Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SYIRKAH

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muammalah
Dosen Pengampu :
Duwi Hariono, S. Th.I., M.S.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9 :


1. Axse Subur Prayoga (22103016)
2. Rahma Aida (22103028)
3. Rif’atul Mu’asyaroh (22103433)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah
dengan judul “Syirkah” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muammalah.
Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membebaskan manusia dari zaman kegelapan.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu, kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kualitas penyusunan makalah
ini.

Demikian semoga makalah kami dapat berguna dan memberikan manfaat bagi semua
pihak khususnya bagi para pembaca.

Kediri, 14 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

C. Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3

A. Dasar Konsep Syirkah .........................................................................................

B. Karakteristik dan Tata Kelola Syirkah ................................................................. 7

C. Aplikasi Syirkah Dalam Praktek .......................................................................... 9

D. Peraturan dan Pedoman Syariah Terkait Syirkah ................................................ 11

E. Perbandingan Dengan Sistem Keuangan Konvensional ...................................... 12

F. Kasus – Kasus Kontemporer ................................................................................ 14

BAB III PENUTUPAN ................................................................................................... 16

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16

B. Saran .................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kerangka keuangan Islam, syirkah muncul sebagai salah satu konsep utama
yang mendefinisikan kemitraan dan kolaborasi bisnis yang diatur oleh prinsip-prinsip
hukum Islam. Konsep ini memberikan landasan yang kokoh bagi praktek bisnis yang
sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika Islam, serta memberikan alternatif yang
signifikan dalam dunia keuangan modern. Syirkah, dalam konteks keuangan Islam,
merupakan sebuah kemitraan atau persekutuan antara dua pihak atau lebih untuk tujuan
bisnis, di mana setiap pihak berbagi tanggung jawab, risiko, dan keuntungan sesuai
dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. Prinsip utama dalam syirkah adalah
kesepakatan sukarela, keadilan, dan tanggung jawab bersama, yang memberikan
landasan yang kuat bagi keberlangsungan dan keberlanjutan dalam bisnis.
Relevansi syirkah dalam konteks bisnis dan keuangan syariah terletak pada
kemampuannya untuk menghadirkan praktek bisnis yang sejalan dengan prinsip-prinsip
syariah. Dalam dunia keuangan yang terus berubah dengan kompleksitas transaksi dan
instrumen keuangan, syirkah menawarkan pendekatan yang menekankan pada keadilan,
transparansi, dan tanggung jawab bersama. Dalam keuangan syariah, di mana larangan
terhadap riba (bunga), spekulasi, dan investasi yang bertentangan dengan nilai-nilai
Islam menjadi prinsip utama, syirkah memberikan alternatif yang solid. Model ini
memungkinkan berbagai pihak untuk terlibat dalam usaha yang produktif tanpa
terjerumus dalam transaksi yang tidak etis atau ribawi.
Pemahaman yang mendalam tentang konsep syirkah dalam keuangan Islam dan
relevansinya dalam konteks bisnis dan keuangan syariah menjadi krusial. Analisis yang
lebih mendalam tentang implementasi syirkah dalam produk keuangan, praktik bisnis
yang adil, serta potensi kontribusinya terhadap ekosistem keuangan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah sangat penting untuk terus mengembangkan sistem keuangan
yang lebih inklusif dan beretika.

iv
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimanakah dasar konsep serta karakteristik dan tatakelola dari syirkah?
B. Bagaimanakah pengaplikasian syirkah dalam praktek serta peraturan dan pedoman
syariah terkait syirkah?
C. Bagaimanakah perbandingan syirkah dengan sistem keuangan konvensional dan
kasus kasus kontemporernya ?

C. Tujuan
A. Mengetahui dasar konsep serta karakteristik dan tatakelola dari syirkah
B. Memahami pengaplikasian syirkah dalam praktek serta peraturan dan pedoman
syariah terkait syirkah
C. Mampu memahami perbandingan syirkah dengan sistem keuangan konvensional
dan kasus kasus kontemporernya

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Konsep Syirkah


1. Pengertian Syirkah
Istilah yang berbeda dari musyarakah ialah Syirkah”.137 Secara Bahasa al-
syirkah berarti al-Ikhtilat berarti :”percampuran atau persekutuan dua halatau lebih,
sampai-sampai antara masing-masing sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak
kepunyaan atau perserikatan usaha1. Adapun ma'na syirkah dalam istilah para ulama'
fikih adalah :
1) Menurut Madzab al-Syafii' syirkah adalah tetapnya hak sesuatu untuk dua
orang atau lebih, secara bersama-sama.
2) Manurut Madzab Maliki syirkah adalah izin untuk mendayagunakan
(tasharruf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya,
yakni keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk
mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing memiliki hak
untuk bertasharruf.
3) Menurut Madzab Hanafi syirkah adalah percampuran dua barang atau lebih,
yang mana sekiranya tidak bisa dibedakan antara keduanya (ketika sudah
dicampur).
4) Menurut Madzab Hambali syirkah adalah : " Hak (kewenangan) atau
pengolahan harta (tasharruf).
Melihat dari beberapa definisi para ulama bisa disimpulkan bahwa syirkah
adalah kerjasama antara dua orang atau lebih yang mempunyai hak yang sama dalam
mengelola dan mendayagunakan harta yang dimiliki oleh keduanya atau lebih untuk
melakukan usaha, dengan keuntungan dan kerugian ditanggung Bersama sesuai
dengan akad yang telah ditentukan.2

1
M.SI. Akhmad Farroh Hasan, “Fiqh Muammalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori Dan Praktek),” UIN-
Maliki Malang Press, no. 2 (2014): 79. Hlm; 79
2
Ahmad Taufiqurrahman, “Konsep Syirkah Dalam Islam,” Jurnal Tahkim 11, no. 1 (2023): 39–40. Hlm; 39-40

vi
2. Prinsip – Prinsip Dasar Dalam Syirkah
Implementasi syirkah harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip yaitu:
masing-masing pihak yang bekerjasama memiliki kewenangan melakukan tindakan
hukum atas nama persekutuan dengan izin pihak lainnya, segala akibat dari tindakan
tersebut baik itu masalah keuntungan maupun kerugiannya akan ditanggung secara
bersama. Sistem pembagian keuntungannya harus ditetapkan dengan jelas, baik dari
segi nisbah maupun pada saat pembagiannya seperti pertriwulan atau pertahun dan
lainnya sesuai kesepakatan. Sebelum dilakukan pembagian seluruh keuntungan
merupakan milik bersama, tidak boleh sejumlah keuntungan tertentu yang dihasilkan
salah satu pihak dipandang sebagai keuntungannya.
Prinsip profit and lost sharing dalam syirkah yaitu: bukan revenue sharing
(bagi hasil/pendapatan).Tapi profif and lost sharing (sharing laba dan
kerugian).Kerugian itu berdasarkan kesepakatan harta atau modal, sedangkan
keuntungan berdasarkan kesepakatan para mitra yang bersyirkah.Pengelola
menaggung rugi tenaga, waktu dan pikiran. Jika imbas atau rugi, pengeola tidak
mendapat apa-apa.3

3. Jenis Jenis Syirkah


Secara garis besar dalam kitab fiqih, syirkah atau kerja sama antara dua
orangatau lebih dibagi menjadi dua macam :
1. Syirkah al milk
Syirkah milk adalah sebuah barang yang dimiliki oleh dua orang atau lebih
tanpa adanya sebab akad syirkah diantara keduanya: contohnya adalah hak
waris saudara dan saudari seibu jika mereka lebih dari dua, mereka
mendapatkan bagian 1/3 dibagi rata diantara mereka tanpa ada yang
dilebihkan sedikitpun, baik besar maupun kecil, atau juga dalam masalah
waris Kalalah. Ulama' Hanafiah, Syafi'iyyah, dan Hanabilah membagi
syirkah milk menjadi dua bagian, yaitu ikhtiyariyyah dan Ijbariyyah.
a. Syirkah ikhtiyariyyah adalah satu barang yang dimiliki dua orang atau
lebih secara bersama-sama dan ada campur tangan dari mereka,
seperti dua orang atau lebih berserikat untuk membeli sesuatu
bersama-sama, atau dengan cara mereka diberi atau diwasiati sebuah
barang untuk dimiliki secara bersama- sama, maka barang tersebut
3
Handayani Sri, “Praktik Syirkah Lam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah,” Skripsi 7, no. 2 (2014): 21. Hlm: 21

vii
menjadi hak milik bersarna, atau juga seperti mereka membangun
tembok bersama-sama, untuk dimiliki bersama-sama.

b. Syirkah Ijbariyyah adalah sebuah hak milik yang dimiliki secara


bersama-sama tanpa ada campur tangan dari mereka, seperti syirkah
dalam hak waris, maka ketika ada seseorang meninggal dunia, harta
peninggalanya menjadi hak milik ahli warisnya secara otomatis,
mereka berhak mendapatkan hak mereka sebagaimana yang
ditetapkan oleh syaria'h

2. Syirkah uqud
Secara umum syirkah uqud adalah perserikatan antara dua belah pihak atau
lebih dalam hal usaha, modal dan keuntungan. Syrikah uqud adalah sebuah
bentuk kongsi yang muncul dari dua orang yang berakad atau lebih,
dengan mencampurkan barang milik mereka untuk dikelolah bersama-
sama dengan keuntungan dan kerugian ditanggung bersama-sama sesuai
dengan kesepakatan dan hak masing-masing, adapun jika terjadi
percampuran barang antara dua orang atau lebih tanpa adanya akad
terdahulu, maka hal dinamakan syirkah milk (kepunyaan), oleh karena itu
yang membedakan antara syirkah milk dan uqud adalah akad.

a. Syirkah al inan: Syirkah Inan adalah perkongsian antara dua pihak


atau lebih yang masing-masing memberi konstribusi kerja (‘amal) dan
modal (maal).
b. Syirkah wujuh adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang tidak
mempunyai modal uang dan pekerjaan. syirkah ini hanya berdasarkan
ketokohan saja. Bentuk syirkah wujuh ini antara dua pihak atau lebih
yang ber-syirkah dalam barang yang mereka beli secara kredit, atas
dasar kcpercayaan pedagang kepada keduanya, tanpa konstribusi
modal dari masing-masing pihak.
c. Syirkah ‘amal: Yang dinamakan dengan syirkah ‘amal adalah sebuah
akad yang disepakati oleh dua orang atau lebih yang masing-masing
hanya memberikan konstribusi kerja (‘amal), tanpa konstribusi miodal
(maal). Konstribusi kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti
viii
pekerjaan arsitek atau penulis) ataupun kerja fisik (seperti pekerjaan
tukang kayu, tukang batu, sopir, pemburu, nelayan, dan sebagainya),
dengan keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan diantara mereka
d. Syirkah mudharabah: yirkah mudharabah adalah syirkah antara dua
pihak atau lebih dengan ketentuan, satu pihak memberikan
konstribusi kerja (‘amal), sedangkan pihak lain memberikan
konstribusi modal (mal)4
e. Syirkah mufawadha: Syirkah Mufawadhah ialah, secara bahasa
keserupaan dan secara istilah ialah aqad yang dilaksanakan antara dua
orang atau lebih guna mengerjakan kerja sama dengan syarat adanya
kesamaan baik kekayaan maupun kewenangan (tanggungjawab), dan
bahkan agama Dalam syirkah ini jaga disyaratkan persamaan dalam
tasharruf maka tidak sah hukumnya bila keserupaan dalam agama,
maka tidak sah bila syirkah ini dilaksanakan antara muslim dengan
non muslim.5
f. Syirkah amwal: Syirkah Amwal adalah kerjasama antara dua atau
lebih pihak pemodal dalam bisnis tertentu dengan meningkatkan
modal bersama dan berbagai keuntungan dan risiko kerugian atas
dasar kesepakatan.

4. Hukum Islam Terkait Syirkah


Dasar hukum/legalitas syirkah secara eksplisit terdapat dalam ayat al-Qur’an
surat Shad (38): 24 dan QS. An-Nisaa’: 12 , sebagai berikut;
“Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh dan amatlah sedikit mereka itu…” (Qs. Shad: 24)
“Mereka bersekutu dalam sepertiga…” (QS. An-Nisaa’: 12)
Hadits riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah tentang mencegah berkhianat
dalam melakukan syirkah,
“dari Abu Hurairah, ia merafa’kannya kepada Nabi, beliau bersabda : sesungguhnya
Allah berfirman: saya adalah pihak ketiga dari 2 orang yang berserikat, selagi salah

4
Taufiqurrahman, “Konsep Syirkah Dalam Islam.”
5
Akhmad Farroh Hasan, “Fiqh Muammalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori Dan Praktek).” Hlm: 84

ix
satunya tidak mengkhianati temannya, apabila salah satu dari mereka berkhianat
maka saya akan keluar dari antara keduanya”. (HR. Abu Daud)

Berdasarkan ayat al-Qur’an, hadis Nabi SAW, dan Kaidah fikih di atas dapat
dipahami bahwa hukum melakukan kerjasama (syirkah) adalah boleh selama pihak-
pihak yang bekerjasama tersebut amanah (tidak mengkhianati satu sama lain),
menepati janji/kontrak yang sudah mereka sepakati.6

B. Karakteristik dan Tata Kelola Syirkah


1. Kemitraan dan Kepemilikan
Dalam syirkah, kepemilikan modal atau aset bersifat bersama antara pihak-
pihak yang terlibat. Semua pihak yang berpartisipasi sebagai mitra memiliki hak dan
tanggung jawab terhadap modal yang diinvestasikan. Kemitraan tidak hanya terbatas
pada kepemilikan modal, tetapi juga mencakup kemitraan dalam pengelolaan usaha.
Semua pihak yang terlibat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan dan manajemen usaha bersama.

2. Pembagian Laba dan Kerugian


 Prinsip bagi hasil (Profit and Lost Sharing Principle)
Dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara
pemodal (investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan
kegiatan usaha ekonomi, di mana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa
di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak
sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha
mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing. Di
dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus
ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya
penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai
kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Taradhin) di
masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.

 Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah:


6
Miti Yarmunida, “EKSISTENSI SYIRKAH KONTEMPORER” (n.d.).

x
1. Diambil dahulu dari keuntungan, karena keuntungan adalah pelindung
modal.
2. Jika kerugian melebihi keuntungan baru diambilkan dari pokok modal
(Karim,2006, hlm.207).
Akan tetapi hal ini tidak berlaku apabila kerugian terjadi karena kelalaian atau
kecurangan mudharib dalam mengelola usahanya, maka mudharib harus
bertanggung jawab atas kerugian itu sebesar bagian kelalaiannya sebagai sanksi
dan tanggung jawabnya. Hal ini karena mudharib telah menimbulkan kerugian
akibat kelalaian dan perilaku zalim terhadap harta orang lain yang telah
dipercayakan kepadanya (Karim,2006, hlm.209). Para fuqaha berpendapat bahwa
pada prinsipnya dalam akad Mudharabah tidak perlu dan tidak boleh
mensyaratkan agunan sebagai jaminan. Shahibul maal tidak dapat meminta
jaminan dari pihak mudharib untuk memastikan kembalinya modal yang
diberikan atau modal beserta keuntungannya. Hal ini karena Mudharabah bukan
bersifat hutang melainkan bersifat kerjasama dengan modal kepercayaan antara
shahibul maal dan mudharib untuk berbagi hasil (Syahdeni, 1999, hlm.34).

3. Kontribusi Modal dan Tenaga Kerja


Modal musyârakah/ syirkah harus ditentukan secara jelas dalam kontrak dan
dalam ketentuan moneter. Tiap pihak memberikan kontribusi persentase modal dalam
jumlah tertentu dan modal yang diberikan antara setiap pihak jumlahnya harus sama
begitu juga dengan tenaga kerjanya. Setiap mitra harus terlibat secara langsung dalam
pengambilan keputusan dan menjalankan bisnis. Kerjasama dan komunikasi yang
baik antara para pihak adalah kunci keberhasilan kemitraan.

4. Prinsip Kepercayaan dan Transparansi


Kunci utama dalam bersyirkah memanglah harus adanya rasa saling percaya
diantara para serikat, karena ibaratnya kita tengah berkongsi untuk untuk sesuatu
yang teramat penting dalam hidup kita. Akad seperti ini sendiri yang sering sekali
digunakan oleh para pelaku UMKM biasanya adalah bentuk syirkah mudharabah dan
inan, yang dimana didalamnya terdapat pihak yang berperan sebagai investor yakni
orang dana, dan ada pula pihak yang berperan sebagai pengelola, atau bisa juga
sepakat untuk menjalankan suatu usaha bersama-sama dengan modal dari hasil
perkongsian bersama yang mana harus tumbuh rasa kepercayaan diantara dua orang
xi
yang berkongsi tersebut. Investor harus percaya kepada pengelola dan begitu pula
sebaliknya pengelola harus menjalankan amanah yang telah diberikan dengan
sungguh sungguh.7
Transparansi dalam Islam adalah keterbukaan/kejujuran untuk memenuhi
janji/amanat dalam bertransaksi bisnis. islam secara jelas menjelaskan ketulusan dan
transparansi dalam bermuamalah. Keterbukaan yang diperlukan nasabah dalam
pengambilan pembiayaan adalah dalam penyampaian informasi begitu juga
sebaliknya. Dalam syirkah transparansi yang dimaksut adalah adanya kejelasan
antara 2 orang yang bekerjasama sehingga tidak akan ada kesalahpahaman yang
terjadi.8

C. Aplikasi Syirkah Dalam Praktik


1. Syirkah Dalam Bisnis dan Investasi
Misal syirkah ‘inan: farrak dan milus ingin membuka warung kopi mereka
sepakat menjalankan bisnis warung kopi Masing-masing dari mereka memberikan
kontribusi modal sebesar Rp 50 juta dan keduanya sama- sama bekerja dalam syirkah
tersebut. Dalam syirkah jenis ini, modalnya disyaratkan berupa uang. Sementara
barang seperti Sepeda motor atau mobil yang menjadi fasilitas tidak boleh dijadikan
modal, kecuali jika barang tersebut dihitung nilainya pada saat akad. mitra usaha
sama- sama menanggung Keuntungan dan kerugian berdasarkan kesepakatan dan
porsi modal. Jika masing-masing modalnya 50%, masing-masing menanggung
kerugian sebesar 50%.9
2. Studi Kasus Syirkah Dalam Perusahaan
Implementasi akad musyarakah dalam lembaga keungan syariah yaitu dalam
bentuk pembiayaan musyarakah. Transaksinya dilandasi karena keinginan para pihak
yang bekerjasama meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.
Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka
memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak
berwujud. Bentuk kontribusinya dapat dinilai dengan uang.

7
Rachmat Rizqy Kurniawan and Nadiah Rahma Fitri, “Analisis Penerapan Akad Syirkah Pada Usaha Mikro, Kecil,
Dan Menengah,” Hukum Ekonomi Syari’ah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (2021): 1–16.hlm: 13
8
Agus Arwani, “STUDI KRITIS AKAD PEMBIAYAAN MUSYÂRAKAH PADA PERBANKAN Agus Arwani *”
(2005).hlm:4
9
Akhmad Farroh Hasan, “Fiqh Muammalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori Dan Praktek).” Hlm: 85

xii
Praktik musyarakah pada perbankan syariah banyak diterapkan dalam dua hal
yaitu pada pembiayaan proyek dan juga modal venture.
a. Pembiayaan Proyek, biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut.
Setelah proyeknya selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut seuai dengan
bagi hasil yang telah disepakati untuk bank
b. Modal Venture, pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan. Diterapkan dalam skema model venture
penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank
melakukan penjualan bagian-bagian sahamnya, baik secara singkat maupun
bertahap.
Contoh: Pak Johan adalah seorang pengusaha yang akan melaksanakan suatu
proyek konstruksi kantor. Usaha tersebut membutuhkan modal sejumlah Rp
6.000.000.000. Ternyata, Pak Johan hanya memiliki dana Rp 3.000.000.000 atau
50% dari modal yang diperlukan. Pak Johan kemudian datang ke Bank Syariah
untuk melakukan kerja sama dengan akad musyarakah. Dalam hal ini, kebutuhan
terhadap modal sejumlah Rp 6.000.000.000 yang dipenuhi 50% dari Pak Johan dan
50% dari bank. Keuntungan proyek tersebut Rp 2.000.000.000 dan nisbah yang
disepakati 50%:50%. Jadi jika keuntungan dibagi 2 maka pak johan dan bank
syariah masing masing mendapatkan RP. 1.000.000.000 dari keunrungan tersebut.
3. Keberhasilan dan Tantangan Dalam Implementasi
 Keberhasilan
Dengan adanya syirkah dapat membantu pelaku UMKM dalam
mendapatkan modal yang masih belum terpenuhi.
 Tantangan
a. Konflik Keputusan
Dalam kemitraan, terdapat kemungkinan timbulnya perbedaan
pendapat antara para pihak mengenai pengambilan keputusan bisnis.
Jika tidak dikelola dengan baik, konflik ini dapat memengaruhi
efisiensi dan kemajuan bisnis.
b. Terbatasnya Fleksibilitas

xiii
Keputusan bisnis dalam syirkah memerlukan persetujuan dan antara
para pihak. Hal ini dapat mengurangi fleksibilitas dalam mengambil
keputusan yang cepat dan mendesak.10

D. Peraturan dan Pedoman Syariah Terkait Syirkah


1. Pedoman Sayriah Dalam Transaksi Syirkah
Yang dijadikan pedoman dalam melakukan transaksi syirkah adalah Fatwa
yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Pengertian syirkah menurut Fatwa DSN-MUI No: 114/DSN-MUI/IX/2017
Tentang Akad Syirkah yaitu Akad syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana setiap pihak memberikan kontribusi
dana/modal usaha (ra's al-mal) dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi sesuai
nisbah yang disepakati atau secara proporsional, sedangkan kerugian ditanggung oleh
para pihak secara proporsional11
Pedoman yang kedua adalah PSAK No. 106 mendefinisikan syirkah sebagai
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi
dana12 Adapun rukun dan ketentuan syaria’ah dalam akad musyarakah antara lain:
1) Pelaku terdiri atas para mitra yang harus cakap hukum.
2) Objek musyarakah, yaitu berupa modal kerja.
3) Ijab Qabul, harus secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4) Nisbah keuntungan, harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak,
keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitunganya dan
keuntungan dibagi menggunakan nilai realisasi keuntungan. Penentuan nisbah
dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
a) Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal.
b) Pembagian keuntungan tidak proposional dengan modal.13

10
“Pengertian Syirkah Dan Jenis-Jenisnya: Memahami Konsep Kerjasama Bisnis Dalam Hukum Islam,”
Prudential Syariah.
11
Raidy Lutfy, “Analisis Fatwa Dsn-Mui No; 114/DSN-MUI/2017 Tentang Akad Syirkah Terhadap Penggunaan
Piutang Sebagai Modal (Studi Kasus Di Toko Buku Doa Ibu Kota Bandung),” Prosiding Hukum Ekonomi Syariah
5, no. 2460–2159 (2019).
12
Kuo-Chiang Chiang Hsia et al.,
13
Ibid.

xiv
2. Kepatuhan Hukum Dalam Penggunaan Syirkah
Kepatuhan syariah saat ini menjadi isu krusial bagi bank syariah di Indonesia,
mendapat kritikan tajam dari masyarakat terkait perbedaan antara teori dan praktik.
Stakeholders dapat menilai kepatuhan bank syariah melalui laporan keuangan yang
secara rutin dipublikasikan. PSAK Syariah mengidentifikasi 12 ciri transaksi syariah
dalam laporan keuangan bank syariah. Masyarakat dapat menganalisis tiga ciri
utama, seperti menghindari riba, gharar, dan unsur haram, serta tidak menganut
prinsip nilai waktu uang. Analisis sumber pendapatan membantu mengidentifikasi
bunga dan pendapatan haram lainnya. Pengawasan kepatuhan syariah bersifat
preventif untuk memastikan bank syariah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan, Fatwa DSN, dan kebijakan Bank Indonesia, meminimalkan risiko
perbankan.14
3. Peraturan Syirkah Dalam Berbagai Negara
Peraturan syirkah di berbagai negara dapat bervariasi tergantung pada konteks
hukum, ekonomi, dan sosial masing-masing negara, serta diatur oleh asas dan norma
hukum yang berlaku. di Arab Saudi, peraturan syirkah dituangkan dalam kebijakan
yang mengatur sektor pariwisata dan perlindungan tenaga kerja, yang mencerminkan
kerjasama antara negara dan pihak terkait untuk mencapai tujuan bersama.

E. Perbandingan Dengan Sistem Keuangan Konvensional


1. Perbedaan Utama Antara Syirkah dan Bisnis
a. Sudut Pelaporan. Laporan keuangan konvensional memuat lebih sedikit unsur-
unsur laporan keuangan. Sedangkan pada laporan keuangan syariah, ditambah
sesuai dengan Kerangkadasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah dan PSAK Syariah (No. 101-109)
b. Organisasi: dalam perusahaan konvensional tidak dikenal adanya DPS (Dewan
Pengawas Syariah) maupun aturan-aturan yang merupakan bagian dari tanggung
jawab DPS.
c. Penyelesaian Sengketa: Pada perusahaan berbasis syariah, masalah akan
diselesaikan dengan aturan dan hukum syariah. Berbeda halnya dengan
perusahaan konvensional yang memilih menyelesaikan perkaranya di pengadilan
negeri.

14
Muhammad Al Ghifari, “Analisis Kepatuhan Syariah Pada Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Dengan Akad
Musyarakah Mutanaqisah Di BJB Syariah KCP Rawamangun,” Skripsi (2021): 10–39.

xv
d. Usaha yang dibiayai: Usaha berbasis syariah akan menggunakan paradigma
tersendiri yang mana menekankan kepercayaan bahwa setiap aktivitas
manusianya memiliki nilai akuntabilitas dan ilahiah yang menempatkan akhlak
serta perangkat syariah sebagai parameter baik dan buruknya suatu aktivitas
usaha. Berbeda halnya dengan perusahaan konvensional yang tidak mengenal hal
semacam ini sebagai dasar pelaksanaan aktivitas bisnis mereka.15

2. Kelebihan dan Kelemahan Syrikah Dalam Konteks Bisnis Modern


 Kelebihan
a. Pembagian risiko antara mitra,
b. Kolaborasi dalam pengambilan keputusan, dan
c. Pemanfaatan berbagai keterampilan dan sumber daya.
 Kelemahan
a. Sulitnya pengelolaan,
b. Potensi konflik kepentingan, dan
c. Keterbatasan fleksibilitas dalam mengambil keputusan secara cepat.

3. Potensi Keberlanjutan dan Pertumbuhan Syirkah


Pertumbuhan ekonomi mikro harus didorong tumbuh lebih cepat untuk
pemulihan ekonomi skala kecil hingga nasional. Konsep syirkah menjadi wacana
solusi bisnis Islam untuk percepatan pertumbuhan ekonomi sangat tepat sekali
diterapkan terutama di Indonesia dengan kekayaan alam di 38 provinsi dan sumber
daya manusia yang melimpah +357 juta jiwa.
Modal memang menjadi permasalahan utama dalam berwirausaha terutama
saat merintis usaha maka dengan konsep syirkah yaitu kerjasama antara pelaku
ekonomi saling percaya, ridho didasari tolong menolong dalam aktivitas ekonomi
yaitu berwirausaha bersama dalam permodalan (shahibul maal) baik berupa dana
maupun barang modal dan keahlian (mudharib). Dengan bersyirkah menyediakan
kemudahan permodalan yang tidak hanya didapat dari lembaga keuangan dengan
persyaratan tertentu secara legal dan administrasi seperti usaha berjalan minimal 3
tahun, jaminan, cash flow dan sebagainya serta angsuran yang tetap harus dibayarkan

15
Nathaniel E Helwig, Sungjin Hong, and Elizabeth T Hsiao-wecksler,

xvi
meskipun penjualan sedang turun bahkan rugi namun dengan system syirkah dengan
return yang sudah disepakati bersama maka terjadi keadilan ditribusi pendapatan.16
Maka bisa disimpulkan bahwa potensi keberlanjutan dan pertumbuhan syirkah
akan berkembang dengan pesat.

F. Kasus Kasus Kontemporer


1. Analisis Kasus Kasus Syirkah Yang Signifikan
Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Kerjasama Youtuber Dan
Google Adsense Dalam Sistem Monetisasi Youtube. Jika ditinjau dari unsur-unsur
syirkah, maka ada beberapa rukun dan syarat yang harus terpenuhi, antara lain:
a. Sigah (Ijab Kabul)
Dalam konteks ini, perjanjian yang dilakukan dalam sebuah website
yang berarti dilakukan secara elektronik dengan sistem mengklik dan
menyetujui kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan oleh Google dengan
hasil akhir berupa undangan dari Google sebagai bukti konfirmasi
b. Pihak-Pihak yang Berakad
Dalam kerja sama ini dilakukan oleh dua orang yang berbeda
statusnya, yaitu YouTuber sebagai pengiklan dan Google sebagai penyedia
iklan. Sebagai pengiklan, YouTuber akan mendapatkan penghasilan apabila
mendapatkan banyak pengunjung tanpa melompati iklan yang ada pada video
channelnya. Sedangkan sebagai penyedia iklan, Google mencari pengiklan
sebanyak-banyaknya dan iklan-iklan tersebut diteruskan kepada mitra-mitra
Google yang sudah menyepakati kerja sama yang dibuat oleh Google. Dalam
perjanjian ini, Google telah memberikan kebijakan kepada YouTuber yaitu
YouTuber telah berusia 18 tahun. Dapat disimpulkan bahwa ketentuan
tersebut sesuai dengan syariat Islam.
c. Objek Akad
Dalam hal ini, objek akadnya berbentuk iklan, Google dan YouTuber
mempunyai tugas pokok mengiklankan produk dari perusahaan maupun
perorangan. Akan tetapi, untuk iklan-iklan tersebut tidak boleh mengandung
unsurunsur yang dilarang dalam agama, contohnya apabila iklan-iklan
tersebut berkaitan dengan hal-hal yang mengarah pada perjudian, bisnis
spekulasi atau bahkan mengandung unsur-unsur pornografi.
16
Journal Cover, “Table of Content,” Chinese Journal of Aeronautics 36, no. 8 (2023): i–ii.

xvii
Perjanjian yang dijalankan antara Google AdSense dan YouTuber
termasuk dalam kategori syirkah Abdan, yaitu syirkah yang ra’s almalnya
bukan berupa harta kekayaan, namun dalam bentuk keahlian atau
keterampilan usaha atau kerja, termasuk komitmen untuk menunaikan
kewajiban syirkah kepada pihak lain berdasarkan kesepakatan.17

2. Dampak Syirkah Dalam Ekonomi dan Bisnis Islam


Syirkah sangat penting peranannya dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Terjadinya kemandekan ekonomi sering terjadi karena pemilik modal tidak
mampu mengelola modalnya sendiri atau sebaliknya mempunyai kemampuan
mengelola modal tetapi tidak memiliki modal tersebut, hal tersebut dapat
terpecahkan dalam syirkah yang dibenarkan dalam syariah Islam.18

BAB III
PENUTUP

17
B a B Iv, “Bab Iv Hasil Penelitian Dan Pembahasan” (2009): 46–67.
18
Jurnal Ekonomi and Vol No April, “282004-Syirkah-Dan-Aplikasinya-Dalam-Lembaga-Ke-06E817B9” 4, no. 1
(2016): 63–79.

xviii
A. Kesimpulan
1. Ringkasan Temuan Utama
Dalam konteks syirkah, terdapat beberapa temuan utama yang menjadi pijakan
penting dalam prakteknya:
a. Prinsip Kesepakatan Sukarela: Mitra dalam syirkah bermitra secara sukarela,
menetapkan perjanjian yang mengatur tanggung jawab, keuntungan, dan
risiko sesuai kesepakatan bersama. Ini menandai dasar prinsip keadilan
dalam kemitraan.
b. Tanggung Jawab dan Risiko Bersama: Setiap mitra berbagi tanggung jawab
dalam manajemen dan risiko bisnis yang dijalankan. Prinsip tanggung jawab
bersama mengarah pada keterlibatan aktif dan berbagi konsekuensi positif
maupun negatif.
c. Pembagian Keuntungan dan Kerugian: Dalam syirkah, keuntungan dan
kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan. Hal ini mencerminkan esensi
kesetaraan dan keadilan dalam membagi hasil usaha.
d. Kolaborasi dan Keberagaman: Syirkah memungkinkan kolaborasi yang kuat
antara pihak-pihak yang memiliki keahlian, modal, atau sumber daya yang
berbeda. Keberagaman ini menjadi kekuatan bagi kesuksesan bersama.
e. Pengaturan Kemitraan: Struktur syirkah bisa berbeda-beda, termasuk syirkah
mudharabah (dengan satu pihak sebagai pengelola) atau syirkah musyarakah
(kemitraan aktif). Pengetahuan tentang struktur kemitraan yang tepat sangat
penting dalam penerapan syirkah.
f. Mekanisme Penyelesaian Konflik: Pentingnya memiliki mekanisme yang
efektif untuk menyelesaikan konflik antara mitra. Kesepakatan sebelumnya
dalam hal penyelesaian sengketa menjadi kunci bagi kelancaran syirkah.
g. Relevansi dalam Bisnis Kontemporer: Meskipun berasal dari konteks sejarah,
syirkah memiliki relevansi yang kuat dalam bisnis modern. Konsep keadilan,
tanggung jawab bersama, dan kesepakatan sukarela masih menjadi fondasi
yang berharga dalam dunia bisnis saat ini.
Pemahaman mendalam tentang temuan utama ini menjadi kunci dalam
penerapan syirkah secara efektif, memastikan bahwa prinsip-prinsip tersebut
diterapkan secara konsisten dan sesuai dengan konteks bisnis yang ada.

xix
2. Implikasi Syirkah Dalam Keuangan Islam dan Kontemporer
Implikasi dari prinsip-prinsip syirkah dalam keuangan Islam dan kontemporer
sangatlah signifikan, mempengaruhi cara bisnis dilakukan serta dampaknya dalam
ekosistem keuangan modern. Berikut adalah beberapa implikasi penting:
a. Kemitraan yang Berkelanjutan
Syirkah menekankan kolaborasi jangka panjang yang membangun hubungan
berkelanjutan. Implikasinya, praktek kemitraan yang didasarkan pada prinsip
syirkah cenderung lebih berorientasi pada keberlanjutan usaha dan hubungan
bisnis yang kokoh.
b. Transparansi dan Kepercayaan
Prinsip kesepakatan sukarela dan pembagian keuntungan/kerugian yang jelas
meningkatkan transparansi dan kepercayaan antara mitra. Ini menciptakan
lingkungan bisnis yang lebih terbuka dan mengurangi potensi konflik.
c. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif
Syirkah memungkinkan partisipasi yang lebih luas dalam ekonomi dengan
memfasilitasi kolaborasi antara pihak dengan keahlian, modal, atau sumber
daya yang berbeda. Ini dapat meningkatkan inklusivitas ekonomi dengan
melibatkan berbagai segmen masyarakat.
d. Pengembangan Inovasi dan Kreativitas
Kemitraan syirkah dapat menjadi wadah bagi inovasi dan kreativitas dengan
memadukan berbagai keahlian dan pengalaman dari pihak-pihak yang berbeda.
e. Resilien Finansial dan Manajemen Risiko yang Lebih Baik
Kemitraan syirkah membagi risiko dan tanggung jawab, sehingga bisnis
cenderung lebih mampu menghadapi perubahan pasar dan keadaan ekonomi
yang fluktuatif.
f. Penerapan Nilai-Nilai Etis
Syirkah mempromosikan nilai-nilai etis dalam bisnis seperti keadilan,
kejujuran, dan tanggung jawab sosial. Ini dapat menciptakan dampak sosial
yang lebih positif.
g. Relevansi dalam Industri Finansial Syariah
Dalam industri keuangan syariah, prinsip-prinsip syirkah sering diterapkan
dalam produk-produk investasi, pembiayaan, dan reksadana syariah. Ini
menunjukkan pentingnya syirkah dalam memenuhi kebutuhan finansial yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
xx
h. Dukungan terhadap Ekosistem Bisnis Berkelanjutan
Dalam ekosistem bisnis yang berfokus pada keberlanjutan, syirkah
memberikan landasan bagi praktik bisnis yang memperhitungkan dampak
sosial, lingkungan, dan ekonomi dalam pengambilan keputusan.
i. Mekanisme Penyelesaian Konflik yang Lebih Baik
Syirkah membutuhkan mekanisme penyelesaian konflik yang terstruktur. Ini
membantu menangani konflik dengan lebih efektif dan menghindari
kemungkinan penyelesaian melalui jalur hukum yang panjang.
j. Kontinuitas Peningkatan Sistem Keuangan
Prinsip-prinsip syirkah mendorong pertumbuhan sistem keuangan yang lebih
inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi dalam instrumen
keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Implikasi ini mencerminkan bagaimana prinsip-prinsip syirkah tidak hanya
relevan dalam keuangan Islam tradisional, tetapi juga memiliki potensi untuk
menyokong dan membentuk praktek bisnis yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan
dalam ekonomi kontemporer.

3. Tinjauan Terhadap Masa Depan Penggunaan Syirkah


Penggunaan syirkah memiliki potensi besar dalam membentuk masa depan
praktek bisnis dan keuangan yang lebih inklusif, beretika, dan berkelanjutan.
Beberapa tinjauan terhadap masa depan penggunaan syirkah meliputi:
a. Pertumbuhan Ekosistem Keuangan Syariah
Syirkah memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan
ekosistem keuangan syariah. Dengan prinsip-prinsipnya yang menekankan
tanggung jawab bersama, keadilan, dan transparansi, syirkah bisa menjadi
landasan yang kuat dalam pengembangan produk keuangan syariah yang
lebih inovatif dan beretika.
b. Kemitraan Kreatif dalam Bisnis
Masa depan syirkah dapat melihat perkembangan kemitraan yang lebih
kreatif dan inovatif antara berbagai entitas bisnis. Kolaborasi dalam bentuk
syirkah bisa menjadi wahana bagi inovasi, kreativitas, dan pertukaran
keahlian yang lebih luas, memungkinkan bisnis untuk tumbuh secara
berkelanjutan.
c. Pendorong Inklusivitas Ekonomi
xxi
Syirkah memiliki potensi untuk memperluas inklusivitas ekonomi dengan
memfasilitasi partisipasi lebih banyak pihak dalam kegiatan bisnis. Ini
dapat menciptakan peluang yang lebih besar bagi berbagai segmen
masyarakat, terutama para pelaku usaha kecil dan menengah.
d. Perkembangan Industri Keuangan Berkelanjutan
Dalam kerangka bisnis yang semakin memperhatikan keberlanjutan,
syirkah bisa menjadi pilar penting dalam pengembangan bisnis yang
berkelanjutan. Prinsip tanggung jawab bersama dan pembagian
keuntungan/kerugian yang adil menciptakan fondasi yang kuat bagi
praktik bisnis yang ramah lingkungan dan sosial.
e. Pengintegrasian Teknologi
Masa depan penggunaan syirkah juga melibatkan integrasi teknologi untuk
meningkatkan efisiensi, transparansi, dan aksesibilitas dalam praktik
bisnis. Platform digital dan teknologi keuangan dapat mempercepat dan
memudahkan implementasi syirkah.
f. Regulasi yang Mendukung
Adopsi syirkah di masa depan akan sangat bergantung pada regulasi yang
mendukung dan memfasilitasi praktek kemitraan yang adil dan beretika.
Regulasi yang jelas dan fleksibel akan memperkuat kepercayaan serta
meminimalkan risiko dalam praktek syirkah.
g. Penggunaan Global yang Lebih Luas
Dengan kemampuannya yang fleksibel dan nilai-nilainya yang universal,
syirkah memiliki potensi untuk diterapkan secara lebih luas dalam skala
global. Ini dapat menjadi alternatif bagi banyak perusahaan yang ingin
memperluas operasi internasional dengan prinsip-prinsip yang sesuai
dengan hukum Islam.

Penggunaan syirkah dalam masa depan tidak hanya menjadi solusi bagi
tantangan bisnis dan keuangan, tetapi juga dapat menjadi model bisnis yang lebih
inklusif dan adil secara sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan pemahaman yang
lebih dalam dan regulasi yang mendukung, syirkah memiliki potensi untuk
memainkan peran yang signifikan dalam membentuk masa depan ekonomi global
yang berkelanjutan.

B. Saran

xxii
Kami sarankan kepada para pembaca agar lebih banyak membaca dan memahami
banyak buku, artikel maupun jurnal yang berkaitan dengan materi Syirkah. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kami dan para
pembaca. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih diperlukan beberapa
revisi demi perbaikan yang mencakup materi median, mean dan modus. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun agar semakin
baik dalam menyusun makalah-makalah pada kesempatan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Farroh Hasan, M.SI. “Fiqh Muammalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori
Dan Praktek).” UIN-Maliki Malang Press, no. 2 (2014): 79.

Arwani, Agus. “STUDI KRITIS AKAD PEMBIAYAAN MUSYÂRAKAH PADA

xxiii
PERBANKAN Agus Arwani *” (2005).

Cover, Journal. “Table of Content.” Chinese Journal of Aeronautics 36, no. 8 (2023): i–ii.

Ekonomi, Jurnal, and Vol No April. “282004-Syirkah-Dan-Aplikasinya-Dalam-Lembaga-Ke-


06E817B9” 4, no. 1 (2016): 63–79.

Ghifari, Muhammad Al. “Analisis Kepatuhan Syariah Pada Produk Pembiayaan Pemilikan
Rumah Dengan Akad Musyarakah Mutanaqisah Di BJB Syariah KCP Rawamangun.”
Skripsi (2021): 10–39.

Helwig, Nathaniel E, Sungjin Hong, and Elizabeth T Hsiao-wecksler.

Hsia, Kuo-Chiang Chiang, Pete Stavropoulos, Günter Blobel, André Hoelz, Govindarajan
Sudha, Ruth Nussinov, Narayanaswamy Srinivasan, et al.

Iv, B a B. “Bab Iv Hasil Penelitian Dan Pembahasan” (2009): 46–67.

Kurniawan, Rachmat Rizqy, and Nadiah Rahma Fitri. “Analisis Penerapan Akad Syirkah
Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.” Hukum Ekonomi Syari’ah Sekolah Tinggi
Ekonomi Islam (2021): 1–16.

Raidy Lutfy. “Analisis Fatwa Dsn-Mui No; 114/DSN-MUI/2017 Tentang Akad Syirkah
Terhadap Penggunaan Piutang Sebagai Modal (Studi Kasus Di Toko Buku Doa Ibu Kota
Bandung).” Prosiding Hukum Ekonomi Syariah 5, no. 2460–2159 (2019).

Sri, Handayani. “Praktik Syirkah Lam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah.” Skripsi 7, no. 2
(2014): 21.

Taufiqurrahman, Ahmad. “Konsep Syirkah Dalam Islam.” Jurnal Tahkim 11, no. 1 (2023):
39–40.

Yarmunida, Miti. “EKSISTENSI SYIRKAH KONTEMPORER” (n.d.).

“Pengertian Syirkah Dan Jenis-Jenisnya: Memahami Konsep Kerjasama Bisnis Dalam


Hukum Islam.” Prudential Syariah.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai