Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKAD MUSYARAKAH

Disusun Oleh:
Muhammad Sya’ban Marpaung
(2202050025)

Dosen Pengampu:
Drs. M. Thahir, M.Ag.

PRODI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAARUL ULUM
ASAHAN
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran. Sehingga saya
mampu untuk menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
“Fiqh Muamalat Kontemporer” yang berjudul “Akad Musyarakah”
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini saya mohon maaf yang sebesar- besarnya. Demikian semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kisaran, 31 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Musyarakah .................................................................3


B. Dasar Hukum Akad Musyarakah ............................................................4
C. Rukun dan Syarat Akad Musyarakah ......................................................6
D. Aplikasi Akad Musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syari’ah ............7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melalui Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan
musyarakah, Dewan Syariah Nasional telah memberikan izin operasional
produk pembiayaan musyarakah pada perbankan syariah. Selain itu,
diperkuat dalam surat Al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan bahwa
“Allah mengahalalkan jual beli dan mengharamkan riba, ini menjadi
acuan nasabah untuk mengunakan produk pembiayaan syariah”.
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
dan menurut jenisnya terbagi menjadi Badan Umum Syariah (BUS) dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Pembiayaan musyarakah
merupakan perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing- masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan membagi keuntungan berdasarkan kesepakatan,
sedangkan kerugian dibagi berdasarkan kontribusi dana.
Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk
membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja bersama mengelola usaha
tersebut. Modal yang ada digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk
kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra
lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari akad musyarakah?
2. Sebutkan dasar syariah dari akad musyarakah!
3. Sebutkan rukun dan syarat akad musyarakah!
4. Bagaimana aplikasi akad musyarakah dalam lembaga keuangan
syari’ah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari akad musyarakah
2. Untuk mengetahui dasar syariah dari akad musyarakah

1
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat akad musyarakah
4. Untuk mengetahui aplikasi akad musyarakah dalam lembaga keuangan
lembaga syari’ah

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama dan bagi hasil antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan cara masing-masing
pihak memberikan kontribusi atau menggabungkan modal, dana atau mal
dengan kesepakatan bahwa hak-hak, kewajiban, risiko dan keuntungan
ditanggung secara bersama dengan nisbah (bagi hasil) ditentukan sesuai
jumlah modal dan peran masing-masing.
Musyarakah disebut juga dengan istilah sharikah atau syirkah.
Secara bahasa Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-
ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga
antara masing-masing sulit dibedakan1. Seperti persekutuan hak milik
atau perserikatan usaha. Menurut fatwa DSN-MUI Nomor 8 Tahun 2000,
pengertian al-syirkah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dana bahwa
keuntungan dan risiko akan di tanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Pembiayaan bagi hasil dalam bentuk musyarakah diatur dalam
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dalam pasal 1
angka 13 disebutkan bahwa musyarakah merupakan salah satu produk
pembiayaan pada perbankan syariah. Musyarakah adalah suatu transaksi
dua orang atau lebih, transaksi ini meliputi pengumpulan dana dan
penggunaan modal. Keuntungan dan kerugian di tanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Namun demikian modal tidak selalu
berbentuk uang tetapi dapat berbentuk lain.
Berikut definisi dan pengertian musyarakah dari beberapa para ahli:
 Menurut Antonio (2001), musyarakah adalah akad kerja sama antara

1
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm 183.

3
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.

 Menurut Ascarya (2013), musyarakah adalah akad bagi hasil ketika


dua atau lebih pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai
mitra usaha membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan.
Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen
perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan.
 Menurut Ridwan (2007), musyarakah adalah akad kerja sama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberi kontribusi dana atau mal, dengan kesepakatan bahwa
risiko dan keuntungan akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
 Menurut Sutedi (2009), musyarakah adalah kemitraan dalam suatu
usaha, dimana dua orang atau lebih menggabungkan modal atau kerja
mereka untuk berbagi keuntungan, menikmati hak-hak dan tanggung
jawab yang sama.
 Menurut Saeed (2003), musyarakah adalah akad kerja sama yang
terjadi di antara para pemilik dana untuk menggabungkan modal,
melalui usaha bersama dan pengelolaan bersama dalam suatu
hubungan kemitraan. Bagi hasil ditentukan sesuai dengan kesepakatan
(biasanya ditentukan berdasarkan jumlah modal yang diberikan dan
peran serta masing-masing pihak).
 Menurut Naf'an (2014), musyarakah adalah akad kerja sama yang
terjadi di antara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk
menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam
suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional
sesuai dengan kontribusi modal.
B. Dasar Hukum Akad Musyarakah
1. Al-Qur’an
“… maka mereka berserikat pada sepertiga….” (Q.S. An-Nisa:12)

4
“Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (Q.S. Sad: 24).

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang- orang yang berserikat


itu sebagian dari mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan amat
sedikitlah mereka ini’’(QS. Shaad (38):24).

2. Al-Hadist
Dari abu hurairah Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya Allah
azza wa jallah berfirman “aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat selama salah satu tidak ada yang menghianati pihak yang lain.
Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka” (HR
Abu Daud). Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah merupakan
dalil lain diperbolehkan nya praktik musyarakah. Hadis ini merupakan
hadist Qudsi, dan kedudukannya sahih menurut Hakim.
Di Hadis ini menjelaskan bahwa Allah memberikan pernyataan
bahwa mereka yang bersekutu dalam sebuah usaha akan mendapat
perniagaan dalam arti Allah akan menjaganya selain itu Allah akan
memberikan pertolongan namun Allah juga akan melaknat mereka yang
mengkhianati perjanjian dan usahanya. Hal ini lantas memperjelas
meskipun memiliki ikatan yang bebas namun kita tidak bisa
membatalkan sembarangan apa yang sudah menjadi kerjasamanya.

3. Ijma
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, Al Mughni mengatakan bahwa
“Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah
secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dari beberapa
elemennya”.

5
C. Rukun dan Syarat Musyarakah
Rukun dari Musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa, yaitu sebagai berikut:
a. Pelaku akad, para mitra usaha
b. Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (drabah)
c. Shighar, yaitu Ijab dan Qabul
d. Nisbah keuntungan (bagi hasil).2
Syarat-syarat yang berhubungan dengan musyarakah menurut
Hanafiyah dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:3

a. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk musyarakah


baik dengan harta maupun dengan yang lainnya. Dalam hal
ini terdapat dua syarat, yaitu:
1) Yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah
harus dapat ditrima sebagai perwakilan.
2) Yang berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian
keuntungan harus jelas dan dapat diketahui dua pihak,
misalnya setengah, sepertiga dan yang lainnya.
b. Sesuatu yang berkaitan dengan musyarakah mal (harta),
dalam hal ini terdapat perkara yang harus dipenuhi yaitu:

1) Bahwa modal yang dijadikan objek akad musyarakah


adalah dari pembayaran (nuqud), seperti junaih, riyal dan
rupiah.
2) Yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad
musyarakah dilakukan, baik jumlahnya sama maupun
berbeda.
c. Sesuatu yang bertalian dengan syarikat mufawadhah
disyaratkan:
1) modal (pokok harta) dalam syirkah mufawadhah harus

2
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), hlm 52.
3
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 127.

6
sama,
2) bagi yang besyirkah ahli untuk kafalah.
3) bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syurkah umum,
yakni pada semua macam jual beli atau perdagangan.
Menurut Malikiyah syarat-syarat yang bertalian dengan orang
yang melakukan akad ialah merdeka, baligh, dan pintar. Sedangkan
Syafi’iyah berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya hanyalah
syirkah inan, sedangkan syirkah yang lainnya batal.

D. Aplikasi Akad Musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syari’ah


Aplikasi akad musyarakah dalam lembaga keuangan syariah yaitu
dalam bentuk pembiayaan muayarakah. Transaksi tersebut dilandasi
adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Termasuk dalam golongan
ini adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di
mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber
daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Bentuk kontribusi dari
pihak yang bekerjasama bisa berupa dana, barang perdagangan,
kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan, kepercayaan dan
barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
Dalam Musyarakah, bank dan nasabah bertindak selaku syarik
(partner) yang masing- masing memberikan dana untuk usaha.
Pembagian keuntungan/ hasil atau kerugian sesuai dengan kaidah ushul:
“Ar-ribhu bimat tafaqa, wal khasaratu biqadri malihi”. (Keuntungan
dibagi menurut kesepakatan, sedangkan apabila terjadi kerugian dibagi
menurut porsi modal masing-masing). Selaku syarik, bank berhak ikut
serta dalam pengaturan manajemen, sesuai kaidah musyarakah. 4

Semua modal yang terkumpul dalam proyek musyarakah disatukan


dan dikelola bersama, setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

4
Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah. Rajawali Press: Jakarta. 2011. cetakan ketujuh.

7
(Skema Pembiayaan Musyarakah)
Ketentuan umum dalam proyek musyarakah di perbankan syariah
adalah sebagai berikut:5
1. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
2. Menjalakan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik
modal lainnya.
3. Memberi pinjaman kepada pihak lain.
4. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh
pihak lain.
5. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila menarik
diri dari perserikatan, meninggal dunia, atau menjadi tidak cakap hukum.
6. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal.
7. Proyek yang akan dilaksanakan harus disebutkan dalam akad. Setelah
proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati (PKES, 2008).

Implementasi musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syariah dapat


dijumpai pada berbagai macam pembiayaan-pembiayaan berikut:

5
PKES. Perbankan Syariah. PKES Publishing: Jakarta. 2008.

8
a) Pembiayaan Proyek.
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek
dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk
membiayai proyek tersebut, dan setelah proyek itu selesai nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati
untuk bank.
b) Modal Ventura.
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diaplikasikan
dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka
waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual
bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap (Syahroni, 2011).
c) Musyarakah Mutanaqisah.
Musyarakah Mutanaqisah adalah Musyarakah atau Syirkah
yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik)
berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya,
hukum Musyarakah Mutanaqisah adalah boleh. Akad Musyarakah
Mutanaqisah terdiri dari akad Musyarakah/ Syirkah dan Bai’ (jual-beli).
Dalam Musyarakah Mutanaqisah, para mitranya memiliki hak dan
kewajiban, di antaranya; a. Memberikan modal dan kerja berdasarkan
kesepakatan pada saat akad, b. Memperoleh keuntungan berdasarkan
nisbah yang disepakati pada saat akad, dan c. Menanggung kerugian
sesuai proporsi modal. Dalam akad Musyarakah Mutanaqisah, pihak
pertama (syarik) wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-nya
secara bertahap dan pihak kedua (syarik) wajib membelinya. Jual beli
sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai kesepakatan. Setelah selesai
pelunasan penjualan, seluruh hishshah LKS beralih kepada syarik
lainnya (nasabah).
Selain ketentuan di atas, dalam Musyarakah Mutanaqisah terdapat
ketentuan-ketentuan khusus sebagai berikut; 1. Aset Musyarakah
Mutanaqisah dapat di-ijarah-kan kepada syarik atau pihak lain, 2.
Apabila aset Musyarakah menjadi obyek Ijarah, maka syarik (nasabah)

9
dapat menyewa aset tersebut dengan nilai ujrah yang disepakati, 3.
Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut dibagi sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati dalam akad, sedangkan kerugian harus
berdasarkan proporsi kepemilikan. Nisbah keuntungan dapat mengikuti
perubahan proporsi kepemilikan sesuai kesepakatan para syarik, 4. Kadar/
Ukuran bagian/ porsi kepemilikan asset Musyarakah syarik (LKS) yang
berkurang akibat pembayaran oleh syarik (nasabah), harus jelas dan
disepakati dalam akad, dan 5. Biaya perolehan aset Musyarakah menjadi
beban bersama sedangkan biaya peralihan kepemilikan menjadi beban
pembel (DSN MUI, 2000).
d) Sukuk Musyarakah.
Salah satu produk syariah di pasar modal Indonesia yang masih
terbatas namun berpotensi untuk dikembangkan baik dari sisi jumlah
maupun jenis akad adalah sukuk. Sukuk yang diterbitkan di Indonesia
saat ini baru menggunakan 2 (dua) akad, yaitu akad mudharabah dan
akad ijarah. Sedangkan beberapa negara di kawasan Timur Tengah, Asia
dan Eropa, struktur penerbitan sukuk telah menggunakan akad yang lebih
beragam antara lain akad ijarah, mudharabah, musyarakah, istishna,
murabahah, salam, dan hybrid sukuk. Di Indonesia sukuk dengan
menggunakan akad musyarakah, berpotensi untuk diterapkan oleh
perusahaan di berbagai sektor bidang usaha, sedangkan sukuk dengan
menggunakan akad istishna untuk perusahaan di sektor infrastruktur.
Konsep ini sesuai diterapkan dalam kegiatan investasi, di mana
dalam kegiatan tersebut masih terdapat hal-hal yang belum dapat
diprediksikan antara lain berapa keuntungan yang akan diperoleh. Hal ini
dapat dikatakan bahwa sukuk musyarakah merupakan bentuk pembiayaan
syariah yang paling ideal karena dalam struktur ini terkandung dengan
jelas konsep syariah yaitu untung muncul bersama risiko (al ghunmu bil
ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman)
(Tim Kajian Pengembangan Produk Syariah, 2009).
1) Sukuk Musyarakah Tanpa SPV
Penerbitan sukuk didahului dengan adanya proyek (yang akan

10
dijadikan underlying asset) atau rencana proyek tertentu yang
memerlukan pendanaan lewat penerbitan sukuk musyarakah.

Emiten kemudian menghitung nilai proyek tersebut dan


menawarkan persentase tertentu dalam kepemilikan proyek kepada
investor. Bukti kepemilikan tersebut dibuat dalam bentuk sertifikat sukuk
musyarakah. Emiten akan berkontribusi sejumlah X% dari modal yang
dibutuhkan untuk melaksanakan proyek, sedangkan Y% sisanya
ditawarkan kepada investor, dengan cara menerbitkan sukuk.

Dana yang dihasilkan dari penerbitan sukuk dan penyertaan Emiten


digunakan untuk membiayai pelaksanaan proyek. Laba yang dihasilkan
dari proyek tersebut akan didistribusikan kepada Emiten dan pemegang
sukuk berdasarkan rasio yang telah diperjanjikan dalam kontrak
penerbitan sukuk, atau dapat menggunakan rasio kontrbusi modal secara
pro rata. Sedangkan jika pelaksanaan proyek terebut mengalami kerugian,
maka kerugian tersebut harus ditanggung secara prorata berdasarkan
kontribusi Emiten dan pemgang sukuk dalam permodalan (Tim Kajian
Pengembangan Produk Syariah, 2009).

2) Sukuk Musyarakah dengan Menggunakan SPV

11
Dalam struktur yang lebih kompleks, Emiten dapat membentuk
perusahaan khusus SPV untuk pengelola aset/proyek dan sukuk yang
diterbitkan terkait dengan aset tersebut.

Emiten sebagai originator, menjual aset atau proyek yang akan


didanai dengan sukuk kepada SPV, kemudian SPV menerbitkan sukuk
dan menawarkannya kepada investor, dan menerima dana hasil penjualan
sukuk. Hasil penjualan sukuk tersebut digunakan untuk membiayai
proyek yang menjadi underlying asset, kemudian laba atau penghasilan
yang diperoleh dari pelaksanaan proyek diterima oleh SPV, dan
distribusikan kepada pemegang sukuk berdasarkan nisbah yang telah
diperjanjikan sebelumnya, atau berdasarkan rasio kontribusi permodalan
yang dilakukan (Tim Kajian Pengembangan Produk Syariah, 2009).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Musyarakah adalah bentuk percampuran (perseroan) dalam Islam yang
pola operasionalnya melekat prinsip kemitraan usaha dan bagi hasil. Prinsip
musyarakah berbeda dengan model perseroan dalam sistim ekonomi
kapitalisme. Perbedaaan-perbedaan yang ada tidak hanya terletak pada tidak
adanya praktik bunga, melainkan juga berbeda dalam hal transaksi
pembentukannya, operasionalnya maupun pembentukan keuntungan dan
tanggungjawab kerugian. Musyarakah sangat penting peranannya dalam
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Dasar hukum akad musyarakah yaitu, a) Al-Qur’an, b) Al-Hadist, c)
Ijma’.

Rukun dari Musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi, yaitu


sebagai berikut: a) Pelaku akad, b) Objek Akad, c) Shighar, d) Nisbah
Keuntungan.

Syarat-syarat yang berhubungan dengan musyarakah menurut


Hanafiyah dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut: a) Sesuatu yang
bertalian dengan semua bentuk musyarakah baik dengan harta maupun
dengan yang lainnya, b) Sesuatu yang berkaitan dengan musyarakah mal
(harta), c) Sesuatu yang bertalian dengan syarikat mufawadhah.

Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana


nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut, dan setelah proyek itu selesai nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. Pada lembaga keuangan
khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan,
musyarakah diaplikasikan dalam skema modal ventura.

13
DAFTAR PUSTAKA
A. Masadi, Ghufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

An-Nabhani, Taqiyyudin. 1996. Membangun Sistim Ekonomi Alternatif


Perspektif Islam, terjemahan. Surabaya: Risalah Gusti.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 1994. Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, cetakan
keempat belas. Jakarta: Tazkia Cendekia.

Chapra, Muhammad Umer. 1999. Islam dan Tantangan Ekonomi: Islamisasi


Ekonomi Kontemporer, terjemahan. Surabaya: Risalah Gusti.

Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan


Himpunan Undang-undang & peraturan pemerintah tentang Ekonomi Syariah
dilengkapi 44 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI tentang Produk
Perbankan Syariah. 2009. Yogyakarta : Pustaka Zaedny.

Luqman. 2006. Sistem Pembiayaan Musyarakah dan Pengaruhnya Terhadap


Pertumbuhan Usaha, Tesis Magister Studi Islam Program Pasca Sarjana
Universitas Islam Indonesia.

Majid, Abdul. 1986. Pokok-pokok Fiqih Muamalah dan Hukum Kebendaan


dalam Islam.Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati.

PKES. 2008. Perbankan Syariah. Jakarta: PKES Publishing.

Suhendi, Hendi. 2011. Fiqh Muamalah, cetakan ke tujuh. Jakarta: Rajawali


Press.

Syahroni, M. Irfan. 2015. Mudharabah dan Musyarakah serta Implementasinya


dalam Perbankan Islam. https://ayahaca.wordpress.com/2011/06/06/34/
diakses tanggal 30 Maret 2023

Tim Kajian Pengembangan Produk Syariah. 2009. Pengembangan Produk


Syariah di Pasar Modal (Sukuk Musyarakah Dan Sukuk Istishna).
Jakarta: Bapepam-LK.

14

Anda mungkin juga menyukai