Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muammalah
Dosen Pengampu :
Duwi Hariono, S. Th.I., M.S.I
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah
dengan judul “Syirkah” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muammalah.
Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membebaskan manusia dari zaman kegelapan.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu, kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kualitas penyusunan makalah
ini.
Demikian semoga makalah kami dapat berguna dan memberikan manfaat bagi semua
pihak khususnya bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kerangka keuangan Islam, syirkah muncul sebagai salah satu konsep utama
yang mendefinisikan kemitraan dan kolaborasi bisnis yang diatur oleh prinsip-prinsip
hukum Islam. Konsep ini memberikan landasan yang kokoh bagi praktek bisnis yang
sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika Islam, serta memberikan alternatif yang
signifikan dalam dunia keuangan modern. Syirkah, dalam konteks keuangan Islam,
merupakan sebuah kemitraan atau persekutuan antara dua pihak atau lebih untuk tujuan
bisnis, di mana setiap pihak berbagi tanggung jawab, risiko, dan keuntungan sesuai
dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. Prinsip utama dalam syirkah adalah
kesepakatan sukarela, keadilan, dan tanggung jawab bersama, yang memberikan
landasan yang kuat bagi keberlangsungan dan keberlanjutan dalam bisnis.
Relevansi syirkah dalam konteks bisnis dan keuangan syariah terletak pada
kemampuannya untuk menghadirkan praktek bisnis yang sejalan dengan prinsip-prinsip
syariah. Dalam dunia keuangan yang terus berubah dengan kompleksitas transaksi dan
instrumen keuangan, syirkah menawarkan pendekatan yang menekankan pada keadilan,
transparansi, dan tanggung jawab bersama. Dalam keuangan syariah, di mana larangan
terhadap riba (bunga), spekulasi, dan investasi yang bertentangan dengan nilai-nilai
Islam menjadi prinsip utama, syirkah memberikan alternatif yang solid. Model ini
memungkinkan berbagai pihak untuk terlibat dalam usaha yang produktif tanpa
terjerumus dalam transaksi yang tidak etis atau ribawi.
Pemahaman yang mendalam tentang konsep syirkah dalam keuangan Islam dan
relevansinya dalam konteks bisnis dan keuangan syariah menjadi krusial. Analisis yang
lebih mendalam tentang implementasi syirkah dalam produk keuangan, praktik bisnis
yang adil, serta potensi kontribusinya terhadap ekosistem keuangan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah sangat penting untuk terus mengembangkan sistem keuangan
yang lebih inklusif dan beretika.
iv
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimanakah dasar konsep serta karakteristik dan tatakelola dari syirkah?
B. Bagaimanakah pengaplikasian syirkah dalam praktek serta peraturan dan pedoman
syariah terkait syirkah?
C. Bagaimanakah perbandingan syirkah dengan sistem keuangan konvensional dan
kasus kasus kontemporernya ?
C. Tujuan
A. Mengetahui dasar konsep serta karakteristik dan tatakelola dari syirkah
B. Memahami pengaplikasian syirkah dalam praktek serta peraturan dan pedoman
syariah terkait syirkah
C. Mampu memahami perbandingan syirkah dengan sistem keuangan konvensional
dan kasus kasus kontemporernya
v
BAB II
PEMBAHASAN
1
M.SI. Akhmad Farroh Hasan, “Fiqh Muammalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori Dan Praktek),” UIN-
Maliki Malang Press, no. 2 (2014): 79. Hlm; 79
2
Ahmad Taufiqurrahman, “Konsep Syirkah Dalam Islam,” Jurnal Tahkim 11, no. 1 (2023): 39–40. Hlm; 39-40
vi
2. Prinsip – Prinsip Dasar Dalam Syirkah
Implementasi syirkah harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip yaitu:
masing-masing pihak yang bekerjasama memiliki kewenangan melakukan tindakan
hukum atas nama persekutuan dengan izin pihak lainnya, segala akibat dari tindakan
tersebut baik itu masalah keuntungan maupun kerugiannya akan ditanggung secara
bersama. Sistem pembagian keuntungannya harus ditetapkan dengan jelas, baik dari
segi nisbah maupun pada saat pembagiannya seperti pertriwulan atau pertahun dan
lainnya sesuai kesepakatan. Sebelum dilakukan pembagian seluruh keuntungan
merupakan milik bersama, tidak boleh sejumlah keuntungan tertentu yang dihasilkan
salah satu pihak dipandang sebagai keuntungannya.
Prinsip profit and lost sharing dalam syirkah yaitu: bukan revenue sharing
(bagi hasil/pendapatan).Tapi profif and lost sharing (sharing laba dan
kerugian).Kerugian itu berdasarkan kesepakatan harta atau modal, sedangkan
keuntungan berdasarkan kesepakatan para mitra yang bersyirkah.Pengelola
menaggung rugi tenaga, waktu dan pikiran. Jika imbas atau rugi, pengeola tidak
mendapat apa-apa.3
vii
menjadi hak milik bersarna, atau juga seperti mereka membangun
tembok bersama-sama, untuk dimiliki bersama-sama.
2. Syirkah uqud
Secara umum syirkah uqud adalah perserikatan antara dua belah pihak atau
lebih dalam hal usaha, modal dan keuntungan. Syrikah uqud adalah sebuah
bentuk kongsi yang muncul dari dua orang yang berakad atau lebih,
dengan mencampurkan barang milik mereka untuk dikelolah bersama-
sama dengan keuntungan dan kerugian ditanggung bersama-sama sesuai
dengan kesepakatan dan hak masing-masing, adapun jika terjadi
percampuran barang antara dua orang atau lebih tanpa adanya akad
terdahulu, maka hal dinamakan syirkah milk (kepunyaan), oleh karena itu
yang membedakan antara syirkah milk dan uqud adalah akad.
4
Taufiqurrahman, “Konsep Syirkah Dalam Islam.”
5
Akhmad Farroh Hasan, “Fiqh Muammalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori Dan Praktek).” Hlm: 84
ix
satunya tidak mengkhianati temannya, apabila salah satu dari mereka berkhianat
maka saya akan keluar dari antara keduanya”. (HR. Abu Daud)
Berdasarkan ayat al-Qur’an, hadis Nabi SAW, dan Kaidah fikih di atas dapat
dipahami bahwa hukum melakukan kerjasama (syirkah) adalah boleh selama pihak-
pihak yang bekerjasama tersebut amanah (tidak mengkhianati satu sama lain),
menepati janji/kontrak yang sudah mereka sepakati.6
x
1. Diambil dahulu dari keuntungan, karena keuntungan adalah pelindung
modal.
2. Jika kerugian melebihi keuntungan baru diambilkan dari pokok modal
(Karim,2006, hlm.207).
Akan tetapi hal ini tidak berlaku apabila kerugian terjadi karena kelalaian atau
kecurangan mudharib dalam mengelola usahanya, maka mudharib harus
bertanggung jawab atas kerugian itu sebesar bagian kelalaiannya sebagai sanksi
dan tanggung jawabnya. Hal ini karena mudharib telah menimbulkan kerugian
akibat kelalaian dan perilaku zalim terhadap harta orang lain yang telah
dipercayakan kepadanya (Karim,2006, hlm.209). Para fuqaha berpendapat bahwa
pada prinsipnya dalam akad Mudharabah tidak perlu dan tidak boleh
mensyaratkan agunan sebagai jaminan. Shahibul maal tidak dapat meminta
jaminan dari pihak mudharib untuk memastikan kembalinya modal yang
diberikan atau modal beserta keuntungannya. Hal ini karena Mudharabah bukan
bersifat hutang melainkan bersifat kerjasama dengan modal kepercayaan antara
shahibul maal dan mudharib untuk berbagi hasil (Syahdeni, 1999, hlm.34).
7
Rachmat Rizqy Kurniawan and Nadiah Rahma Fitri, “Analisis Penerapan Akad Syirkah Pada Usaha Mikro, Kecil,
Dan Menengah,” Hukum Ekonomi Syari’ah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (2021): 1–16.hlm: 13
8
Agus Arwani, “STUDI KRITIS AKAD PEMBIAYAAN MUSYÂRAKAH PADA PERBANKAN Agus Arwani *”
(2005).hlm:4
9
Akhmad Farroh Hasan, “Fiqh Muammalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori Dan Praktek).” Hlm: 85
xii
Praktik musyarakah pada perbankan syariah banyak diterapkan dalam dua hal
yaitu pada pembiayaan proyek dan juga modal venture.
a. Pembiayaan Proyek, biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut.
Setelah proyeknya selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut seuai dengan
bagi hasil yang telah disepakati untuk bank
b. Modal Venture, pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan. Diterapkan dalam skema model venture
penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank
melakukan penjualan bagian-bagian sahamnya, baik secara singkat maupun
bertahap.
Contoh: Pak Johan adalah seorang pengusaha yang akan melaksanakan suatu
proyek konstruksi kantor. Usaha tersebut membutuhkan modal sejumlah Rp
6.000.000.000. Ternyata, Pak Johan hanya memiliki dana Rp 3.000.000.000 atau
50% dari modal yang diperlukan. Pak Johan kemudian datang ke Bank Syariah
untuk melakukan kerja sama dengan akad musyarakah. Dalam hal ini, kebutuhan
terhadap modal sejumlah Rp 6.000.000.000 yang dipenuhi 50% dari Pak Johan dan
50% dari bank. Keuntungan proyek tersebut Rp 2.000.000.000 dan nisbah yang
disepakati 50%:50%. Jadi jika keuntungan dibagi 2 maka pak johan dan bank
syariah masing masing mendapatkan RP. 1.000.000.000 dari keunrungan tersebut.
3. Keberhasilan dan Tantangan Dalam Implementasi
Keberhasilan
Dengan adanya syirkah dapat membantu pelaku UMKM dalam
mendapatkan modal yang masih belum terpenuhi.
Tantangan
a. Konflik Keputusan
Dalam kemitraan, terdapat kemungkinan timbulnya perbedaan
pendapat antara para pihak mengenai pengambilan keputusan bisnis.
Jika tidak dikelola dengan baik, konflik ini dapat memengaruhi
efisiensi dan kemajuan bisnis.
b. Terbatasnya Fleksibilitas
xiii
Keputusan bisnis dalam syirkah memerlukan persetujuan dan antara
para pihak. Hal ini dapat mengurangi fleksibilitas dalam mengambil
keputusan yang cepat dan mendesak.10
10
“Pengertian Syirkah Dan Jenis-Jenisnya: Memahami Konsep Kerjasama Bisnis Dalam Hukum Islam,”
Prudential Syariah.
11
Raidy Lutfy, “Analisis Fatwa Dsn-Mui No; 114/DSN-MUI/2017 Tentang Akad Syirkah Terhadap Penggunaan
Piutang Sebagai Modal (Studi Kasus Di Toko Buku Doa Ibu Kota Bandung),” Prosiding Hukum Ekonomi Syariah
5, no. 2460–2159 (2019).
12
Kuo-Chiang Chiang Hsia et al.,
13
Ibid.
xiv
2. Kepatuhan Hukum Dalam Penggunaan Syirkah
Kepatuhan syariah saat ini menjadi isu krusial bagi bank syariah di Indonesia,
mendapat kritikan tajam dari masyarakat terkait perbedaan antara teori dan praktik.
Stakeholders dapat menilai kepatuhan bank syariah melalui laporan keuangan yang
secara rutin dipublikasikan. PSAK Syariah mengidentifikasi 12 ciri transaksi syariah
dalam laporan keuangan bank syariah. Masyarakat dapat menganalisis tiga ciri
utama, seperti menghindari riba, gharar, dan unsur haram, serta tidak menganut
prinsip nilai waktu uang. Analisis sumber pendapatan membantu mengidentifikasi
bunga dan pendapatan haram lainnya. Pengawasan kepatuhan syariah bersifat
preventif untuk memastikan bank syariah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan, Fatwa DSN, dan kebijakan Bank Indonesia, meminimalkan risiko
perbankan.14
3. Peraturan Syirkah Dalam Berbagai Negara
Peraturan syirkah di berbagai negara dapat bervariasi tergantung pada konteks
hukum, ekonomi, dan sosial masing-masing negara, serta diatur oleh asas dan norma
hukum yang berlaku. di Arab Saudi, peraturan syirkah dituangkan dalam kebijakan
yang mengatur sektor pariwisata dan perlindungan tenaga kerja, yang mencerminkan
kerjasama antara negara dan pihak terkait untuk mencapai tujuan bersama.
14
Muhammad Al Ghifari, “Analisis Kepatuhan Syariah Pada Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Dengan Akad
Musyarakah Mutanaqisah Di BJB Syariah KCP Rawamangun,” Skripsi (2021): 10–39.
xv
d. Usaha yang dibiayai: Usaha berbasis syariah akan menggunakan paradigma
tersendiri yang mana menekankan kepercayaan bahwa setiap aktivitas
manusianya memiliki nilai akuntabilitas dan ilahiah yang menempatkan akhlak
serta perangkat syariah sebagai parameter baik dan buruknya suatu aktivitas
usaha. Berbeda halnya dengan perusahaan konvensional yang tidak mengenal hal
semacam ini sebagai dasar pelaksanaan aktivitas bisnis mereka.15
15
Nathaniel E Helwig, Sungjin Hong, and Elizabeth T Hsiao-wecksler,
xvi
meskipun penjualan sedang turun bahkan rugi namun dengan system syirkah dengan
return yang sudah disepakati bersama maka terjadi keadilan ditribusi pendapatan.16
Maka bisa disimpulkan bahwa potensi keberlanjutan dan pertumbuhan syirkah
akan berkembang dengan pesat.
xvii
Perjanjian yang dijalankan antara Google AdSense dan YouTuber
termasuk dalam kategori syirkah Abdan, yaitu syirkah yang ra’s almalnya
bukan berupa harta kekayaan, namun dalam bentuk keahlian atau
keterampilan usaha atau kerja, termasuk komitmen untuk menunaikan
kewajiban syirkah kepada pihak lain berdasarkan kesepakatan.17
BAB III
PENUTUP
17
B a B Iv, “Bab Iv Hasil Penelitian Dan Pembahasan” (2009): 46–67.
18
Jurnal Ekonomi and Vol No April, “282004-Syirkah-Dan-Aplikasinya-Dalam-Lembaga-Ke-06E817B9” 4, no. 1
(2016): 63–79.
xviii
A. Kesimpulan
1. Ringkasan Temuan Utama
Dalam konteks syirkah, terdapat beberapa temuan utama yang menjadi pijakan
penting dalam prakteknya:
a. Prinsip Kesepakatan Sukarela: Mitra dalam syirkah bermitra secara sukarela,
menetapkan perjanjian yang mengatur tanggung jawab, keuntungan, dan
risiko sesuai kesepakatan bersama. Ini menandai dasar prinsip keadilan
dalam kemitraan.
b. Tanggung Jawab dan Risiko Bersama: Setiap mitra berbagi tanggung jawab
dalam manajemen dan risiko bisnis yang dijalankan. Prinsip tanggung jawab
bersama mengarah pada keterlibatan aktif dan berbagi konsekuensi positif
maupun negatif.
c. Pembagian Keuntungan dan Kerugian: Dalam syirkah, keuntungan dan
kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan. Hal ini mencerminkan esensi
kesetaraan dan keadilan dalam membagi hasil usaha.
d. Kolaborasi dan Keberagaman: Syirkah memungkinkan kolaborasi yang kuat
antara pihak-pihak yang memiliki keahlian, modal, atau sumber daya yang
berbeda. Keberagaman ini menjadi kekuatan bagi kesuksesan bersama.
e. Pengaturan Kemitraan: Struktur syirkah bisa berbeda-beda, termasuk syirkah
mudharabah (dengan satu pihak sebagai pengelola) atau syirkah musyarakah
(kemitraan aktif). Pengetahuan tentang struktur kemitraan yang tepat sangat
penting dalam penerapan syirkah.
f. Mekanisme Penyelesaian Konflik: Pentingnya memiliki mekanisme yang
efektif untuk menyelesaikan konflik antara mitra. Kesepakatan sebelumnya
dalam hal penyelesaian sengketa menjadi kunci bagi kelancaran syirkah.
g. Relevansi dalam Bisnis Kontemporer: Meskipun berasal dari konteks sejarah,
syirkah memiliki relevansi yang kuat dalam bisnis modern. Konsep keadilan,
tanggung jawab bersama, dan kesepakatan sukarela masih menjadi fondasi
yang berharga dalam dunia bisnis saat ini.
Pemahaman mendalam tentang temuan utama ini menjadi kunci dalam
penerapan syirkah secara efektif, memastikan bahwa prinsip-prinsip tersebut
diterapkan secara konsisten dan sesuai dengan konteks bisnis yang ada.
xix
2. Implikasi Syirkah Dalam Keuangan Islam dan Kontemporer
Implikasi dari prinsip-prinsip syirkah dalam keuangan Islam dan kontemporer
sangatlah signifikan, mempengaruhi cara bisnis dilakukan serta dampaknya dalam
ekosistem keuangan modern. Berikut adalah beberapa implikasi penting:
a. Kemitraan yang Berkelanjutan
Syirkah menekankan kolaborasi jangka panjang yang membangun hubungan
berkelanjutan. Implikasinya, praktek kemitraan yang didasarkan pada prinsip
syirkah cenderung lebih berorientasi pada keberlanjutan usaha dan hubungan
bisnis yang kokoh.
b. Transparansi dan Kepercayaan
Prinsip kesepakatan sukarela dan pembagian keuntungan/kerugian yang jelas
meningkatkan transparansi dan kepercayaan antara mitra. Ini menciptakan
lingkungan bisnis yang lebih terbuka dan mengurangi potensi konflik.
c. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif
Syirkah memungkinkan partisipasi yang lebih luas dalam ekonomi dengan
memfasilitasi kolaborasi antara pihak dengan keahlian, modal, atau sumber
daya yang berbeda. Ini dapat meningkatkan inklusivitas ekonomi dengan
melibatkan berbagai segmen masyarakat.
d. Pengembangan Inovasi dan Kreativitas
Kemitraan syirkah dapat menjadi wadah bagi inovasi dan kreativitas dengan
memadukan berbagai keahlian dan pengalaman dari pihak-pihak yang berbeda.
e. Resilien Finansial dan Manajemen Risiko yang Lebih Baik
Kemitraan syirkah membagi risiko dan tanggung jawab, sehingga bisnis
cenderung lebih mampu menghadapi perubahan pasar dan keadaan ekonomi
yang fluktuatif.
f. Penerapan Nilai-Nilai Etis
Syirkah mempromosikan nilai-nilai etis dalam bisnis seperti keadilan,
kejujuran, dan tanggung jawab sosial. Ini dapat menciptakan dampak sosial
yang lebih positif.
g. Relevansi dalam Industri Finansial Syariah
Dalam industri keuangan syariah, prinsip-prinsip syirkah sering diterapkan
dalam produk-produk investasi, pembiayaan, dan reksadana syariah. Ini
menunjukkan pentingnya syirkah dalam memenuhi kebutuhan finansial yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
xx
h. Dukungan terhadap Ekosistem Bisnis Berkelanjutan
Dalam ekosistem bisnis yang berfokus pada keberlanjutan, syirkah
memberikan landasan bagi praktik bisnis yang memperhitungkan dampak
sosial, lingkungan, dan ekonomi dalam pengambilan keputusan.
i. Mekanisme Penyelesaian Konflik yang Lebih Baik
Syirkah membutuhkan mekanisme penyelesaian konflik yang terstruktur. Ini
membantu menangani konflik dengan lebih efektif dan menghindari
kemungkinan penyelesaian melalui jalur hukum yang panjang.
j. Kontinuitas Peningkatan Sistem Keuangan
Prinsip-prinsip syirkah mendorong pertumbuhan sistem keuangan yang lebih
inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi dalam instrumen
keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Implikasi ini mencerminkan bagaimana prinsip-prinsip syirkah tidak hanya
relevan dalam keuangan Islam tradisional, tetapi juga memiliki potensi untuk
menyokong dan membentuk praktek bisnis yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan
dalam ekonomi kontemporer.
Penggunaan syirkah dalam masa depan tidak hanya menjadi solusi bagi
tantangan bisnis dan keuangan, tetapi juga dapat menjadi model bisnis yang lebih
inklusif dan adil secara sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan pemahaman yang
lebih dalam dan regulasi yang mendukung, syirkah memiliki potensi untuk
memainkan peran yang signifikan dalam membentuk masa depan ekonomi global
yang berkelanjutan.
B. Saran
xxii
Kami sarankan kepada para pembaca agar lebih banyak membaca dan memahami
banyak buku, artikel maupun jurnal yang berkaitan dengan materi Syirkah. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kami dan para
pembaca. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih diperlukan beberapa
revisi demi perbaikan yang mencakup materi median, mean dan modus. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun agar semakin
baik dalam menyusun makalah-makalah pada kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Farroh Hasan, M.SI. “Fiqh Muammalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori
Dan Praktek).” UIN-Maliki Malang Press, no. 2 (2014): 79.
xxiii
PERBANKAN Agus Arwani *” (2005).
Cover, Journal. “Table of Content.” Chinese Journal of Aeronautics 36, no. 8 (2023): i–ii.
Ghifari, Muhammad Al. “Analisis Kepatuhan Syariah Pada Produk Pembiayaan Pemilikan
Rumah Dengan Akad Musyarakah Mutanaqisah Di BJB Syariah KCP Rawamangun.”
Skripsi (2021): 10–39.
Hsia, Kuo-Chiang Chiang, Pete Stavropoulos, Günter Blobel, André Hoelz, Govindarajan
Sudha, Ruth Nussinov, Narayanaswamy Srinivasan, et al.
Kurniawan, Rachmat Rizqy, and Nadiah Rahma Fitri. “Analisis Penerapan Akad Syirkah
Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.” Hukum Ekonomi Syari’ah Sekolah Tinggi
Ekonomi Islam (2021): 1–16.
Raidy Lutfy. “Analisis Fatwa Dsn-Mui No; 114/DSN-MUI/2017 Tentang Akad Syirkah
Terhadap Penggunaan Piutang Sebagai Modal (Studi Kasus Di Toko Buku Doa Ibu Kota
Bandung).” Prosiding Hukum Ekonomi Syariah 5, no. 2460–2159 (2019).
Sri, Handayani. “Praktik Syirkah Lam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah.” Skripsi 7, no. 2
(2014): 21.
Taufiqurrahman, Ahmad. “Konsep Syirkah Dalam Islam.” Jurnal Tahkim 11, no. 1 (2023):
39–40.
xxiv