Anda di halaman 1dari 27

AKUNTANSI MUSYARAKAH

Makalah

Dibuat dan Dipresentasikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi

Syariah Prodi Akuntansi Syariah 4 Semester 4

Oleh :

KELOMPOK 7

ASPIN (622022021090)
NUNU APRIANI (622022021094)

Dosen Pengampu :

HARTAS HASBI, S.E, M.AK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2023

0
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, serta umatnya yang selalu istikamah hingga yaumulakhir.
Alhamdulillah, dengan Izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Akuntansi Musyarakah”. Semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi kita semua. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Watampone, 20 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Prngertian Akuntansi Musyarakah...............................................................3
B. Manfaat dan Fungsi Akuntansi Musyarakah................................................4
C. Jenis-Jenis Akuntansi Musyarakah..............................................................8
D. Rukun Dan Syarat Akuntansi Syariah........................................................10
E. Perlakuan Akuntansipsak 106....................................................................11
F. Pengakuan Dan Pengukuran Akuntansi Musyarakah................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................22
B. Saran...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau Syirkah.
Musyarakah menurut bahasa berarti “al-ikhtilath” yang artinya campur atau
percampuran. Maksud dari percampuran yakni seseorang mencampurkan
hartanya dengan harta orang lain sehingga antara bagian yang satu dengan
lainnya sulit untuk dibedakan.
Secara etimologis, Musyarakah adalah pengabungan, percampuran
atau serikat.Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam Bahasa
inggris disebut patnership.
Pengakuan investasi musyarakah terjadi ketika pembayaran atau
penyerahan aset kas maupun non kas. Biaya yang ditimbulkan dari kontrak
musyarakah tidak bisa disebut dengan investasi musyarakah jika biaya yang
ditimbulkan karena dampak dari akad musyarakah, kecuali mendapat izin dari
semua mitra. Pengakuan akuntansi untuk bagi hasil, pada pembiayaan
musyarakah diakui sebagai pendapatan sesuai dengan kesepakatan yang
dibuat, kemudian untuk kerugian diakui berdasarkan seberapa kontribusi dana
dari setiap mitra. Pada hal pencatatan kerugian terdapat perbankan syariah
yang tidak mencatat menjadi kerugian tetapi pendapatan bagi hasil periode
berikutnya saja yang dikurangi. Pengukuran investasi musyarakah jika
investasi dalam wujud kas akan diukur berdasarkan sejumlah kas yang
diberikan, tetapi apabila pada wujud aset non kas diukur sejumlah nilai
wajarnya.
Sedangkan untuk pengukuran jika dalam investasi musyarakah pada
akhir masa akad terdapat pengembalian dana mitra pasif maka akan diukur
sesuai dengan kas yang diberikan di awal akad dikurangi dengan kerugian.
Penyajian kas maupun non kas yang diberikan untuk mitra aktif diberikan
dalam bentuk investasi musyarakah, tetapi terdapat perbankan syariah yang
mencatat dengan mendebit pembiayaan musyarakah serta mengkredit kas atau

1
2

rekening giro. Pencatatan seperti itu kurang sesuai dengan PSAK 106.
Pengungkapan akuntansi pembiayaan musyarakah berisi tentang perihal yang
bersangkutan dengan transaksi pembiayaan musyarakah. Berdasarkan hasil
penjelasan tersebut mengenai kesesuaian antara perlakuan akuntansi akad
musyarakah di lapangan dengan teori yang ada di dalam PSAK 106, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembiayaan akad musyarakah pada bank
syariah di Indonesia sebagian sudah sesuai dengan PSAK 106, dan ada
beberapa yang masih belum sesuai dengan PSAK 106.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akuntansi musyarakah?
2. Bagaimana manfaat dan fungsi akuntansi musyarakah?
3. Bagaimana jenis-jenis akuntansi musyarakah?
4. Bagaimana rukun dan syarat-syarat akuntansi musyarakah?
5. Bagaimana dengan perlakuan akuntansi PSAK 106?
6. Pengakuan dan pengukuran akuntansi musyarakah?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu akuntansi musyarakah
2. Untuk mengetahui manaat dan fungsi akuntansi musyarakah
3. Untuk mengetahui jenis-jenis akuntansi musyarakah
4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi PSAK 106
5. Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran akuntansi musyarakaH.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian akuntansi muusyarakah


Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau Syirkah.
Musyarakah menurut bahasa berarti “al-ikhtilath” yang artinya campur atau
percampuran. Maksud dari percampuran yakni seseorang mencampurkan
hartanya dengan harta orang lain sehingga antara bagian yang satu dengan
lainnya sulit untuk dibedakan.1
Secara etimologis, Musyarakah adalah pengabungan, percampuran
atau serikat.Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam Bahasa
inggris disebut patnership.2
Adapun secara terminologi ada beberapa pendapat ulama fiqh yang
memberikan definisi Syirkah antara lain:Menurut mazhab Maliki, Syirkah
suatu izin bertasharruf bagi masing-masing pihak berserikat.
1. Menurut mazhab Hambali, Syirkah adalah persekutuan dalam hal hak dan
tasharruf.
2. Menurut Mazhab syafi’i, Syirkah merupakan berlakunya hak atas sesuatu
bagi dua pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan.3
3. Menurut Sayyid Sabiq, bahwa Syirkah adalah akad antara dua orang
berserikat pada pokok modal harta (modal) dan keuntungan.
4. Menurut T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Syirkah merupakan akad yang
berlaku anatar dua orang atau lebih untuk bekerjasama dalam suatu usaha
dan membagi keuntungannya.4

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES),

Syirkah merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih, dalam hal

1
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h 183.
2
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), h. 142.
3
Mas’adi Ghufron A, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012) h 191.
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), h 125.

3
4

permodalan, keterampilan, kepercayaan dalam suatu usaha tertentu dengan

pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES),

Syirkah merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih, dalam hal

permodalan, keterampilan, kepercayaan dalam suatu usaha tertentu dengan

pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.5

B. Manfaat dan fungsi akuntansi musyarakah

Manfaat pembiayaan bagi bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat

keuntungan nasabah meningkat.

2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu dalam jumlah

tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi di sesuaikan

dengan pendapatan/ hasil usaha bank sehingga banktidak merugi

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas

usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam menangani nasabah6.

Adapun fungsi dari pembiayaaan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya guna uang

Para penabung menyimpan uang di bank dalam bentuk giro,

tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam prosentasie tertentu

ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan suatu

produktivitas.

Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk

memperluas /memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi


5
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h 218.
6
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking…, h. 681- 682
5

maupun, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun

untuk memulai usaha baru. Pada asasnya melalui pembiayaan terdapat

suatu uasaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan

demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari

penyimpanan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan pada usaha- usaha

yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha ataupun bagi

masyarakat.

2. Meningkatkan daya guna barang.

Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat memproduksi

bahan mentah menjadi barang jadi sehingga utility contohnya kelapa

menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/goreng. Produsen

dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat

yang kegunaanya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang

yang dipindahkan / dikirim itu dari suatu daerah kedaerah lain yang

kemanfaatan barang itu lebih terasa, pada dasarnya meningkatkan utility

barang itu. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat di atasi oleh

keuangan para distributor saja dan oleh karenanya mereka memerlukan

bantuan permodalan dari bank berupa pembiayaan.

3. Meningkat peredaran uang

Pembiayaan yang disaluran melalui rekening-rekening Koran

pengusaha menciptakan peredaran pertambahan peredaran uang giral dan

sejenisnya seperti cek, biyet giro, wesel dan sebagainya. Melalui

pembiayaan peredaran uang kartal ataupun uang giral akan lebih

berkembang oleh karena itu pembiayaan menciptakan kegairahan berusaha

sehingga kegunaan uang akan bertambah baik kualitatif ataupun

kuantitatif.
6

4. Meningkatkan kegairahan berusaha.

Setiap manusia adalah makluk yang selalu melakukan kegiatan

ekonomi yaitu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai

dengan kegiatan dinamikanya akan selalu meningkat akan tetapi

peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan

kemampuannya yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai

kemampuan.

Karena itulah pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank

untuk utuk memperoleh permodalan guna meningkatkan usahanya.

Bantuan modal usaha dari bank inilah yang kemudian digunakan oleh

pengusaha untuk memperbesar usaha atau produktivitasnya.

5. Stabilitas ekonomi.

Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi

pada dasarnya di arahkan pada usaha-usaha antara lain: pengendalian

inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi prasarana, pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan produk rakyat.

6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha

untuk meningkatkan usahanya meningkatkan usaha berarti meningkatkan

profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti

kata dikembangkan lagi di struktur permodalan, maka peningkatan

peningkatan akan berlangsung terus menerus. Dengan pendapatan yang

terus meningkat berarti pajak perusahaanpun akan terus bertambah. Dilain

pihak pembiayaan yang disalurkan akan merangsang pertambahan

kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa Negara.

Disamping itu dengan makin efektifnya kegiatan swasembada kebutuhan-


7

kebutuhan pokok, maka akan menghemat devisa keuangan Negara, akan

dapat diarahkan pada usaha-usaha kesejahreraan ataupun ke sektor-sektor

lain yang lebih berguna.

Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan

buruh/karyawan mengalami peningkatan pendapatan maka pendapatan

Negara via pajak akan bertambah, penghasilan bertambah, dan

penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang, sehingga langsung

ataupun tidak pendapatan nasional akan bertambah.

7. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

Bank sebagai lembaga pembiayaan tidak saja bergerak di dalam

negeri tapi juga diluar negeri. Negara-negara kaya yang kuat dalam bidang

ekonominya demi persahabatan antar bank banyak memberikan bnatuan

pada Negara-negara yang sedang berkembang atau yang sedang

membangun. Bantuan tersebut biasanya dilakukan dalam bentuk kredit

dengan syarat yang ringan yaitu dengan bunga yang relative ringan dan

jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalu hal inilah maka hubungan

antara bank pemberi pinjaman dan penerima pijaman berjalan dengan

baik.7

C. Jenis-Jenis Akuntansi Musyarakah

Jenis-jenis akuntansi syariah:

1. Syirkah Ina

7
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking…, h. 683- 686
8

Akad kerja sama antara dua orang atau lebih, masing-masing

memberikan kontribusi dana dan berpartisipasi daam kerja. Porsi dana dan

bobot partisipasi dalam kerja tidak harus sama, bahkan dimungkinkan

hanya salah seorang yang aktif mengelola usaha yang ditunjuk oleh

partner lainnya. Sementara itu, kenuntungan atau kergian yang timbul

dibagi menurut kesepakatan bersama.

2. Syirkah Al-Uqud

Syirkah al-Uqud (contractual partnership), dapat dianggap sebagai

kemitraan yang sessungguhnya, karena pada pihak yang bersangkutan

secara sukarela yang berkeinginan untuk membuat suatu perjanjian

investasi bersama dan berbagai untung dan resiko. (Dalam Syirkah al-

Uqud dapat dilakukan tanpa adanya perjanjian formal atau dengan

perjanjian secara tertulis dengan disertai para saksi.

Syirkah al-Uqud dibagi menjadi lima jenis:

a. Syirkah Mufawwadah

Merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih,

yang masing-masing pihak harus menyerahkan modal dan porsi modal

yang sama dan bagi hasil atas usaha dan resiko ditanggung bersama

dengan jumlah yang sama.

b. Syirkah Wujuh

Merupakan akad kerja sama usaha antara dua orang atau lebih

yang mana masing-masing mitra kerja memiliki reputasi dan prestise

dalam bisnis. Para mitra dapat mempromosikan bisnisnya sesuai

dengan keahlian masing-masing, dan keuntungan dibagi sesuai

dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Dalam syirkah

wujuh, tidak diperlukan modal dalam bentuk uang tunai. Para mitra
9

dapat menggunakan agunan milik masing-masing untuk digunakan

sebagai agunan dalam membeli barang secara kredit, kemudian barang

itu dijual, dan hasil keuntungan atas penjualan barang itu dibagi sesuai

dengan porsi agunan yang diserahkan. Sesuai dengan pengertian

diatas, Syarikah wujuh dapat diterapkan dalam Suatu kelompok

nasabah yang terbentuk dalam satu perkongsian dan mendapat

kepercayaan dari bank untuk suatu proyek tertentu. Dalam kredit ini

pihakdebitur tidak menyediakan kolateral apapun kecuali wibawa dan

nama baik. Dan suatu perkongsian diantara para pedagang yang

membeli secara kredit dan menjual dengan tunai.8

3. Syirkah A’mal

Syirkah A’ mal disebut juga dengan syirkah abdan merupakan

kerja sama usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, masing-

masing mitrausaha memberikan sumbangan atas keahliannya dalam

mengelola bisnis. Dalam syirkah A’ mal tidak perlu adanya modal dalam

bentuk uang tunai, akan tetapi modalnya adalah keahlian dan

profisionalisme masing-masing mitra kerja. Hasil usaha atas kerja sama

usaha dalam syirkah a’mal akan dibagi sesuai dengan nisbah bagi hasil

yang telah disepakati antara para pihak yang bermitra.

D. Rukun dan Syarat Akuntansi Syariah

Rukun adalah segala sesuatu yang menyebabka suatu akad dapat

dilaksanakan, karena rukun adalah bagian integral yang tidak terpisahkan

8
Muhammad, Sistim & Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press,
2000), h. 13.
10

sehingga akad tersebut tidak rusak/batal (fasad) dalam pelaksanaannya.

1. Ijab dan Qabul

Ijab dan qabul harus dinyatakan dengan jelas dalam akad dengan

meperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penawaran dan permintaan harus jelas dituangkan dalam tujuan akad

b. Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak

c. Akad dituangkan secara tertulis

2. Pihak yang Berserikat

a. Kompeten

b. Menyediakan dana sesuai dengan kontrak dan pekerjaan/ proyek usaha

c. Memiliki hak untuk ikut mengelola bisnis yang sedang dibiayai atau

member kuasa kepada mitra kerjanya untuk mengelolanya

d. Tidak diizinkan menggunakan dana untuk kepentingan sendiri.

3. Objek akad

a. Modal:

1) Modal dapat berupa uang tunai atau asset yang dapat dinilai. Bila

modal tetapi dalam bentuk asset, maka asset ini sebelum kontrak

harus dinilai atau disepakati oleh masing-masing mitra.

2) Modal tidak boleh dipinjamkan atau dihadiahkan kepihak lain.9

b. Kerja :

1) Partisipasi kerja dapat dilakukan bersama-sama dengan porsi kerja

yang tidak harus sama, atau salah satu mitra member kuasa kepada

mitra kerja lainnya untuk mengelola usahanya.

2) Kedudukan masing-masing mitra harus tertuang dalam kontrak.

c. Keuntungan/ kerugian :

9
Ismail, Perbankan Islam, ……h. 177
11

1) Jumlah keuntungan harus dikuantifikasikan.

2) Pembagian keuntungan harus jelas dan tertuang dalam kontak.

Bila rugi, maka kerugian akan ditanggung oleh masing-masing

mitra berdasarkan porsi modal yang diserahkan.

E. Perlakuan Akuntansi Syariah

Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua

sisi pelaku yaitu mita aktif dan mitra pasif. yang dimaksud dengan mitra aktif

adalah pihak yang mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri

ataupun menunjuk pihak lain untuk mengelola atas namanya, sedangkan mitra

pasif adalah pihak yang tidak ikit mengelola usaha (biasanya adalah lembaga

keuangan). mitra aktif adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan

pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan melakukan pencatatan akuntansi.

atau jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut mengelola usaha maka pihak

tersebut yang akan melakukan pencatatan akuntansi.

Pada hakikatnya pencatatan atas semua transaksi usaha musyarakah

harus dipisahkan dengan pencatatan lainnya. Untuk memudahkan ilustrasi,

kami akan mencatat transaksi usaha musyarakah seolah-olah ditunjuk pihak

lain untuk melakukan pencatatan akuntansi, walaupun pencatatannya masih

dibawah tanggung jawab mitra aktif.

Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif

Akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif dianggap sama, karena

dalam ilustrasi ini pencatatan akuntansi untuk usaha musyarakah akan mudah

dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk agar lebih mudah diilustrasikan.

Oleh karena pada hakikatnya jurnal yang dibuat oleh pihak ketiga atau mitra

aktif adalah sama. Perbedaannya jika pencatatan dilakukan oleh mitra aktif,
12

maka ia harus membuat akun buku besar pembantu untuk memisahkan

pencatatan dan transaksi musyarakah dengan transaksi lainnya. Sementara

apabila ada perbedaan perlakuan akuntasni untuk mitra aktif dan mitra pasif

menurut PSAK sebagai berikut :

1. Pengakuan Investasi Musyarakah

Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset

nonkas untuk usaha musyarakah

2. Biaya pra-akad

Biaya pra-akad yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya,

biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi

musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah. Jurnal

untuk mitra aktif pada saat pengeluaran biaya :

Dr. uang muka akad xxx

Kr. Kas xxx

Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian

investasi musyarakah maka dicatat sebagai nilai investasi musyarakah.

Jurnal : Dr. investasi Musyarakah xxx

Kr. Uang Muka Akad xxx

Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian

investasi musyarakah maka akan dicatat sebagai beban.

Jurnal : Dr. Beban Musyarakah xxx

Kr. Uang Muka Akad xxx

3. Pengukuran Investasi Musyarakah

Penyerahan kas atau aset nonkas sebagai modal untuk investasi

musyarakah.
13

a. Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang

diserahkan; maka jurnal :

Dr. Investasi Musyarakah- Kas xxx

Kr. Kas xxx

b. Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka dinilai sebesar

nilai wajar dan jika nilai wajar serta aset nonkas yang diserahkan lebih

bear dari nilai buku, maka oleh mitra aktif selisihnya akan dicatat

dalam akun selisih penilaian aset musyarakah (dilaporkan dalam

bentuk ekuitas). Jurnal :

Dr. Investasi Musyarakah- Aset Nonkas xxx

Dr. Akumulasi Penyusutan xxx

Kr. Selisih Penilaian Aset Musyarakah (sebagai bag. ekuitas) xxx

Kr. Aset Nonkas xxx

c. Selisih apabila aset musyarskah tersebut diamortisasi selama masa

akad musyarakah menjadi keuntungan.

Jurnal : Dr. Selisih Penilaian Aset Musyarakah xxx

Kr. Keuntungan xxx

Untuk mitra pasif, akun selisih penialian aset musyarakah

digantikan dengan akun keuntungan tangguhan dan diamortisasikan

selama masa akad. Apabila aset nonkas dikembalikan diakhir akad

maka akun investasi musyarakah nonkas akan berkurang niainya

sesuai beban penyusutan aset yang diserahkan dikurangi dengan

amortisasi keuntungan tangguhan.

Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari

nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada

saat penyerahan aset nonkas.


14

Jurnal : Dr. Investasi Musyarakah- Aset Nonkas xxx

Dr.Akumulasi Penyusutan xxx

Dr. Kerugian Penurunan Nilai xxx

Kr. Aset Nonkas xxx

Apabila inbestasi dalam bentuk nonkas dan diakhir akad akan

diterima kembali maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan

berdasarkan nilai wajar, dengan masa manfaat berdasarkan masa akad

atau masa manfaat ekonomis aset.

Jurnal : Dr. Beban Depresi xxx

Kr. Aset Nonkas xxx

4. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan maka jurnal :

Dr. Kas/ Piutang xxx

Kr. Pendapatan Bagi hasil xxx

Apabila dari investasi yang dilakukan rugi maka jurnal:

Dr. Kerugian xxx

Kr. Penyisihan Kerugian xxx

5. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan diakhir

akad dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang

disepakati ketika aset tersebut diserahkan. Maka ketika akad musyarakah

berakhir, aset nonkas akan dilikuiditasi/dijual terlebih dahulu dan

keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara nilai buku

dengan nilan jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai nisbah.

Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan

penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal :

Dr. Kas xxx


15

Kr. Investasi Musyarakah xxx

Kr. Keuntungan xxx

Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan

penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal :

Dr. Kas xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Kr. Investasi Musyarakah xxx

Kr. Keuntungan xxx

Pencatatan di akhir akad :

a) Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas

Jika tidak ada kerugian, maka jurnal :

Dr. Kas xxx

Kr. Investasi Musyarakah xxx

Jika ada kerugian, maka jurnal :

Dr. Kas xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Kr. Investasi Musyarakah xxx

b) Apabila modal investasi berupa asset nonkas, dan dikembalikan dlam

bentuk aset nonkas yang sama pada akhir akad.

Jika tidak ada kerugian maka jurnal :

Dr. Aset nonkas xxx

Kr. Investasi Musyarakah xxx

c) Jika ada kerugian, mitra yang menyerahkan aset nonkas harus

menyetorkan uang sebesar nilai kerugian, maka jurnal :

Dr. Penyisihan Kerugian xxx


16

Kr. Kas xxx

Dr. Aset Nonkas xxx

d) Kr. Investasi Musyarakah xxx

6. Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarah menurun (dengan

pengembalian dana mitra secara bertahap) nilai investasi musyararakahnya

sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-ks yang diserahkan pada awal

akad ditambah jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan

pada mitra pasif dikurangi rugi jika ada. Sedangkan bagian mitra pasif

nilai investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang

diserahkan pada awal akad dikurangi dengan pembelian dari mitra aktif

jika ada.

a. Penyajian

Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha

musyarakah dalam laporan keuangan sebagai berikut :

1) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan

sebagai investasi musyarakah.

2) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang

diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra

account) dari investasi musyarakah.

b. Pengungkapan

Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi

musyarakah, tetapi tidak terbatas pada :

1) Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana,

pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain- lain

2) Pengelola usaha, Jika tidak ada mitra aktif, dan


17

3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang

Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

Akuntansi untuk Pemilik Dana

Akumulasi untuk pengelola musyarakah dilakukan oleh mitra aktif

atau pihak yang mewakilinya.

1. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui

sebagai dana syirkah temporer sebesar :

a. Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, dan jurnal :

Dr. Kas xxx

Kr. Dana Syirkah Temporer xxx

b. Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan

dicatat sebesar nilai wajarnya dan jurnal :

Dr. Aset Nonkas xxx

Kr. Dana Syirkah Temporer xxx

Apabila diakhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang

mencatat beban depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar

dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan

jika dikembalikan, yang mencatat beban depresiasi adalah mitra yang

menyerahkan aset nonkas sebagai modal investasinya.

Dr. Beban Depresiasi xxx

Kr. Akumulasi Depresiasi xxx

2. Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan pasif Saat mencatat

pendapatan :

Dr. Kas /Piutang xxx

Kr. Pendapatan xxx

Saat mencatat beban :


18

Dr. Beban xxx

Kr. Kas /Uang xxx

3. Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungan ) :

Dr. Pendapatan xxx

Kr. Beban xxx

Kr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx

Jurnal ketika dibagihasilkan dengan pemilik dana :

Dr. Beban Bagi Hasil Musyarakah xxx

Kr. Utang Bagi Hasil Musyarakah xxx

Jurnal pada pengelola dana membayar bagi hasil :

Dr. Utang Bagi Hasil Musyarakah xxx

Kr. Kas xxx

Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban

bagi hasil ditutup. jurnal :

Dr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx

Kr. Beban Bagi Hasil xxx

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian :

Dr. Pendapatan xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Kr. Beban xxx

Jika kerugian akibat kelalaian aatau kesalahan mitra aktif atau pengelola

usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha

musyarakah, Jurnal :

Kr. Aset nonkas xxx

Kr. Keuntungan xxx

Keuntungan ditutup ke dana syirkah temporer, jurnalnya :


19

Dr. Keuntungan xxx

Kr. Dana Syirkah Temporer xxx

Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, akan ditagih

kepada mitra, maka jurnal :

Dr. Kas xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Kr. Aset Nonkas xxx

Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari

penjualan aset nonkas mengalami keuntungan, jurnal :

Dr. Dana Syirkah Temporer xxx

Kr. Kas xxx

Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dari penjualan

aset nonkas mengalami kerugian, jurnal :

Dr. Dana Syirkah Temporer xxx

Kr. Penyisihan Kerugisn xxx

Kr. Kas xxx

4. Penyajian

Pengelola menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah

dalam laporan keuangan sebagai berikut :

a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang

diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.

b. Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai

unsure dana syirkah temporer.

c. Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajsikan sebagai


20

unsure ekuitas.10

F. Pengakuan dan Pengukuran Akuntantansi Syariah

Berdasarkan PSAK 106, pengakuan investasi musyarakah terjadi

ketika penyerahan aset kas atau bukan kas untuk pelaksana usaha atau mitra

aktif, untuk pengukuran investasi musyarakah yang berbentuk kas dilakukan

penilaian sesuai dengan besar bagian yang dibayarkan, pada Bank Mega

Syariah X, pengakuan untuk investasi musyarakah yang telah mendapat

kesepakatan semua pihak, yaitu bank dan nasabah, maka akan diakui oleh

pihak bank ketika penyerahan kas kepada nasabah, untuk pengukuran, Bank

akan mengukur pembiayaan ini dalam bentuk kas kemudian dilakukan

penilaian sejumlah yang dibayarkan ke nasabah, hal ini telah sesuai

sebagaimana dalam PSAK 106 (Nurbayani & Rasma, 2021). Dalam Bank BRI

Syariah KCP Kepanjen, pengakuan investasi musyarakah yaitu ketika

penyerahan aset kas atau bukan kas untuk mitra aktif, dalam praktik

pembiayaan musyarakah diakui pada saat penyerahan uang tunai ke nasabah.

Hal ini juga menunjukkan, pencatatan pengakuan untuk investasi pada Bank

BRI Syariah KCP Kepanjen sudah sesuai sebagaimana PSAK 106. Pada

pencatatan untuk pengukuran pembiayaan musyarakah juga sudah sesuai

sebagaimana yang diatur dalam PSAK 106, dimana pembiayaan musyarakah

pada bank ini diukur sesuai dengan besar uang yang diserahkan bank untuk

nasabah di waktu pencairan dana ialah sesudah persetujuan akad pembiayaan

musyarakah (Istutik & Putri, 2020). Pengembalian dana dari nasabah (mitra

aktif) kepada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Dumai dilakukan saat akad

musyarakah berakhir. Sifat pembiayaan musyarakah berdasarkan PSAK 106

10
Suryani Sahsun, Perlakuan Akuntansi PSAK 106, h. 27
21

dibagi menjadi dua yaitu musyarakah permanen dan musyarakah menurun.

Jurnal yang dibuat saat pengembalian dana pada pembiayaan musyarakah

permanen yaitu kas pada pembiayaan yang diberikan musyarakah. Dana yang

dikembalikan dinilai sejumlah kas yang diserahkan, hal ini sesuai dengan

PSAK 10611.

11
Nur Aeni, Nurainirizkiyah, Silvia Dwi Damayanti, Universutas Negeri Malang, h. 250.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan,

maka dapat disimpulakan bahwa PSAK No. 106 mengenai akuntansi

Musyarakah belum sepenuhnya diterapkan oleh Bank Sulselbar Syariah

cabang Makassar. Hal tersebut terbukti dari laporan keuangan yang disajikan

oleh Bank hanya membahas tentang akuntansi Musyarakah dengan Bank

hanya berperan sebagai mitra pasif. Sedangkan pada PSAK No.106 mengenai

akuntansi Musyarakah dikatakan bahwa entitas akuntansi Musyarakah berlaku

untuk mitra aktif dan mitra pasif.

Pengakuan investasi musyarakah terjadi ketika pembayaran atau penyerahan

aset kas maupun non kas. Biaya yang ditimbulkan dari kontrak musyarakah tidak bisa

disebut dengan investasi musyarakah jika biaya yang ditimbulkan karena dampak

dari akad musyarakah, kecuali mendapat izin dari semua mitra. Pengakuan akuntansi

untuk bagi hasil, pada pembiayaan musyarakah diakui sebagai pendapatan sesuai

dengan kesepakatan yang dibuat, kemudian untuk kerugian diakui berdasarkan

seberapa kontribusi dana dari setiap mitra. Pada hal pencatatan kerugian terdapat

perbankan syariah yang tidak mencatat menjadi kerugian tetapi pendapatan bagi hasil

periode berikutnya saja yang dikurangi. Pengukuran investasi musyarakah jika

investasi dalam wujud kas akan diukur berdasarkan sejumlah kas yang diberikan,

tetapi apabila pada wujud aset non kas diukur sejumlah nilai wajarnya.

22
23

B. Saran

Adapun saran yang yang diajukan, yang dapat menjadi pertimbangan

bagi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Dalam perkembangan PT. Bank Sulselbar Syariah semakin meningkatkan

kualitas khususnya dalam pembiayaannya. Dimana mampu menjalankan

sekaligus meningkatkan pembiayaan yang bukan hanya pada pembiayaan

Musyarakah tetapi juga pembiayaan-pembiayaan lainnya demi

pertumbuhan PT. Bank Sulselbar Syariah cabang Makassar nantinya.

2. Lebih terbuka kepada mahasiswa yang meneliti pada PT. Bank Sulselbar

Syariah cabang Makassar, karena melalui penelitian ini justru dapat

menjadi bahan masukan bagi PT. Bank Sulselbar Syariah cabang

Makassar untuk melihat kelemahan-kelemahan yang ada pada perusahaan

sehingga dapat dilakukan perbaikan.

3. Diharapkan dalam melakukan pencatatan pengaturan perlakuan dan

pengukuran akuntansi agar bank sebagai pengelolah dana dan bank

sebagai pemilik dana terpisah agar terdapat kejelasan dalam pencatatan.


DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Nurul Ichsan. 2014. Perbankan Syariah (Sebuah Pengantar ). Jakarta:


Referensi.

http://banksulselbar.co.id/corporate-site/profil-perusahaan.

Apriyanti, Hani Werdi,”Akuntansi Syari”ah: Sebuah Tinjauan Antara Teori dan


Prakti”, Jurnal Akuntansi Indonesia. Volume 6, 2017

Ghufran A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, cet ke-1, 2002).

Achmadi, Narbuko. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Bumi Aksara


Darmadji, Efferin, Tan. 2004. Metode Penelitian Untuk Akuntansi.
Malang.

Dewan Syariah Nasional MUI. FATWA DSN MUI No. 04/DSN- MUI/IV/2000
tentang Pembiayaan Murabahah.

Abd al-Sattar Abu Ghada, Buhuts fi al-Mu‟amalat wa al-Asalib al-Masharifiyah


al-Islamiyah (t.t: Majmu‟ah Dilah al-Barkah.2003).

Abdul Ghafar Anshori, Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (konsep, regulasi,


dan implementasi), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press).

Wahbah Az-Zuhayli, Fiqh Islam Wa Adillatuhu.(Jakarta:Gema Insani,2007).

Alamsyah, H. (2012). Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia:


Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015. Makalah Disampaikan Pada
Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad Ke-18 IAEI, 1–
8.

24

Anda mungkin juga menyukai