Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“Hadis Kerjasama dalam Muamalah”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ayat dan hadis iqtishady

Dosen Pengampuh : Donny Burhan Noor Hasan, M.H.

Disusun Oleh:

1. Nurul Khomariyah (210721100173)

2. Zumrotul Khoiriyah (210721100174)

3. Siti Maratul Hasanah (210721100179)

4. Mochammad Aldiyansyah (210721100184)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS KEISLAMAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Hadis
Hutang Piutang Dan Rahn” dengan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan menyusun Makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ayat dan Hadis Iqtishady tentang HADIST KERJASAMA DALAM
MUAMALAH. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah
wawasan tentang para pembaca dan juga bagi penulis. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Donny Burhan Noor Hasan, M.H. selaku dosen Ayat dan
Hadist Iqtishady kami yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, Kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bangkalan, 06 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan ................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3


2.1 Peengertian kerjasama dalam muamalah ..........................................................3
2.2 Hadist hadist dalam muamalah .........................................................................6
2.2.1 Bukhori......................................................................................................6
2.2.2 Abu Daud .................................................................................................9
2.2.3 At-tirmidzi ..............................................................................................11
2.2.4 Ibnu Majah ..............................................................................................17

BAB III PENUTUP ..............................................................................................24


Kesimpulan ............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam merupakan agama yang menjadi Rahmat bagi semesta alam. Semua
sisi dari kehidupan ini telah diatur kan menurut hukum Allah, sehingga tepat jika
dikatakan bahwa Islam bersifat komprehensif dan universal dalam hal hukum
hukumnya. Pada dasarnya lingkup kehidupan didunia ini berdasarkan pada 2 macam
yakni hubungan vertikal dan hubungan rabbnya yang terwujud didalam
melaksanakan ibadanya dan hubungan horisontal dengan sesama manusia dan alam
sekitarnya, hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam bentuk muamalah atau
fiqih muamalah terkhusus dalam kerjasama dalam bermuamalah Dalam Islam
kerjasam atau yang kita sebut dengan syirkah atau kerjasama. Syirkah atau kerjasama
sendiri adalah akad yang dilakukan dua orang atau lebih, yang bekerjasama untuk
melakukan sebuah usaha atau bisnis dengan tujuan keuntungan.
Proses muamalah manusia tak akan dapat kebutuhannya tanpa berhubungan
dengan orang lain, maka diperlukan kerjasama. Salah satu dari sekian banyak bentuk
kerjasama yang sangat penting untuk kesejahteraan dalam kehidupan manusia.
Didalam Islam juga telah banyak mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk
saling kerjasama dan terutama kerjasama dalam hal bermuamala yang baik dalam
kehidupan bermasyarakat. Dan Islam juga banyak mengajarkan agar dalam
kehidupan bermasyarakat dapat di tegakkan nilai nilai kerjasama dan menghindari
peraktik praktik penindasan dan pemerasan.
Dalam agama Islam mempunyai dua sumber pokok yang tetap yaitu Al Qur
an dan Al hadits, diantara salah satu segi hukum yang terdapat didalamnya adalah
masalah hukum hukum Islam tentang muamalah atau biasa disebut sebuah hubungan
manusia dalam interaksi sosial sesuai syariat, karena manusia merupakan makhluk
sosial yang tidak dapat hidup berdiri sendiri. Dalam hubungan dengan manusia
lainnya, manusia dibatasi oleh syariat tersebut, yang terdiri dari hak dan kewajiban.
Kerjasama sendiri memiliki arti sebuah proses sosial yang dimana didalamnya
terdapat aktivitas tertentu yang di tunjukan untuk mencapai tujuan bersama dengan
saling membantu dan memahami aktivitas Masing masing. Didalam hadist juga

1
sudah banyak yang menjelaskan atau menyampaikan terkait kerjasama
dalam muamala sebagaimana contonya hadist yang di riwayatkan oleh imam at
Tirmidzi dari amr bin auf Al muzani yang mengatakan bahwa perdamaian
diperbolehkan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan
yang halal dan ngehalalkan yang haram. Dan kaum muslimin boleh menentukan
syarat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.
Dan juga ada hadibya yang di riwayatkan juga oleh imam Bukhari, imam abu Dawud
dan ibnu majah.
1.2 Rumusan Masalah
latar belakang maslah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan rumus-
an masalah sebagai berikut :
1. Apa itu kerjasama dalam muamalah ?
2. Hadist apa saja yang membahas tenteng kerjasama dalam muamalah ?
3. Bagaimana kualitas dari hadist tersebut?
4. Bagaimana asbabul wurudnya?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk memahami apa itu kerjasama dalam muamalah ?
2. Untuk mengetahui Hadist apa saja yang membahas tenteng kerjasama dalam
muamalah ?
3. Untuk mengetahui bagaimana kualitas dari hadist tersebut?
4. Untuk mengetahui bagaimana asbabul wurudnya?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kerjasama dalam muamalah


1. Pengertian kerjasama (syirkah)
Syirkah (kerjasama) memiliki tiga wazan fi‟il mengikuti kata sariqah,
ini’mah dan tsamarah. Syirkah secara etimologi berarti percampuran.1
Secara terminilogi, Syirkah ini ada dua jenis :
1. Pertama : Syirkah Amlak, yaitu berkumpulnya hak harta, baik
berupa barang tidak bergerak atau barang bergerak atau manfaat dari
barang perniagaan saja bukan barangnya itu sendiri. Hal tersebut
terjadi sebagai bentuk persekutuan dua orang atau lebih dimana
keduanya memilikinya dengan cara membeli, hibah atau warisan
dan hal-hal lainnya.2 Jenis syirkah ini merupakan persekutuan
dimana masing-masing pihak merupakan orang lain di di dalam
bagian persekutuannya. Maksudnya seseorang tidak boleh bertindak
kecuali atas izin pemilik lainnya.3
2. Kedua : syirkah Uqud, adalah berkumpulnya hak pembelanjaan
harta, baik dalam penjualan dan lain sebagainya. Disini
pembelanjaan harta masing-masing dari kedua pihak yang bersekutu
dapat terlaksana dengan kepemilikan hartanya atau ia sebagai
perwakiland dari bagian persekutuan orang lain.
Syirkah menurut bahasa berarti Al-Ikhtilath yang artinya campur atau
percampuran. Demikian yang dinyatakan oleh Taqiyuddin. Maksud
percampuran disini ialah seorang mencampurkan hartanya dengan harta
orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.4
Pengertian kerjasama dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer
adalah kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dari berbagai pihak
untuk mencapai tujuan bersama, atau interaksi atau hubungan sosial antara
individu atau kelompok yang secara bersama-sama melaksanakan kegiatan
untuk mewujudkan tujuan bersama.5 Sedangkan didalam Kamus Istilah
Agama Islam (KIAI) pengertian syarikat (syirkah) adalah berkerjasama
dalam usaha perdagangan atau pada harta, untuk memperoleh keuntungan
bersama dengan syarat-syarat tertentu yang disetujui oleh kedua belahpihak
yang berserikat.6

1 Abdullah bin Abdurrahman al Bassam, Syarah Bulughul Maram, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2006)

Jilid 4, Cet : 1, h. 565


2
Ibid h. 567
3
Ibid h. 568
4
Hendi Suhendri, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), Cet : 1, h. 125
5
Peter Sahin dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ( Jakarta: Modern English
Press, 2002), Cet : 1, h. 722
6
Nogarsyah Moede Gayo, Kamus Istilah Agama Islam (KIAI), (Jakarta: Progress, 2004), Cet : 1, h.
441

3
Menurut istilah, yang dimaksud dengan syirkah, para Fuqaha berbeda
pendapat sebagai berikut:
1. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan syirkah adalah : 7
“Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan
keuntungan”.
2. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah
adalah:
“Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta‟awun dalam
bekerja dalam suatu usaha dan membagi kkeuntungannya”..
3. Idris Ahmad menyebutkan syirkah sama dengan syarikat dagang, yaitu
dua orang atau lebih sama-sama berjanji akan berkerja sama dalam
dagang, dengan menyertakan modal masing-masing, dimana
keuntungan dan kerugiannya di perhitungkan menurut besar kecilnya
modal masing-masing.8
4. Menurut Muhammad AL-Syarbini Al-Khatib, yang dimaksud dengan
syirkah adalah:
“Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara
yang masyhur (diketahui)”
5. Syirkah adalah persekutuan dua orang atau lebih dalam harta yang
diperoleh melalui warisan dan lain-lain, atau harta yang dikumpulkan
diantara mereka menurut bagian yang telah di tentukan untuk dikelola
dan dikembangkan dibidang perdagangan, perindrustrian atau
pertanian.9
6. Menurut Syihab Al-din Al-Qalyubi Wa Umaira, yang dimaksud dengan
syirkah ialah penetapan hak pada sesuatu bagi dua orang atau lebih.10

2. Pengertian Muamalah
Dalam kehidupan sosial antara manusia, Islam sudah menata secara
sempurna sebuah aturan (hukum) yang di dalamnya terdapat adab atau etika
dalam hidup bermasyarakat yang semuanya terangkum dalam hukum
muamalah. Secara etimologi kata Muamalat yang kata tunggalnya muamalah
(al-mu’amalah) yang berakar pada kata aamala secara arti kata mengandung
arti saling berbuat atau berbuat secara timbal balik. Lebih sederhana lagi
berarti hubungan antara orang dan orang. Muamalah secara etimologi sama
dan semakna dengan al-mufa’alah yaitu saling berbuat. Kata ini,
menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan
seseorang atau beberapa orang falam memenuhi kebutuhan masing-masing.

7
Hendi Suhendi, loc.cit.
8
Hendi Suhendi, ibid, h. 126
9
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jalza‟iri, Minhajul Muslim Konsep Hidup Ideal Dalam Islam, ( Jakarta:
Darul Hall, 2006), Cet : 1, h. 472
10
Hendi Suhendi, loc.cit.

4
Atau muamalah secara etimologi artinya saling bertinfak, atau saling
mengamalkan.
Secara terminologi, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
pengertian muamalah dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pengertian
muamalah dalam arti luas menghasilkan duniawi supaya menjadi sebab
suksesnya masalah ukhrawy.
Menurut Muhammad Yusuf Musa yang dikutip Abdul Madjid: Muamalah
adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.
"muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan".
Jadi, pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-
hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan
duniawi dalam pergaulan sosial.
Adapun pengertian dalam arti sempit (khas), didefinisikan oleh para ulama
sebagai berikut:
1. Menurut Hudhari yang dikutip Hendi Suhendi "Muamalah adalah semua
manfaat yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya".
2. Menurut Rasyid Ridha, "muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu
yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan".
Dari definisi diatas daapt dipahami bahwa pengertian muamalah dalam arti
sempit yaitu semua akad yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah ditrentukan Allah
dan manusia wajib menaati-Nya.11
Adapaun pengertian muamalah yang sebagaimana dikemukakan oleh
Abdullah al-Sattar Fathullah Sa‘ad yang dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu,
"hukum-hukum yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam persoalan
jual-beli, utang piutang, kerjasama dagang, perserikatan, kerjasama dalam
penggarapan tanah, dan sewa menyewanya". Manusia dalam definisi diatas
adalah seseorang yang mukalaf, yang telah dikenai beban taklif, yaitu yang
telah berakal balig dan cerdas.

Jadi kerjasama dalam bermuamalah sebagai bagian interaksi manusia dalam


kerjasama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan dan
kerugainnya ditanggung bersama, misalnya berkaitan dengan tindakan
manusia dalam persoalan keduniaan seperti jual beli, utang piutang,
kerjasama dagang, perserikatan kerja dalam penggarapan tanah, dan sewa
menyewa.

11
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012 ),
hlm 3.

5
2.2 Hadist-Hadist Kerjasam dalam Muamalah

2.2.1 HR. Bukhori 2075

‫س ِعي ِد ب ِْن أَبِي‬


َ ‫ع ْن‬ َ َ‫ع ْن ِإ ْس َما ِعي َل ب ِْن أ ُ َميَّة‬
َ ‫سلَي ٍْم‬
ُ ُ‫وم َحدَّثَنَا يَحْ يَى بْن‬ ٍ ‫َحدَّثَنِي بِ ْش ُر بْنُ َم ْر ُح‬
‫َّللاُ ثَ ََلثَةٌ أَنَا‬
َّ ‫سلَّ َم قَا َل قَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن النَّبِي‬ َ ُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرةَ َر‬ َ ‫س ِعي ٍد‬َ
ْ َ
‫ع ُح ًّرا فَأ َك َل ثَ َمنَهُ َو َر ُج ٌل ا ْستَأ َج َر‬ َ ‫غدَ َر َو َر ُج ٌل بَا‬ َ ‫طى ِبي ث ُ َّم‬ َ ْ
َ ‫ص ُم ُه ْم يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة َر ُج ٌل أ ْع‬ْ ‫َخ‬
ُ‫يرا فَا ْست َْوفَى ِم ْنهُ َولَ ْم يُ ْع ِط أَجْ َره‬ ً ‫أَ ِج‬

Artinya :
“Telah menceritakan kepadaku Bisyir bin Marhum, telah menceritakan
kepada kami Yahya bin Sulaim dari Isma’il bin Umayyah dari Sa’id bin Abi
Sa’id dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW. bersabda: “Allah Ta’ala
berfirman: Ada tiga jenis orang yang Aku menjadi musuh mereka pada hari
kiamat, seseorang yang bersumpah atas nama-Ku lalu mengingkarinya,
seseorang yang menjual orang yang telah merdeka, lalu memakan hasil
penjualannya (harganya) dan seseorang yang mempekerjakan pekerja
kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya, namun tidak memberi
upahnya” (HR Al-Bukhari).

1. Biografi Rawi Dalam Sanad

a. Abu Hurairah
Nama : Abdur Rahman bin Shakhr
Tahun Lahir : -
Kalangan : Shahabat Nabi
Nasab : -
Kuniyah : Abu Hurairah
Tahun Wafat : 57 H

b. Sa’id bin Abi Sa’id


Nama : Sa’id bin Abi Sa’id Kaisan
Tahun Lahir : -
Kalangan : Tabi’in kalangan pertengahan
Nasab : Al-Maqburiy
Kuniyah : Abu Sa’ad
Tahun Wafat : -

6
c. Isma’il bin Umayyah
Nama : Isma'il bin Umayyah bin 'Amru bin Sa'id bin Al 'Ash bin Sa’id bin
Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams al Umawi.
Tahun Lahir : -
Kalangan : Tabi’in (Tidak jumpa sahabat)
Nasab : -
Kuniyah : Ayub Bin Musa
Tahun Wafat : 144 H

d. Yahya bin Sulaim


Nama : Yahya bin Sulaim
Tahun Lahir : -
Kalangan : Tabi’ut tabi’in kalangan biasa
Nasab : -
Kuniyah : Abu Muhammad
Tahun Wafat : 193 H

e. Bisyr bin Marhum


Nama : Bisyr bin Marhum
Tahun Lahir : -
Kalangan : Tabi’in Tabi’ut
Nasab : -
Kuniyah : -
Tahun Wafat : -

2. Kualitas Hadits Berdasarkan Sanad


Berdasarkan kualitasnya, hadits dibagi menjadi 2 yaitu hadits maqbul dan
hadits mardud. Hadits maqbul adalah hadits yang diterima sebagaia hujjah
dengan sebutan shahih dan hasan. Sedangkan hadits mardud adalah hadits
yang ditolak sebagai hujjah dengan sebutan dha’if. Hadits shahih adalah hadits
yang diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah, sanandnya muttashil (liqa’),
matannya marfu’ (idhafah pada nabi), tidak ada illat (penambahan,
pengurangan, atau pergantian) dan tidak ada kejanggalan. Hadits hasan sama
seperti hadits shahih namun rawinya tidak sampai tamm dhabit, tetapi hanya
sampai qalil dhabit. Hadits dha’if adalah hadits yang gugur satu syarat atau
lebih dari syarat hadits shahih atau hasan.

Berdasarkan kaidah diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hadits


kerjasama dalam muamalah (shahih bukhari 2075) berdasarkan sanadnya
adalah hadits maqbul dengan kategori shahih, karena diriwayatkan oleh rawi
yang tsiqah, sanadnya muttashil (liqa’), matannya marfu’, tidak ada illat, dan
tidak ada kejanggalan.

7
3. Asbabul Wurud Hadits
Dikarenakan hadits diatas merupakan hadits qudsi yang artinya bersumber
langsung dari Allah yang diredaksikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
ilham atau mimpi maka asbabul wurud dari hadits tersebut belum ditemukan.

4. Syarah dan Fiqhul Hadits


‫ع ُح ًّرا فَأ َ َك َل‬ َ ‫طى بِي ث ُ َّم‬
َ ‫غدَ َر َو َر ُج ٌل بَا‬ َ ‫ص ُم ُه ْم يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة َر ُج ٌل أَ ْع‬ْ ‫َّللاُ ثَ ََلثَةٌ أَنَا َخ‬
َّ ‫قَا َل قَا َل‬
ُ‫يرا فَا ْست َْوفَى ِم ْنهُ َولَ ْم يُ ْع ِط أَجْ َره‬ ً ‫ثَ َمنَهُ َو َر ُج ٌل ا ْستَأ ْ َج َر أَ ِج‬
“Allah Ta’ala berfirman: Ada tiga jenis orang yang Aku menjadi musuh
mereka pada hari kiamat, seseorang yang bersumpah atas nama-Ku lalu
mengingkarinya, seseorang yang menjual orang yang telah merdeka, lalu
memakan hasil penjualannya (harganya) dan seseorang yang
mempekerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya,
namun tidak memberi upahnya” (HR Al-Bukhari).

Dari matan hadist diatas dijelaskan bahwa orang yang menyia-


nyiakan orang yang ia tanggung. Maksud orang yang ditanggung adalah
orang yang dipekerjakan namun tidak diberi upah, perbuatan tersebut
termasuk dalam dosa besar. Sudah jelas bahwa perbuatan tersebut sangatlah
dilarang oleh agama. Untuk menghindari hal tersebut perilaku adil dan
tanggung jawab sangat dibutuhkan bahkan harus dimiliki oleh seseorang
agar mereka bisa berbuat adil. Agar hal yang yang menyebabkan
pertentangan akibat tidak adilnya dalam pemberian upah tidak terjadi maka
kita harus meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Inilah yang
dapat menguatkan kita dari perbuatan keji dan munkar. Upah adalah
penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja atas
jasa yang dilakukan. Upah yang sifatnya materi (upah di dunia) pasti
berkaitan dengan keterjaminan dan kecukupan pangan dan sandang. harus
diberinya makan seperti apa yang dimakannya (sendiri) dan memberi
pakaian seperti apa yang dipakainya (sendiri), bermakna bahwa upah yang
diterima harus menjamin makan dan pakaian karyawan yang menerima
upah. Mereka harus mencukupi semua kebutuhan si pekerja dan tidak
memilah-memilah terhadap pekerja yang lainnya. Gaji atau upah adalah
imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan
materi di dunia dan dalam bentuk imbalan pahala di akhirat.

Oleh karena itu, kita sebagai manusia sosial harus selalu bekerjasama dalam
segala aspek, baik dalam ekonomi, muamalah, pemberian upah, dll.

8
Sebagaimana yang telah diriwayatkan dalam hadits diatas bahwa orang
yang menyia-nyiakan orang yang ditanggung akan menjadi musuh Allah di
akhirat nanti. Apakah mau seperti itu? Tentu saja tidak. Maka mari kita
bekerjasama untuk menyejahterakan masing-masing individu.

2.2.2 HR. Abu daud2936

‫ع ْن أَبِي‬
َ ‫ع ْن أَبِي ِه‬
َ ِ ‫ع ْن أَبِي َحيَّانَ التَّيْمِ ي‬ ِ ‫يصي َحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن‬
ِ َ‫الزب ِْرق‬
َ ‫ان‬ ِ ‫ص‬ِ ِ‫سلَ ْي َمانَ ْالم‬
ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن‬
َ ‫ش ِري َكي ِْن َما لَ ْم يَ ُخ ْن أَ َحدُهُ َما‬
‫صاحِ بَهُ فَإِذَا خَانَهُ خ ََر ْجتُ مِ ْن بَ ْينِ ِه َما‬ ُ ‫ّللا يَقُو ُل أَنَا ثَال‬
َّ ‫ِث ال‬ َ َّ ‫ه َُري َْرة َ َرفَ َعهُ قَا َل ِإ َّن‬

Artinya :

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman Al


Mishshishi(1), telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Az
Zibriqan(2), dari Abu Hayyan At Taimi(3), dari ayahnya(4) dari Abu
Hurairah(5) dan ia merafa’kannya. Ia berkata: sesungguhnya Allah
berfirman: “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu, selama
tidak ada salah seorang diantara mereka yang berkhianat kepada sahabatnya.
Apabila ia telah mengkhianatinya, maka aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu
daud)

1. Biografi rawi dan sanad

a. Muhammad bin Sulaiman Al Mishshishi


Nama : Muhammad bin Sulaiman bin Habib, Al Asadiy, Abu Ja’far, Al
‘Allaf
Tanggal lahir : -
Kalangan : Tabi’ut Tabi’in kalangan tua
Wafat : 246 H
Hidup : di Mashishah
b. Muhammad bin Az Zibriqan
Nama : Muhammad bin Az Zibriqan, Al Ahwaziy, Abu Hammam
Tanggal lahir :-
Kalangan : Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan
Wafat : -
Hidup : di Ahwaz

9
c. Abu Hayyan At Taimi
Nama : Yahya bin Sa’id bin Hayyan, At Taymiy, Abu Hayyan
Tanggal lahir : -
Tabi’in : (tidak jumpa Shahabat)
Wafat :145 H
Hidup : di Kufah
d. Ayahnya
Nama : Sa’id bin Hayyan, At Tamiy, Abu Yahya
Tanggal lahir : -
Kalangan : Tabi’in kalangan pertengahan
Wafat : -
Hidup : di Khufah

e. Abu Hurairah
Nama : Abdur Rahman bin Shakhr, Ad Dawsiy Al Yamaniy, Abu Hurairah
Tanggal lahir : -
Kalangan : Shahabat
Kuniyah :-
Wafat : 57 H
Hidup : di Madinah

2. Kualitas hadist berdasarkan sanad


HR. Abu Daud no. 2936 (kitab al-buyu’) dan al-Hakim Dari Abu
Hurairah, Rasulullah saw bersabda: (sesungguhnya Allah Azza wa jallah
berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah
satunya tidak mengkhiananti lainnya). berdasarkan sanadnya adalah hadits
maqbul dengan kategori shahih, karena diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah,
sanadnya muttashil (liqa’), matannya marfu’, tidak ada illat, dan tidak ada
kejanggalan. menurut At-Turmuzi hadist tersebut adalah hadits “hasan”
sedang Imam Al-Hakim mengkategorikan sebagai hadits sahih.

3. Asbabul wurud hadist

10
Dikarenakan hadist diatas merupakan hadist qudsi yang artinya bersumber
langsung dari Allah yang diredaksikan kepada nabi muhammad SAW
melalui ilham atau mimpi maka asbabul wurud dari hadist tersebut belum
ditemukan.

4. Syarah dan fiqhul hadits


Maksud dari hadist diatas, Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat adalah bahwa Allah bersama mereka dengan menjaga, memelihara
dan memberi bantuan serta barakah dalam perniagaan mereka. Maksud dari
firman-Nya, Selama salah seorang dari mereka tidak berkhianat kepada yang
lain. Jika ia berkhianat, maka Aku keluar dari perserikatan mereka, adalah
bahwa Allah akan mencabut berkah dari perniagaan mereka.
Allah SWT akan menjaga dan menolong dua orang yang bersekutu dan
menurunkan berkah pada pandangan mereka. Jika salah seorang yang
bersekutu itu mengkhianati temanya, Allah SWT akan menghilangkan
pertolongan dan keberkehan tersebut.

2.2.3 At-tirmidzi

‫ع ْم ِرو‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا َكث‬:َ‫ قَال‬،‫ي‬


َ ‫ِير ْب ُن‬
َ ‫ع ْب ِد للاِ ب ِْن‬ َ ‫ َحدَّثَنَا أَبُو‬:َ‫ قَال‬،ُ‫علِي ٍ ال َخَلَّل‬
ُّ ‫عامِ ٍر ال َعقَ ِد‬ َ ‫َحدَّثَنَا ال َح‬
َ ‫س ُن ْب ُن‬
َ‫ص ْل ُح َجائ ٌِز َبيْن‬
ُّ ‫ ال‬:َ‫سلَّ َم قَال‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬،ِ‫ع ْن َج ِده‬
َ ِ‫سو َل للا‬ َ ،ِ‫ع ْن أَبِيه‬ ُّ ِ‫ع ْوفٍ ْال ُمزَ ن‬
َ ،‫ي‬ َ ‫ب ِْن‬
َ َ‫ َوال ُم ْس ِل ُمون‬،‫ أ َ ْو أ َ َح َّل َح َرا ًما‬،ً‫ص ْل ًحا َح َّر َم َحَلَل‬
ً ‫ إِلَّ ش َْر‬،‫ُُ ُروطِ ِه ْم‬p‫علَى ش‬
‫طا َح َّر َم‬ ُ َّ‫ إِل‬، َ‫ْال ُم ْسلِمِ ين‬
.)‫ (الترمذي‬.ٌ‫صحِ يح‬ َ ‫س ٌن‬ َ ‫ِيث َح‬ ٌ ‫ أ َ ْو أ َ َح َّل َح َرا ًما َهذَا َحد‬،ً‫َحَلَل‬

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami al Hasan bin Ali al Khallal, telah
menceritakan kepada kami Abu Amir al 'Aqadi, telah menceritakan kepada kami
Katsir bin Abdullah bin Amru bin 'Auf Al Muzani dari ayahnya dari kakeknya
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perdamaian
diperbolehkan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Dan kaum muslimin
boleh menentukan syarat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram." Abu isa berkata hadis ini Hasan shahih.” (Tirmidzi)

11
1. Biografi rawi dan sanad
a. Al Hasan bin Ali Al hallal

Al-Hasan ibn ‘Ali al-Khallal adalah seorang yang tsiqah. Dengan


demikian, pernyataan yang menyatakan bahwa dia m12enerima riwayat hadis di
atas dari ‘Abdurrazaq ibn Hammam dapat dipercaya. Apabila dilihat dari tahun
wafat dari Al-Hasan ibn ‘Ali al-Khallal 242 H dengan Ibnu Majah 273 H dapat
diterima, begitu pula dengan ‘Abdurrazaq ibn Hammam 211 H. Jadi sangat
mungkin terjadinya pertemuan karena diantara keduanya masih hidup sezaman.
Itu berarti bahwa sanad antara Al-Hasan ibn ‘Ali al-Khallal dengan ‘Abdurrazaq
ibn Hammam dalam keadaan bersambung. Dia pernah sampai ke Iraq, yaman,
Syam dan mesir. Tetapi akhirnya meninggal dunia di Mekah. Dia adalah guru al-
Bukhari, Muslim, A13bu Daud, Tarmizi dan Ibn Majah. Didapati namanya tidak
terdapat dalam riwayat al-Nasaie. Dia perawi siqah lagi sahih.

b. Abu Amir al aqadi

Nama lengkapnya adalah Abdul Malik bin ‘Amru al-Qais yakni Abu
‘Amir al-Aqidiy al-Basri. Berkata Muhammad bin Sa’di bahwa beliau meninggal
pada tahun 240 H dan Abu Daud dan Abu Hattim dan Ibnu Hibban beliau
meninggal pada tahun 250 H. Beliau meriwayatkan dari Ibrahim bin Ismail bin
Abi Habibah, Ibrahim bin Thohman, Hammad bin Salamah, Kholid bin Ilyas,
Hisyam bin Sa’di dan lain-lain. Sedangkan murid beliau dalam meriwayatkan
adalah seperti Ahmad bin Al-Hasan bin Khirsy, Ahmad bin Hambal, ‘Abdullah
bin al-Hisyim, Muhammad bin Basyar Bundary, dan lain sebagainya.

Komentar para ulama hadits tentang keberadaannya adalah seperti pendapat Abu
Hatim : ‫ ( صدوق‬shadduq – Benar ), dan An-Nasa’i bahwa

12
Qani' al-Baghdadi. Mu'jam as-Shahabah jilid II. Beirut: Dar el-Fikr. hlm. 577.
Abdullah bin Abdurrahman al Bassam, Syarah Bulughul Maram, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2006) Jilid 4, Cet : 1, h. 565
13
ani' al-Baghdadi. Mu'jam as-Shahabah jilid II. Beirut: Dar el-Fikr. hlm. 577.

Abdullah bin Abdurrahman al Bassam, Syarah Bulughul Maram, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2006)
Jilid 4, Cet : 1, h. 565

12
beliau adalah seorang yang tsiqah maamun. Semua pendapat ulama menunjukkan
kalau beliau adalah seorang yang al-amin ( dapatdipercaya ) lagi tsiqah dalam
meriwayatkan hadits.

c. Kasir bin Abdullah bin amru bin auf Al muzani

Abdullah bin Katsir bin 'Amru bin Abdullah bin Zadan bin Fairuz bin
Hurmuz atau lebih dikenal sebagai Ibnu Katsir al-Makki (lahir di Mekkah pada
tahun 45 H, wafat di Mekkah pada tahun 120 H) adalah seorang Tabi'in dan ulama
dibidang Qira'at al-Qur'an. Beliau Tahun lahir 45H di Makkah dari suku Arab dan
kebangsaan kekhalifaan ummayah nasabnya Katsir bin 'Amru bin Abdullah bin
Zadan bin Fairuz bin Hurmuz. Keislaman Firkah Sunni. Tempat wafat Makkah
Tahun wafat (H) 120 Umur wafat (H) ± 75.

d. Abdullah bin Amru bin auf Al Muzani

Abdullah bin Amr lahir dengan nama Al-Ash pada 616, ketika Nabi
Muhammad SAW sedang berdakwah di Mekkah. Ia dibesarkan dari keluarga
yang kaya raya dan terpandang. Ayahnya, Amr bin Ash, merupakan bangsawan
di Kota Mekkah. Kendati demikian, Abdullah bin Amr tidak pernah silau dengan
kekayaan keluarganya. Nama Abdullah bin Amr didapatkannya dari Nabi
Muhammad SAW setelah masuk Islam di usia 17 tahun. Setahun kemudian,
ayahnya juga mengikuti. Setelah resmi menjadi Muslim, ia fokus dalam
beri14badah dan memelajari Al Quran, hingga menjadi salah satu orang yang
dekat dengan Rasululllah. Setiap kali wahyu diterima Nabi Muhammad SAW,
Abdullah langsung menghafal dan memahaminya. Tidak hanya itu, Rasulullah
memerintahkan dan memperbolehkan Abdullah bin Amr bin As untuk menulis
hadis tersebut.

e. Imam At Tirmidzi

Beliau yang meriwayatkan hadits dari Amr bin auf Al muzani imam at
tirmizi ini Salah satu ulama besar yang dimiliki kaum muslimin ini bernama
lengkap Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi. Dan
beliau memiliki nama kunyah Abu ‘Isa.

14
Muslim bin Hajjaj al-Qusayriy al-Naisaburiy, Shahih Muslim, Ju, II. 1461

13
Imam ahli hadis ini dilahirkan pada tahun 209 Hijriyah di sebuah daerah bernama
Tirmidz. Dan nama beliau tersebut dinisbatkan kepada sebuah sungai yang ada di
daerah tersebut yang sering dikenal dengan nama Jaihun. Para ulama berbeda
pendapat akan kebut15aan yang beliau alami pada waktu itu. Ada yang
mengatakan bahwa beliau mengalami kebutaan sejak beliau lahir. Akan tetapi
yang benar adalah beliau mengalami kebutaan pada masa tua beliau, yaitu masa
setelah beliau banyak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu.

2. Kualitas hadis berdasarkan sanad

Hadits di atas terdapat dalam fatwa DSN-MUI tentang murâbahah, salam dan
istishnâ’. Teks hadits di atas secara lengkap ditemukan dalam Sunan at Tirmidzî
dan at Tirmidzî menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan shahih. Hadits
yang serupa juga ditemukan dalam al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhain yang disusun
oleh al Hâkim.

Imam Ahmad dalam musnadnya hanya meriwayatkan dalam kalimat َ‫الص ْل ُح َجائِز َيْن‬
‫ْال ُم ْسلِمِ ين‬

sedangkan Ibnu Mâjah dan Ibnu Hibbân serta terdapat pula dalam as-Sunan al-
Kubrâ al Baihaqî sampai pada kalimat ‫ص ْل ًحا َح َّر َم َحالَل‬
ُ َّ‫ إِل‬lalu abu Dawud hingga
ُ ‫ع َلى‬
kalimat ‫ش ُروطِ ِه ْم‬ َ َ‫َوال ُم ْس ِل ُمون‬

3. Sabab wurud al-hadis

Dikarenakan hadits diatas ini merupakan dis qudsi yang artinya bersumber
langsung dari Allah yang diredaksikan kepada nabi Muhammad SAW melalui
Ilham atau mimpi maka asbabbul wirud dari hadis di atas belum di temukan.

4. Syarah Al-hadis

Hadis Nabi riwayat at-Tirmidzi dari `Amr bin `Auf

abu ‘îsâ Muhammad bin ‘îsâ bin Saurah bin Mûsa bin adh Dhahâk at Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî,
vol. 3 (Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1998), 28.
Abû ‘Abdullah Muhammad bin ‘Abdullah al Hâkim an Naisâbûrî, al-Mustadrak ‘alâ ash-
Shahîhain, vol. 4 (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1990), 113.

14
ِ ‫س ْمال َ ََْْ ََ ب ِزئاَج ُ ْحلُصال‬ ُ ‫ممرح اًحْ لُص َإ َ َ َْ َِمِ ْل‬ ُ ‫نومِ ْل‬
َ َ ‫س ْمال َو اًما َ َرح ملَ َحأ ْ َوأ ًََ ََ ََ ح‬ ُ َ ‫ِطو ُرش ىَلَع‬
ُ ‫ه‬
ْ ً ‫ممرح ا‬
‫ط َرش َإ ْم‬ َ َ ‫ “ » اًما َ َرح ملَ َحأ ْ َوأ ًََ ََ ََ ح‬.

Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang


mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang har am” HR. Tirmidzi dari ‘ Amr bin ‘ Auf.

Hadis ini dalam Sunan at- Tirmidzī berbunyi:

- ‫نع نزما فوع نب ورمع نب ه دبع نب رثك انثدح يدقعال رماع وبأ انثدح َلَْ ا يلع نب نسْا انثدح لل ملس‬
َ َ ‫س ْمال َ َْ َََْ ب ِزئاَج ُحْ لُصال ملَ َحأ ْ َوأ ًََ ََ ََ ح‬
‫ممرح‬ ُ ْ « ‫و هيلع ه ىلص ه لوسر نأ ِ دج نع هيبأ‬
‫س ْمال َو اًما َ َرح »حيحص نسح‬ ُ ‫نومِ ْل‬
ُ َ ‫طو ُرش ىَلَع‬
ُ ‫ط َرش َإ ْمِ ِه‬ْ ً ‫ممرح ا‬
َ َ ‫اً ْحلُص َإ َ ََْ َِمِ ل اًما َ َرح ملَ َحأ ْ َوأ ًََ ََ ََ ح‬
‫ثيدح اذه ىسيع وبأ لل حيحص ِ نابألا خيشال لل‬

At- Tirmīdzī berkata: Al-Hasan ibn `Ali al-Khallal telah bercerita pada kami, dia
berkata, Abu ` mir al - `Aqadī telah bercerita pada kami, dia berkata, Katsīr ibn
Abdillah ibn `Amr ibn `Auf al- Muzannī telah bercerita pada kami, dari ayahnya,
dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW16 beliau telah bersabda: “ Perdamaian
dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang har am” Abu `Isa berkata: ini hadis hasan shahih.

Syaik Albani berkata: shahīh. Muhammad ibn Isa at-Tirmīdzī, Sunan at-Tirmīdzī,
Beirut: Dār Ihyā at-Turāts al-Arabī, t.t., III: 634, hadis nomor 1352. 9 Hadis
tersebut terdapat pula dalam Sunan Ibnu Majah juga dari Katsir ibn Abdillah
dengan matan .

ُ ‫ اًما َ َرح مل َ َحأ ْ َوأ ح ممر ح ا ً ْحل ص َم ُِ ِإمِ ْل‬Ibnu Hibban meriwayatkan
‫س ْمَل ب ٌِزئا ج ُ ْحل صَل‬
hadis juga dari Katsir ibn Zaid, dari al-Walid ibn Ribah dari Abu Hurairah dengan
matan yang sama dengan yang tercantum dalam Sunan Ibnu Majah .

16
Saleha Madjid , Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Volume 2, No. 1, Januari-Juni 2018, Hal. 18
Ahmad Warison Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir ArabIndonesia Terlengkap, (Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1997), h. 1461.

15
Dalam Musnad ibn Ahmad berbunyi ‫صال‬
ْ ‫ مل سما ْ ب زئا ج حل‬.

Dengan demikian hadis ini memiliki sy hid. Al-Arnauth dalam catatan kaki
Shahih Ibnu Hibban menulis bahwa sanad hadis ini hasan. Katsir ibn Zaid
diperselisihkan. Riwayat hadisnya hasan, la basa bih tidak apa- apa. Periwayat
yang lain tsiqah selain Walid ibn Ribah. Dia shuduq jujur. Menurut Ibnu
Mulaqqin, at-Tirmidzi tidak sendirian dalam menshahihkan hadis riwayat Katsir
ibn Abdillah Katsir ibn Zaid. Ibnu Khuzaimah meriwayatkan hadis dari Katsir
dalam Shahih Ibnu Khuzaimah tentang zakat fitri. Al-Bukhari menghasankan
hadis riwayat Katsir. At-Tirmidzi berkata: Saya bertanya pada al-Bukhari
mengenai hadis riwayat Katsīr ibn Abdillah ibn `Amr ibn `Auf al-Muzannī telah
bercerita pada kami, dari ayahnya, dari kakeknya ُْ ‫َِ ِا ْمو َ ي ى جرت ِ مال ةَعا مسال‬
‫ ة َعُم‬.

Dia menjawab: hadis hasan. At- Tirmidzi menghasankan hadis riwayat


َ ‫ أَد َب نيمد ل نِإ ا ب ِي َر‬, juga hadis tentang takbir pada salat `Idain . Imam SyafiI
Katsir ‫غ‬
meriwayatkan hadis dalam kitab Harmalah dari Abdillah ibn Nafi dari Katsir. 14
Dengan demikian hadis ini shahih atau hasan maka makbul, dapat dijadikan dalil
dalam membuat perjanjian yang tidak melanggar syariat dan kewajiban pihak-
pihak untuk memenuhi perjanjian tersebut.

5. Fiqh Al-hadis17

Hadits ini menjelaskan bahwa seluruh macam perjanjian perdamaian antara


kaum muslimin itu boleh dilakukan, selama tidak menyebabkan pelakunya
terjerumus ke dalam suatu yang diharamkan atau melanggar syariat. Bahwasanya
pula hukum asal dari persyaratan-persyaratan yang telah disepakati oleh kaum
Muslimin dalam berbagai akad yang dilaksanakan adalah diperbolehkan. Karena
mengandung maslahat dan tidak ada larangan syariat tentang hal itu. Tentunya,
selama syarat-syarat itu tidak membawa pelakunya terjerumus kedalam suatu
yang diharamkan. Apabila mengandung unsur haram sehingga bisa membawa

17
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid II (Mesir: Dar al-Hadis, 2004), h. 255
Hading Hading, “Hadits Ḍa’īf (Sebab-Sebab Ke-Ḍa’īf-an dan Ke-Ḥujjah-annya Menurut Ulama
Ahli Hadits),”Shaut al Arabiyyah 5, no. 1 (2017):33.
Ahmad Warison Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir ArabIndonesia Terlengkap, (Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1997), h. 1461.

16
pelakunya terjerumus dalam perkara yang haram maka syarat-syarat tersebut
tidak diperbolehkan. Jika dikaitkan dengan perjanjian syariah secara umum, maka

13
hadits ini menunjukkan keberadaan asas al-ibâhah (kebolehan), merupakan
asas umum hukum Islam dalam bermuamalah termasuk dalam melakukan akad
di dalamnya, sebab hukum asal muamalah adalah boleh atau halal. Kebolehan ini
dibatasi terhadap keberadaan dasar hukum yang melarangnya. Hal ini berarti
bahwa Islam memberi ke18sempatan luas kepada yang berkepentingan untuk
mengembangkan bentuk dan macam transaksi baru sesuai dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan masyarakat. Kaidah fikih yang dibangun atas dasar hadits
ini yakni: Hukum asal muamalah adalah boleh dilakukan, terkecuali ada dalil
yang melarangnya.”

2.2.4 Ibnu Majah

َ‫اود‬
ُ َ‫الر ْح َم ِن ب ِْن د‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫ص ُر ْب ُن ْالقَاس ِِم‬ ْ َ‫ار َحدَّثَنَا ن‬ ُ ‫ت ْالبَ َّز‬
ٍّ ِ‫علِي ٍّ ْالخ ََّال ُل َحدَّثَنَا بِ ْش ُر ْب ُن ثَاب‬ َ ‫َحدَّثَنَا ْال َح‬
َ ‫سنُ ْب ُن‬
‫سلَّ َم ث َ َالث فِي ِه َّن ْالبَ َر َكةُ ْالبَ ْي ُع إِلَى‬ َ ُ َّ‫صلَّى ّللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫ّللا‬ َّ ‫ع ْن أَبِي ِه قَا َل قَا َل َرسُو ُل‬ َ ‫ب‬ ٍّ ‫ص َه ْي‬
ُ ‫صالِحِ ب ِْن‬ َ ‫عن‬ َ
ْ ِ ‫ِير ل ِْلبَ ْي‬ َّ ‫ضةُ َوأ َ ْخ َالطُ ْالب ُِر بِال‬ َ َ‫أ َ َج ٍّل َو ْال ُمق‬
ِ‫ت َل لِلبَيْع‬ ِ ‫شع‬ َ ‫ار‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal berkata,
telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Tsabit Al Bazzar berkata, telah
menceritakan kepada kami Nashr bin Al Qasim dari 'Abdurrahman bin
Dawud dari Shalih bin Shuhaib dari Bapaknya ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat barakah;
“ jual beli secara Tangguh, muqaradhah (Mudharabah) dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluar rumah bukan untuk dijual” (H.R. Ibnu Majah)

1. Biografi rawi dalam sanad


a. Al Hasan bin Ali Al-Khallal
Nama: Al-hasan bin ‘Ali bin Muhammad Al-Khallal Al-hulwany Abu ‘Ali
Tahun Lahir: -
Kalangan: Tabi’ul Atba’ Kalangan pertengahan

18
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid II (Mesir: Dar al-Hadis, 2004), h. 255
Hading Hading, “Hadits Ḍa’īf (Sebab-Sebab Ke-Ḍa’īf-an dan Ke-Ḥujjah-annya Menurut Ulama
Ahli Hadits),” Shaut al Arabiyyah 5, no. 1 (2017): 33.

17
Tempat tinggal: Marur rawdz
Tahun wafat: 242 Hijriyah

b. Bisyr bin Tsabit Al-Bazzar


Nama: Bisyir bin Tsabit Abu Muhammad
Tahun Lahir: -
Kalangan: Tabi’ut Tabi’in kalangan biasa
Tempat tinggal: Bashrah
Tahun wafat: -

c. Nashr bin Al-Qasim


Nama: Nashr bin Al-Qasim
Tahun Lahir: -
Kalangan: -
Tempat tinggal: -
Tahun wafat: -

d. Abdurrahman bin Dawud


Nama: Abdurrahim bin Daud
Tahun Lahir: -
Kalangan: Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan
Tempat tinggal: -
Tahun wafat: -
e. Shalih bin Shuhaib
Nama: Shalih bin Shuhaib bin Sinan Ar-Ruumy
Tahun Lahir: -
Kalangan: Tabi’in kalangan biasa
Tempat tinggal: -
Tahun wafat: -

f. Bapaknya
Nama: Shuhaib bin Sinan Ar-Ruumy An-Nawary Abu Yahya
Tahun Lahir: -

18
Kalangan: sahabat
Tempat tinggal: Madinah
Tahun wafat: 38 Hijriyah

2. Kualitas hadis dalam sanad

Para ulama hadits membagi hadits berdasarkan kualitasnya dalam tiga kategori,
yaitu hadits shahih, hadits hasan, hadits dhaif.

• Hadits Shahih.
Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan
matannya tidak ada syadz dan illat. Mahmud Thahan dalam Taisir
Musthalahil Hadits menjelaskan hadits shahih adalah:
‫ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ول علة‬
Artinya, “Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir
sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.”
• Hadits Hasan
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang
rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan
dhabit, tidak terdapat syadz dan ‘illah.Namun perbedaannya adalah kualitas
hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih. Ulama hadits
sebenarnya berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut
Mahmud Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah defenisi
yang dibuat Ibnu Hajar. Menurut beliau hadits hasan ialah :

‫هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ول علة‬
“Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun
kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan
‘illah.”

• Hadits Dhaif
Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih
dan hadits hasan. Dalam Mandzumah Bayquni disebutkan hadits hasan

19
adalah: ‫ فهو الضعيف وهو اقسام كثر‬# ‫ وكل ما عن رتبة الحسن قصر‬Artinya, “Setiap
hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif dan
hadits dhaif memiliki banyak ragam.” Dilihat dari defenisinya, dapat
dipahami bahwa hadits shahih adalah hadits yang kualitasnya lebih tinggi.
Kemudian di bawahnya adalah hadits hasan. Para ulama sepakat bahwa
hadits shahih dan hasan dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Sementara
hadits dhaif ialah hadits yang lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai
sumber hukum. Namun dalam beberapa kasus, menurut ulama hadits,
hadits dhaif boleh diamalkan selama tidak terlalu lemah dan untuk fadhail
amal.

Berdasarkan kaidah diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hadits kerjasama


dalam muamalah (Ibnu Majah 2280) berdasarkan sanadnya adalah hadits maqbul
dengan kategori shahih, karena diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah, sanadnya
muttashil (liqa’), matannya marfu’, tidak ada illat, dan tidak ada kejanggalan.

3. Asbabul wurud dalam sanad


Dikarenakan hadits diatas merupakan hadits qudsi yang artinya bersumber langsung
dari Allah yang diredaksikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui ilham atau
mimpi maka asbabul wurud dari hadits tersebut belum ditemukan.

4. Syarah dan fiqh hadis

Persekutuan dan bagi hasil

‫عن‬
َ َ‫اود‬
ُ َ‫الر ْح َم ِن ب ِْن د‬ َ ‫ص ُر ْب ُن ْالقَاس ِِم‬
َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ ُ ‫ت ْالبَ َّز‬
ْ َ‫ار َحدَّثَنَا ن‬ ٍّ ِ‫علِي ٍّ ْالخ ََّال ُل َحدَّثَنَا بِ ْش ُر ْب ُن ثَاب‬ َ ‫َحدَّثَنَا ْال َح‬
َ ‫س ُن ْب ُن‬
‫سلَّ َم ث َ َالث فِي ِه َّن ْالبَ َر َكةُ ْالبَ ْي ُع إِلَى أ َ َج ٍّل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ َّ‫صلَّى ّللا‬ ُ ‫ع ْن أَبِي ِه قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ َّ‫سو ُل ّللا‬ َ ‫ب‬
ٍّ ‫ص َه ْي‬
ُ ‫صالِحِ ب ِْن‬
َ
ْ ِ ‫ِير ل ِْلبَ ْي‬ َّ ‫ضةُ َوأ َ ْخ َالطُ ْالب ُِر بِال‬ َ َ‫َو ْال ُمق‬
ِ‫ت َل لِلبَيْع‬ ِ ‫شع‬ َ ‫ار‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal berkata,
telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Tsabit Al Bazzar berkata, telah
menceritakan kepada kami Nashr bin Al Qasim dari 'Abdurrahman bin
Dawud dari Shalih bin Shuhaib dari Bapaknya ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat barakah;

20
“ jual beli secara Tangguh, muqaradhah (Mudharabah) dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluar rumah bukan untuk dijual” (H.R. Ibnu Majah).

Dari matan hadis diatas yaitu ada beberapa hal yang sangat menarik tentang artikel
hadist tersebut, kita selidiki dulu riwayat hadist tersebut sanad nya kuat atau lemah.
Darimana beliau mendapatkan hadist tersebut, lalu bagaimana ceritanya hadist
tersebut di riwayatkan, yang terpenting bagaimana maksud isi hadist tersebut
Menurut Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar, Bulugh al-Maram
min Adillat al-AhkamBerdasarkan jumlah rawi hadits ini termasuk hadis Ahad
karena hadis yang jumlah rawinya tidak sampai mutawatir, yakni empat
perthabaqah (masyhur), dua perthabaqah (Aziz) dan satu perthabaqah (gharib).
Oleh karena itu hanya ada satu sanad yang meriwayatkannya. Berdasarkan bentuk
matan, maka hadis tersebut termasuk hadis qauli (ucapan), yaitu sabda (ucapan)
Nabi. Berdasarkan (ketersambungan) sanad hadis maka hadis tersebut termasuk
hadis mutashil, walaupun rawi dalam sanad tersebut lemah. Walaupun demikian
ada riwayat lain yang memberikan makna serupa dalam arti makna yang terkandung
dalam riwayat ini bisa diamalkan.

Nah yang paling penting memahami isi maksud hadist tersebut jadi Al Bukhari pun
membawakan sebuah bab dalam kitab shohihnya ‘memberi kemudahan bagi orang
yang lapang dalam melunasi utangjadi tipekal orang akan mendapat keberkahan
dalam tiga hal yaitu: jual beli yang di beri tempo maksudnya disini seperti kredit
tapi tanpa bunga itu sangat membantu orang yang pada sa’at itu sangat memerlukan
uang. Dan jangan pernah kalian meminta kelebihan karena kelebihan itulah yang
dinamakan riba dan riba itu diharamkan, (menurut Syafe’i Rahmat dalam buku fiqih
muamalah hlm 261).

peminjaman disini yang di maksudkan adalah penjaman mudharabah sebagaimana


di sabdakan Rasulullah pada hadist tersebut. Dengan menunjukan adanya
keberkahan ini, hal ini mengidenkasikan di perbolehkanya praktek jual beli yang di
lakukan secara tempo, begitu juga dengan pembiayaan murabahah yang di lakukan
secara tempo, dalam artian nasabah diberi tenggang waktu untuk melakukan
pelunasan atas harga sesuai kesepakatan, (menurut djuwaini dimyauddin dalam

21
buku pengantar fiqih muamalah) Mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual, yang di maksudkan disini gandum,
biji-bijian disini bukan untuk di jual belikan ketika panen ya hanya di makan untuk
kebutuhan keluarga seperti itu.

Definisi Mudharabah

Menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008, yang dimaksud dengan “Akad
mudharabah” dalam pembiayaan adalah Akad kerja sama suatu usaha antara pihak
pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal
dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau Nasabah) yang bertindak selaku pengelola
dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang
dituangkan dalam Akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank
Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau
menyalahi perjanjian.
Secara umum mudharabah terbagi menjadi 2 jenis :

1. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk
kerjasama antara shohibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan
tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam
bahasa Inggris dikenalm sebagai Unrestricted Investment Account (URIA).
Namun demikian, apabila dipandang perlu, shaibul al-mal boleh menetapkan
batasan-batasan atau syarat-syarat tertentu guna menyelamatkan modalnya dari
risiko kerugian. Syarat-syarat/ batasan ini harus dipenuhi oleh si mudharib.
Apabila mudharib melanggar batasan-batasan ini, ia harus bertanggung jawab
atas kerugian yang timbul.
2. Mudhrabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut dengan istilah restricted mudharabah/
specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si
mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
Namun demikian dalam praktik perbankan syariah modern, kini dikenal dua
bentuk mudharabah muqayyadah, yakni yang on balance-sheet dan yang off
balance-sheet. Dalam mudharabah muqayyadah on balance sheet, aliran dana

22
terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam
beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur, dan jasa. Dalam
mudharabah muqayyadah of balance off balance sheet, aliran dana berasal dari
satu nasabah pembiayaan. Di sini, bank syariah bertindak sebagai arranger saja.
Pencatatan transaksinya di bank syariah dilakukan secara off balance sheet.
Sedangkan bagi hasilnya tergantung kesepakatan antara nasabah investor dan
nasabah pembiayaan. Bank hanya memperoleh arranger fee.

23
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengertian kerjasama dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer adalah kegiatan


yang dilakukan secara bersama-sama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan
bersama, atau interaksi atau hubungan sosial antara individu atau kelompok yang
secara bersama-sama melaksanakan kegiatan untuk mewujudkan tujuan bersama.
sedangkan Secara etimologi kata Muamalat yang kata tunggalnya muamalah (al-
mu’amalah) yang berakar pada kata aamala secara arti kata mengandung arti saling
berbuat atau berbuat secara timbal balik.

Jadi kerjasama dalam bermuamalah sebagai bagian interaksi manusia dalam


kerjasama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan dan
kerugainnya ditanggung bersama, misalnya berkaitan dengan tindakan manusia
dalam persoalan keduniaan seperti jual beli, utang piutang, kerjasama dagang,
perserikatan kerja dalam penggarapan tanah, dan sewa menyewa.

Dasar hukum islam dalam kerjasama dalam muamalah juga terdapat pada
hadist Shahih Bukhari 2075 yang menjelaskan bahwa orang yang menyia-nyiakan
orang yang ia tanggung. Maksud orang yang ditanggung adalah orang yang
dipekerjakan namun tidak diberi upah, perbuatan tersebut termasuk dalam dosa
besar. Sudah jelas bahwa perbuatan tersebut sangatlah dilarang oleh agama. Untuk
menghindari hal tersebut perilaku adil dan tanggung jawab sangat dibutuhkan
bahkan harus dimiliki oleh seseorang agar mereka bisa berbuat adil. bahwa upah
yang diterima harus menjamin makan dan pakaian karyawan yang menerima upah.
Mereka harus mencukupi semua kebutuhan si pekerja dan tidak memilah-memilah
terhadap pekerja yang lainnya. Gaji atau upah adalah imbalan yang diterima
seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan materi di dunia dan dalam
bentuk imbalan pahala di akhirat.

Oleh karena itu, kita sebagai manusia sosial harus selalu bekerjasama dalam
segala aspek, baik dalam ekonomi, muamalah, pemberian upah, dll. Sebagaimana

24
yang telah diriwayatkan dalam hadits diatas bahwa orang yang menyia-nyiakan
orang yang ditanggung akan menjadi musuh Allah di akhirat nanti.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hendi Suhendri. 2005. Fiqih muamalah. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada


Abu Isa Muhammad Bin Isa Bin Saurah. 1998. Sunan at Tirmidzi. Beirut. Dar Al
Gharb Al islami
Qani Al Baghdadi. Mu'jam As Shahabah jilid III. Beirut. Dar El fikr
Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam. 2006. Syarah bulughul. Jakarta. Putsaka
Azzam
Muslim bin Hajjaj Al Qusayriy Al naisaburiy.1461. Shahih Muslim
Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al Hakim an Naibsaburi. 1990. Al
mustadrak ala as shahihain. Beirut. Dar Al kutub
Saleha Madjid. 2018. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
Ahmad warison Al Munawir. 1997. Kamus Al Munawir. Yogyakarta. Pustaka
progressif
Sayyid Sabiq. 2004. Fiqh Al Sunnah. Mesir. Dar Al hadis
Abdullah bin Abdurrahman al Bassam, 2006. Syarah Bulughul Maram.
Jakarta:Pustaka Azzam
Hendi Suhendri, 2005 Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005
Peter Sahin dan Yenny Salim, 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,
Jakarta: Modern English Press
Nogarsyah Moede Gayo, 2004. Kamus Istilah Agama Islam (KIAI), Jakarta:
Progress
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jalza‟iri, 2006. Minhajul Muslim Konsep Hidup Ideal
Dalam Islam. Jakarta: Darul Hall
1
Abdul Rahman Ghazaly, dkk. 2012. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

26

Anda mungkin juga menyukai