Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KERJASAMA BAGI HASIL MUSYAROKAH,

MUDHOROBAH, MUSAQOH, MUKHOBAROH, & MUZARO’AH

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah ‘Aqidah Islamiyah Ke-Muhammadiyah-an

Dosen Pengampu:

Hermawan, M.Pd.i

Disusun Oleh:

Fikrullabib Shidiq (223080035)

Amalia Navisa Amin (223080065)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2023
KATA PENGANTAR

Assamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahNya
kami bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “MAKALAH KERJASAMA BAGI HASIL
MUSYAROKAH, MUDHOROBAH, MUSAQOH, MUKHOBAROH, & MUZARO’AH”.
Makalah ini disusun Guna memenui Tugas Mata Kuliah ‘Aqidah Islamiyyah Ke-
Muhammadiyah-an yang diampu oleh Hermawan, M.Pd.i.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Makalah ini.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, Kami dengan segenap kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan untuk
kedepannya.

Akhir kata Kami ucapkan terimakasih dan semoga materi yang ada dalam Makalah ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Purworejo, 19 Maret 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan & Dasar dari Kerjasama Bagi Hasil


Islam diturunkan ke dunia adalah sebagai rahmatan lil ‘alamin. Islam adalah
agama yang mengatur tatanan hidup dengan sempurna, kehidupan individu dan
masyarakat, baik aspek rasio, materi, maupun spiritual, yang didampingi oleh ekonomi,
sosial dan politik . Sedangkan tugas manusia sebagai khalifah Allah adalah menjaga dan
terus mengusahakan agar rahmatan lil ‘alamin dapat secara berkesinambungan dinikmati
oleh seluruh manusia dan bahkan itu harus dikembangkan untuk kesejahteraan seluruh
alam.
Syariat Islam merupakan tatanan hidup bagi kehidupan perorangan maupun
kelompok, bahkan tatanan bagi seluruh alam semesta, ia mempunyai konsepsi dasar
hukum yang sempurna dan meliputi semua permasalahan kehidupan manusia. Transaksi
perseroan tersebut mengharuskan adanya Ijab dan Qabul .
Sah tidaknya transaksi perseroan tergantung kepada suatu yang ditransaksikan
yaitu harus sesuatu yang bisa dikelola tersebut sama-sama mengangkat mereka. Secara
sederhana akad ini bisa digambarkan sebagai satu proses transaksi dimana dua orang atau
lebih menyatukan modal untuk satu usaha, dengan prosentasi bagi hasil yang telah
disepakati..
BAB II

PEMBAHASAN

MUSYAROKAH

A. Definisi Syirkah/Musyarokah
Musyarokah atau sering disebut syarikah atau syirkah berasal dari fi’il madhi
(Syaroka-Yasroku-Syarkan-Syarkatan) yang mempunyai arti: Sekutu atau teman
peseroan, Perkumpulan, Perserikatan. Syirkah dari segi Etimologi berarti: Al-Ikhtilath,
mempunyai arti: campur atau percampuran. Dan Musyarokah/Syirkah secara Istilah ialah
seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga antara bagian yang
satu dengan bagian yang lainnya sulit untuk dibedakan lagi yang nantinya akan
digunakan untuk membuat/merintis suatu Wirausaha. Definisi syirkah menurut Madzhab
Maliki adalah suatu izin ber-tasharruf bagi masing-masing pihak yang bersertifikat.
Menurut Madzhab Hambali, syirkah adalah persekutuan dalam hal hak dan tasharruf.
Sedangkan menurut Imam Syafi’i, syirkah adalah berlakunya hak atas sesuatu
bagi dua pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan. Sayyid Sabiq mengatakan bahwa
syirkah adalah akad antara orang Arab yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan.
M. Ali Hasan mengatakan bahwa syirkah adalah suatu perkumpulan atau organisasi yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bekerja sama dengan penuh
kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara
kekeluargaan.
Jadi, syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu usaha
perjanjian guna melakukan usaha secara bersama-sama serta keuntungan dan kerugian
juga ditentukan sesuai dengan perjanjian.
B. Dasar Hukum Syirkah/Musyarokah.
Dasar hukum Musyarakah yaitu: Pertama; Al-Quran. Dalam Al-Quran Allah
SWT berfirman dalam QS. Shaad ayat 24 yang artinya:
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat dhalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh”.

Kedua, adalah Hadis, dalam hadis dinyatakan sebagai berikut:

“Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT


berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang sedang berserikat selama salah
satu dari keduanya tidak khianat terhadap saudaranya (temannya). Apabila diantara
mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka”(H.R Abu Dawud).

C. Syarat & Rukun Syirkah/Musyarokah.


Suatu Aqad pastilah ada ketentuan yang harus diterapkan pada orang-orang yang
terlibat, begitupun Ibadah Muamalah Syirkah
Adapun mengenai Syarat-Syarat Syirkah, Menurut Kitab Fathul Qorib adalah:
1. Adanya suatu Alat Transaksi yang ingin digunakan untuk ber’Aqad
Syirkah pada kedua belah pihak atau lebih, Haruslah yang umum
digunakan pada Negara yang ber’Aqad.
2. Alat Transaksi yang digunakan haruslah sama berasalnya dari Negara
yang Ber’Aqad.
3. Alat Transaksi yang sudah terkumpul haruslah dicampur antara satu
dengan yang lain, hingga Sekiranya Orang-orang yang ber’Aqad tidak bisa
membedakan.
4. Setiap orang-orang yang terikat dalam Perserikatan haruslah memberi izin
kepada yang lainnya, jika ingin membelanjakan/mentransaksikan
Modal/Omset.
5. Adanya Laba dan Rugi, Haruslah setara persentasenya dengan modal yang
diajukan dari masing-masing individu yang berserikat.

Dan Jumhur ulama menyepakati bahwa ‘Aqad merupakan salah satu hal yang
harus dilakukan dalam syirkah. Adapun rukun syirkah menurut para ulama meliputi;

1. Sighat (Ijab dan Qabul). Adapun syarat sah dan tidaknya akad syirkah tergantung
pada sesuatu yang di transaksikan dan juga kalimat akad hendaklah mengandung arti
izin buat membelanjakan barang syirkah dari peseronya.
2. Al-‘Aqidain (subjek perikatan). Syarat menjadi anggota perserikatan yaitu:
a) orang yang berakal,
b) baligh,
c) merdeka atau tidak dalam paksaan.
Disyaratkan pula bahwa seorang mitra diharuskan berkompeten dalam
memberikan atau memberikan kekuasaan perwakilan, dikarenakan dalam musyarakah
mitra kerja juga berarti mewakilkan harta untuk diusahakan.

MUSAQOH

A. Definisi Musaqoh.
Secara bahasa musaqah berasal dari kata As-Saqa, arti kata tersebut adalah
penyiraman atau pengairan untuk mendapatkan kemaslahatan dan memperoleh imbalan
tertentu dari hasil lahan yang dikelola.
Dalam literasi lain, musaqah diartikan dengan memberikan hasil dari pepohonan
kepada orang yang merawat pohon tersebut dari bagian buahnya.
Menurut syara'/ Istilah Musaqah adalah menyerahkannya Tuan Tanah kepada orang lain
guna merawat, menyiram dan menjanjikan bila pohon yang diserahkan untuk dirawat
telah siap panen dan diambil manfaatnya sebagai sebagian dari imbalan pengelolaan serta
akan dibagi hasil dari pengelolaan.
Berdasarkan hukum musaqah, petani bertanggungjawab pada lahan dan tanaman
dengan menyiram dan memeliharanya. Petani mengharap diberi imbalan atas kerja
kerasnya dengan mendapatkan persentase tertentu dari hasil panennya.
B. Dasar Hukum Musaqoh.
 Al-Qur’an
Salah satu ayat dalam al-Qur'an yang didalamnya terkandung dasar hukum
musaqah adalah surah Al-Maidah ayat 2, yang Artinya:
"dan tolong menolonglah dalam berbuat kebaikan dan bertaqwa, dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya"
Dari kandungan ayat di atas menerangkan tentang Allah SWT memerintahkan saling
tolong-menolong dalam kebaikan dan meninggalkan perilaku buruk yang berakibat
kemudharatan bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Atas dasar kesamaan makhluk
ciptaan Allah SWT, seorang muslim yang beriman hendaknya mengamalkan kandungan
ayat ini dengan saling membantu apabila ada kesulitan pada orang lain.
 Al-Hadits
Rasulullah SAW pernah bersabda yang tersebut pada suatu Hadits, yang
artinya:
"penduduk Anshar berkata kepada Rasulullah SAW, bagilah pohon kurma
antara kami dan para sahabat kami Beliau menjawab:"Tidak" maka mereka
berkata"kalian yang merawatnya dan kami akan membagi buahnya bersama
kalian" dan mereka menjawab"kami mendengar dan kami patuh".
C. Syarat & Rukun Musaqoh.
Rukun Musaqah Jumhur ulama berpendapat bahwa sebelum mengawali musaqah
maka diharuskan memenuhi 5 rukunnya, antara lain :
a. Akad atau ijab qabul,
b. Pihak yang saling bertransaksi,
c. Lahan perkebunan dan tanaman sebagai objek musaqah,
d. Kegiatan usaha yang akan dipraktikkan oleh pengelola lahan, dan
e. Kesepakatan tentang persentasi bagian yang didapat dari hasil musaqah.

Syarat-syarat sah atau tidaknya musaqah dapat ditinjau dari beberapa indikator
sebagai berikut :

a. Sighat ( ijab kabul kedua belah pihak )


b. Harus terpenuhi syarat orang yang bekerjasama dalam akad musaqah adalah
orang yang dapat bertindak sesuai hukum, yaitu telah baligh dan berakal
c. Objek dari akad musaqah harus berupa pohon yang dapat berbuah, namun
juga diperbolehkan apabila pohon tidak berbuah namun dicari dan dapat
diambil manfaatnya oleh masyarakat.
d. Ketika panen tiba maka hasil panen tersebut adalah milik kedua belah pihak
dan harus dibagi sesuai perjanjian.
MUKHOBAROH & MUZARO’AH

A. Definisi Mukhobaroh
Dalam kamus Mukhobaroh ialah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik
lahan dan penggarap dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada
sipenggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu (persentase) dari hasil
penen yang benihnya berasal dari penggarap. Bentuk kerja sama antara pemilik tanah dan
penggarap dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan, Biaya
dan benih dari pemilik tanah.

Ulama’ Syafi’iyah membedakan antara Muzaro’ah dan Mukhobaroh :

˴Ύ˴όϟ΍Ϧ˸ ϣ
Ϟ˶ ϣ ˶έ˵ά˸ ˴Βϟ΍ϭ˴ ΎϬ˴Ϩ˸ϣ˶Ν˵ ή˵Ψ ˸ ˴ϳ Ύϣ ˶ ν˶ έ˸˴ϵ Ϟ˵ Ϥ˴ϋ˴ ϲ˴ ϫ˶ ˵Γή˴˴ΒΨ
˴ ξ˶ ό˸ ˴ΒΑ ˴ Ϥ˵ϟ΍
Ϛ˶ ϟ˶ΎϤ˴ϟ΍˴Ϧϣ ˶ ϥ˵ Ϯ˸Ϝ˵ ˴ϳ ΎϬ
˴ϴ ˴ Ϥ˵ϟ΍ϲ˴ ϫ˶ ˵Δϋ˴ έ΍
˸˶ϓέ˴ά˸ ˴Βϟ΍Ϧ͉ Ϝ˶˴ϟϭ˴ ˵Γή˴˴ΑΎΨ ˴ ΰ˴Ϥ˵ϟ΍ϭ˴

“Mukhabarah adalah tanah diatas sesuatu yang dihasilkannya dan benihnya


berasal dari pengelola. Adapun Muzara’ah sama seperti Mukhabarah, hanya saja
benihnya berasal dari pemilik tanah”.

Dapat dipahami dari pemaparan di atas bahwa Mukhabarah dan Mujara’ah ada
kesamaan dan ada pula perbedaan. Persamaannya ialah antara Mukhabarah dan
Muzara’ah terjadi pada peristiwa yang sama, yaitu pemilik tanah menyerahkan tanahnya
kepada orang lain untuk dikelola. Perbedaannya ialah pada Modal/Objek kerjasama, bila
modal atau bibit tanaman berasal dari Tuan Tanah disebut Mukhabarah, dan bila modal
atau bibit tanaman dikeluarkan dari Pengelola Tanah dan Tanah yang digarap ialah
Milik Tuan Tanah, maka disebut Muzara’ah.

B. Definisi Muzaro’ah
Menurut bahasa, al-muzara’ah diartikan dari kata Zar’u yang sama dengan
artinya (menumbuhkan). Muzara’ah dinamai pula dengan mukhabarah dan muhaqalah.
Orang Irak memberikan istilah muzara’ah dengan istilah al-qarah.Dalam kamus istilah
ekonomi muzara’ah ialah akad kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan
penggarap.
Bisa juga ditafsirkan pemilik lahan menyerahkan lahan pertanian kepada si
penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu (nisbah) dari hasil
panen yang benihnya berasal dari pemilik lahan(si penggarap) yang modalnya dari
pemilik tanah. pemilik tanah menyerahkan sekaligus memberikan modal untuk mengelola
tanah kepada pihak lain(si penggarap).
C. Dasar Hukum Mukhobaroh & Muzaro’ah
Landasan hukum yang membolehkan Mukhabarah dan Muzara’ah, dari sabda Nabi saw :

Ϯ˸˴ϟϦ˶ Ϥ˴Σ˸ ήϟ ͉ ΍˵ΪΒ ˸ϋ˴ Ύ ˴Α˴΃Ύ ˴ϳ ˵Ϫ˴ϟΖ˵ Ϡ ˸˵Ϙ˴ϓϭ˴ή˲Ϥ˸ϋ˴ ϝ˴ Ύ ˴ϗ,ή˵Β˶Ψ ˴ ϛ˴ ˵Ϫ͉ϧ˴΃α˶ ϭΎ


˸ ˴ϳ ϥΎ ˵ ρ˴ Ϧ˸ ϋ˴
ϰϬ˴˴ϧ ϢϠγϭ ϪϴϠϋ ௌ Ϟλ ϲ˵ Β ˶͉Ϩϟ΍ϥ͉ ˴΃˴ϥϮ˸Ϥ ˵ϋ˵ ΰ˸˴ϳ Ϣ ˵͉ϧ˯Ύ
˸Ϭ ˶ ˴ϓ˴Γή˴˴ΑΎ Ψ ˴Ϥ ˴ Ζ˴ ϛ˸ ή˴˴Η
˵ϟ΍ϩ˶ά˶ϫ
α˳ Ύ ͉Βϋ˴ Ϧ˸˴ Α˶΃ϰ ˶Ϩό˸ ˴ϳ Ϛ˴ ϟ˶΍ ˴άΑ
˶Ϣ ˸Ϭ˵Ϥ˵˴Ϡϋ˸ ˴΃ϰ˶ϧή˸ Β ˸ ˴΃: ϭή˲Ϥ˸ϋ˴ ϱ˸ ˴΍ϝ˴ Ύ
˶Χ ˴Ϙ˴ϓ˶Γή˴˴ΑΎ
˴Ϥ
Ψ ˵ϟ΍Ϧ ˷˶ ϋ˴
˵ϩΎ ˴ ˴΃Ϣ
Χ ˸ϛ˵˵ΪΣ˴ ˴΃΢˵ ˴ϨϤ˸˴ϳ ϝ˴ Ύ ˴ϗΎ Ϥ˴͉ϧ·˶ Ύ Ϭ ˸˴ϟϢϠγϭ ϪϴϠϋ ௌ
˴Ϩ˸ϋ˴ ˴ϪϨ˸˴ϳ Ϣ Ϟλ ϰ˶ ˶Β͉Ϩϟ΍ϥ͉ ͉΃
)ϢϠδϣϩ΍ϭέ( Ύ ˱Ϯ˸˵Ϡό˸ ϣ
ϣ ˴Ύ Ο
˱ ή˴
˴Χ Ύ Ϭ
˴ϴ ˵ ˸΄˴ϳ ϥ˸ ˴΃Ϧ˸ ϣ˵
˸˴Ϡϋ˴ ˴άΧ ˶ Ϫ˴ϟή˸
˲ϴΧ ˴
Artinya ;
“dari thawus ra bahwa ia suka bermukhabarah. Amru berkata : lalul aku katakana
kepadanya : ya abu abdurahman, kalau engkau tinggalkan mukhabarah ini, nanti mereka
mengatakan bahwa Nabi saw telah melarang Mukhabarah. Lantas thwaus berkata : hai
amr. Telah menceritakan kepadaku orang yang sungguh – sungguh mengetahui akan hal
itu, yaitu ibnu abbas bahwa Nabi saw tidak melarang Mukhabarah itu, hanya beliau
berkata : seseorang memberi manfaat kepada saudaranya lebih baik daripada ia
mengambil manfaat dari saudaranya itu dengan upah tertentu”. (HR.Muslim)
D. Syarat serta Rukun Mukhobaroh Dan Muzaro’ah
Menurut pendapat paling kuat perkongsian harta termasuk Muzara’ah dan
Mukhobaroh harus menggunakan Shigat, Yaitu ijab dan Qobul.
SYARAT:
 Syarat yang menyangkut orang berakal ialah keduanya harus sudah baligh dan
berakal.
 Syarat menyangkut benih yang akan ditanam harus dan dapat menghasilkan.

3. Syarat yang menyangkut tanah ;


 Menurut adat dikalangan petani, tanah itu boleh digarap dan mengahasilkan.
 Jika tanahnya dan tidak memungkinkan dapat ditanami maka akad tidak sah.
 Batas – batas tanah itu jelas.
 Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani untuk digarap.
 Apabila disyaratkan bahwa pemilik tanah ikut mengolah pertanian itu maka
akad tidak sah.

4. Syarat menyangkut hasil panen ;


 Pembagian panen masing – masing pihak harus jelas
 Hasil itu benar – benar milik bersama orang yang berakad tanpa boleh ada
pengkhusan
 Pembagian hasil panen itu ditentukan, misalnya ½, 1/3 atau ¼, sejak dari awal
akad, sehingga tidak timbul perselisihan dikemudian hari, dan penentuannya
tidak boleh berdasarkan jumlah tertentu secara mutlak, seperti 1 kwintal untuk
pekerja, atau 1 karung, karena kemungkinan hasil panen jauh dibawah itu atau
melampaui itu.
5. Syarat menyangkut jangka waktu yang disesuaikan adat setempat.
Menurut Abu yusuf dan Muhammad (sahabat abu hanifah), berpendapat bahwa
Muzaro’ah dan Mukhobaroh memilikil beberapa syarat yang berkaitan dengan Aqid
(orang yang melangsungkan aqad), tanaman, tanah yang ditanami, sesuatu yang
dikeluarkan dari tanah, tempat aqad, alat berconcok tanam, dan waktu bercocok
tanam.
A. Syarat Aqid (orang yang melaksanakan akad)
 Mumayyiz, tetapi tidak disyaratkan baligh.
 Sanggup menjalani kerjasama dalam aspek kepercayaan dan
kemampuan
RUKUN

Rukun Mukhabarah menurut jumhur ulama antara lain:

 Pemilik tanah
 Petani/Penggarap
 Objek mukhabarah
 Ijab dan qabul, keduanya secara lisan.

MUDHOROBAH

A. Definisi Mudhorobah
Mudhorobah atau yang biasa disebut Qiradh, Qiradh sendiri mankna dalam bahasa
arabnya ialah Qoth’u Secara Etimologis. Yang dalam bahasa Indonesia artinya
Potong/Putus.
Dalam Istilah fikih muamalah, Mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan di mana
si pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan
dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah
pihak sedangkan kerugian, jika ada, akan ditanggung oleh si pemilik modal. Para ulama
sepakat bahwa landasan syariah mudharabah dapat ditemukan dalam al-Qur’an, as-
Sunnah, Ijma’ dan qiyas.

B. Dasar Hukum Mudhorobah/Qiradh


1) Al-Qur’an
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu dimuka bumi
dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan).”
(QS 2:198).
2) As-Sunnah
Dari shalih bin suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: Jual beli secara tanngguh, muqaradhah
(mudharabah) dan mencampur adukan dengan tepung untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
3) Ijma
Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa
jemaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah, perbuatan
tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.
4) Qiyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang untuk
mengelola kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada pula yang kaya,
disuatu sisi lain banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya, di
sisi lain tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal.
Dengan demikian adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi
kebutuhan kedua golongan diatas, yakni untuk kemashalatan manusia dalam
rangka memenuhi kebutuhan mereka.

C. Syarat dan Rukun Mudhorobah/Qiradh


Adapun untuk Syarat Mudhorobah ialah:
 Syarat Aqidani
Di syaratkan bagi orang yang melakukan akad, yakni pemilik modal dan
pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil sebab mudharib
mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.
 Syarat Modal
I. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni
segala sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian
II. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran.
III. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak harus ada tempat akad.
Juga dibolehkan mengusahakan harta yang dititipkan kepada oranng lain,
seperti mengatakan:”Ambil harta saya di si fulan kemudian jadikan modal
usaha”
IV. Modal harus diberikan kepada pengusaha, hal itu dimaksudkan agar
pengusaha dapat mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut
sebagai amanah
Jumhur ulama berpendapat bahwa Rukun Mudharobah Adapun untuk
Ialah:
I. 2 orang melakukan akad (al-aqidani),
II. Modal (ma’qud alaih), dan
III. Shighot (ijab dan qabul),
sedangkan ulama syafi’iyah lebih merici lagi menjadi lima rukun yaitu: modal,
pekerjaan, laba, shighat, dan dua orang yang akad.
DAFTAR PUSTAKA

MUSYAROKAH
A. Mas’adi, Ghufron. 2010. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT Rsaja
Grafindo Persada.
Ahmad, Idris. 2016. Fiqh Menurut Madzhab Syafi’i. Jakarta: Wijaya.
Alma, Buchari. 2018. Dasar-dasar Etika Bisnis Islami. Bandung: CV. Alfabeta.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2017. Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum.
Jakarta: Tazkia Institute.
--------------------------------------. 2015. Bank Syari’ah dari Teori ke Prakti.
Jakarta: Gema Insani.Ash Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2018. Koleksi Hadits-
Hadits Hukum. Semarang: PT. Petrajaya Mitrajaya.
MUKHOBAROH & MUZARO’AH
Suhendi, Hendi. 2008. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.
Syafe’i, Rachmat. 2001. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
Syarifudin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Bogor: Kencana.
http://blog.umy.ac.id/sapto/2013/05/10/muzaraah-dan-mukhabarah/
https://shonz512.wordpress.com/musaqah/
MUDHOROBAH
Syafe’i, rachmad. 2019. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2017. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat
http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/
http://www.canboyz.co.cc/2017/02/JOURNAL-mudharabah.html
MUSAQOH
Firman, Moh. Arif, Muzara’ah dan Pengembangan Ekonomi Umat Pedesaan, (al-Amwal
Journal of Islamic Economic Law Vol. 3 No. 2).
JURNAL QAWANIN VOL. 4 NO. 2 JULI - DESEMBER 2020 249/
P-ISSN: 2598-3156 E-ISSN: 2622-8661 Ilman, Emily Nur Saidy, Implementasi al-
musaqah Terhadap Kesejahteraan Buruh Petik Cengkeh di Desa Kombo Toli-Toli, (Laa
Maysir Vol, 6 no. 1).
Nasution, Rahmat Hidayat, Filsafat Hukum Islam dan Maqashid Syariah, (Jakarta:
Kencana, 2020).
Wahyu, A. Rio Makkulau, Sistem Penggarapan Lahan Pertanian Masyarakat Perspektif
Ekonomi Islam, (Al-Azhar Journal of Islamic Economic Vol. 1 no. 1).
Yaqin, Ainul, Fiqh Muamalah Kajian Komprehensif Ekonomi Islam, (Pamekasan: Duta
Media, 2018).
https://tafsirweb.com/9228-quran-surat-az-zukhruf-ayat-32.html/
https://hanialfarouqy.wordpress.com/2013/1
https://tafsirweb.com/1886-quran-surat-almaidah-ayat-2.html/
http://ejurnal.iaipdnganjuk.ac.id/index.php/es/article/view/85/63/

Anda mungkin juga menyukai