Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSTITUSI DAN DEMOKRASI


Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu :
Yuli Choirul Umah, M.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :


1. Axse Subur Prayoga (22103016)
2. Tiko Budianto (22103006)
3. Febbi Faelani R (22103004)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah
dengan judul “Konstitusi dan Demokrasi” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah membebaskan manusia dari zaman kegelapan.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu, kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kualitas penyusunan makalah
ini.

Demikian semoga makalah kami dapat berguna dan memberikan manfaat bagi semua
pihak khususnya bagi para pembaca.

Kediri, 2 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ ii

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2

A. Makna, Konsep Dasar, Urgensi, Sejarah, Perubahan dan Peranan Konstitusi


Dalam Kehidupan Bernegara ...............................................................................
1. Makna Konstitusi ................................................................................... 2
2. Konsep Dasar Konstitusi ....................................................................... 2
3. Konsep Dasar Konstitusi Demokratis .................................................... 3
4. Urgensi Konstitusi Dalam Suatu Negara ............................................... 3
5. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia ............................................. 4
6. Perubahan Konstitusi Di Indonesia ........................................................ 4
7. Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara ................................. 5
B. Makna, Prinsip, Unsur, Sejarah dan Model dari Demokrasi ............................... 5
1. Makna dan Hakekat Demokrasi ............................................................. 5
2. Prinsip – Prinsip Dan Indikator Demokrasi ........................................... 6
3. Unsur – Unsur Penegak Demokrasi ....................................................... 7
4. Sejarah Perkembangan Demokrasi ........................................................ 7
5. Model – Model Demokrasi .................................................................... 8
C. Pemikiran Demokrasi Di Indonesia ..................................................................... 9

BAB III PENUTUPAN ................................................................................................... 11

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelengaraan
suatu negara, konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut undang-
undang dasar dan dapat pula tidak tertulis, undang – undang dasar menempati tata urutan
peraturan perundang-undangan tertinggi dalam negara, dalam konteks institusi negara,
konstitusi bermakna permakluman tertinggi yang menetapkan antara lain pemegang
kedaulatan tertinggi, sturktur negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan kekuasaan
legislatit, kekuasaan peradilan dan berbagai lembaga negara serta hak-hak rakyat1.
Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup
dalam masyrakat dan dalam praktek penyelengaraan negara turut mempengaruhi
perumusan pada naskah dengan demikian suasana kebatinan yang menjadi latar belakang
filosofi, sosiologis, politis dan histori perumusan yuridis suatu ketentuan undang-undang
dasar perlu dipahami dengan seksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya
ketentuan yang terdapat pada pasal –pasal undang-undang dasar2.

B. Rumusan Masalah
A. Apakah Makna, Konsep Dasar, Urgensi, Sejarah, Perubahan dan Peranan
Konstitusi dalam kehidupan bernegara ?
B. Apakah Makna, Prinsip, Unsur, Sejarah dan Model dari Demokrasi ?
C. Bagaimanakah Pemikiran Demokrasi di Indonesia ?

C. Tujuan
A. Mengetahui Makna, Konsep Dasar, Urgensi, Sejarah, Perubahan dan Peranan
Konstitusi dalam kehidupan bernegara
B. Memahami Makna, Prinsip,Unsur, Sejarah dan Model dari Demokrasi
C. Mampu memahami Demokrasi di Indonesia

1
Pimpinan MPR dan Tim kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan berbangsa dan
bernegara (Jakarta, Sekretariat Jendral MPR RI, 2014 ) hal.117
2
Ibid Hal.118

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna, Konsep Dasar, Urgensi, Sejarah, Perubahan dan Peranan Konstitusi


Dalam Kehidupan Bernegara

1. Makna Konstitusi
Dalam beberapa buku literatur ada anggapan umum bahwa pengertian
Konstitusi sama dengan Undang-Undang Dasar, hal ini merupakan suatu kekhilafan
dalam pandangan mengenai Konstitusi pada negara-negara modern yang dipengaruhi
oleh paham kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan hukum karena
pentingnya sehingga Konstitusi yang ditulis itu disamakan dengan UUD. Dalam
pandangan Herman Heller mengemukakan bahwa Konsitusi memiliki arti yang lebih
luas dari UUD, sehingga dalam uraian selanjutnya diadakan pembagian dalam tiga
bagian sebagai berikut3:
 Konstitusi dalam pengertian sosiologis dan politis, dalam pengertian ini
Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan (Die Politische Verfassung Als Gesell Schaftliche Wirklich
Keit), jadi Konstitusi belum dalam arti yuridis.
 Konstitusi dalam arti kesatuan kaidah yaitu Konstitusi merupakan suatu
kesatuan kaidah yang hidup dan berkembang dalam masyarakat yang
mengandung arti yuridis (Die Verselbstandingte Rechtverfassung).
 Konstitusi yang tertulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang
tertinggi berlaku dalam suatu negara (Die Geschrieben Verfassung).

2. Konsep Dasar Konstitusi


Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang
lazim disebut undang udang dasar. Kerajaan Inggris biasa disebut sebagai negara
konstitusional tetapi tidak memiliki satu naskah undang undang dasar sebagai

3
Moh.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum
Tata Negara, FHUI Jakarta, 1976, hlm. 65.

v
konstitusi tertulis, nilai nilai dan norma norma yang hidup dalam praktik pengertian
konstitusi dalam arti luas.
Karena itu, Undang Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai nilai
dan norma hukum dasar tidak tertulis yang hidup sebagai konvensi ketatanegaraan
dalam praktik penyelenggaraan negara sehari – hari, termasuk kedalam pengertian
konstitusi atau hukum dasar (droid constitusionnel) suatu negara4.

3. Konsep Dasar Konstitusi Demokrasi


Dua karakteristik utama negara-negara modern adalah dianutnya prinsip
demokrasi dan adanya konstitusi yang menjadi hukum dasar kehidupan berbangsa
dan bernegara. Kedua karakteristik itu bukannya tidak saling berhubung, tetapi
justru tidak terpisahkan. Konstitusi dapat dikatakan sebagai salah satu wujud
sekaligus piranti hukum demokrasi.
Demokrasi modern dibangun atas prinsip kedaulatan rakyat, yang artinya
kekuasaan tertinggi dalam suatu negara ada di tangan rakyat. Kekuasaan itu
ditransformasikan ke dalam organisasi negara melalui teori perjanjian sosial sebagai
dasar berdiri dan penyelenggaraan negara. Kesepakatan bersama (general
agreement) dalam perjanjian sosial menyepakati pendirian negara untuk mencapai
tujuan tertentu.
Kesepakatan bersama seluruh rakyat diwujudkan dalam bentuk dokumen
dasar berdirinya negara demokrasi, yaitu konstitusi. Mengingat kesepakatan yang
dibuat adalah oleh seluruh rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi,
maka konstitusi pun menjadi hukum tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara (the supreme law of the land). Dasar hukum supremasi konstitusi
sesungguhnya adalah karena asumsi tentang kedudukan dan kedaulatan yang
dimiliki pembuatnya (constituent power). Konstitusi mengikat para pembuatnya,
yaitu rakyat, dan organisasi negara yang dibentuk oleh konstitusi itu sendiri.

4. Urgensi Konstitusi Dalam Suatu Negara


Konstitusi sesungguhnya memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara. Karena jika dalam sebuah negara tidak ada konstitusi, akan
ada banyak orang yang melakukan tindakan sewenang wenang. Setiap negara

4
Prof.Dr.Jimly Asshiddiqie, S.H, Konstitusi dan Konstitualisme Indonesia, (Jakarta:Konstitusi Press dengan PT
Syaamil Cipta Media, 2006), hlm 35

vi
memiliki konstitusinya masing masing demi terciptanya keadilan, kenyamanan,
saling menghargai antar negara, antar individu, dan lain lain.

5. Sejarah Lahirnya Konstitusi di Indonesia


UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 hingga 16 Juli 1945 oleh Badan
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI. Tugas pokok dari
BPUPKI adalah menyusun rancangan undang-undang dasar. Namun dalam
prakteknya, persidangan berjalan cukup lama khususnya dalam membahas masalah
dasar negara.
BPUPKI membentuk panitia kecil yang disebut panitia sembilan. Panitia
sembilan berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui naskah mukadimah UUD.
Soepomo kala itu membentuk panitia kecil yang diketuai oleh Soekarno yaitu Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI.
Undang-undang Dasar atau konstitusi negara Republik Indonesia disahkan dan
ditetapkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Satu hari pasca proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Sejak saat itu, Indonesia telah menjadi suatu negara modern karena telah
memiliki suatu sistem ketatanegaraan yaitu Undang-undang Dasar atau konstitusi
negara yang memuat tata kerja konstitusi modern.

6. Perubahan Konstitusi di Indonesia


Konstitusi bukan hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang
merupakan sumber ketatanegaraan, tapi juga memberi ruang untuk mengikuti
perkembangan masyarakat yang terjadi dalam suatu negara. Sejalan dengan dinamika
perkembangan masyarakat pada suatu negara, maka konstitusi dapat pula mengalami
perubahan. Menurut Thaib (2003 :50), terdapat dua sistem perubahan sistem
konstitusi yaitu : Sistem yang pertama, bahwa apabila suatu Undang-Undang Dasar
atau konstitusi diubah, maka yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar atau
konstitusi yang baru secara keseluruhan. Hal ini pernah dialami di Indonesia yaitu
perubahan (pergantian) konstitusi dari UUD 1945 menjadi Kontitusi RIS (27
Desember 1949 ± 17 Agustus 1950), dan perubahan (pergantian) dari Kontitusi RIS
menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950 ± 5 Juli 1959), serta dari UUDS 1950
kembali menjadi UUD 1945 (5 Juli 1959 ± 1999).

vii
Sistem kedua, bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi asli
yang tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen
dari konstitusi yang asli tadi. Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem pertama
berarti terjadinya pergantian suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD)
yang lama dengan adanya konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang baru.
Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem kedua yang berarti dilakukan
amandemen dari konstitusi atau Undang-Undang Dasar juga pernah dialami di
Indonesia, yaitu terjadi amandemen terhadap UUD 1945, yaitu amandemen UUD
1945 yang pertama tahun 1999, yang kedua tahun 2000, yang ketiga tahun 2001,
yang keempat tahun 2002.

7. Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara


Pada umumnya hokum (Konstitusi) bertujuan untuk mengadakan tata tertib
untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan bebagai konflik antara berbagai
kepentingan yang ada di tengah masyarakat. Tujuan dari hukum tata negara pada
dasarnya sama dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi
atau Undang-Undang Dasar.
Tujuan dari konstitusi hampir sama dengan hukum, namun tujuannya lebih
terkait dengan berbagai hal, diantaranya adalah sebagai berikut :

 Lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-


masing

 Hubungan antar lembaga negara

 Hubungan antar lembaga negara (pemerintah) dengan warga negara (rakyat)

 Adanya jaminan atas hak asasi manusia

 Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan zaman.

B. Makna, Prinsip, Unsur, Sejarah dan Model dari Demokrasi

1. Makna dan Hakekat Demokrasi

viii
Makna demokrasi adalah sebagai dasar hidup dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Makna ini memiliki arti bahwa rakyat yang menentukan
sebuah keputusan dan permasalahan yang mempengaruhi kehidupannya. Hal ini
mencakup kebijakan negara karena pada dasarnya kebijakan yang dibuat pemerintah
akan mempengaruhi kehidupan rakyat. Sama halnya dengan sebuah negara yang
menganut sistem pemerintahan demokrasi yakni Negara diselenggarakan berdasarkan
kehendak rakyat, dilakukan oleh rakyat, dan untuk rakyat. Singkatnya tanpa rakyat maka
tidak akan ada pemerintah.
Dari pengertian demokrasi dan makna demokrasi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa hakikat tentang demokrasi yang dapat dikatakan sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemerintahan dari rakyat
memiliki arti bahwa sebuah sistem pemerintahan yang sah dan diakui oleh rakyat. Diakui
dan sah memiliki arti bahwa tanggung jawab pemerintahan diberikan oleh rakyat.
Sebaliknya pemerintah yang tidak diakui adalah pemerintah yang tidak mendapatkan
dukungan dan persetujuan dari rakyat. Rakyat memegang kendali penuh atas pemilihan
pemerintahan berdasarkan persamaan pandangan dan politik tanpa ada unsur paksaan.

2. Prinsip-Prinsip dan Indikator Demokrasi


Berdasarkan berbagai pengertian yang berkembang dalam sejarah pemikiran
tentang demokrasi. kita dapat mengkategorikan ada 3 (tiga)
makna demokrasi yakni demokrasi sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi sebagai
sistem politik dan demokrasi sebagai sikap hidup.
Prinsip-prinsip demokrasi telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Hendra
Nurtjahyo (2006: 74-75) merangkum sejumlah prinsip demokrasi yang dikemukakan
para ahli dengan menyatakan adanya nilai-nilai yang substansial dan nilai-nilai yang
bersifat prosedural dari demokrasi. Kedua ketegori nilai tersebut baik subtansial dan
prosedural sama pentingnya dalam demokrasi.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dan indikator dari sistem politik demokrasi :
 Partisipasi (Participation)
Demokrasi pada esensinya melibatkan aspirasi masyarakat dalam menjalankan
perannya secara aktif dan menentukan dalam proses politik. Partisipasi adalah
elemen penting dlm pemberdayaan.
 Inklusivitas atau Pelibatan

ix
Setiap individu dipandang setara secara politik. Dengan kata lain setiap
individu diperlakukan sebagai warganegara terlepas dari perbedaan indentitas.
 Perwakilan (Representation)
Dengan mempertimbangkan bahwa partisipasi langsung dalam setiap proses
pemerintahan tidak bisa dilakukan secara absolut mengingat keterbatasan waktu
dan ruang, jalur yang paling rasional adalah dengan menyediakan perangkat
untuk perwakilan.
 Transparansi (Tranparency)
Karena demokrasi maka harus ada perangkat yg memungkinkan masyarakat
untuk mengawasi dan mengawal institusi publik.

3. Unsur – Unsur Penegak Demokrasi


Dalam sebuah sistem pemerintahan demokrasi, demokrasi harus dapat berdiri
tegak dalam tatanan kehidupan masyarakat. Tegaknya demokrasi dapat terwujud
dengan adanya unsur-unsur penopang didalam demokrasi itu sendiri. Unsur-unsur
penopang tegaknya demokrasi adalah.
 Negara hukum. Negara hukum berarti negara memiliki kewajiban melindungi
seluruh warga negaranya menggunakan lembaga peradilan yang bebas dan tidak
berihak pada satu kubu.
 Masyarakat madani. Masyarakat madani berperan penting dalam tegaknya
demokrasi. Pasalnya masyarakat madani turut berpartisipasi dalam pengambilan
pengutusan yang dilakukan oleh suatu negara.
 Aliansi kekompakan strategis. Aliansi kekompakan strategis yang terdiri dari
kelompok partai politik dan Lembaga organisasi masyarakat memiliki tujuan
untuk mendapatkan kekuasaan politik dan pemberdayaan masyarakat.

4. Sejarah Perkembangan Demokrasi


Sejak 500 (lima ratus) tahun sebelum Masehi, sejarah demokrasi dicatat
karena ada sekelompok kecil manusia di Yunani dan Romawi yang mulai
mengembangkan sistem pemerintahan25 yang memberikan kesempatan cukup besar
bagi publik untuk ikut serta dalam merancang keputusan.26 Permulaan pertumbuhan
demokrasi telah mencakup beberapa asas dan nilai yang diwariskan kepadanya dari
masa yang lampau, yaitu gagasan mengenai demokrasi dari kebudayaan Yunani

x
Kuno dan gagasan mengenai kebebasan beragama yang dihasilkan oleh aliran
Reformasi serta perang-perang agama yang menyusulnya5.
Indonesia sendiri sebagai negara yang telah mengalami tiga dekade era
pemerintahan, yaitu era pemerintahan orde lama, era pemerintahan orde baru, dan era
pemerintahan reformasi, telah mengalami 4 periode perkembangan demokrasi, yaitu
6
:
 Masa republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi konstitusional yang
menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai dan yang karena itu dapat
dinamakan demokrasi parlementer.
 Masa republik Indonesia II, yaitu masa demokrasi terpimpin yang dari banyak
aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara formil
merupakan landasan dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.
 Masa republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi pancasila yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensiil, dan pelaksanaan
UUD1945, GBHN, dan pancasila secara murni dan konsekuen, atau juga disebut
demokrasi Orde Baru.
 Masa republik Indonesia IV, yaitu demokrasi reformasi dimana kedaulatan rakyat
dikembalikan.

5. Model – Model Demokrasi


Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan model demokrasi
yang diterapkan di satu negara dengan negara yang lain. Kemudian atas fenomina itu
muncul beberapa pandangan yang berbeda terkait demokrasi.
David Heid mengemukakan demokrasi terdiri dari 5 model, yaitu7:
 Demokrasi klasik adalah warga negara seharusnya menikmati kesetaraan politik
agar mereka bebas memerintah dan diperintah secara bergiliran.
 Republika protektif adalah partisipasi politik sebuah kondisi yang penting bagi
kebebasan pribadi. Jika para warga negara tidak bisa menguasai mereka sendiri,
mereka akan di dominasi oleh yang lain.
 Republikanisme dan perkembangan adalah para warga harus memenikmati
persamaan politik dan ekonomi agar tak seorang yang dapat menjadi penguasa

5
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, Cet. IX, 1985), h. 53
6
Ibid,. hlm. 48
7
Ni’matul Huda, 2010, Ilmu Negara, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 208

xi
bagi yang lain dan semua yang dapat menikmati perkembangan dan kebebasan
yang sama dalam proses tekad diri bagi kebaikan bersama.
 Demokrasi protektif yaitu para penduduk membutuhkan perlindungan dari
pemimpin, begitu pula dari sesamanya untuk memastikan bahwa mereka yang
dipimpin dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan yang sepadan dengan
kepentingankepentingan secara keseluruhan.
 Demokrasi developmental yaitu pastisipasi dalam kehidupan politik penting tidak
hanya bagi perlindungan individu, namun juga bagi pembentukan rakyat yang
tahu , mengabdi, dan berkembang. Keterlibatan politik penting bagi peningkatan
kapasitas individu yang tertinggi dan harmonis.
Sklar mengemukakan 5 corak atau model demokrasi yaitu8:

 Demokrasi liberal yaitu pemerintahan dibatasi oleh undangundang dan pemilihan


umum bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang ajeg.

 Demokrasi terpimpin. Para pemimpin percaya bahwa semua tindakan mereka di


percaya rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai kendaraan
untuk menduduki kekuasaan.

 Demokrasi sosial adalah demokrasi yang meletakkan pada kepedulian keadilan


soasial dan egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan
politik.

 Demokrasi partisipasi yang menekankan hubungan timbal balik antara penguasa


dan yang dikuasai.

 Demokrasi constitusional menekankan proteksi khusus bagi kelompok-kelompok


budaya yang menekankan kerja sama yang erat di antara elit yang mewakilinya
bagian budaya masyarakat utama

C. Pemikiran Demokrasi Di Indonesia


Latar belakang penelitian ini adalah Mohammad Hatta sebagai seorang tokoh
yang memiliki pemikiran serta gagasan yang cemerlang dalam bidang politik, ekonomi,
sosial budaya dan agama. Salah satu gagasan Mohammad Hatta yang muncul pada tahun
1928 sampai dengan tahun 1960 adalah tentang demokrasi Indonesia. Konsep demokrasi
dari Mohammad Hatta berbeda dengan demokrasi Barat yang dikritiknya karena
8
Septi Nur Wijayanti dan Nanik Prasetyoningsih, 2009, op. cit. hlm. 47

xii
melahirkan kekuasaan kapitalisme. Mohammad Hatta mengharapkan bukan hanya
demokrasi dibidang politik saja, tetapi dibidang ekonomi harus diperhatikan. Mohammad
Hata menjadi peletak dasar konsep keIndonesia yang lebih mendalam yaitu konsep
keadilan, keterbukaan, serta demokrasi. Rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini yakni (1) bagaimana kondisi lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik
dan pendidikan yang mempengaruhi pemikiran Mohammad Hatta tentang demokrasi
Indonesia; (2) bagaimana bentuk-bentuk pemikiran Mohammad Hatta tentang demokrasi
Indonesia; (3) bagaimana usaha-usaha Mohammad Hatta untuk mewujudkan
pemikirannya tentang demokrasi Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah (1) memahami
kondisi lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik dan pendidikan yang mempengaruhi
pemikiran Mohammad Hatta tentang demokrasi Indonesia; (2) memahami bentuk-bentuk
pemikiran Mohammad Hatta tentang demokrasi Indonesia; (3) memahami usaha-usaha
Mohammad Hatta untuk mewujudkan pemikirannya tentang demokrasi Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
sejarah. Metode sejarah mempunyai empat langkah, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi,
dan historiografi. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi pengetahuan dan
antropologi, serta menggunakan teori Hermeneutika. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah pemikiran Mohammad Hatta tentang demokrasi Indonesia berdasarkan tuga
sumber gagasannya yaitu ajaran Islam, azas kekeluargaan/kebersamaan dan sosialisme
Barat, serta kondisi lingkungan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan pendidikan yang
turut mempengaruhinya.

xiii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam beberapa buku literatur ada anggapan umum bahwa pengertian Konstitusi
sama dengan Undang-Undang Dasar, hal ini merupakan suatu kekhilafan dalam
pandangan mengenai Konstitusi pada negara-negara modern yang dipengaruhi oleh
paham kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan hukum karena pentingnya
sehingga Konstitusi yang ditulis itu disamakan dengan UUD. Dalam pandangan Herman
Heller mengemukakan bahwa Konsitusi memiliki arti yang lebih luas dari UUD,
sehingga dalam uraian selanjutnya diadakan pembagian dalam tiga bagian sebagai
berikut :. Makna demokrasi adalah sebagai dasar hidup dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Makna ini memiliki arti bahwa rakyat yang menentukan sebuah
keputusan dan permasalahan yang mempengaruhi kehidupannya. Dari pengertian
demokrasi dan makna demokrasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat tentang
demokrasi yang dapat dikatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Pemerintahan dari rakyat memiliki arti bahwa sebuah sistem pemerintahan
yang sah dan diakui oleh rakyat. Latar belakang penelitian ini adalah Mohammad Hatta
sebagai seorang tokoh yang memiliki pemikiran serta gagasan yang cemerlang dalam
bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan agama. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah.

B. Saran
Kami sarankan kepada para pembaca agar lebih banyak membaca dan memahami
banyak buku, artikel maupun jurnal yang berkaitan dengan materi Konstitusi dan
Demokrasi. Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi kami dan para pembaca.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih diperlukan beberapa
revisi demi perbaikan yang mencakup materi median, mean dan modus. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun agar semakin
baik dalam menyusun makalah-makalah pada kesempatan berikutnya.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Pimpinan MPR dan Tim kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan
berbangsa dan bernegara (Jakarta, Sekretariat Jendral MPR RI, 2014 ) hal.117

Ibid Hal.118

Moh.Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat
Studi Hukum Tata Negara, FHUI Jakarta, 1976, hlm. 65.

Prof.Dr.Jimly Asshiddiqie, S.H, Konstitusi dan Konstitualisme Indonesia, (Jakarta:Konstitusi


Press dengan PT Syaamil Cipta Media, 2006), hlm 35

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, Cet. IX, 1985), h. 53

Ibid,. hlm. 48

Ni’matul Huda, 2010, Ilmu Negara, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 208

Septi Nur Wijayanti dan Nanik Prasetyoningsih, 2009, op. cit. hlm. 47

xv

Anda mungkin juga menyukai