misalnya, terjadi pergeseran dari perekonomian yang agraris menuju
perekonomian yang industrial. Di satu pihak, terjadi pengurangan tenaga di
sektor pertanian dan di pihak lain bertambahnya tenaga kerja di sektor industri.
Akan tetapi, tenaga kerja yang berlebih di sektor pertanian tadi tidak begitu saja
dapat terserap di sektor industri karena sektor industri memerlukan tenaga yang
memiliki keterampilan tertentu. Akibatnya, tenaga yang berlebih dari sektor
pertanian tadi merupakan penganggur struktural.
Bentuk pengangguran struktural yang lain adalah terjadinya pengurangan
pekerja akibat penggunaan alat-alat dan teknologi maju. Penggunaan traktor
misalnya, dapat menimbulkan pengangguran di kalangan petani. Penganggur
sebagai akibat struktur perekonomian pada dasarnya memerlukan tambahan
latihan untuk memperoleh keterampilan baru yang sesuai dengan permintaan
dan teknologi baru. Lamanya pengangguran struktural pada umumnya lebih
panjang dari lamanya pengangguran friksional.
Pengangguran struktural akan tetap tumbuh meskipun pekerja dan
perusahaan sudah mengetahui informasi, hal ini dikarenakan informasi yang
didapatkan tidak sesuai dengan pekerja ataupun perusahaan (Borjas, 2013: Hal
507). Kebijakan untuk mengurangi pengangguran ini adalah menyediakan
pelatihan keterampilan baru untuk pekerja sehingga keterampilan pekerja sesuai
dengan kebutuhan struktur ekonomi baru.
Perekonomian 5
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal atau konjungtural terjadi karena adanya siklus
ekonomi yang melamban. Meskipun pekerja dan perusahaan bertemu dan
keterampilan pekerja sesuai dengan kebutuhan, pengangguran masih dapat
tercipta karena ekonomi di suatu negara tersebut mengalami pemerosotan
ekonomi (resesi). Kondisi ekonomi yang merosot menyebabkan tingkat
konsumsi menurun sehingga perusahaan hanya membutuhkan tenaga kerja yang
lebih sedikit sehingga terjadi pemberhentian banyak pekerja dan terciptalah
pengangguran siklikal. Ada kelebihan stok tenaga kerja baru yang dibutuhkan,
namun permintaannya hanya sedikit.
Kebijakan dalam menyelesaikan pengangguran ini adalah dengan
mendorong permintaan agregat sehingga perekonomian tumbuh dan tingkat
produksi meningkat. Peningkatan tersebut dapat menyerap tenaga kerja lebih
banyak sehingga pengangguran siklikal akan berkurang (Borjas, 2013: Hal 507).
C. Teori Pengangguran
Beberapa hipotesis atau dugaan terkait konsep pengangguran telah dipaparkan
oleh beberapa ahli, salah satunya adalah George Borjas dalam bukunya
LaborEconomics. Beberapa hipotesis terkait teori pengangguran ini adalah “The
IntertemporalSubstitutionHypothesis” atau “Hipotesis Substitusi Antarwaktu”, dan
“The SectoralShiftsHypothesis” atau “Hipotesis Pergeseran Sektor.” Selain itu, dalam
materi ini juga akan dibahas terkait efisiensi upah dan pengangguran.
1. The IntertemporalSubstitutionHypothesis
Hipotesis ini menjelaskan terkait masalah yang ada pada pengangguran
friksional, model pencari kerja dapat memberikan penjelasan penting terkait
pengangguran friksional. Pada materi penawaran tenaga kerja akan dijelaskan
bahwa tenaga kerja akan mengalokasikan waktu yang banyak untuk
menganggur atau rekreasi ketika tingkat upahnya rendah dan akan bekerja
penuh ketika tingkat upah tinggi. Upah tinggi atau rendah dapat dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi, misalnya saja kondisi perekonomian sedang mengalami
ekspansi maka tingkat upah riil akan naik, sebaliknya jika perekonomian
mengalami penurunan atau kontraksi maka tingkat upah riil akan menurun.
Perekonomian 5
Asumsi pada hipotesis ini ada dua, yaitu upah riil adalah procyclical dan
penawaran tenaga kerja akan merespon untuk menggeser upah riil. Sifat
procyclical merupakan sifat yang menunjukkan keterkaitan atau korelasi positif
sesuai dengan prinsip ekonomi yang berlaku, dalam konteks ini maka upah riil
berkaitan erat dengan siklus bisnis. Meskipun sudah ada konsensus yang
menyatakan upah adalah procyclical namun masih diragukan. (Borjas, 2013:
Hal 525).
Perubahan upah riil selama siklus bisnis sulit dihitung karena dalam siklus
bisnis terjadi perubahan komposisi angkatan kerja. Pada hipotesis substitusi
antarwaktu dinyatakan pergeseran besar persediaan tenaga kerja dalam siklus
bisnis dikarenakan oleh realokasi waktu oleh pekerja. Di mana persediaan
tenaga kerja akan meningkat pada waktu upah rendah karena pekerja lebih
memilih menganggur ketika upah rendah dan berlaku sebaliknya, yaitu
persediaan tenaga kerja akan berkurang ketika upah tinggi karena pekerja akan
mengoptimalkan pekerjaannya pada upah tinggi.
Perekonomian 5
menyesuaikan keterampilan mereka dengan kebutuhan saat itu (perbaikan
komputer).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan telah membuktikan bahwa
ternyata di Amerika Serikat dan beberapa negara maju, hipotesis pergeseran
sektoral yang berkontribusi menyebabkan pengangguran tidak berlaku. Pada
hipotesis ini juga dikatakan bahwa tingkat pengangguran akan meningkat ketika
ada banyak perpindahan pada saat pertumbuhan tenaga kerja ketika industri
tumbuh dan merosot. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Abraham dan Katz
(1986) yang menyatakan adanya korelasi positif antara perpindahan saat
pertumbuhan tenaga kerja dan peningkatan tingkat pengangguran.
Perekonomian 5
Gambar 1.6
Pengangguran dan Upah Riil Kaku
Pada suatu negara, misalnya negara B di mana tingkat upah yang tinggi juga
memiliki kecenderungan tingkat pengangguran yang rendah. Sumber: Borjas.
(2013: 530) Gambar 1.7 Kurva Upah.
Perekonomian 5
b
PENGELUARAN
BAB KONSUMSI MASYARAKAT DAN
6 PENGELUARAN PEMERINTAH
Perekonomian Indonesia 57
besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil. Artinya jika mereka
memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar tambahan
pendapatannya itu akan teralokasikan untuk konsumsi. Hal sebaliknya berlaku
pada masyarakat yang kehidupan ekonominya sudah relatif lebih mapan.
Perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan
antara negara maju dan negara berkembang bukan hanya terletak dalam atau
dicerminkan oleh perbandingan relatif besar kecilnya MPC dan MPS, akan
tetapi juga dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang
belum mapan biasanya lebih didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan
pokok atau primer. Sedangkan pengeluaran konsumsi masyarakat yang sudah
mapan cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau
bahkan tersier.
Perekonomian 5
Dari beberapa pandangan di atas dapat ditarik satu kesimpulan yaitu
Perilaku Konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis
yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas
atau kegiatan mengevaluasi.
Alokasi PDB dewasa ini semakin besar tergunakan untuk keperluan
pembentukan modal atau investasi serta ekspor dan impor. Kenyataan ini tentu
saja menggembirakan karena menandakan secara umum pendapatan masyarakat
sudah mencukupi kebutuhan konsumsinya, sehinnga terdapat kelebihan yang
bisa ditabung untuk menjadi sumber dana investasi. Adalah beralasan untuk
menyatakan bahwa harapan untuk menumbuhkan perekonomian cukup
prospektif. Persoalannya kemudian ialah seberapa besar tabungan masyarakat
kita telah mencukupi sasaran pertumbuhan perekonomian yangdiinginkan.
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia rata-rata 6,5
persen per tahun selama dasawarsa 1970-an. Angka ini satu persen lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan rata-rata pengeluaran konsumsi masyarakat
Malaysia untuk kurun waktu yang sama. Akan tetapi, lebih tinggi daripada
pertumbuhan rata-rata tahunan pengeluaran konsumsi masyarakat India dan
Republik Rakyat Cina, masing-masing 2,9 dan 4,9 persen; bahkan juga
dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat Amerika Serikat
(3,1%) dan jepang (4,7%). Dalam periode 1980-1993, pengeluaran konsumsi
masyarakat Indonesia tumbuh setingkat satu ata-rata 4,4 persen per tahun, lebih
rendah daripada india (4,7%) dan cina (7,9%) serta Malaysia (5,5%); namun
lebih tinggi daripada amerika dan jepang. Angka-angka perbandingan ini
beralasan untuk menjelaskan bahwa, sebagai Negara berkembang, Indonesia
memiliki bekal kemandirian yang cukup mantap dalam menumbuhkan
perekonomiannya. Hasil-hasil pembangunannya selama ini teralokasikan ke
penggunaan yang produktif.
Kemantapan bekal kemandirian dalam pembangunan tersebut apat
dikonfirmasikan melalui tinjauan pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan
proporsinya dalam pembentukan permintaan agregat
(aggregatedemand).Proporsi pengeluaran konsumsi masyarakat dalam
membentuk permintaan agregat menyiratkan dua hal. Pertama, peran tabungan
masyarakat terahdap pendapatan nasional semakin besar. Kedua, peran
sectorsektor penggunaan lain dalam membentuk permintaan agregat semakin
Perekonomian 5
besar, khususnya sector pembentukan modal atau investasi dan sector ekspor-
impor.
Dalam perekonomian ada beberapa pendekatan yang mempelajari perilaku
konsumen, antara lain pendekatan tradisional dan pendekatan modern.
Penjelasan masingmasing sebagai berikut:
a. Pendekatan Tradisional
Menurut pendekatan ini, setiap barang mempunyai dayaguna atau utilitas,
oleh karena barang tersebut pasti mempunyai kemampuan untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakan barang
tersebut. Jadi bila orang meminta suatu jenis barang, pada dasarnya yang
diminta adalah dayaguna barang tersebut.
b. Pendekatan Modern
Pendekatan ini menggunakan analisa regresi yang secara praktis digunakan
untuk memperkirakan permintaan
Perekonomian 6
justru lebih tinggi daripada orang kota. lebih tingginya kenaikan pengeluaran
penduduk perdesaan dibandingkan penduduk perkotaan harus dipahami secara
hati-hati. hal ini tidak berarti bahwa dibandingkan orang kota, orang desa
menjadi lebih boros, kian konsumtif, atau semakin makmur.
Mengingat jumlah pengeluaran yang menjadi basis pehitungan nilainya
jauh lebih rendah untuk penduduk perdesaan, kenaikan pengeluaran yang lebih
tinggi itu sesungguhnya arulah sekedar menggambarkancapaian orang-orang
desa dalam upayanya untuk dapat hidup lebih baik. Capaian itu sendiri belum
mampu mensejajarkandenganposisi kemakmuran orang kota.
Penafsiran semacam ini masih tergolong sebagai penafsiran yang bernada
optimistis. Kenaikan lebih tinggi pengeluaran penduduk perdesaan tadi dapat
pula ditafsirkan dengan nada pesimistis. Yakni bahwa hal itu disebabkan karena
orang-orang desa harus mengeluarkan lebih besar untuk mempertahankan
tingkat hidup subsistennya, berkenaan dengan suku niaga (termsoftrade) yang
semakin buruk yang menimpa produk-produk primer dari desa (hasil bumi)
dibandingkan dengan produk-produk sekunder dari kota (hasil industri).
Di dalam pengeluaran untuk kelompok non-makanan, bagian terbesar
dibelanjakan untuk keperluan subkelompok perumahan dan bahan bakar. Sekitar
44% pengeluaran nonmakanan dibelanjakan untuk keperluan perumahan, itu
berarti hampir 17%dari seluruh pengeluaran. Itu berarti pula, tanpa
memperhatikan kelompok, belanja terbesar masyarakat Indonesia adalah untuk
keperluan perumahan dan bahan bakar.
Perekonomian 6
Disamping, berdimensi spasial atau antar daerah yakni antara daerah
perdesaan dan daerah perkotaan, perbedaan atau ketimpangan pengeluaran
konsumsi masyarakat juga terjadi dalam dimensi antar lapisan pengeluaran itu
sendiri. Terdapat pula diskrepansi pengeluaran konsumsi yang berdimensi
regional atau antar wilayah, yakni antara propinsi yang satu dan propinsi lain di
tanah air.
Pola konsumsi masyarakat berbeda antarlapisan pengeluaran. Terdapat
kecenderungan umum bahwa semakin rendah kelas pengeluaran masyarakat
semakin dominan alokasi belanjanya untuk pangan. Di lain pihak, kian tinggi
kelas pengeluarannya kian tinggi besar pula proporsi belanjanya untuk konsumsi
bukan makanan. Jenis makanan yang dikonsumsi juga berbeda. Semakin rendah
kelas pengeluaran, cenderung semakin dominan jenis padi-padian umbi-umbian
yang dikonsumsi.
Dalam kelompok pengeluaran untuk non-makanan, terjadi gejala
sebaliknya. Semakin tinggi pengeluarannya semakin besar proporsinya secara
umum, dan secara spesifik untuk berbagai jenis pengeluaran non-makanan
tertentu.
5. Tabungan Masyarakat
Tabungan adalah bagian dari pendapatan dapat dibelanjakan
(disposableincome) yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Ini merupakan
tabungan masyarakat. Tabungan pemerintah adalah selisih positif antara
penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin. Kedua macam tabungan ini
membentuk tabungan nasional, merupakan sumber dana investasi.
Kendati pada dasarnya semua sisa pendapatan yang tidak dikonsumsi
adalah tabungan, namun tidak seluruhnya merupakan tabungan sebagaimana
yang dikonsepsikan dalam makro ekonomi. Hanya bagian yang dititipkan pada
lembaga perbankan sajalah yang dapat dinyatakan sebagai tabungan, karena
secara makro dapat disalurkan sebagai dana investasi. Sisa pendapatan tidak
dikonsumsi yang disimpan sendiri (istilah umumnya celengan) tidak tergolong
sebagai tabungan.
Perkiraan jumlah tabungan masyarakat Indonesia memang tidak ditaksir
melalui cara sebagaimana diusulkan tadi. Biro Pusat Statistik menaksirnya
melalui selisih antara tabungan nasional dan tabungan pemerintah. Yang
terakhir ini relative lebih gampang dihitung mengingat catatan
administratifnya cukup
Perekonomian 6
tersedia. Angka tabungan nasional sendiri merupakan hasil penaksiran pula,
yaitu PDB dikurangi Nilai Konsumsi Akhir Sektor Rumah Tangga dan Sektor
Pemerintah, ditambah Pendapatan Netto Faktor Produksi terhadap Luar Negeri.
Jadi, karena kesulitan teknis penafsiran, metodologi perhitungannya dibalik.
Bukannya tabungan masyarakat ditambah tabungan pemerintah menghasilkan
tabungan nasional, melainkan tabungan nasional dikurangi tabungan pemerintah
menghasilkan tabungan masyarakat.
Tabungan masyarakat bersama-sama tabungan pemerintah dan dana dari
luar negeri merupakan sumber pembiayaan investasi. Dalam rangka
menggalakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, tabungan
masyarakat senantiasa diupayakan untuk terus meningkat.
Perekonomian 6
B. Pengeluaran Pemerintah
1. Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada
dasarnya berunsurkan pos-pos pengeluaran lancar dan pos pengeluaran kapital.
Sedangkan pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang sifatnya
menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik. Berikut ini adalah
penjelasannya :
a. Pengeluaran rutin pemerintah
Pengeluaran rutin adalah segala bentuk pengeluaran pemerintah untuk
membayar kebutuhan sehari-hari pemerintah. Pengeluaran rutin dimaksudkan
sebagai pengeluaranpengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk
membiayai kegiatan rutin pemerintahan. Tujuan pengeluaran rutin agar
pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran
penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan asset
negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga,
perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga
stabilitas perekonomian.
Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah
kebijakanyang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan
negara dan stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur
pemerintah,penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi
agar lebih tepat sasaran.Contoh pengeluaran rutin pemerintah sebagai
berikut :
- Belanja pegawai, termasuk gaji pegawai negri dan TNI
- Belanja barang, seperti perlengkapan dan peralatan kantor
- Cicilan hutang, baik hutang luar dan dalam negri
- Subsidi daerah otonom
- Pengeluaran rutin lainnya adalah subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM),
Anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan pertahanan keamanan.
b. Pengeluaran Tidak Rutin Pemerintah
Pengeluaran pembangunan (pengeluaran tidak rutin) yaitu pengeluaran
yang bersifat modal masyarakat dalam bentuk pembangunan fisik dan non
fisik. Pos pengeluaran pembangunan diantaranya untuk bantuan rupiah,
Perekonomian 6
seperti sumbangan bagi korban bencana alam dan bantuan biaya proyek
untuk pembangunan sarana fasilitas umum. Besar kecilnya anggaran
pengeluaran atau konsumsi pemerintah akan sangat bergantung pada sikap
dan keputusan-keputusan politik.
Perekonomian 6
b. Bila dilihat dari sisi negatifnya, maka perilaku konsumtif akan
menimbulkan dampak:
- Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial,
karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa
memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal, barang tersebut
diperlukan atau tidak, sehingga bagi orang yang tidak mampu mereka
tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan yang seperti itu.
- Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih
banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk
ditabung.
- Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan
mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir
kebutuhannya di masa datang.
Perekonomian 6
b
BAB INVESTASI
A. Pengertian Investasi
Investasi bisa didefinisikan sebagai komitmen sejumlah uang atau sumber daya
lainnya yang dilakukan saat ini (presenttime) dengan harapan memperoleh manfaat
(benefit) di kemudian hari (in future). Dalam tataran praktik, investasi biasanya
dikaitkan dengan berbagai aktivitas yang terkait dengan penanaman uang pada
berbagai macam alternatif aset baik yang tergolong sebagai aset real (real assets)
seperti tanah, emas, properti ataupun yang berbentuk aset finansial (financialassets),
misalnya berbagai bentuk surat berharga seperti saham, obligasi ataupun reksadana.
Bagi investor yang lebih pintar dan lebih berani menanggung risiko, aktivitas
investasi yang mereka lakukan juga bisa mencakup investasi pada aset-aset finansial
yang lebih berisiko lainnya yang lebih kompleks, seperti warrants, option, dan
futures maupun ekuitas internasional.
Pembahasan investasi dalam modul ini akan lebih banyak dikaitkan dengan
manajemen investasi pada jenis aset finansial khususnya sekuritas yang bisa
diperdagangkan (marketablesecurities). Aset finansial bisa diartikan sebagai klaim
berbentuk surat berharga atas sejumlah aset-aset pihak penerbit surat berharga
tersebut. Sedangkan sekuritas yang mudah diperdagangkan (marketablesecurities)
adalah aset-aset finansial yang dapat diperdagangkan dengan mudah dan dengan
biaya transaksi yang relatif murah pada pasar yang terorganisasi.
Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi biasanya disebut investor.
Investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual
(individual/retail investors) dan investor institusional (institutionalinvestors).
Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi.
Misalkan, si Basir yang menginvestasikan dananya dalam bentuk saham akan
disebut sebagai investor individual. Sedangkan investor institusional biasanya
terdiri dari
Perekonomian Indonesia 67
perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga
simpan-pinjam), lembaga dana pensiun maupun perusahaan investasi. Lembaga
seperti ini biasanya mengumpulkan uang dari para anggotanya (nasabahnya) dan
selanjutnya menggunakan uang tersebut sebagai modal untuk investasi pada
reksadana tertentu ataupun bisa juga dibelikan saham atau obligasi.
Investasi juga bisa dilihat sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari
bagaimana mengelola kesejahteraan investor (investor‘swealth). Dalam konteks
investasi, istilah kesejahteraan investor berarti kesejahteraan yang sifatnya moneter,
bukannya kesejahteraan rohaniah yang sering kali sulit diukur. Kesejahteraan
moneter bisa ditunjukkan oleh hasil penjumlahan pendapatan yang dimiliki saat ini
dan nilai saat ini (presentvalue) pendapatan diperoleh masa datang.
B. Tujuan Investasi
Apa tujuan investasi? Secara sederhana, tujuan orang melakukan investasi
adalah untuk ‘menghasilkan sejumlah uang‘ di kemudian hari. Semua orang mungkin
setuju dengan pernyataan tersebut. Tetapi pernyataan tersebut tampaknya terlalu
sederhana sehingga kita perlu mencari jawaban yang lebih tepat tentang tujuan orang
berinvestasi. Seperti telah disinggung sebelumnya, tujuan investasi yang lebih luas
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini
adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan
saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan yang diperoleh di masa datang. Secara
lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan kegiatan
investasi, antara lain sebagai berikut ini.
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa datang
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana mening-katkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatan-nya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi dampak inflasi
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain,
seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau
hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong
tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan
kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha
tertentu.
Dari mana seorang investor bisa mendapatkan sumber dana untuk melakukan
kegiatan investasi? Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari uang (sumber
daya) yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain ataupun dari tabungan. Ketika
seorang mempunyai sejumlah uang, kemungkinan besar dia akan berpikir untuk
menggunakan uang yang ia miliki tersebut untuk tujuan konsumsi, berjaga-jaga
maupun untuk ditabung atau diinvestasikan. Dengan demikian, apabila seseorang
mempunyai sisa uang setelah digunakan untuk konsumsi maka ia kemungkinan akan
mempunyai kelebihan dana yang bisa ditabung. Dana yang berasal dari tabungan
tersebut jika diinvestasikan akan memberikan harapan meningkatnya kemampuan
konsumsi investor di masa datang, yang diperoleh dari tujuan investasi, yaitu
meningkatnya kesejahteraan investor tersebut.
C. Proses Investasi
Pemahaman tentang proses investasi meliputi pemahaman tentang berbagai
tahaptahap yang biasanya dilakukan investor dalam membuat keputusan investasi.
Pemahaman tentang proses investasi terlebih dahulu memerlukan pemahaman dasar-
dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisasikan aktivitas-aktivitas
dalam proses keputusan investasi. Untuk memahami proses investasi, seorang
investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi, yang
akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan keputusan investasi yang
akan dibuat.
Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman pola
hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi. Secara umum,
hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan
hubungan yang searah dan linear. Artinya semakin besar risiko suatu investasi maka
semakin besar pula tingkat return yang diharapkan dari investasi tersebut dan
sebaliknya. Hubungan seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak
semua investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat return yang
paling tinggi. Di samping memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus
mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung.
1. Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat
risiko serta hubungan antara return dan risiko. Berikut ini akan dibahas masing-
masing dasar keputusan investasi tersebut.
a. Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan.
Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut
sebagai return. Adalah suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut
tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return yang
diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan
kompensasi atas biaya kesempatan (opportunitycost) dan risiko penurunan
daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.
Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang
diharapkan (expectedreturn) dan return yang terjadi (realizedreturn). Return
yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa
datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat
return yang telah benar-benar diperoleh investor. Ketika investor
menginvestasikan dananya, dia akan mensyaratkan tingkat
returntertentuOdan jika periode investasi telah berlalu, investor tersebut akan
dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya dia terima. Antara
tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh
investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan
antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima
(return aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam
proses investasi. Dengan demikian, dalam berinvestasi di samping
memperhatikan tingkat return, investor harus selalu mempertimbangkan
tingkat risiko suatu investasi.
b. Risiko
Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-
tingginya dari investasi yang dilakukannya. Akan tetapi, ada hal penting
yang harus selalu dipertimbangkan, yaitu berapa besar risiko yang harus
ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin besar risiko maka
semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Penelitian terhadap
return saham dan obligasi di Amerika yang dilakukan oleh Jeremy J. Siegel
Tahun 1992, menemukan bahwa dalam periode 1802-1990, return saham
jauh melebihi return obligasi. Kelebihan return saham atas return obligasi
tersebut disebut juga sebagai equity premium. Salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya fenomena equity premium tersebut adalah adanya
fakta bahwa risiko saham lebih tinggi dari risiko obligasi. Risiko bisa
diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return
yang diharapkan. Dalam ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu investasi
pada khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk yang
rasional. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai
ketidakpastian atau risiko. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap
risiko seperti ini disebut sebagai risk-averseinvestors. Investor seperti ini
tidak akan mau mengambil risiko suatu investasi jika investasi tersebut
tidak memberikan harapan return yang layak sebagai kompensasi terhadap
risiko yang harus ditanggung investor tersebut.
Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung kepada preferensi
investor tersebut terhadap risiko. Investor yang lebih berani akan memilih
risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti oleh harapan tingkat return
yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak mau
menanggung risiko yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa
mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi.
BAB
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
8 (EKSPOR DAN IMPOR)
Perekonomian Indonesia 72
ditentukan oleh pasar, atau interaksi antara permintaan dan penawaran mata uang.
Sementara dalam sistem kurs mengambang terkendali, sejauh kurs berfluktuasi
dalam batasan-batasan yang ditentukan, pemerintah tidak campur tangan dengan
menjual/membeli mata uang.
Saat ini, setiap negara di dunia terkait dengan perdagangan internasional
karena dua alasan utama. Alasan pertama adalah negara-negara melakukan
perdagangan disebabkan oleh perbedaan kepemilikan faktor (factorendowment) satu-
sama lain terkait dengan geografi, iklim dan lain-lain. Akibatnya, terdapat perbedaan
kemampuan memproduksi suatu barang antara negara satu dengan negara lain.
Padahal, manusia baik itu tinggal di suatu negara maupun di negara lain
membutuhkan barang tersebut.
Alasan kedua adalah negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai
skala ekonomis (economiesofscale) dalam produksi. Skala ekonomis ini adalah suatu
negara membatasi dalam menghasilkan produk tertentu dan memusatkan segala
sumber dayanya untuk memproduksi jenis produk tertentu dalam skala yang lebih
besar disebabkan lebih efisien dibandingkan negara tersebut memproduksi semua
jenis barang sekaligus. Kemudian dengan terjadinya perdagangan antarnegara maka
akan timbul keuntungan perdagangan (gainsfromtrade) di mana keuntungannya
dapat didapatkan oleh kedua pelah pihak yang berdagang. Perdagangan internasional
dapat memberikan manfaat lebih luas dari yang diperkirakan.
Gambar 1.4.
Skala Ekonomies dan Disekonomies
Skala ekonomis ditunjukkan oleh gambar 1.2. Sumbu tegak menunjukkan
output produksi (Q) dan sumbu vertikal menunjukkan biaya produksi rata rata
(averagecost, AC). Pada tingkat produksi yang masih rendah, perusahaan mau tidak
mau menghadapi biaya produksi per output yang masih tinggi. Seiring dengan
pertumbuhan output yang dihasilkan, kenaikan jumlah output yang dihasilkan
menyebabkan efisiensi yang meningkat (economiesofscale). Namun, hal ini ada
batasnya, ketika jumlah output melebihi kapasitas produksi dan jangkauan pasar
yang sudah terlalu luas sehingga menyebabkan biaya transportasi, promosi, agen
yang meningkat, misalnya; peningkatan output justru akan menaikan biaya rata- rata
(diseconomiesofscale).
Gambar 1.5.
Perekonomian Makro
Jika total output domestik ditunjukkan oleh Y, maka total output tersebut diminta
oleh:
1. Rumah tangga, untuk konsumsi (consumption, C).
2. Swasta dalam bentuk investasi (investment, I).
3. Pemerintah, ditunjukkan oleh pengeluaran konsumsi (governmentspending, G).
4. Luar negeri dalam bentuk ekspor bersih (net-export, NX=X-M).
yang diproduksi akan diminta tidak hanya oleh pasar domestik, tetapi juga untuk
diekspor.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Ekspor, Produksi dan PDB Dunia (%)
persen, jauh lebih tinggi, dua kali, dibanding pertumbuhan produksi dunia sebesar 2,5
persen. Sementara itu, baik ekspor maupun produksi, output manufaktur mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding output pertanian dan minyak dan tambang.
Perdebatan yang terjadi akibat disparitas perdagangan produk-produk pertanian,
minyak, dan tambang serta manufaktur tersebut timbul pertanyaan mengenai
perdagangan internasional itu menguntungkan semua pihak ataukah hanya pihak
tertentu. Sektor manufaktur memiliki produktivitas yang tinggi dibanding sektor
pertanian dan sektor minyak dan tambang. Oleh karena itu, sektor manufaktur
memiliki nilai tambah (valueadded) yang lebih tinggi. Negara sedang berkembang
mencoba mentransformasi perekonomiannya dari pertanian menjadi manufaktur
melalui industrialisasi yang dilakukan, dengan harapan akan memiliki pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan kemudian mampu menyerap tenaga kerja. Materi
ekonomika internasional berisikan persoalan-persoalan yang muncul sehubungan
dengan adanya masalah-masalah khusus yang terjadi karena interaksi ekonomi
antarnegara.
menjadi 7 kawasan yaitu Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Selatan, Eropa,
ComonwealthIndependence State (CIS), Afrika, Timur Tengah dan Asia (lihat
Gambar 1.7). Aktivitas perdagangan paling besar terjadi di kawasan Eropa yaitu
sebesar US$ 4.695 milyar dollar atau memberikan kontribusi sebesar 42,9 persen dari
total aktivitas perdagangan dunia. Tingginya aktivitas perdagangan di kawasan Eropa
dapat disebabkan beberapa hal yang salah satunya adalah terintegrasinya kawasan
Eropa dengan dibentuknya Uni Eropa (European Union, EU) yang terdiri dari 27
negara Eropa dan menyepakati satu nilai mata uang transaksi yang dapat dilakukan di
27 negara Eropa, yaitu Euro1. Dari 42,9 persen, perdagangan dalam kawasan sendiri
(intra-regional trade) adalah sebesar 29,9 persen. Dengan terbentuknya Uni Eropa
dan satu mata uang yaitu euro mengakibatkan biaya transaksi perdagangan semakin
rendah. Hal ini memacu peningkatan aktivitas perdagangan sesama negara Eropa.
Tabel 1.2.
Distribusi Perdagangan Dunia
Tujuan
Amerik Erop
Amerika a CISAfrikTimuAsia Dunia
Origin
aSelanar
Utaradan Tenga
Tengah h
Milyar
US $ 2.708 583 6.73 51 458 618 3.90 1571
6 7 3 7
Dunia % 17,2 3,7 42, 3,3 2,9 3,9 24,8 100,0
9
Mily
Amerik ar 1014, 164,9 369, 16 33,6 60,2 375, 2035,
a Utara US $ 5 1 5 7
% 6,5 1,0 2,3 0,1 0,2 0,4 2,4 13,0
Amerik Milyar
a US $ 169,2 158,6 121, 9 16,8 11,9 100, 599,7
Selatan 3 6
% 1,1 1,0 0,8 0,1 0,1 0,1 0,6 3,8
dan
Tengah Erop
Mily
a ar 475,4 96,4 4.69 24 185, 188,6486, 6.446,
Perekonomian Indonesia 77
US $ 5 05 5 6
% 3,0 0,6 29, 1,51,2 1,2 3,1 41,0
9
CIS Milyar
US $
36,1 10,1 405,134, 10,5 25 76,8 702,8
6 7
% 0,2 0,1 2,6 0,9 0,1 0,2 0,5 4,5
Mily
Pemain perdagangan regional terbesar kedua setelah Eropa adalah Asia yang
mencatat 24,8 persen dari total perdagangan internasional. Perdagangan dalam
kawasan Asia sendiri mengkontribusi 13,9 persen. Untuk posisi ketiga adalah
kawasan Amerika Utara yang mencatat 17,2 persen terhadap dunia dengan
perdagangan kawasan sebesar 6,5 persen. Ini berarti tiga kawasan yaitu Eropa, Asia,
dan Amerika Utara mendominasi perdagangan dunia sekitar 75 persen perdagangan
dunia. Perbedaan persentase mencolok yang terjadi dalam perdagangan antar
kawasan yang dikuasai oleh Eropa, Asia dan Amerika Utara menjadi topik yang
menarik dalam kajian perdagangan internasional.
Perekonomian Indonesia 78
BAB
GLOBALISASI EKONOMI DAN
9 DEMOKRASI EKONOMI
J. Globalisasi Ekonomi
adanya pesawat terbang yang semakin cepat terbangnya dengan kapasitas penumpang
yang semakin besar membuat mobilisasi dari pelaku-pelaku ekonomi (konsumen,
produsen, investor, dan bankir) antarnegara menjadi semakin cepat dan murah. Ini
semua meningkatkan arus transaksi ekonomi antarnegara dalam laju yang semakin
pesat. Globalisasi telah memberi perubahan yang radikal dalam semua aspek
kehidupan, mulai dari sosial, budaya, politik, ekonomi, hingga gaya hidup sehari-
hari.
misalnya Cina dan Vietnam. Ini tentu suatu pertanda buruk yang perlu segera
ditanggapi serius oleh dunia usaha dan pemerintah Indonesia. Jika tidak,
bukan suatu yang mustahil bahwa pada suatu saat di masa depan Indonesia
akan tersepak dari pasar dunia untuk produk-produk tersebut.
b. Impor. Dampak negatifnya adalah peningkatan impor yang apabila tidak dapat
dibendung karena daya saing yang rendah dari produk-produk serupa buatan
dalam negeri, maka tidak mustahil pada suatu saat pasar domestik sepenuhnya
akan dikuasai oleh produk-produk dari luar negeri. Dalam beberapa tahun
belakangan ini ekspansi dari produk-produk Cina ke pasar domestik
Indonesia, mulai dari kunci inggris, jam tangan tiruan hingga sepeda motor,
semakin besar. Ekspansi dari barangbarang Cina tersebut tidak hanya ke
Perekonomian Indonesia 80
masyarakat dunia dewasa ini sedang memasuki era masyarakat informasi yang
beralih dari masyarakat industri.Artinya adalah bahwa masyarakat tidak bisa lagi
menutup diri dari luar karena teknologi informasi mampu menembus batas-batas
wilayah kekuatan negara Pengaruh radikal dari kemajuan teknologi terhadap
kehidupan masyarakat saat ini terutama sangat ketara sekali pada kegiatan bisnis
sehari-hari atau produk-produk yang dihasilkan.Misalnya, fiturhandphone (HP)
hampir setiap saat berganti sehingga HP menjelma menjadi alat bertukar
informasi melalui teknologi Internet ataupun SMS, berfungsi sebagai games,
kamera digital dan fungsi-fungsi lainnya.Kemampuan komputer beserta
program-programnya semakin canggih. Perubahan teknologi yang sangat pesat
sekarang ini juga telah mempengaruhi agro industri yang semakin tumbuh
kencang dengan varian-varian hasil produk, baik melalui rekayasa genetika
maupun akibat penemuan-penemuan varietas unggul. Demikian juga dalam
sektor kesehatan, produkproduknya juga mengalami revolusi dengan banyak
ditemukan jenis-jenis obat (supplement) baru yang memungkinkan manusia lebih
sehat atau lebih panjang usianya (Halwani, 2002).
Pada gilirannya, perubahan di sisi suplai (produksi) tersebut telah membuat
perubahan di sisi permintaan sesuai fenomena suppaycrmjtmsitslwfbmijfb:
perilaku konsumen semakin bervariatif mengikuti pilihan produk yang
semakin kompetitif. Perubahan pola konsumen telah terjadi tidak hanya di
negara-negara maju tetapi juga di NSB; tidak hanya di daerah perkotaan tetapi
juga di daerah perdesaan atau pedalaman. Walaupun tidak ada data
empiris yang bisa mendukung, tetapi dapat diduga bahwa jumlah
penduduk di perdesaan di Indonesia yang sudah pernah minum cocacola
sekarang ini jauh lebih banyak dibandingkan pada awal tahun 1970an;
demikian juga jumlah penduduk di perdesaan yang memiliki HP saat ini jauh
lebih banyak dibandingkan pada awal tahun 1990-an. Bahkan banyak orang
yang membeli HP atau rutin menggantinya dengan seri baru bukan karena perlu
tetapi karena mengikuti trmfbyang sangat dipengaruhi oleh reklame dan
pergaulan. Jadi benar apa yang dikatakan oleh Anthony Giddens (2001) bahwa
globalisasi saat ini telah menjadi wacana baru yang menelusup ke seluruh
wilayah kehidupan baik di perkotaan maupun perdesaan. Globalisasi telah
memberi perubahan yang radikal dalam semua aspek kehidupan, mulai dari
sosial, budaya, politik, ekonomi, hingga gaya hidup sehari-hari.
Perekonomian Indonesia 82
mempercepat laju dari proses globalisasi ekonomi. Dapat diprediksi bahwa pada
tahun 2020 nanti, tahun di mana semua negara di dunia sudah harus menerapkan
kebijakan tarif impor dan subsidi ekspor nol, derajat dari globalisasi ekonomi
akan jauh lebih tinggi daripada saat ini.
Faktor pendorong ketiga adalah mengglobalnya pasar uang yang prosesnya
berlangsung berbarengan dengan keterbukaan ekonomi dari negara-negara di
dunia (penerapan sistem perdagangan bebas dunia). Sebenarnya faktor ketiga ini
dengan faktor kedua di atas saling terkait, atau tepatnya saling mendorong satu
sama lainnya: semakin mengglobal pasar finansial membuat semakin mudah dan
semakin besar volume kegiatan ekonomi antarnegara; sebaliknya semakin liberal
sistem perekonomian dunia semakin mempercepat proses globalisasi finansial
karena semakin besar kebutuhan pendanaan bagi kegiatankegiatan produksi dan
investasi
O. Demokrasi Ekonomi
Demokrasi ekonomi terkait erat dengan pengertian kedaulatan rakyat di bidang
ekonomi. Istilah kedaulatan rakyat itu sendiri biasa dikembangkan oleh para ilmuwan
sebagai konsep filsafat hukum dan filsafat politik. Sebagai istilah, kedaulatan rakyat
itu lebih sering digunakan dalam studi ilmu hukum daripada istilah demokrasi yang
biasa dipakai dalam ilmu politik. Namun, pengertian teknis keduanya sama saja, yaitu
samasamaberkaitan dengan prinsip kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat,
dan untukrakyat.
Gagasan demokrasi ekonomi tercantum eksplisit dalam konstitusi sebagai
hokum tertinggi di negara kita. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
memang mengandung gagasan demokrasi politik dan sekaligus demokrasi ekonomi.
Artinya, dalam pemegang kekuasaan tertinggi di negara kita adalah rakyat, baik di
bidang politik maupun ekonomi. Seluruh sumber daya politik dan ekonomi dikuasai
oleh rakyat yang berdaulat. Dalam sistim demokrasi yang dibangun tentu tidak
semuanya secara langsung dikuasai oleh rakyat. Beberapa bagian yang pokok
diwakilkan pengurusannya kepada negara, dalam hal ini kepada (i) MPR, DPR, DPD,
dan Presiden dalam urusan penyusunan haluan-haluan dan perumusan kebijakan-
kebijakan resmi bernegara, dan (ii) kepada Presiden dan lembaga-lembaga eksekutif-
pemerintahan lainnya dalam urusan-urusan melaksanakan haluan-haluan dan
kebijakan-kebijakan negara itu, serta (iii) secara tidak langsung kepada lembaga
Perekonomian Indonesia 84
BAB PERKEMBANGAN
SEKTOR INDUSTRI DAN PERTANIAN
10
Terdapat surplus di sektor pertanian yang dapat dijual ke sektor non pertanian.
Produksi tidak bertambah berarti tenaga kerja yang digunakan bertambah sedikit dan
jumlah pengangguran tinggi. Kombinasi dari kedua keadaan tersebut:
a. Jika saja industri mengalami perkembangan yang pesat, maka sektor-sektor
tersebut akan dapat menyerap kelebihan produksi bahan pangan maupun
kelebihan tenaga kerja. Tetapi tanpa adanya perkembangan di sektor industri,
maka nilai tukar ( Term of Trade ) sektor pertanian akan memburuk sebagai
akibat dari kelebihan produksi tenaga kerja, dan akan menimbulkan akibat yang
depresifterhadap pendapatan di sektor pertanian. Oleh sebab itu di sektor
pertanian tidak terdapat lagi perangsang untuk mengadakan investasi baru dan
melakukan inovasi.
b. Jika pembangunan ekonomi ditekankan pada industrialisasi dan mengabaikan
sektor pertanian juga akan menimbulkan masalah yang pada akhirnya akan
menghambat proses pembangunan ekonomi. Masalah kekurangan barang
pertanian akan terjadi dan akan mengakibatkan kenaikan barang-barang tersebut.
Jika sektor pertanian tidak berkembang, maka sektor industri juga tidak
berkembang, dan keuntungan sektor industri hanya merupakan bagian yang kecil
saja dari pendapatan nasional.
BAB
NERACA PEBAYARAN DAN
11 MODAL ASING
J. Feraca Pemoayaran
1. Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi
internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara
penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu
tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran
(keluar dan masuk) untuk suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial
merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan
transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-
entrybookkeepingsystem), yaitu; tiap transaksi dicatat satu sebagai kredit dan
satu lagi sebagai debit.
Transaksi yang dicatat sebagai kredit adalah arus masuk valuta. arus masuk
valuta adalah transaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang
merupakan suatu peningkatan daya beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan
transaksi yang dicatat sebagai debit adalah arus keluar valuta. Arus keluar valuta
adalah transaksi-transaksi pengeluaran yang membutuhkan valuta asing, yang
merupakan suatu penurunan daya beli eksternal atau penggunaan dana.
Tiap-tiap creditentry (bertanda positif) harus diseimbangkan (balanced)
dengan debit entry (bertanda negatif) yang sama. Kedua entries tersebut
dikombinasikan untuk menghasilkan laporan sumber-sumber dan penggunaan
modal nasional (dari mana kita memperoleh dana-dana/ daya beli, dan
bagaimana kita mengunakannya). Jadi, total kredit dan debit dari
neracapembayaran suatu negara akan sama secara agregat; namun, dari
komponen-komponen neraca pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit.
Perekonomian Indonesia 99
e. Merupakan alat untuk mengukur berapa besar utang dan piutang negara
terhadap luar negeri
f. Merupakan alat untuk mengukur struktur dan komposisi transaksi ekonomi
suatu negara dengan dunia internasional
g. Mengukur keadaan perekonomian dan posisi keuangan internasional suatu
negara
4. Macam-macam Transaksi
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam
transaksi, yaitu :
a. Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang
(devisa) dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi
Perekonomian Indonesia 100
penanaman modal di luar negeri dan hasil penerimaan modal asing di dalam
negeri dalam bentuk keuntungan.
c. Pos Transaksi Unilateral (Unilateral Transaction)
Transaksi unilateral adalah transaksi searah. artinya, transaksi yang terjadi
tanpa ada kontrak transaksi lainnya. Misalnya, pengiriman hadiah,
pengiriman bantuan-bantuan bencana alam, pendidikan, dan sosial.
d. Pos Penanaman Modal Langsung
Pos ini mencatat transaksi modal yang langsung dilaksanakan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. contohnya penenman
B. Modal Asing
Pengertian Penanaman Modal Asing dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1967 ditegaskan bahwa Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang
ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan
menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini dan yang
digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa
pemilik modal secara
Indonesia. Bentuk hutang yang diterima dapat berupa dana, barang atau jasa.
Berbentuk barang bila pemerintah membeli barang modal ataupun peralatan perang
yang dibayar secra kredit. Berbentuk jasa sebagian besar berupa kehadiran tenaga
ahli dari pihak kreditur untuk memberikan jasa konsultasi pada bidangbidang tertentu
yang lebih dikenal dengan TechnicalAssistance.
Karena bantuan luar negeri banyak harus dibayar kembali maka umumnya
disebut juga utang luar negeri. Bank dunia mengklasifikasikan total utang kredit
IMF. Utang jangka pendek adalah utang dengan jatuh tempo satu tahun atau kurang.
Utang jangka panjang umumnya berjangka waktu lebih dari satu tahun. Penggunaan
kredit
IMF merupakan kewajiban yang dapat dibeli kembali (repurchaseobligations) atas
semua penggunaan fasilitas IMF.
Perekonomian Indonesia 105
Utang yang berjangka panjang dapat diperinci menurut jenis utangnya, yaitu
utang swasta yang tidak dijamin oleh pernerintah (publicandpubliclyguaranteeddebt).
Utang swasta yang non guaranteeddebt adalah utang yang dilakukan oleh debitur
swasta, di mana utang tersebut tidak dijamin oleh institusi pernerintah. Di lain pihak,
utang pernerintah adalah utang yang dilakukan oleh suatu institusi pemerintah,
termasuk pernerintah pusat, departemen, dan lembaga pernerintah yang otonom.
Utang yang publiclyguaranted merupakan utang yang dilakukan oleh debitur swasta
namun dijamin pembayaramiya oleh suatu lembaga pemerintah. Bagi kebanyakan
negara berkembang, jenis utang yang publicandpubliclyguaranteed yang perlu lebih
mendapat perhatian karena apabila negara berkembang tidak mampu membayar
kembali utang tersebut maka pemerintah negara tersebutlah yang menangung
akibatnya.
b. Multilateral
Pinjaman miiltilateral adalah setiap penerimaan negara baik dalam
bentuk devisa maupun dalam bentuk barang/jasa yang diperoleh dari
pemberian Pinjaman Luar Negeri yang berasal dari lembaga keuangan
internasional maupun regional dan biasanya Indonesia merupakan
anggota dari lembaga keuangan tersebut.
Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang persyaratannya lebih
mahal (lebih berat) dari pinjaman lunak tetapi masih lebih lunak dari
fasilitas kredit ekspor. Pinjaman bentuk ini pada umumna merupakan
gabungan dari pinjaman lunak dengan fasilitas :ekspor atau pinjaman
komersial. Bentuk pinjaman ini disebut Credit yang persyaratannya tidak
mengikuti ODA termsandwis.
Pinjaman (MixedCredit) ini yang pertama menawarkan Indonesia
adalah negara Perancis, kemudian diikuti oleh Negara Jerman (KFW) dan
kernudian oleh negara Inggris. Pinjaman ini dimanfaatkan Indonesia saat ini
karena sejak Indonesia naik peringkatnya dari non industrializedcountry
menjadi semi industri country, pada akhir Repelita III sudah agak sukar
memperoleh pinjaman bersyarat lunak (ODA termsandConditions).
Perekonomian Indonesia 107
Basri, Zainal. Yuswan Subri Mulyadi, (2003). Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan
Utang Luar Negeri, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta..
Penerbit Mutiara
Budiantara, M. (2012). Pengaruh tingkat suku bunga, nilai kurs, dan inflasiterhadap
indeks harga saham gabungan di bursa efek Indonesia periode tahun2005-2010.
Case, karl E dan Fair, Ray C. (2004). Prinsip – Prinsip Ekonomi Makro, Erlangga, Jakarta.
Chapra, M. Umer. 1992. Islam and The Economic Challenge , Leicester, UK.:, The Islamic
Foundation.
Perekonomian Indonesia 108
Clements, Kevin P. 1999. Teori Pembangunan dari Kiri ke Kanan , terj. Endi Haryono,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Eachern. MA. Ekonomi Makro Pendekatan Kontemporer, PT. Salemba Empat Jakarta.
2000.
Ekhsan, M., & Taopik, M. (2020). Peran Mediasi Employee Engagement pada Pengaruh
Talent Management Terhadap Employee Retention.
Friedman, M. 1970. Foreign Economic Aid : Means and Objectiνe, dalam T Baghwati dan
R. Eckans (Ed), Foreign Aid, London: Penguin.
Ghozali, imam, (2012). Aplikasi Analisis Multiνariate dengan program IBM SPSS ,
Universitas Diponegoro,Yogyakarta
Guntur, agus, 2004. Sambutan kepala dinas tenaga kerja provinsi jawa timur dalam
laporan pelaksanaan lokakarya kebijakan pasar tenaga kerja dan hubungan
industrial untuk memperluas kesempatan kerja, Lembaga Penelitian SMERU
Hendrojogi, 2004, Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja Grasindo
Persada.
Perekonomian Indonesia 109
http://deliserdangkab.bps.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=55:peranan-sektor-pertanian&catid=1:latest-
news
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/05/16/melihat-investasi-dalam-pertanian-
457620.html
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/02/15/keterkaitan-pertanian-dengan-industri-
manufaktur-439256.html
http://fauziatripurnama.blogspot.com/2013/03/makalah-ekonomi-pengeluaran-
pemerintah.html
http://graziabrigita.blogspot.com/2013/10/pengeluaran-konsumsi-masyarakat.html
http://hafizasmenta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-pada-masa-orde.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Bea_dan_Cukai_Kementerian_Keuanga
n_Indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian
http://labtani.wordpress.com/2008/11/07/sejarah-perekonomian-indonesia/
http://mcisl.swollege.com
http://metabinasabila-meta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-
perkembangan.html
http://nuriasukma93.blogspot.com/2012/06/pengeluaran-konsumsi-masyarakat-dan.html
agro-ekonomi-vol-31-no-2-2013/2581-nilai-tukar-petani-konsep-pengukuran-dan-
relevansinya-sebagai-indikator-kesejahteraan-petani
http://sanmaula.blogspot.com/2012/03/perkembangan-sistem-ekonomi-global.html?m=1
http://shesaskia.blogspot.com/2015/03/sistem-ekonomi-di-dunia-dan.html?m=1
Perekonomian Indonesia 110
http://sosiologis.com/sistem-ekonomi
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/sejarah-perekonomian-indonesia-8/
http://www.agushalim.com/export-import/barang-barang-indonesia-yang-diekspor-ke-
luar-negeri/
http://www.beacukai.go.id/index.html?page=faq/impor.html
.
http://www.koran-sindo.com/read/947091/150/investasi-di-sektor-pertanian-melambat-
1420599429
http://zonaekis.com/search/sejarah-perkembangan-sistem-perekonomian-indonesia
https://agrma.wordpress.com/2011/03/03/pengeluaran-konsumsi-masyarakat-dan-
pemerintah/
https://dasalukman21.blogspot.com/2017/01/contoh-makalah-sistem-ekonomi.html
https://harryhidayat.wordpress.com/2013/03/31/perkembangan-sistem-ekonomi/
https://tryyulianty88.wordpress.com/2015/03/17/jenis-sistem-ekonomi-dunia-
perkembangan-sistem-perekonomian-di-indonesia/
https://www.academia.edu/9655359/DAMPAK_INVESTASI_SEKTOR_PERTANIAN_T
ERHADAP_PEREKONOMIAN_SUMATERA_UTARA_PENDEKATAN_ANALI
SIS_INPUT_-OUTPUT
https://www.dbs.com/indonesia-bh/blog/live-smart/yuk-ketahui-seperti-apa-sistem-
ekonomi-indonesia-di-2018.page
https://www.onlenpedia.com/2017/01/seperti-apakah-perkembangan-sistem.html
Hutabarat, Roselyn, 1989, Transaksi Ekspor Impor, Edisi Kedua, Jakarta, Erlangga
Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Khor, Martin. 2002. “globalisasi perangkap perangkap negara barat”, seri kajian
global,Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.
KPPOD, 2013. Kesejahteraan buruh dan daya saing perusahaan, KPPOD Brief Edisi
maretApril2013
Kuncoro, M. 2007. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Lewis, Athur. 2003. The Theory of Economic Growth. London: Taylor and Francis.
M.S, Amir, 1995, Pengetahuan Bisnis Ekspor Impor, Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo
M.S, Amir, 1997, Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, Cetakan Kedua, Jakarta,
Mubyarto. 1983. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Penerbit Sinar
Harapan
Nayyar, D. 1997. Globalization: The Past in Our Future, Penang, Malaysia, Third World
Network.
Qutb, Sayyid. 1994. Keadilan Sosial dalam Islam, alih bahasa Afif Muhamad, Bandung:
Pustaka.
Sugiono, Muhadi. 1999. Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga,
terj. Cholish, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Makroekonomi, ed. 2. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.2001.
Suparmoko, M. (2006). Keuangan Negara Dalam Teori Dan Praktek Edisi Ke-3. BPFE,
Yogyakarta.
Supriyati dan Ema S. 2006. Peranan, Peluang dan Kendala Pengembangan Agroindustri
di Indonesia, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Swasono, Sri Edi. 1985. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: Universitas
Indonesia(UI-Press)
T. Gilarso. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi, Bagian Makro, Yogyakarta : Kanisius. Todaro,
MP. 1977. Economic for Developing World, London : Longman.
Todaro, M. dan Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Undang Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan World Bank IFC 2012.
Doing Bussines di Indonesia 2012. Membandingkan kebijakan usaha di 20 kota dan
183 perekonomian
Wahid, Hasyim, dkk. 1999. Telikungan Kapitalisme Global dalam Sejarah Kebangsaan
Indonesia, Yogyakarta LKiS.
www.slideshare.com
Yustika, Ahmad Erani,2006. Ekonomi kelembagaan defisi, teori dan strategi. Malang;
Bayu Media