Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH DALAM FIQIH MUAMALAH”


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

FIQIH IBADAH DAN MUAMALAH


DOSEN PEGAMPU: H. Suyud Arif, Drs., M.Ag.

Disusun oleh kelompok 10:

Muhammad Faisal Nasution (221105011445)

Muhammad Hanief Fatahillah (221105011463)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Musyarakah Dan
Mudharabah Dalam Muamalah Islam.” Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar
pembaca dapat memperluas wawasan ilmu , yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Dan juga sebagai salah satu syarat dalam
memenuhi nilai tugas Mata Kuliah FIQIH IBADAH DAN MUAMALAH. Makalah ini dibuat
atas persetujuan Dosen Mata Kuliah Fiqih Ibadah Dan Muamalah Program Studi
Pendidikan Agama Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor Tahun 2022.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Fiqih Ibadah Dan
Muamalah yang telah membimbing dan membantu kami baik selama kegiatan
penyusunan makalah hingga saat ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat demi
kesempurnaan makalah ini.

Bogor ,06 Mei 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................................... 2
BAB II.............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
A. Pengertian Musyarakah........................................................................................3
B. Dalil, Rukun, Jenis, & Contoh Musyarakah..........................................................4
C. Pengertian Mudharabah........................................................................................ 6
D. Dalil, Rukun, Jenis, & Contoh Mudharabah.........................................................7
BAB III........................................................................................................................... 10
PENUTUP...................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan...........................................................................................................10
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keuangan Islam merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkembang dengan pesat di
seluruh dunia. Konsep-konsep keuangan Islam berakar pada ajaran agama Islam dan
prinsip-prinsip syariah. Dalam konteks keuangan Islam, dua konsep penting yang sering
digunakan adalah musyarakah dan mudharabah.

Musyarakah dan mudharabah adalah bentuk perjanjian kerjasama yang digunakan


dalam transaksi keuangan Islam. Kedua konsep ini memiliki peran yang penting dalam
mengembangkan sistem keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh
karena itu, penting untuk memahami prinsip-prinsip dasar, praktek, dan implikasi dari
kedua konsep ini.

Musyarakah adalah bentuk perjanjian kemitraan dalam jual beli di mana dua pihak atau
lebih berbagi modal, keuntungan, dan risiko dalam suatu usaha atau proyek. Setiap
pihak memiliki hak yang sama dalam mengawasi dan mengambil keputusan terkait
usaha tersebut. Musyarakah digunakan dalam berbagai transaksi, seperti investasi
dalam proyek properti, perdagangan, atau pembiayaan proyek.

Mudharabah, di sisi lain, adalah bentuk perjanjian di mana satu pihak (mudharib)
bertindak sebagai pengelola dana yang disediakan oleh pihak lain (sahib al-mal).
Mudharib bertanggung jawab atas pengelolaan dana dan berbagi keuntungan yang
dihasilkan dengan sahib al-mal sesuai dengan kesepakatan awal. Mudharabah sering
digunakan dalam sektor perbankan Islam, di mana bank bertindak sebagai mudharib
yang mengelola dana nasabah.

Pemahaman yang mendalam tentang musyarakah dan mudharabah sangat penting


bagi para praktisi keuangan Islam, akademisi, dan masyarakat umum. Melalui
penelitian dan analisis yang komprehensif, makalah ini bertujuan untuk menggali
prinsip-prinsip dasar, mekanisme, keuntungan, dan risiko dari musyarakah dan

1
mudharabah. Makalah ini juga akan membahas aplikasi praktis kedua konsep tersebut
dalam transaksi keuangan Islam serta implikasi syariah yang terkait.

Dengan memahami konsep musyarakah dan mudharabah dengan baik, para


pemangku kepentingan di sektor keuangan Islam akan dapat memanfaatkan kedua
konsep tersebut untuk mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
wawasan yang lebih baik tentang kontribusi keuangan Islam dalam menciptakan sistem
keuangan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan adil.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Musyarakah dan Mudharabah?

2.Apa saja erbedaan antara Musyarakah dan Mudharabah?

3. Apa saja Rukun, Syarat, Skema, Dan contoh Musyarakah dan Mudharabah?.

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Musyarakah dan Mudharabah.

2. Untuk mengetahui Perbedaan antara musyarakah dan Mudharabah.

3. Untuk mengetahui Rukun, Syarat, Skema, dan Contoh Musyarakah serta


Mudharabah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Musyarakah

Secara bahasa Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti


al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih.
Secara etimologis, musyarakah adalah penggabungan, percampuran atau serikat.
Musyarakah adalah istilah dalam hukum Islam yang mengacu pada bentuk kerjasama
atau kemitraan antara dua pihak atau lebih untuk tujuan berbisnis. Dalam konteks
ekonomi Islam, musyarakah adalah salah satu dari beberapa bentuk kontrak yang
digunakan dalam prinsip keuangan syariah.1

Dalam musyarakah, setiap pihak yang terlibat dalam kemitraan ini menyumbangkan
modal atau sumber daya lainnya untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha.
2
Keuntungan dan kerugian dari usaha tersebut kemudian dibagi sesuai dengan
kesepakatan sebelumnya antara para pihak. Dalam hal ini, semua pihak berbagi
tanggung jawab dan risiko bisnis.

Musyarakah biasanya digunakan dalam bisnis atau investasi jangka panjang di mana
tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan jangka panjang. Hal ini
berbeda dengan mudharabah, bentuk lain dari kerjasama dalam ekonomi Islam, di
mana satu pihak menyediakan modal dan yang lainnya menyediakan keterampilan atau
manajemen.

1
Ghufron A.Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet ke-1), 2002, h.191
2
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), h. 142

3
B. Dalil, Rukun, Jenis, & Contoh Musyarakah
Q:S An nisa Ayat 12 :

‫َفِاْن َك اُنْٓو ا َاْك َث َر ِم ْن ٰذ ِلَك َف ُهْم ُشَر َك ۤا ُء ِفى الُّث ُلِث ِم ْۢن َب ْع ِد َو ِص َّيٍة ُّيْو ٰص ى ِبَه ٓا َاْو َد ْي ٍۙن َغ ْي َر‬
‫ُم َض ۤا ٍّر ۚ َو ِص َّي ًة ِّم َن ِهّٰللاۗ َو ُهّٰللا َع ِلْي ٌم َح ِلْي ٌۗم‬

Artinya :

Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama
dalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan
setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah
ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.3

Rsulullah Bersabda :

‫ َفِإَذ اَخ اَن َأَح ُد ُه َم ا‬،‫ َأَن ا َث اِلٌث الَش ِر يَك يِن َم اَلم َي ُخ ن َأَح ُد ُه َم ا َص اِحَب ُه‬: ‫ِإَّن َهللا َت َع اَلى َي ُقوُل‬
‫َص اِحَب ُه َخ َر جُت ِمن َبيِنِه َم ا‬
Allah swt. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama
salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah
berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh alHakim,
dari Abu Hurairah).

Rukun Musyarakah

A. Pelaku akad, yakni para mitra usaha


B. Objek akad, yaitu modal (mal) dan kerja (drabah)
C. Shighar, yakni ijab dan qabul4
D. Nisbah keuntungan (bagi hasil).

3
https://www.merdeka.com/quran/an-nisa/ayat-12
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,( Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.129.

4
jenis-jenis musyarakah yang umum ditemui:

1. Musyarakah al-Mufawadah: Dalam jenis musyarakah ini, semua pihak yang


terlibat menyumbangkan modal secara sama dan berbagi keuntungan dan
kerugian secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal masing-masing.
2. Musyarakah al-'Inan: Dalam musyarakah ini, salah satu pihak menyumbangkan
modal sementara pihak lainnya menyumbangkan keterampilan, pengetahuan,
atau manajemen untuk mengoperasikan usaha. Keuntungan dan kerugian
kemudian dibagi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
3. Musyarakah al-Wujuh: Dalam jenis musyarakah ini, setiap pihak memberikan
sumbangan modal dengan persentase yang berbeda, sehingga pembagian
keuntungan dan kerugian didasarkan pada persentase kepemilikan modal
masing-masing.
4. Musyarakah al-Mudarabah: Musyarakah ini mirip dengan musyarakah al-'Inan, di
mana salah satu pihak menyediakan modal sementara pihak lainnya
menyediakan keterampilan atau manajemen. Namun, dalam musyarakah al-
Mudarabah, pihak yang menyediakan modal (rabb al-mal) bertindak sebagai
investor pasif, sedangkan pihak yang menyediakan keterampilan (mudarib)
bertindak sebagai pengelola aktif.
5. Musyarakah Mutanaqisah: Dalam musyarakah ini, pihak yang menyediakan
modal dapat secara bertahap mengambil alih kepemilikan modal lainnya,
sehingga pada akhirnya menjadi pemilik tunggal. Hal ini dilakukan dengan
pembelian secara bertahap atas bagian kepemilikan modal yang dimiliki oleh
pihak lain.
6. Misalkan ada dua mitra, A dan B, yang ingin membuka bisnis restoran. Mereka
memutuskan untuk membentuk musyarakah untuk tujuan ini.

5
Berikut adalah contoh akad musyarakah antara A dan B:
1. A dan B setuju untuk membentuk musyarakah dengan menyumbangkan modal
sebesar Rp 200 juta dan Rp 300 juta masing-masing.
2. Mereka membuat perjanjian bahwa keuntungan dan kerugian akan dibagi secara
proporsional berdasarkan kontribusi modal. A memiliki 40% kepemilikan dan B
memiliki 60% kepemilikan.
3. Mereka menyepakati bahwa pengelolaan restoran akan dilakukan secara
bersama-sama dan keputusan besar akan diambil melalui musyawarah.
4. A akan bertanggung jawab untuk mengelola bagian keuangan dan pemasaran,
sementara B akan mengelola bagian operasional dan staf.
5. Keuntungan setiap bulan akan dihitung, dan sesuai dengan kepemilikan modal,
A akan mendapatkan 40% dari keuntungan dan B akan mendapatkan 60% dari
keuntungan.
6. Jika terjadi kerugian, kerugian tersebut akan dibagi secara proporsional sesuai
dengan kontribusi modal.

C. Pengertian Mudharabah

Mudharabah adalah istilah dalam hukum Islam yang mengacu pada bentuk kerjasama
atau kemitraan antara dua pihak untuk tujuan bisnis di mana satu pihak menyediakan
modal (rabb al-mal) dan pihak lainnya menyediakan keterampilan atau manajemen
(mudharib). Dalam konteks ekonomi Islam, mudharabah adalah salah satu dari
beberapa bentuk kontrak yang digunakan dalam prinsip keuangan syariah.5

Dalam mudharabah, pihak yang menyediakan modal (rabb al-mal) bertindak sebagai
investor pasif, sedangkan pihak yang menyediakan keterampilan atau manajemen
(mudharib) bertanggung jawab untuk mengelola usaha. Keuntungan dari usaha
tersebut kemudian dibagi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya antara kedua belah

5
Abdul Halim, "Mudharabah: Sejarah, Konsep, dan Implementasi dalam Ekonomi Islam" (Disertasi, Universitas
Islam Negeri, Jakarta, 2019), 25

6
pihak, sedangkan kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pihak yang menyediakan
modal.

Pada awal kerjasama, kedua belah pihak harus mencapai kesepakatan mengenai
pembagian keuntungan. Pembagian ini dapat dilakukan berdasarkan persentase yang
telah disepakati atau dengan skema lain yang dianggap adil. Namun, pembagian
keuntungan harus tetap dalam batas-batas yang ditetapkan oleh syariah.6

Selain itu, mudharabah juga melibatkan aspek tanggung jawab yang harus dipatuhi
oleh kedua belah pihak. Pihak yang menyediakan modal (rabb al-mal) harus menjamin
bahwa modal yang diserahkan dalam mudharabah tidak terkena risiko lebih dari jumlah
modal yang telah diserahkan. Sementara itu, pihak yang menyediakan keterampilan
atau manajemen (mudharib) harus bertanggung jawab untuk mengelola usaha dengan
itikad baik dan keahlian yang diperlukan.

D. Dalil, Rukun, Jenis, & Contoh Mudharabah

Q:S An Nisa Ayat 29

‫ۗ ٰٓي َاُّي َه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْو ا اَل َت ْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِباْل َباِط ِل ِآاَّل َاْن َت ُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َت َر اٍض ِّم ْنُك ْم‬
Artinya:

29. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang
berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.

Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah:

‫ َاْلبيع ِإَلى‬: ‫ َث َالٌث ِفيِه ن اْل برَك ُة‬: ‫َأَّن ا لنِبي صَّلى اُهللا عَليِه وآِلِه وسَّلم َقاَل‬

6
Ibnu Majid, "Peran Mudharabah dalam Pengembangan Usaha Mikro di Indonesia" (Jurnal Ekonomi Islam, vol. 5,
no. 2, 2020), 112.

7
‫ وخْل ُط اْلبر ِبالشِعيِر ِلْل بيِت َال ِلْلبيِع (رواه ابن ماجه‬، ‫ واْل مَقارضُة‬، ‫َأجٍل‬
‫عن صهيب‬
"Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan
rumah tangga, bukan untuk dijual," (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

IJMA ULAMA :

‫َاَألصُل ِفى اْل معامَالِت ْاِإلباحُة ِإَّال َأْن يدَّل دِليٌل عَلى تحِر يِمها‬.
"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya."

rukun mudharabah ada tiga, yaitu:

1. dua orang melakukan akad (al-aqidani),


2. modal (ma'qud alaih),
3. shiqad (ijab dan qabul),

Akad mudharabah dibagi menjadi dua jika dilihat dari segi transaksi, yaitu:

1. Mudharabah Mutlaqah: Usaha diajukan oleh mudharib kepada shahibul maal.


Dalam akad ini, pemberi modal tidak menentukan jenis usaha apa yang akan
dilakukan, dan hanya memberikan modal usaha. Nantinya pemberi modal akan
menerima nisbah bagi hasil dari usaha yang berjalan.
2. Mudharabah Muqayyadah: Usaha ditentukan oleh pemberi modal (shahibul
maal), sedangkan pihak yang menerima pembiayaan (mudharib) hanya sebagai
pengelola yang menjalankan usaha.

Ketentuan Hukum Mudharabah

8
1. Mudharabah dapat dibatasi oleh periode tertentu.
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan
yang belum tentu terjadi.
3. Tidak ada ganti rugi dalam mudharabah, karena akad ini pada dasarnya bersifat
amanah. Kecuali akibat dari kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya atau terjadi perselisihan
diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrasi Syariah jika tidak terselesaikan melalui musyawarah.
Berikut adalah contoh akad mudharabah antara A dan B:

1. A sepakat untuk menyediakan modal sebesar Rp 1 miliar sebagai rabb al-mal


dalam mudharabah.
2. B bertindak sebagai mudharib dan akan menggunakan modal tersebut untuk
membuka sebuah restoran.
3. Mereka mencapai kesepakatan bahwa keuntungan dari restoran akan dibagi
berdasarkan persentase yang telah disepakati sebelumnya. A akan
mendapatkan 70% dari keuntungan dan B akan mendapatkan 30% dari
keuntungan.
4. B bertanggung jawab untuk mengelola restoran, termasuk pengadaan bahan
baku, pengaturan staf, dan operasional sehari-hari.
5. A sebagai rabb al-mal menjadi investor pasif dan tidak terlibat dalam
pengelolaan langsung restoran. Namun, A memiliki hak untuk memantau kinerja
bisnis dan memperoleh laporan keuangan secara berkala.
6. Jika restoran menghasilkan keuntungan, misalnya sebesar Rp 300 juta dalam
satu tahun, maka A akan menerima 70% dari keuntungan yaitu Rp 210 juta,
sedangkan B akan menerima 30% yaitu Rp 90 juta.
7. Jika terjadi kerugian, misalnya sebesar Rp 100 juta dalam satu tahun, maka
kerugian tersebut akan ditanggung oleh A sebagai rabb al-mal, sementara B
sebagai mudharib tidak bertanggung jawab secara finansial atas kerugian
tersebut.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
membahas dua konsep keuangan syariah yang penting dalam ekonomi Islam.
Musyarakah adalah bentuk kemitraan atau kerjasama di mana pihak-pihak terlibat
menyumbangkan modal dan berbagi keuntungan serta kerugian secara proporsional.
Sementara itu, mudharabah adalah kontrak kerjasama di mana satu pihak
menyediakan modal (rabb al-mal) dan pihak lainnya menyediakan keterampilan atau
manajemen (mudharib), dengan pembagian keuntungan yang telah disepakati
sebelumnya. Dalam musyarakah, partisipasi aktif, pembagian keuntungan dan
kerugian, serta kesepakatan dan kesetaraan antara pihak-pihak terlibat sangat
ditekankan. Musyarakah dapat digunakan dalam berbagai aspek ekonomi, seperti
investasi, pembiayaan, atau pendirian usaha.

Sementara itu, mudharabah memungkinkan pihak yang memiliki modal tetapi tidak
memiliki keterampilan atau waktu untuk berinvestasi melalui mitra yang ahli dalam
mengelola usaha. Dalam mudharabah, pemilik modal bertindak sebagai investor pasif,
sementara pengelola atau mudharib bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.
Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sebelumnya, sementara pemilik modal
menanggung kerugian yang mungkin terjadi. Kedua konsep ini merupakan alternatif
dalam keuangan Islam yang menekankan prinsip keadilan, partisipasi, dan
kebersamaan dalam berbisnis. Musyarakah dan mudharabah juga memungkinkan
pihak-pihak yang berbeda peran dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
ekonomi dengan mempertimbangkan nilai-nilai syariah.

Dalam penulisan makalah "Musyarakah dan Mudharabah", penting untuk menjelaskan


konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari kedua konsep ini, serta menggambarkan
contoh-contoh aplikasinya dalam praktik ekonomi Islam. Makalah dapat
menggambarkan manfaat, tantangan, dan potensi kedua konsep ini dalam membentuk
sistem keuangan yang berlandaskan prinsip-prinsip syariah.

10
Daftar Pustaka

Siddiqi, M. N. (2008). Partnership and Profit-sharing in Islamic Law: A Textbook on


Musyarakah and Mudarabah. Islamic Book Trust.

Warde, I. (2000). Islamic Finance in the Global Economy. Edinburgh University Press.

Khan, M. F., & Mirakhor, A. (1990). Theoretical Studies in Islamic Banking and Finance.
International Institute of Islamic Economics.

Ahmad, Z., & Abdullah, N. (2008). Konsep Keuangan Islam. PT RajaGrafindo Persada.
Mustafa, D. (2017). Keuangan Syariah: Teori dan Praktik. Rajawali Pers.

Arifin, B. (2015). Perbankan Syariah: Konsep, Produk, Operasional, dan Akuntabilitas.


Erlangga.

Halim, A. (2010). Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep, Penerapan, dan Pelaporan.


Salemba Empat.

Santoso, A. (2014). Pengantar Keuangan Syariah. Graha Ilmu.

Fauzi, A., & Isnurhadi. (2017). Manajemen Keuangan Syariah. Erlangga.

Samad, F. A., & Ibrahim, M. F. (2013). Fiqh Muamalat dan Ekonomi Islam. Penerbit
UTM Press.

11

Anda mungkin juga menyukai