Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH

TENTANG

BAGI HASIL

DI SUSUN OLEH :

MESI ANGGELA

DOSEN PEMBIMBING :

MAISARAH LELI, SHI, M.A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


YAYASAN PERGURUAN TINGGI ISLAM PASAMAN
STAI – YAPTIP PASAMAN BARAT
TAHUN 1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat
dan penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, saya juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.

Penyusunan makalah ini telah saya selesaikan dengan lancar, tetapi saya menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi saya mohon untuk
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan
makalah ini.

Akhir kata saya berharap laporan ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan
pengetahuan dan informasi.

Simpang Empat, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
BAB II PENDAHULUAN
A. Pengertian al- Musyarakah...................................................................2
B. Dasar Hukum (Landasan Syariah)........................................................2
C. Jenis –jenis al- Musyarakah..................................................................3
D. Bentuk-bentuk musyarakah:.................................................................4
E. Aplikasi dalam Perbankan....................................................................4
F. Ketentuan Umum al-Musyarakah.........................................................4
G. Manfaat  dan Risiko al-Musyarakah.....................................................5
H. Perbandingan Bagi Hasil dan Bunga....................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................7
B. Saran.....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang banyak masalah-masalah yang melibatkan anggota masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari adalah masalah muamalah(akad, transaksi) dalam berbagai bidang .
Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan manusia dalam masyarakat. Dari
sekian banyak transaksi atau akad yang ada, diantaranya adalah akad al-musyarakah.
Al- Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal /expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah dalam perbankan Islam telah dipahami
sebagai suatu mekanisme yang dapat menyatukan kerja dan modal untuk produksi barang
dan jasa yang bermanfaat untuk masyarakat. Musyarakah dapat digunakan dalam setiap
kegiatan yang dijalankan untuk tujuan menghasilkan laba.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas tentang akad musyarakah.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian tentang al-Musyarakah?
b. Apa  dasar hukum (landasan syariah)  al-Musyarakah itu?
c. Apa saja jenis-jenis al-Musyarakah itu?
d. Apa saja bentuk –bentuk al-musyarakah itu?
e. Bagaimana aplikasi musyarakah dalam perbankaan?
f. Bagaimana ketentuan umum dari al-Musyarakah?
g. Apa manfaat dan resiko al-musyarakah itu?
h. Apa saja Perbandingan Bagi Hasil dan Bunga ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian al- Musyarakah


Musyarakah secara bahasa di ambil dari bahasa arab yang berarti mencampur. Dalam hal
ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat di pisahkan satu sama
lain.
Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam konteks skim pembiayaan
Syariah. Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah.
Kata Syirkah dalam bahasa arab berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yashruku (fi’il
mudhari’) syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar),  artinya menjadi sekutu atau
syarikat (kamus al Munawar). Menurut arti asli bahasa Arab, syirkah berarti mencampurkan dua
bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya. 
Al –Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal /expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

B. Dasar Hukum (Landasan Syariah)


1) Al-Qur’an

maka mereka berserikat pada sepertiga.....”(an-Nisa:12).... “              


 

 
        “Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang saleh.”(Shaad:24)
2) Al-Hadits

       
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “ sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
berfirman, Aku pihak dari ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya
tidak mengkhianati lainnya.” ( HR Abu Dawud No.2936, dalam kitab al-Buyu, dan
Hakim)
3) Ijma’
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata,” kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat
perbedaan pendapat dari beberapa elemen darinya.
C. Jenis –jenis al- Musyarakah
Al- musyarakah ada dua jenis:
1) Musyarakah pemilikan
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang
mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih .
2) Musyarakah akad (kontrak)
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
Musyarakah akad dibagi menjadi lima jenis:
a) Syirkah al- ‘Inan yaitu  kontrak antara dua orang atau lebih.
b) Syirkah mufawadhah yaitu kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih.
c) Syirkah A’maal yaitu kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagai keuntungan dari pekerjaan itu.
d) Syirkah Wujuh yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis.
e) Syirkah al-mudharabah  yaitu syirkah yang apabila terjadi keuntungan maka
dibagi hasil sesuai nisbah yang disepakati kedua belah pihak yaitu pemilik
modal serta pelaku usaha. 
D. Bentuk-bentuk musyarakah:
1) Musyarakah tetap
Bentuk akad musyarakah yang paling sederhana adalah musyarakah tetap ketika
jumlah porsi modal yang disertakan oleh masing-masing mitra tetap selama periode
kontrak.
2) Musyarakah menurun
Pada kerja sama ini, dua pihak bermitra untuk kepemilikan bersama suatu aset dalam
bentuk properti, peralatan, perusahaan, atau lainnya.
3) Musyarakah mutanaqishah
Suatu penyertaan modal secara terbatas dari mitra usaha kepada perusahaan lain untuk
jangka waktu tertentu.

E. Aplikasi dalam Perbankan


1) Pembiayaan Proyek
Al- musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana nasabah
dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah
proyek tersebut selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.
2) Modal ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam
kepemilikan perusahaan, al-musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. [6]
Secara umum, aplikasi perbankan dari al-musyarakah dapat digambarkan dalam skema
berikut:
F. Ketentuan Umum al-Musyarakah
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-
sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang
dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek
musyarakah tidak boleh melakukan tindakan, seperti:
a) Mengabungkan dana proyek dengan harta pribadi
b) Menjalankan proyek musyarakah  dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal
lainnya.
c) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau digantikan oleh pihak
lain.
d) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila, menarik diri dari
perserikatan, meninggal dunia dan menjadi tidak cakap hukum.
e) Biaya yang timbul dari pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus
diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai dengan porsi konstribusi modal.
f) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati
untuk bank.
G. Manfaat  dan Risiko al-Musyarakah
1) Manfaat al-Musyarakah:
a) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu  pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat.
b) Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha bank,
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
c) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas usaha
nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
d) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar
halal, aman, dan menguntungkan.
e) Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana
bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa
pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis
ekonomi.
2) Risiko al-Musyarakah:
a) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam
kontrak.
b) Lalai dan kesalahan yang disengaja
c) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.[9]
H. Perbandingan Bagi Hasil dan Bunga
Perbankan di Indonesia mengenal dua sistem, yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Keduanya memiliki aturan dan kebijakan berbeda terkait pengelolaan keuangan nasabah,
termasuk pemberian bunga. Bunga biasanya digunakan untuk bank konvensional,
sedangkan pada bank syariah disebut sebagai bagi hasil. Bunga dan bagi hasil tersebut
diterapkan sebagai balas jasa yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah dan
sejumlah nominal yang harus dibayarkan nasabah kepada bank jika nasabah memiliki
pinjaman kepada bank. Sistem bunga pada bank konvensional sering kali dikategorikan
sebagai riba, yaitu pengambilan tambahan (premium) sebagai syarat yang harus
dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman selain pinjaman pokok. Oleh karena
itu bank syariah menggunakan pendekatan lainnya yaitu bagi hasil dengan kebijakan
yang sedikit berbeda, di antaranya sebagai berikut, melansir situs resmi Bank Muamalat.

Bunga Bagi Hasil

Penentuan tingkat suku bunga dibuat pada Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat
waktu akad dengan pedoman harus selalu pada waktu akad dengan berpedoman pada
untung kemungkinan untung rugi
Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada
uang (modal) yang dipinjamkan jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak
yang dijalankan oleh pihak nasabah untung mendapatkan keuntungan maka kerugian akan
atau rugi ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
sekalipun jumlah keuntungan berlipat dengan peningkatan jumlah pendapatan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi secara istilah musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
Berdasarkan hukum yang diuraikan di atas, maka secara tegas dapat dikatakan
bahwa kegiatan syirkah dalam usaha diperbolehkan dalam Islam, sebagai dasar
hukumnya telah jelas dan tegas. Dan dari sekian banyak jenis musyarakah tersebut diatas
hanya syirkah ‘inan yang paling tepat dan dapat diaplikasikan dalam perbankan syariah.
Dimana, bank dan nasabah keduanya memiliki modal. Modal bank dan modal nasabah
digunakan oleh pengelola sebagai modal untuk mengerjakan proyek. Pendapatan atau
keuntungan yang diperoleh dari proyek dibagikan berdasarkan nisbah yang telah
disepakati bersama.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Mudah-mudahan bisa
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca. Dan tidak lupa kritik dan sarannya
sangat kami harapkan untuk memperbaiki pembuatan makalah yang selanjutnya. Apabila
ada kesalahan dalam penulisan maupun penyampaian serta kurangnya pengetahuan, kami
mohon maaf. Dan sesungguhnya kebenaran semata hanyalah dari Allah SWT. Semoga
bermanfat. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2013
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan SYARIAH, Yogyakarta, P3EI, 2004
Muhammad syafi’i Antonio , Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema Insani, 2001
http://id.m.wikipedia.org/wiki/musyarakah(23-03-2015)
https://tirto.id/perbedaan-bunga-bank-konvensional-dan-bagi-hasil-bank-syariah-etqm

Anda mungkin juga menyukai