Makalah
Oleh :
KELOMPOK 7
ASPIN (622022021090)
NUNU APRIANI (622022021094)
Dosen Pengampu :
0
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, serta umatnya yang selalu istikamah hingga yaumulakhir.
Alhamdulillah, dengan Izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Akuntansi Musyarakah”. Semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi kita semua. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Prngertian Akuntansi Musyarakah...............................................................3
B. Manfaat dan Fungsi Akuntansi Musyarakah................................................4
C. Jenis-Jenis Akuntansi Musyarakah..............................................................8
D. Rukun Dan Syarat Akuntansi Syariah........................................................10
E. Perlakuan Akuntansipsak 106....................................................................11
F. Pengakuan Dan Pengukuran Akuntansi Musyarakah................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................22
B. Saran...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau Syirkah.
Musyarakah menurut bahasa berarti “al-ikhtilath” yang artinya campur atau
percampuran. Maksud dari percampuran yakni seseorang mencampurkan
hartanya dengan harta orang lain sehingga antara bagian yang satu dengan
lainnya sulit untuk dibedakan.
Secara etimologis, Musyarakah adalah pengabungan, percampuran
atau serikat.Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam Bahasa
inggris disebut patnership.
Pengakuan investasi musyarakah terjadi ketika pembayaran atau
penyerahan aset kas maupun non kas. Biaya yang ditimbulkan dari kontrak
musyarakah tidak bisa disebut dengan investasi musyarakah jika biaya yang
ditimbulkan karena dampak dari akad musyarakah, kecuali mendapat izin dari
semua mitra. Pengakuan akuntansi untuk bagi hasil, pada pembiayaan
musyarakah diakui sebagai pendapatan sesuai dengan kesepakatan yang
dibuat, kemudian untuk kerugian diakui berdasarkan seberapa kontribusi dana
dari setiap mitra. Pada hal pencatatan kerugian terdapat perbankan syariah
yang tidak mencatat menjadi kerugian tetapi pendapatan bagi hasil periode
berikutnya saja yang dikurangi. Pengukuran investasi musyarakah jika
investasi dalam wujud kas akan diukur berdasarkan sejumlah kas yang
diberikan, tetapi apabila pada wujud aset non kas diukur sejumlah nilai
wajarnya.
Sedangkan untuk pengukuran jika dalam investasi musyarakah pada
akhir masa akad terdapat pengembalian dana mitra pasif maka akan diukur
sesuai dengan kas yang diberikan di awal akad dikurangi dengan kerugian.
Penyajian kas maupun non kas yang diberikan untuk mitra aktif diberikan
dalam bentuk investasi musyarakah, tetapi terdapat perbankan syariah yang
mencatat dengan mendebit pembiayaan musyarakah serta mengkredit kas atau
1
2
rekening giro. Pencatatan seperti itu kurang sesuai dengan PSAK 106.
Pengungkapan akuntansi pembiayaan musyarakah berisi tentang perihal yang
bersangkutan dengan transaksi pembiayaan musyarakah. Berdasarkan hasil
penjelasan tersebut mengenai kesesuaian antara perlakuan akuntansi akad
musyarakah di lapangan dengan teori yang ada di dalam PSAK 106, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembiayaan akad musyarakah pada bank
syariah di Indonesia sebagian sudah sesuai dengan PSAK 106, dan ada
beberapa yang masih belum sesuai dengan PSAK 106.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akuntansi musyarakah?
2. Bagaimana manfaat dan fungsi akuntansi musyarakah?
3. Bagaimana jenis-jenis akuntansi musyarakah?
4. Bagaimana rukun dan syarat-syarat akuntansi musyarakah?
5. Bagaimana dengan perlakuan akuntansi PSAK 106?
6. Pengakuan dan pengukuran akuntansi musyarakah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu akuntansi musyarakah
2. Untuk mengetahui manaat dan fungsi akuntansi musyarakah
3. Untuk mengetahui jenis-jenis akuntansi musyarakah
4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi PSAK 106
5. Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran akuntansi musyarakaH.
BAB III
PEMBAHASAN
Syirkah merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih, dalam hal
1
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h 183.
2
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), h. 142.
3
Mas’adi Ghufron A, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012) h 191.
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), h 125.
3
4
Syirkah merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih, dalam hal
produktivitas.
penyimpanan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan pada usaha- usaha
masyarakat.
yang dipindahkan / dikirim itu dari suatu daerah kedaerah lain yang
kuantitatif.
6
kemampuan.
Bantuan modal usaha dari bank inilah yang kemudian digunakan oleh
5. Stabilitas ekonomi.
profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti
negeri tapi juga diluar negeri. Negara-negara kaya yang kuat dalam bidang
dengan syarat yang ringan yaitu dengan bunga yang relative ringan dan
jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalu hal inilah maka hubungan
baik.7
1. Syirkah Ina
7
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking…, h. 683- 686
8
memberikan kontribusi dana dan berpartisipasi daam kerja. Porsi dana dan
hanya salah seorang yang aktif mengelola usaha yang ditunjuk oleh
2. Syirkah Al-Uqud
investasi bersama dan berbagai untung dan resiko. (Dalam Syirkah al-
a. Syirkah Mufawwadah
Merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih,
yang sama dan bagi hasil atas usaha dan resiko ditanggung bersama
b. Syirkah Wujuh
Merupakan akad kerja sama usaha antara dua orang atau lebih
wujuh, tidak diperlukan modal dalam bentuk uang tunai. Para mitra
9
itu dijual, dan hasil keuntungan atas penjualan barang itu dibagi sesuai
kepercayaan dari bank untuk suatu proyek tertentu. Dalam kredit ini
3. Syirkah A’mal
kerja sama usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, masing-
mengelola bisnis. Dalam syirkah A’ mal tidak perlu adanya modal dalam
usaha dalam syirkah a’mal akan dibagi sesuai dengan nisbah bagi hasil
8
Muhammad, Sistim & Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press,
2000), h. 13.
10
Ijab dan qabul harus dinyatakan dengan jelas dalam akad dengan
a. Kompeten
c. Memiliki hak untuk ikut mengelola bisnis yang sedang dibiayai atau
3. Objek akad
a. Modal:
1) Modal dapat berupa uang tunai atau asset yang dapat dinilai. Bila
modal tetapi dalam bentuk asset, maka asset ini sebelum kontrak
b. Kerja :
yang tidak harus sama, atau salah satu mitra member kuasa kepada
c. Keuntungan/ kerugian :
9
Ismail, Perbankan Islam, ……h. 177
11
sisi pelaku yaitu mita aktif dan mitra pasif. yang dimaksud dengan mitra aktif
ataupun menunjuk pihak lain untuk mengelola atas namanya, sedangkan mitra
pasif adalah pihak yang tidak ikit mengelola usaha (biasanya adalah lembaga
keuangan). mitra aktif adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
atau jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut mengelola usaha maka pihak
Akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif dianggap sama, karena
dalam ilustrasi ini pencatatan akuntansi untuk usaha musyarakah akan mudah
dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk agar lebih mudah diilustrasikan.
Oleh karena pada hakikatnya jurnal yang dibuat oleh pihak ketiga atau mitra
aktif adalah sama. Perbedaannya jika pencatatan dilakukan oleh mitra aktif,
12
apabila ada perbedaan perlakuan akuntasni untuk mitra aktif dan mitra pasif
2. Biaya pra-akad
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian
musyarakah.
13
a. Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang
nilai wajar dan jika nilai wajar serta aset nonkas yang diserahkan lebih
bear dari nilai buku, maka oleh mitra aktif selisihnya akan dicatat
Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari
nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada
5. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan diakhir
akad dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang
keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara nilai buku
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-ks yang diserahkan pada awal
pada mitra pasif dikurangi rugi jika ada. Sedangkan bagian mitra pasif
nilai investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang
diserahkan pada awal akad dikurangi dengan pembelian dari mitra aktif
jika ada.
a. Penyajian
1) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan
b. Pengungkapan
1. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui
a. Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, dan jurnal :
b. Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan
mencatat beban depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar
dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan
2. Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan pasif Saat mencatat
pendapatan :
Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban
Jika kerugian akibat kelalaian aatau kesalahan mitra aktif atau pengelola
usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha
musyarakah, Jurnal :
4. Penyajian
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang
unsure ekuitas.10
ketika penyerahan aset kas atau bukan kas untuk pelaksana usaha atau mitra
penilaian sesuai dengan besar bagian yang dibayarkan, pada Bank Mega
kesepakatan semua pihak, yaitu bank dan nasabah, maka akan diakui oleh
pihak bank ketika penyerahan kas kepada nasabah, untuk pengukuran, Bank
sebagaimana dalam PSAK 106 (Nurbayani & Rasma, 2021). Dalam Bank BRI
penyerahan aset kas atau bukan kas untuk mitra aktif, dalam praktik
Hal ini juga menunjukkan, pencatatan pengakuan untuk investasi pada Bank
BRI Syariah KCP Kepanjen sudah sesuai sebagaimana PSAK 106. Pada
pada bank ini diukur sesuai dengan besar uang yang diserahkan bank untuk
musyarakah (Istutik & Putri, 2020). Pengembalian dana dari nasabah (mitra
aktif) kepada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Dumai dilakukan saat akad
10
Suryani Sahsun, Perlakuan Akuntansi PSAK 106, h. 27
21
permanen yaitu kas pada pembiayaan yang diberikan musyarakah. Dana yang
dikembalikan dinilai sejumlah kas yang diserahkan, hal ini sesuai dengan
PSAK 10611.
11
Nur Aeni, Nurainirizkiyah, Silvia Dwi Damayanti, Universutas Negeri Malang, h. 250.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
cabang Makassar. Hal tersebut terbukti dari laporan keuangan yang disajikan
hanya berperan sebagai mitra pasif. Sedangkan pada PSAK No.106 mengenai
aset kas maupun non kas. Biaya yang ditimbulkan dari kontrak musyarakah tidak bisa
disebut dengan investasi musyarakah jika biaya yang ditimbulkan karena dampak
dari akad musyarakah, kecuali mendapat izin dari semua mitra. Pengakuan akuntansi
untuk bagi hasil, pada pembiayaan musyarakah diakui sebagai pendapatan sesuai
seberapa kontribusi dana dari setiap mitra. Pada hal pencatatan kerugian terdapat
perbankan syariah yang tidak mencatat menjadi kerugian tetapi pendapatan bagi hasil
investasi dalam wujud kas akan diukur berdasarkan sejumlah kas yang diberikan,
tetapi apabila pada wujud aset non kas diukur sejumlah nilai wajarnya.
22
23
B. Saran
2. Lebih terbuka kepada mahasiswa yang meneliti pada PT. Bank Sulselbar
http://banksulselbar.co.id/corporate-site/profil-perusahaan.
Dewan Syariah Nasional MUI. FATWA DSN MUI No. 04/DSN- MUI/IV/2000
tentang Pembiayaan Murabahah.
24