Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HADITS IBADAH DAN MUAMALAH

“WAKAF DALAM PRESPEKTIF HADITS”

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Andi Darussalam, M.Ag

DISUSUN OLEH :
Kelompok XI

Miftah Nuril Akhyar ( 30300121010 )


Putri Azizah Rustan ( 30300121031 )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Hadits Ibadah & Muamalah yang berjudul "Wakaf dan Hibah dalam Prespektif
Hadits". Tak lupa pula kita kirimkan sholawat serta salam kepada junjungan kita
nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Ibadah dan
Muamalah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
bagaimana wakaf dalam prespektif hadits bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Dr. Andi
Darussalam, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Hadits Ibadah dan Muamalah.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu, kami selaku kelompok XI
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
kami dengan rendah hati menerima berbagai saran dan kritik yang bersifat
membangun yang diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih banyak. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi mahasiswa dan juga bagi para pembaca lainnya.
Aminn Yaa Rabbal ‘Alamin.

Samata, 17 Maret 2022

Kelompok XI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1

B. Rumusan Masalah .................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................2

D. Manfaat .................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf ..................................................................................4

B. Hadis-hadis yang Terkait dengan Wakaf ..............................................5

C. Makna dari Hadis-hadis yang Terkait dengan Wakaf ...........................8

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................15

B. Saran ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wakaf merupakan salah satu ajaran Islam yang telah dikenal umat Islam

semenjak zaman Rasulullah SAW. Praktik wakaf telah dicontohkan oleh

Rasulullah SAW, para sahabatnya dan generasi selanjutnya secara terus-

menerus hingga saat ini kita menemukan obyek-obyek wakaf bertebaran di

sekitar kita seperti masjid, madrasah, pondok pesantren maupun lahan-lahan

wakaf yang masih belum dimanfaatkan.

Perkembangan wakaf yang diprediksi akan semakin pesat menuntut solusi

jawaban yang komprehensif dan menenteramkan. Permasalahannya adalah

dasar hukum wakaf yang bersumberkan dari sumber-sumber hukum yang

disepakati sangat terbatas. Peneliti wakaf tidak menemukan dalil yang sarih

dari Al-Qur'an mengenai wakaf yang ditelitinya. Biasanya, dasar yang

dijadikan hujjah adalah hadis ‘Umar Ibn Khattab ketika mendapatkan bagian

tanah Khaibar dan bermaksud mewakafkannya. Dalam hadis ini, Rasulullah

SAW memberikan penjelasan yang bisa diinterpretasikan lebih lanjut bagi

praktik dan manajemen wakaf. Hanya saja, dalil mengenai wakaf dari hadis

Rasulullah SAW ini juga sangat terbatas. Oleh karena itu, ijtihad menjadi solusi

yang paling masuk akal untuk menjawab problematika wakaf yang semakin

komplek itu. Dalam makalah ini, penulis mencoba memaparkan hadis-hadis

mengenai wakaf.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dirumuskan pada makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan wakaf?

2. Hadis-hadis apa saja yang berterkaitan dengan wakaf?

3. Apa makna yang terkandung dalam hadis-hadis wakaf tersebut?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah

ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari wakaf

2. Untuk mengetahui dan memahami hadits-hadits yang berkaitan wakaf

3. Untuk mengetahui dan memahami makna dari hadis-hadis yang berkaitan

dengan wakaf..

D. Manfaat Penulisan

Perkembangan wakaf sebenarnya merupakan ciri khas yang memedakan

hukum Islam dengan hukum-hukum lainnya sejak zaman Nai Muhammad

SAW. di Madinah. Tindakan Islam ini berhasil menciptakan lembaga ekonomi

dengan kandungan nilai yang cukup unik dan pelestarian jangka panjang dan

mendorong perlakunya hukum yang unik di antara angsa lain. Tanah wakaf

merupakan tanda yang digunakan untuk pembangunan tempat ibadah ukuran

dan fasilitas sosial lainnya yang belum dimanfaatkan secara optimal misalnya

tanah pertanian atau perkebunan yang digunakan untuk membiayai

2
pengelolaan eragai lemaga pendidikan. Dengan demikian nilai ekonomi wakaf

dapat dijadikan seagai salah satu pilar ekonomi Islam. Harta

Wakaf seagai lemaga sosial Islam pada hakikatnya memiliki kedudukan

yang sama dengan zakat dan dapat dijadikan seagai salah satu dari sumber

ekonomi. Artinya penggunaan atriut wakaf tidak teratas pada kegiatan tertentu

berdasarkan pedoman seperti: masjid rumah sakit panti asuhan dan

pengemangan lemaga pendidikan. Dari perspektif isnis wakaf termasuk wakaf

tunai yang dapat digunakan untuk kegiatan ekonomi seperti pertanian

pertamangan real estate gedung perkantoran hotel restoran dll. (pengambil

wakaf).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf

Secara etimologi, istilah wakaf berasal dari kata waqafa-yaqifu-waqfan

yang berarti berhenti atau menahan. Disebut menahan karena wakaf ditahan dari

kerusakan, penjualan, dan semua tindakan yang tidak sesuai dengan tujuannya.

Selain itu, alasan lain wakaf dikatakan menahan karena manfaat dan hasilnya

ditahan dan dilarang bagi siapa pun selain dari orang-orang yang berhak atas

wakaf tersebut.1

Secara terminologi, wakaf adalah penahanan harta yang dapat diambil

manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah serta

dimaksudkan untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.2 Wakaf dapat juga

diartikan sebagai perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya

atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan

ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syariah.

Ulama fiqh (pendukung mazhab Hanafi, Syafii dan Hambali)

merumuskan pengertian wakaf adalah sebagai berikut:

1
Muhammad Fudhail Rahman, Wakaf dalam Islam, Jurnal Fiqh, Vol.1 No.1,
h.11
2
Ibnu Shafar dan Tata Faturrahman, Harta Benda yang Diambil oleh Salah
Seorang Keluarga Wakif dalam Prespektif Hukum Islam dan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Jurnal Prosiding Ilmu Hukum, Vol.3 No.2
(2017), h. 522

4
“Penahanan (pencegahan) harta yang mungkin dimanfaatkan, tanpa lenyap

bendanya, dengan cara tidak melakukan tindakan pada bendanya, disalurkan

kepada yang mubah (tidak terlarang) dan ada”.3

Secara filosofis, berhenti berarti awal dan akhir dari gerak atau sumber

dan terminal dari seluruh aktifitas apapun. Dalam deretan angka, berhenti identik

dengan angka nol yang bukan berarti tidak memiliki nilai, tetapi realitas yang

tidak terselami dan hanya dapat disandingkan dengan ketakterhinggaan. Jika

dapat disandingkan dengan teori big bang, maka wakaf dapat diibaratkan dengan

titik singularitas atau titik vakum sebagai awal dan akhir dari semesta jagad

raya.4

B. Hadits-hadits Terkait Wakaf

Secara umum, semua hadis mengenai wakaf bisa dijadikan sebagai dalil

disyariatkannya wakaf (dalil al-masyru'iyyah). Sesuatu yang telah dipraktikkan

atau disetujui Rasulullah SAW. minimal memberikan hukum dibolehkannya

perbuatan tersebut, sebab Rasulullah SAW. tidak mungkin melakukan atau

3
Abd. Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Mu’amalat, (Cairo: Maktabah al-
Risalah adDauliyah, Fak. Syari’ah Islamiah Univ. al-Azhar, Cairo-Mesir, 1998),
h. 208. Asy-Syarbiny, Mughni AI-Muhtaj, (Kairo : Musthafa Al-Halaby), Juz. 10,
h. 87.
4
Drs. Mukhtar Lutfi, M.Pd, Optimalisasi Pengelolaan Wakaf, Alauddin Press,
Makassar, 2011, h.1-2

5
mengizinkan suatu perbuatan yang dilarang dalam agama. 5 Berikut dipaparkan

beberapa hadis mengenai wakaf:

1. Hadis Pertama

ُ‫ِح َيدإعُو لَه‬ َ ‫ار َي ٍة َوع إِل ٍم يُ إنتَفَ ُع ِب ِه َو َولَ ٍد‬


ٍ ‫صا ل‬ ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ‫ع َملُهُ ِإ اَّل إ‬
‫مِن ثَ ََلثَ ٍة إ‬
َ ‫مِن‬ َ ‫ط َع‬ ِ ‫ِإذَا َماتَ إ‬
َ َ‫اْل إن َسانُ ا إنق‬

Artinya: “apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka

putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang

bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya”(HR.

Muslim).

2. Hadis Kedua

‫صلاى‬ ‫اب أَرإ ضًا بِ َخ إيبَ َر فَأَتَى النابِ ا‬


َ ‫ي‬ َ ‫ص‬َ َ‫ب أ‬ ‫ع إن ُه َما أَنا عُ َم َر بإنَ إال َخ ا‬
ِ ‫طا‬ َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ع ِن اب ِإن عُ َم َر َر‬
َ

َ ‫ط أَ إنف‬
‫َس‬ ُّ َ‫صبإ َماَّلً ق‬ َ َ‫علَ إي ِه َو َسلا َم يَ إستَأإمِ ُرهُ فِ إي َها فَقَا َل يَا َرسُو َل هللاِ إِنِِّي أ‬
ِ ُ ‫صبإتُ أَرإ ضًا بِ َخ إيبَ َر لَ إم أ‬ َ ُ‫هللا‬

ُ‫ع َم ُر أَناهُ ََّل ُي َباع‬ َ َ‫صدا إقتَ ِب َها قَا َل فَت‬


ُ ‫صداقَ ِب َها‬ ‫ِع إندِي مِ إنهُ فَ َما تَأإ ُم ُر ِب ِه قَا َل ِإ إن شِ إئتَ َحباسإتَ أَ إ‬
َ َ‫صلَ َها َوت‬

ِ ‫هللا َواإ‬
‫بن‬ ِ ‫ب َوفِي َس ِبي ِل‬ ِّ ِ ‫صداقَ ِب َها فِي إالفُقَ َراءِ َوفِي إالقُرإ َبى َوفِي‬
ِ ‫الرقَا‬ ُ ‫ُور‬
َ َ‫ث َوت‬ َ ‫َو ََّل يُوهَبُ َوَّلَ ي‬

‫غي َإر ُمتَ َم ِّ ِو ٍل‬ ‫علَى َم إن َو ِل َي َها أَ إن َيأإكُ َل مِ إن َها ِب إال َم إع ُروفِ َوي إ‬
َ ‫ُط ِع ُم‬ َ ‫ضيإفِ َّلَ ُجنَا‬
َ ‫ح‬ ‫ال اس ِبي ِل َوال ا‬

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu 'Umar ra, bahwa 'Umar Ibn Khattab

memperoleh tanah (kebun) di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW,

seraya berkata, "Wahai Rasulullah saya memperoleh tanah yang belum

pernah saya peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah tersebut,

maka apa yang engkau perintahkan (kepadaku) mengenainya?". Nabi

SAW menjawab, "Jika mau, kamu tahan pokoknya dan kamu sedekahkan

5
Nurodin Usman, Studi Hadis-Hadis Wakaf dalam Kitab Sahih Al-Bukhari
dan Fath Al-Bari, Jurnal Cakrawala, Vol.X No.2 (2015), h.183

6
(hasilnya)". Ibnu 'Umar berkata, "Maka 'Umar menyedekahkan tanah

tersebut (dengan mensyaratkan) bahwa tanah itu tidak dijual, tidak

dihibahkan, dan tidak diwariskan, yaitu kepada orang-orang fakir, kerabat,

riqab (hamba sahaya), sabilillah, tamu dan ibnu sabil. Tidak berdosa bagi

orang yang mengelola untuk memakan dari (hasil) tanah itu secara ma'ruf

(wajar) atau memberi makan seorang teman, dengan tanpa menjadikannya

sebagai harta hak milik.

3. Hadis Ketiga

‫ث قَ َل َما‬ ِ ‫ت إال َح‬


ِ ‫ار‬ ِ ‫عل إي ِه َو َسلا َم أَخِ ي ج َُوي ِإريَةَ بِ إن‬ ُ ‫صلاى ا‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫َتن َرسُو ِل ا‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫ثخ‬ ِ ‫ع إم ِرو ب ِإن إال َح‬
ِ ‫ار‬ َ ‫ع إن‬
َ

‫ع إبدًا َو ََّل أ َمةً َو ََّل َش إيئًا إِ اَّل‬


َ ‫علَ إي ِه َو َسلا َم ِع إندَ َم إوتِ ِه دِرإ هَ ًما َو ََّل دِينا َ ًرا َو ََّل‬ ُ ‫صلاى ا‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫تركَ َرسُو ُل ا‬
َ ‫َّللا‬ َ
ً‫صدَقَة‬ ً ‫سَِل َحهُ َوأَرإ‬
َ َ ‫ضا َجعَلَ َها‬ َ ‫بَ إغلَتَهُ إالبَ إي‬
َ ‫ضا َء َو‬

Artinya : Diriwayatkan dari 'Amer Ibn al-Haris, saudara dari isteri

Rasulullah SAW yaitu Juwairiyyah binti al-Harits, ia berkata, "Tatkala

wafat, Rasulullah SAW tidak meninggalkan dirham, dinar, budak laki-

laki, budak perempuan, dan tidak meninggalkan harta sedikitpun kecuali

seekor bighalnya yang berwarna putih dan pedangnya serta sebidang tanah

yang beliau jadikan sebagai sedekah.".

4. Hadis Keempat

‫سوقُ بَدَنَةً فَقَا َل‬


ُ َ‫علَ إي ِه َو َسلا َم َرأَى َرج ًَُل ي‬ ُ ‫صلى ا‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫ع إن ُه أَنا َرسُو َل ا‬
َ ‫َّللا‬ ُ‫ي ا‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫ع إن أَبِي هُ َري َإرةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ

‫ارإ َك إب َها فَقَا َل ِإ ِنِّ َها َبدَنة فَقَا َل ارإ َك إب َها قَا َل ِإنا َها َبدَنة قَا َل ارإ َك إب َها َو إي َلكَ ِفي الثاا ِلثَ ِة أَ إو ِفي الثاا ِن َي ِة‬

7
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW melihat

seorang laki-laki menggiring onta, lalu beliau bersabda, "Naikilah onta itu." Ia

menjawab, "Ini onta kurban." Beliau bersabda, "Naikilah onta itu." Ia menjawab,

"Ini onta kurban". Beliau bersabda, "Naikilah onta itu, celaka kamu!" (Beliau

mengucapkan demikian) pada kali yang ketiga atau kedua.

C. Makna dari Hadis-hadis yang Terkait dengan Wakaf

1. Hadis Pertama

Maksud sedekah jariyah dari hadis pertama ini adalah wakaf.

Makna hadis tersebut adalah pahala tak lagi mengalir kepada si

mayat kecuali tiga perkara yang berasal dari usahanya di atas.

Anaknya yang shaleh, ilmu yang tinggalkannya, dan sedekah

jariyah, semua berasal dari usahanya.6

2. Hadis Kedua

Hadis yang pertama ini membahas mengenai wakaf ‘Umar bin

Khattab yang menurut Ibnu Hajar wakaf ini adalah wakaf yang pertama

kali terjadi dalam sejarah Islam. Selain itu, Ibnu Hajar (2000: 5/502-

507) juga menyebutkan banyak kesimpulan mengenai wakaf dari hadis

tersebut, yaitu disyariatkannya wakaf dalam bentuk tanah dan menolak

pendapat yang mengatakan bahwa wakaf tidak bersifat abadi atau boleh

6
Said Sabiq, Fiqih Sunnah , (Jakarta : Pena Pundi Aksari, 2009),cet.1,
Jilid 5, h. 434.

8
ditarik kembali oleh wakif. Menurut Imam al-Syafi'i, wakaf adalah

karakteristik umat Islam dan tidak diketahui apakah wakaf pernah

terjadi pada zaman jahiliyah. 7

Namun, pendapat lain menyatakan bahwa praktik wakaf sudah

berkembang sebelum datangnya Islam walaupun pada saat itu belum

dikenal dengan istilah wakaf. Dalam catatan sejarah rumah-rumah

peribadatan yang dibangun oleh pemeluk agama sebelum Islam sudah

banyak berdiri. Masjidil Haram dan Masjid Al-Aqsha sudah berdiri

sebelum datangnya nabi Muhammad dan tidak ada pemiliknya. Ini

menandakan bahwa wakaf sudah ada sebelum adanya Islam.8

Wakaf yang pertama kali dalam masyarakat Arab pra-Islam

adalah Al-Ka’bah Al-Musyarafah yaitu rumah peribadatan pertama

yang dibangun oleh Nabi Ibrahim sebagai tempat untuk berkumpul

(Haji). Wakaf ini berkembang sesuai perubahan masyarakat Arab yang

menjadikan Ka’bah sebagai pusat penyembahan berhala dan

berkembang lagi dengan pendekatan diri kepada Allah.9

Berikut dipaparkan kandungan-kandungan dari hadis kedua:

7Norudin Usman, "Studi Hadis-hadis Wakaf Dalam Kitab Sahih Al-


Bukhari dan Fath Al-Bari", Jurnal Cakrawala, Vol. X No. 2 (Desember, 2015),
184-185
8
Syibli Syarjaya, Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Positif (Power Point kolom 2)
9
Choirun Nissa, Sejarah, Dasar Hukum, dan Macam-Macam Wakaf,
Jurnal Keislaman,Vol.18 No.2 (2017), h.206

9
1. Makna Wakaf diambil dari sabda Rasulullah SAW "Jika

engkau mau, tetaplah engkau pegang tanah itu dan

silahkan engkau bersedekah darinya.", yang artinya

menahan asal harta tersebut dan menyalurkan manfaat

nya

2. Dan perkataan "Lalu Umar melakukan hal itu, ia tidak

menjual, tidak menghibahkan, dan tidak mewariskan

tanah tersebut", dapat dijadikan hukum pemanfaatan

wakaf, bahwa kepemilikannya tidak boleh dialihkan dan

juga tidak boleh diurus yang menjadi sebab pengalihan

kepemilikan, tapi ia harus dijaga seperti apa adanya,

dapat diolah menurut syarat yang ditetapkan orang yang

mewakafkan, selagi tidak ada penyimpangan dan

kezhaliman.

3. Kedudukan wakaf ialah suatu barang yang tetap ada

setelah dimanfaatkan. Adapun untuk sesuatu yang sirna

telah diambil manfaatnya, maka itu merupakan sedekah,

tidak termasuk dalam masalah wakaf dan hukumnya.

4. Dan perkataan, ". Ia sedekahkah harta tersebut kepada

orang-orang fakir, kerabat...." dapat diambil Kandungan

tentang penyaluran wakaf menurut syariat, yaitu untuk

berbagai kebajikan yang bersifat umum dan khusus,

seperti untuk diberikan kepada kaum kerabat,

10
memerdekakan budak, jihad fi sabilillah, menjamu tamu,

untuk orang-orang fakir dan miskin, membangun

sekolah, tempat penampungan, rumah sakit, dan lain-

lainnya.

5. Dan perkataan, " Dan bagi orang-orang yang

mengurusinya ia boleh memakannya dengan ma'ruf, atau

menjamu temannya tanpa mengkomersilkannya", dapat

disimpulkan sahnya syarat yang ditetapkan orang yang

mewakafkan, selagi tidak menafikan keharusan wakaf

dan tujuannya, yang di dalamnya tidak ada dosa dan

kezhaliman. Syarat semacam ini tidak ada salahnya,

karena orang mewakafkan mempunyai hak mengambil

manfaat dalam harta yang diwakafkan, tanpa berbuat

zhalim ada syarat-syarat semacam itu, maka syarat harus

dilaksanakan. Sekiranya hal itu tidak dilaksanakan maka

syarat yang di tetapkan Umar juga tidak ada salahnya.

6. Di dalam perkataan ini juga terkandung pembolehan

nazhir wakaf untuk memakan dan harta wakaf dengan

yang ma'ruf dan menurut kepatutan, yaitu mengambil

dan menuruti kebutuhannya, tidak bermaksud

mengambil hasil darinya, dan dia juga dapat menjamu

teman dengan dengan cara yang ma'ruf pula.

11
7. Di sini terkandung fadhilah wakaf yang termasuk

sedekah yang manfaatnya terus berkelanjutan dan

kebaikan yang pernah berhenti.

8. Yang paling utama ialah mewakafkan harta yang paling

baik dan paling berharga, sebagai ketamakan terhadap

kebajikan di sisi Allah Swt yang dijadikan-Nya bagt

orang-orang yang menafkahkan harta yang paling

dicintai.

9. Di sini terkandung musyawarah dengan orang yang

memiliki keutamaan, yaitu para ulama yang aktif

beramal dan yang memiliki pengetahuan untuk

disampaikan

10. Di sini terkandung pengertian bahwa yang harus

dilakukan orang yang dimintai pendapat ialah memberi

nasihat yang menurutnya paling utama dan paling baik,

karena agama itu merupakan nasihat

11. Di sini juga terkandung kebajikan kepada kaum kerabat

karena memberikan sedekah kepada mereka

mendatangkan pahala sedekah dan silaturahim.

12. Dan hadis ini dapat diambil kandungan bahwa syarat

dalam wakat harus sah berdasarkan ketentuan syariat,

tidak boleh bertentangan dengan ketentuan syariat,

12
seperti berbuat baik adil, menjauhkan ke haliman dan

penyimpangan".10

3. Hadis Ketiga

Hadis ini dijadikan sebagai dalil bagi orang yang bermaksud wakaf

tetapi tidak memiliki tujuan yang spesifik untuk apa wakaf itu sehingga

memberikan kelonggaran mengenai pihak yang akan mengambil

manfaat dari wakaf. Dalam hadis ini tidak disebutkan kata wakaf, tetapi

menyebutkan kata sedekah. Disebutkannya kalimat "tatkala Rasulullah

SAW wafat" memberikan indikasi makna yang mirip dengan wasiat

jika dilihat dari segi pelaksanaan wakaf setelah beliau wafat. 11

4. Hadits Keempat

Hadis ini tidak secara langsung menyebutkan kata wakaf, namun

dapat disimpulkan darinya hukum dibolehkannya bagi orang telah

mewakafkan hartanya untuk tetap mengambil atau mendapatkan

manfaat dari wakafnya. (al- 'Asqalani, 2000: 3/687).12

Harta wakaf adalah amanah Allah yang terletak ditangan nazir. Oleh

sebab itu, nazir adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap

Dr. H. Andi Darussalam, M.Ag, Hadis Ibadah dan Muamalah, (Makassar:


10

Alauddin Press 2014), cet.1, h.173-174


11 Norudin Usman, Studi Hadis-hadis Wakaf Dalam Kitab Sahih Al-

Bukhari dan Fath Al-Bari, Jurnal Cakrawala, Vol. X No. 2 (Desember, 2015),
188-189
12
Ibid.,189

13
harta wakaf yang dipegangnya, baik terhadap benda wakaf itu sendiri,

maupun terhadap hasil dan pengembangannya. Harta wakaf bukanlah

hak milik si Nazir. Nazir hanya berhak mengambil sekadar imbalan

dari jerih payahnya dalam mengurus harta wakaf itu. Lebih dari itu

sudah dianggap mengkhianati amanah Allah. 13

13
Satria Efendi M Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam
Kontenporer, (Jakarta:Kencana, 2004), cet. ke- 1, h. 427.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologi, istilah wakaf berasal dari kata waqafa-yaqifu-waqfan

yang berarti berhenti atau menahan. Sedangkan secara terminologi, wakaf

adalah penahanan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika

dan untuk penggunaan yang mubah serta dimaksudkan untuk mendapatkan

keridhaan Allah SWT.

Secara umum, semua hadis mengenai wakaf bisa dijadikan sebagai dalil

disyariatkannya wakaf (dalil al-masyru'iyyah). Sesuatu yang telah dipraktikkan

atau disetujui Rasulullah SAW. minimal memberikan hukum dibolehkannya

perbuatan tersebut, sebab Rasulullah SAW. tidak mungkin melakukan atau

mengizinkan suatu perbuatan yang dilarang dalam agama.

B. Saran

Saran kami kepada pembaca supaya tidak henti-hentinya menambah


pengetahuan mengenai hadis-hadis, khususnya hadis mengenai wakaf

mengingat begitu terbatasnya materi yang kami sediakan dalam makala

15
DAFTAR PUSTAKA

Asy-Syarbiny. Mughni AI-Muhtaj. (Kairo : Musthafa Al-Halaby)

Azzam. (1998). Fiqh Mu’amalat. (Cairo: Maktabah al-Risalah adDauliyah, Fak.

Syari’ah Islamiah Univ. al-Azhar, Cairo-Mesir).

Darussalam, A. (2014). Hadis Ibadah dan Muamalah. Makassar: Alauddin Press

Lutfi, M. (2011).Optimalisasi Pengelolaan Wakaf

Nissa, C. (2017). Sejarah, Dasar Hukum, dan Macam-Macam Wakaf, Jurnal

Keislaman.Vol.18 No.2.

Rahman. Wakaf dalam Islam. Jurnal Fiqh. Vol.1 No.1.

Sabiq, S. (2009). Fiqih Sunnah. Jakarta : Pena Pundi Aksari,


Shafar, I dan Tata Faturrahman, Harta Benda yang Diambil oleh Salah Seorang

Keluarga Wakif dalam Prespektif Hukum Islam dan Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Jurnal Prosiding Ilmu Hukum, Vol.3

No.2

Usman, N. (2015). Studi Hadis-hadis Wakaf Dalam Kitab Sahih Al-Bukhari dan

Fath Al-Bari. Jurnal Cakrawala. Vol. X No. 2.

Zein, M. (2004). Problematika Hukum Keluarga Islam Kontenporer.

Jakarta:Kencana.

16

Anda mungkin juga menyukai