Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HADIS AHKAM MUAMALAH


“Hadits Disyariatkannya Khiyar Majlis”

DOSEN PENGAMPU : H. AMRAN, S. Th.I.,MA, Ph.D

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
 MOHAMAD ROSYID RIDHO
 AHMAD SYAUQI
 TIA RAHAYU PRAMESWARI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Oktober 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Khiyar Majlis ............................................................................................ 2
B. Hadis Disyariatkannya Khiyar Majlis ....................................................... 3
C. Hikmah Khiyar Majlis.............................................................................. 5
D. Waktu Berkahirnya Khiyar Majlis ............................................................ 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 7
B. Saran .......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disadari ataupun tidak, kita sering melakukan khiyar dalam kehidupan sehari-
hari. Yakni dalam proses jual beli. Misalnya, ketika kita membeli baju atau barang
lain tetapi ketika dibawa kerumah barang itu tidak sesuai dengan kebutuhan kita atau
terdapat cacat pada barang tersebut sehingga kita mengembalikan dan menukarnya
kepada pedagang ketika kita membeli kita sudah ada perjanjian dengannya, apabila
tidak muat boleh dikembalikan. Hal itu adalah salah satu contoh daripada khiyar.
Khiyar adalah pemilihan didalam melakukan akad jual beli apakah mau
meneruskan akad jual beli atau menarik kembali kehendak untuk melakukan jual
beli. Dalam pertimbangan bisnis dan ekonomi khiyar ini menjadi penting karena
dengan adanya khiyar, orang yang melakukan transaksi bisnis yang berjual beli dapat
memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan
menjadpenyesalan dikemudian hari lantaran merasa tertipu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan khiyar majlis ?
2. Bagaimana hadis disyariatkannya khiyar majlis?
3. Apa saja hikmah adanya khiyar majlis?
4. Kapan berkahirnya khiyar majlis?

C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan khiyar majlis, hadis
disyariatkannya dan hikmah serta waktu berakhirnya khiyar majlis.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Khiyar Majlis
Hak menentukan pilihan bagi kedua belah pihak, antara penjual dan pembeli
untuk melangsungkan jual beli atau membatalkannya selama masih di tempat
(majlis) jual beli. Apabila keduanya telah berpisah dari majlis akad tersebut, maka
hilanglah hak khiyar ini sehingga perubahan tidak dapat dilakukan lagi. Pada sistem
transaksi jual beli di dalam Islam mengenal istilah khiyar, khiyar secara etimologi
adalah memilih, sedangkan khiyar dalam jual beli menurut syara‟ adalah hak
memilih bagi penjual atau pembeli untuk meneruskan akad jual beli atau
membatalkannya.
Jual beli dalam Islam dibolehkan untuk memilih (khiyar), apakah penjual dan
pembeli akan meneruskan atau membatalkannya. Hal ini bertujuan agar kedua belah
pihak (penjual dan pembeli) dapat memikirkan sejauh mungkin kebaikan kebaikan
ketika jual beli, agar masing-masing pihak tidak menyesal atas apa yang telah
dijualnya atau dibelinya.
Khiyar majlis dimaknai sebagai hak pilih bagi para pihak yang melakukan
akad untuk melangsungkan atau membatalkan akad, selama keduanya masih berada
di tempat dan dalam kondisi belum berpisah. Berpisah dimaknai sesuai dengan
situasi dan kondisinya, atau sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat setempat.
Ketika ijab qabul telah terjadi, maka sebelum berpisah keduanya boleh menentukan
hak khiyar. Sehingga ketika para pihak telah berpisah atau memilih maka akad
menjadi lazim. Menurut sebagian ulama, khiyar majlis hanya terjadi pada akad yang
bersifat pertukaran, seperti jual beli atau ijarah.
Khiyar majlis yakni hak memilih dari penjual dan pembeli yang berakad untuk
membatalkan akad, selama keduanya masih di tempat (majelis) dan belum berpisah.
Batasan melakukan khiyar majlis yaitu selama penjual dan pembeli masih bertatap
muka.
Khiyar ini mengatur proses transaksi di lokasi akad jual beli. Kedua pihak
memiliki hak untuk memilih. Selain itu, dapat meneruskan jual beli yang telah
disepakati atau diakadkan dalam majelis tersebut.

2
B. Hadis Disyariatkannya Khiyar Majlis
Para ulama berbeda pendapat mengenai penetapan adanya khiyar majelis
menjadi dua pendapat:
Pendapat pertama: ulama Syafi‟iyyah dan Hanabilah berpendapat akan adanya
khiyar majelis bagi pihak penjual maupun pembeli selama keduanya masih berapa
dalam majelis (tempat) akad yang sama. Mereka berdalil dengan perkataan
Nabi shallallahu „alaihi wasallam,

‫ وإ ْن َك َذبا‬،‫ص َدقا وبَيَّنا بُوِرَك هلما يف بَْيعِ ِهما‬ ِ ِ


َ ‫ فإ ْن‬،‫الْبَ يِّعان باخليا ِر ما ََلْ يَتَ َفَّرقا‬
‫وَكتَما ُُِم َق بََرَكةُ بَْيعِ ِهما‬.
“Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk
melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah.
Apabila keduanya jujur dan menampakkan dagangannya, maka keduanya diberkahi
dalam jual belinya. Namun, apabila keduanya menyembunyikan dan berdusta, maka
akan dihapus keberkahan jual beli keduanya.” (HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim
no. 1532)
Khiyar yang dimaksudkan di dalam hadis adalah khiyar majelis, dan
perpisahan yang dimaksudkan di dalam hadis adalah berpisahnya badan keduanya
sebagaimana hal ini dikemukakan juga oleh sabahat Ibnu Umar dan Abu Barzah Al-
Aslami radhiyallahu „anhuma. Hal ini juga dikuatkan dengan hadis,

‫مجيعا‬
ً ‫يتفرقا وكان‬
َّ ‫ما َل‬
“Selama keduanya belum berpisah dan mereka masih bersama-sama (satu
majelis).” (HR. Bukhari no. 2112 dan Muslim no. 1531)
Pendapat kedua: para ulama Hanafiyyah dan Malikiyyah berpendapat
bahwa khiyar majelis tidaklah ada, baik itu bagi penjual maupun pembeli. Sebuah
akad menjadi lazim hanya dengan munculnya ucapan akad (ijab dan kabul) dari
kedua pihak dan selesainya mereka dari akad mereka. Dalil mereka adalah,
Pertama: Keumuman firman Allah Ta‟ala,

‫يٰٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ا َمنُ ْٰٓىا اَ ْوفُ ْىا بِ ْال ُعقُ ْى ِد‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji.” (QS. Al-Ma‟idah: 1)

3
Mereka yang tidak jadi melangsungkan sebuah akad, meskipun itu dilakukan
sebelum bepisahnya badannya dengan orang yang ia ajak bertransaksi, maka ia
terhitung tidak memenuhi janji.
Kedua: Dalil hadis yang digunakan oleh pendapat pertama,

‫عان باخلِيا ِر ما ََلْ يَتَ َفَّرقا‬


ِ ِّ‫…الْب ي‬
َ
“Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk
melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum
berpisah…” (HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532)
Ketika salah satu pihak mewajibkan sesuatu pada sebuah akad, pihak lainnya
memiliki hak khiyar qabul. Jika ia berkehendak, maka ia boleh menerima apa yang
ditawarkan oleh pihak pertama tersebut. Jika pun ia berkehendak untuk menolaknya,
maka itu juga diperbolehkan. Jual beli tersebut tidaklah terwujud dan menjadi sah,
kecuali pihak kedua menerima kewajiban ataupun tawaran yang diberikan oleh pihak
pertama.
Mereka juga memaknai „perpisahan‟ di dalam hadis dengan „selesainya
ucapan‟, yaitu apabila pihak pertama mewajibkan atau menawarkan sesuatu, lalu
kemudian pihak kedua menolaknya, ataupun ketika pihak pertama menarik tawaran
(kewajiban) yang yang ia tawarkan tersebut sebelum pihak kedua menyatakan
persetujuannya.
Adapun Malikiyyah, maka mereka memaknai khiyar pada hadis tersebut
dengan khiyar syarat (bukan khiyar majelis).
Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat pertama karena
pendapat ini menetapkan adanya khiyar majelis berdasarkan hadis yang telah kita
sebutkan.
Hukum hadis ini tidaklah terangkat ataupun terhapus (sebagaimana yang
diyakini pendapat kedua) karena menghukumi sesuatu itu terhapus atau terangkat
tidak bisa hanya dengan sebuah praduga, sedangkan masih sangat dimungkinkan
untuk menggabungkan hadis khiyar majelis dengan dalil-dalil lainnya tanpa adanya
rasa susah dan berat.

4
C. Hikmah Khiyar Majlis
Hikmah disyariatkannya khiyar (hak untuk memilih) dalam Islam sangat
banyak sekali dan bersifat menyeluruh dan jangka panjang.
Bahkan khiyar dalam bisnis Islami memiliki peranan yang sangat penting dan
strategis untuk menjaga kepentingan, transparansi, kemaslahatan, kerelaan kedua
belah pihak yang melakukan transaksi serta melindungi mereka dari bahaya dan
kerugian bagi semua pihak.
Secara lebih rinci dapat dijabarkan beberapa hikmah adanya khiyar dalam
Islam, antara lain:
1. Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsipprinsip
Islam, yaitu suka sama suka antara penjual dan pembeli.
2. Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan akad jual beli,
sehingga pembeli mendapat barang yang baik atau yang benar-benar
disukainya.
3. Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli, dan
mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan keadaan barangnya.
Menjelaskan keadaan barang seperti kualitas, warna, berat, dan yang lainnya
dengan tidak menyembunyikan barang yang cacat/aib.
4. Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun pembeli,
karena tidak ada kehati hatian dalam proses jual beli.
5. Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih kasih antar
sesama. Adapun ketidakjujuran atau kecurangan pada akhirnya akan beraibat
dengan penyesalan, dan penyesalan di salah satu pihak biasanya dapat
mengarah kepada kemarahan, kedengkian, dendam, dan akibat buruk lainnya.

D. Waktu Berkahirnya Khiyar Majlis


Pada asalnya, khiyar majelis berlangsung sampai saling berpisahnya kedua
orang yang melaksanakan akad. Akan tetapi, bisa jadi sebuah khiyar majelis berakhir
sebelum kedua orang tersebut saling berpisah, hal itu terjadi karena beberapa sebab
berikut:
Pertama: Memilih untuk menyetujui sebuah akad atau meneken kontrak
dengan kesepakatan akan tidak adanya hak khiyar. Berdasarkan sabda
Nabi shallallahu „alaihi wasallam,

5
ِ ‫اح ٍد منهما باخلِيا ِر علَى‬
‫ َّإَّل بَْي َع اخلِيا ِر‬،‫صاحبِ ِه ما ََلْ يَتَ َفَّرقا‬ ِ ‫عان ُك ُّل و‬
ِ ِ‫املتَباي‬
ُ
“Setiap dua orang yang melakukan transaksi jual beli, maka tidak ada
transaksi (yang melazimkan) di antara keduanya sampai keduanya berpisah, kecuali
jual beli dengan khiyar (penentuan pilihan dari awal).” (HR. Bukhari no. 2111 dan
Muslim no. 1531)
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
“Jika dua orang telah melakukan transaksi jual beli, maka salah satu dari
keduanya boleh melakukan khiyar selagi belum berpisah, atau keduanya boleh
melakukan khiyar (dari awal). Jika keduanya telah menyepakati khiyar tersebut,
maka jual beli telah sah. Ibnu Abu Umar menambahkan dalam riwayatnya, Nafi‟
mengatakan, „Apabila Ibnu Umar bertransaksi dengan seseorang, kemudian dia
tidak mau membatalkan transaksinya, maka berdiri dan berjalan pelan-pelan, lalu
kembali kepadanya.'” (HR. Muslim no. 1531)
Misalnya salah satu pihak yang melangsungkan akad mengatakan, “Aku rida
dengan akad transaksi ini dan aku membatalkan atau tidak memerlukan hak khiyar-
ku.” Lalu, pihak kedua menjawab, “Aku pun demikian.”
Bisa juga hal ini terjadi karena adanya persyaratan yang memang sudah
maklum terjadi di sebuah masyarakat, di mana mereka memang mempraktikkannya
dalam kehidupan jual beli sehari-hari mereka. Karena ada kaidah yang berbunyi,
“Sesuatu yang sudah menjadi urf (kebiasaan) (sebuah masyarakat), maka itu
layaknya persyaratan yang diakui.”
Kedua: Menggunakan dan memanfaatkan nilai tukar barang dengan bentuk
pemanfaatan khusus yang menunjukkan kepemilikan, seperti membeli sesuatu
dengannya atau memberikannya. Jika seorang penjual sudah terlanjur memanfaatkan
dan menggunakan uang tukar hasil jual beli yang ia lakukan, maka jual belinya
tersebut menjadi lazim, tidak ada lagi hak khiyar baginya.
Ketiga: Meninggalnya salah satu dari kedua pihak yang melangsungkan akad
menjadikan hak khiyar berakhir menurut mazhab Hanabilah. Hak khiyar ini tidak
dapat berpindah kepada ahli waris, karena kematian merupakan bentuk berpisah
yang paling nyata (antara penjual dan pembeli). Oleh karena itu, jika salah satu dari
keduanya meninggal dunia, akad yang mereka lakukan menjadi lazim.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khiyar majlis dimaknai sebagai hak pilih bagi para pihak yang melakukan
akad untuk melangsungkan atau membatalkan akad, selama keduanya masih berada
di tempat dan dalam kondisi belum berpisah.
Para ulama berbeda pendapat mengenai penetapan adanya khiyar majelis
menjadi dua pendapat: Pendapat pertama: ulama Syafi‟iyyah dan Hanabilah
Pendapat kedua: para ulama Hanafiyyah dan Malikiyyah.
Hikmah disyariatkannya khiyar (hak untuk memilih) dalam Islam sangat
banyak sekali dan bersifat menyeluruh dan jangka panjang.
Bahkan khiyar dalam bisnis Islami memiliki peranan yang sangat penting dan
strategis untuk menjaga kepentingan, transparansi, kemaslahatan, kerelaan kedua
belah pihak yang melakukan transaksi serta melindungi mereka dari bahaya dan
kerugian bagi semua pihak.
Pada asalnya, khiyar majelis berlangsung sampai saling berpisahnya kedua
orang yang melaksanakan akad. Akan tetapi, bisa jadi sebuah khiyar majelis berakhir
sebelum kedua orang tersebut saling berpisah, hal itu terjadi karena beberapa sebab

B. Saran
Pedagang hendaknya berlaku jujur kepada setiap pembeli. Apabila ada cacat
atau kerusakan maka jangan ditutup-tutupi. Sebab dengan jujur akan diberikan
keberkahan dalam kehidupan. Pembeli pun harus teliti dalam memilih barang yang
hendak dia beli. Pembeli sebaiknya jangan tergiur dengan harga yang murah tapi
perlu diketahui kualitasnya juga. Sebab harga yang murah belum tentu kualitasnya
tinggi.

7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/42290187/Makalah_Khiyar
https://alamisharia.co.id/kamus-keuangan-syariah/khiyar-
majlis/#:~:text=%E2%80%9CDari%20Amr%20bin%20Syu'aib,Tirmidzi%20d
an%20Nasa'i).
https://www.gramedia.com/literasi/khiyar-majlis-adalah/
Kitab Al-Madkhal Ilaa Fiqhi Al-Muaamalaat Al-Maaliyyah karya Prof. Dr.
Muhammad Utsman Syubair dengan beberapa penyesuaian.
M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta : Fajar Interpratama,
2003.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta:Fajar Interpratama,2002.
Rahmawati, A.L. 2019. Bentuk Khiyar Dalam Jual Beli Di Pasar Bandarjo Ungaran
Dalam Perspektif Hukum Islam. http://e-
repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5213/1/SKRIPSI%20FIX.pdf

Anda mungkin juga menyukai