Anda di halaman 1dari 11

BAGI HASIL

(MUDHARABAH)

Di susun oleh :

Kelompok 7

SAID RAFLI RIDHA (180603187)

HERY RIDWAN (180603090)

MUHAMMAD IKBAL (180603087)

Dosen : CUT KASLINDA S.H.I., M.Ag.

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR RANIRY

BANDA ACEH 2019


1 KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang atas limpahan rahmat, karunia dan taufik-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang Bagi Hasil( Mudharabah) ini dapat
diselesaikan.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Cut Kaslinda
S.H.I., M.Ag selaku dosen pembimbing kami yang telah berkenan mengizinkan pembuatan
makalah ini. Selain itu, ucapan terimakasih juga kami tujukan kepada kedua orang tua dan
teman-teman kami yang telah memberikan doa, dorongan, serta bantuan kepada kami sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan.

Penyusunan makalah ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan tetapi kami sangat
berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca. kami juga menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan baik dari segi penulisan
maupun dari segi konteksnya.

Oleh karena itu kami sangat berharap akan masukan berupa kritik dan saran yang
mungkin bisa membantu penulis dalam penyusunan makalah selanjutnya sehingga menjadi lebih
baik.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Banda Aceh, Oktober 2019

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4


BAB IIPEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A.Pengertian Mudharabah ........................................................................................................................ 5
B. Dasar Hukum Mudhrabah .................................................................................................................... 6
C. Rukun,Jenis Dan Syarat Mudharabah .................................................................................................. 6
Jenis Mudharabah ..................................................................................................................................... 7
Sifat Mudharabah ...................................................................................................................................... 7
Syarat Mudharabah ................................................................................................................................... 8
D. Biaya Pengelolaan Mudharabah........................................................................................................... 8
E. Aplikasi Produk Mudharabah Dalam Lembaga Keuangan Syariah ..................................................... 8
F. Berakhirnya Akad Mudharabah ............................................................................................................ 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................................... 10
Kesimpulan ............................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................11

3
2 BAB I
3 PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat duniawi maupun
ukhrowi tidak lepas dari pada tujuan (maqasyid) dari apa yang akan ia peroleh selepas aktifitas
tersebut, dengan berbagai macam perbedaan sudut pandang manusia itu sendiri terhadap esensi
dari apa yang hendak ia peroleh, maka tidak jarang dan sangat tidak menutup kemungkinan
sekali proses untuk menuju pada tujuan maqosyidnya pun berwarna-warni.

Salah satu contoh dalam aktifitas sosial-ekonomi, banyak dari manusia sendiri yang
terjebak dalam hal ini, lebih mengedepankan pada pemenenuhan hak pribadi dan mengabaikan
hak-hak orang lain baik hak itu berupa individu ataupun masyarakat umum. Akan tetapi Islam
sebuah agama yang rahmatan lil-alamin mengatur seluruh tatanan kehidupan manusia, sehingga
norma-norma yang diberlakukan islam dapat memberikan solusi sebuah keadilan dan kejujuran
dalam hal pencapaian manusia pada tujuan daripada aktifitasnya itu, sehingga tidak akan terjadi
ketimpangan sosial antara mereka.

Maka tidak jarang diantara kita yang acap kali menemukan ayat dalam kitab suci Al-
Qur'an yang mendorong perdagangan dan perniagaan, dan Islam sanggat jelas sekali menyatakan
sikap bahwa tidak boleh ada hambatan bagi perdagangan dan bisnis yang jujur dan halal, agar
setiap orang memperoleh penghasilan, menafkahi keluarga, dan memberikan sedekah kepada
mereka yang kurang beruntung. Melihat pada bahasan singkat diatas penulis berminat untuk
membahasa lebih lanjut tentang konsep transaksi Mudharabah.
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
(shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal.

4
4 BAB II
5 PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah
Secara etimologis, mudharabah berasal dari kata dharaba – yadhribu – dharban yang
artinya memukul. Dengan ditambahnya alif pada dho’, maka kata ini memiliki konotasi “saling
memukul” yang berarti mengandung subjek lebih dari satu orang. Para fukoha memandang
mudharabah dari akar kata ini dengan merujuk kepada pemakaiannya dalam al-Qur’an yang
selalu disambung dengan kata depan “fi” kemudian dihubungkan dengan “al-ardh” yang
memiliki pengertian berjalan di muka bumi.
Mudharabah merupakan bahasa yang biasa dipakai oleh penduduk Irak sedangkan
penduduk Hijaz lebih suka menggunakan kata “qirodh” untuk merujuk pola perniagaan yang
sama. Mereka menamakan qiradh yang berarti memotong karena si pemilik modal memotong
dari sebagian hartanya untuk diniagakan dan memberikan sebagian dari labanya.
Kadang-kadang juga dinamakan dengan muqaradhah yang berarti sama-sama memiliki
hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan modalnya sementara
pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi keuntungan. Dalam istilah fikih
muamalah, mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan di mana si pemilik modal menyetorkan
modalnya kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan dengan keuntungan akan dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan kerugian, jika ada, akan
ditanggung oleh si pemilik modal. Para ulama sepakat bahwa landasan syariah mudharabah
dapat ditemukan dalam al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ dan qiyas.1

1
http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/

5
B. Dasar Hukum Mudhrabah
 Dasar Hukum Mudharabah
1) Al-Qur’an
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu dimuka bumi dan
carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan).”
(QS 2:198).
2) As-Sunnah
Dari shalih bin suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: Jual beli secara tanngguh, muqaradhah
(mudharabah) dan mencampur adukan dengan tepung untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
3) Ijma
Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa jemaah dari
sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah, perbuatan tersebut
tidak ditentang oleh sahabat lainnya.
4) Qiyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang untuk
mengelola kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada pula yang kaya,
disuatu sisi lain banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya, di
sisi lain tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal.
Dengan demikian adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi
kebutuhan kedua golongan diatas, yakni untuk kemashalatan manusia dalam
rangka memenuhi kebutuhan mereka.

C. Rukun,Jenis Dan Syarat Mudharabah


 Rukun Mudharabah
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun mudharabah adalah ijab dan qobul,
yakni lafad yang menunjukan ijab danqabul dengan menggunakan mudharabah,
muqaridhah, muamalah, atau kata-kata yang searti dengannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga, yaitu dua orang
melakukan akad (al-aqidani), modal (ma’qud alaih), dan shiqad (ijab dan qabul),
sedangkan ulama syafi’iyah lebih merinci lagi menjadi lima rukun yaitu: modal,
pekerjaan, laba, shighat, dan dua orang yang akad, Atau secara umum terbagi menjadi 5
Rukun Mudharabah, yaitu:

6
1. Pemilik Modal Maupun Pelaksana Usaha
Pada dasarnya rukun akad mudharabah serupa dengan rukun jual beli. Perbedaannya
terletak pada adanya nisbah keuntungan. Akad mudharabah terjadi karena ada
kesepakatan antara dua pihak, yaitu pihak pemilik modal dengan pihak penanam modal.
Jika tidak ada dua pihak ini, maka akad mudharabah tidak dapat terlaksana.
2. Modal dan Kerja atau Objek Mudharabah
Rukun selanjutnya objek dari mudharabah itu sendiri yaitu modal dan pengelolaannya itu
sendiri. Pemilik modal yang akan menyerahkan modalnya. Sedangkan pihak pengelola
dana yang akan menjalankan bisnis bersama ini.
3. Ijab Kabul atau Persetujuan Kedua Belah Pihak
Kedua belah pihak, baik pihak penanam modal maupun pihak yang mengelola harus
setuju akan usaha bersama yang mereka lakukan tanpa adanya paksaan. Pemilik modal
bertanggung jawab dengan penanaman modalnya dan pengelola dana bertanggung jawab
untuk bekerja menjalankan usaha mereka.
4. Nisbah Keuntungan
Nisbah merupakan rukun yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah merupakan ciri
khas dari akad mudharabah. Kegunaan nisbah adalah untuk menunjukkan tingkat imbalan
yang diterima oleh pihak-pihak yang terlibat dalam akad mudharabah. Pemilik modal
mendapat imbalan atas penanaman modalnya dan pengelola dana mendapat imbalan atas
kinerjanya menjalankan usaha. Dengan nisbah atau pembagian keuntungan ini, maka
perselihan diantara pihak-pihak yang terikat menjadi dapat dihindari.

 Jenis Mudharabah
Jenis Mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu: mudharabah Muthalaqoh,
Mudharabah Muqayyadah, dan Mudharabah Musytarakah.
1. Mudharabah Muthalaqoh adalah mudharabah di mana pemilik dananya memberikan
kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelola investasinya. Dan mudharabah ini
disebut juga investasi tidak terikat.
2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan
batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, atau objek investasi
atau sektor usaha.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana menyerahkan
modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

 Sifat Mudharabah
Ulama fiqih sepakat bahwa akad dalam mudharabah sebelum dijalankan oleh pekerja
termaksud akad yang tidak lazim. Apabila sudah dijalankan oleh pekerja, diantara ulama
terdapat perbedaan pendapat, ada yang berpendapat termaksud akad yang lazim, yakni
dapat diwariskan seperti pendapat imam malik, sedangkan menurut ulama syafi’iyah,
malikiyah dan hanabilah akad tersebut tidak lazim, yakni tidak dapat diwariskan.

7
 Syarat Mudharabah
Agar akad mudharabah dapat dilakukan, maka perlu dipenuhi beberapa syarat berikut ini:

1. Adanya pemilik modal dan pengelola dana yang sudah balig dan berakal sehat.
2. Adanya modal yang diserahkan dalam bentuk yang jelas bukan utang. Modal dapat
berupa uang tunai atau aset lainnya.
3. Terjadi ijab dan kabul yang menunjukkan persetujuan kedua belah pihak antara yang
menanam modal dengan yang mengelola.
4. Nisbah yang dibuat oleh kedua belah pihak harus dengan pembagian yang adil dan
jelas, jika dikemudian hari ada perubahan nisbah, maka harus dengan persetujuan
kedua belah pihak terlebih dulu.
5. Masing-masing pihak memenuhi persyaratan kecakapan wakalah.

D. Biaya Pengelolaan Mudharabah


Biaya bagi mudharib diambil dari hartanya sendiri selama ia tinggal di lingkungan
(daerahnya) sendiri, demikian juga bila ia mengadakan perjalanan untuk kepentingan
mudharabah. Bila biaya mudharabah diambil dari keuntungan, kemungkinan pemilik harta
(modal) tidak akan memperoleh bagian dari keuntungan kerana mungkin saja biaya tersebut
sama besar atau bahkan lebih besar dari pada keuntungan.

Namun jika pemilik modal mengizinkan pengelola untuk membelanjakan modal


mudharabah guna keperluan dirinya ditengah perjalanan atau karena penggunaan tersebut sudah
menjadi kebiasaan, maka ia boleh menggunakan modal mudharabah. Imam malik berpendapat
bahwa biaya-biaya baru boleh dibebankan kepada modal, apabila modalnya cukup besar
sehingga masih memungkinkan mendatangkan keuntunga-keuntungan.

Kiranya dapat dipahami bahwa biaya pengelolaan mudharabah pada dasarnya dibebankan
kepada pemilik modal, namun tidak masalah biaya diambil dari keuntungan apabila pemilik
modal mengizinkan atau berlaku menurut kebiasaan. Menurut Imam Malik; menggunakan modal
pun boleh apabila modalnya besar sehingga memungkinkan memperoleh keuntungan berikutnya.

E. Aplikasi Produk Mudharabah Dalam Lembaga Keuangan Syariah


Dalam bank syariah, mudharabah diterapkan terhadap produk funding dan financing. Pada sisi
funding , mudharabah diterapkan pada :

 Tabungan, baik tabungan biasa maupun tabungan berjangka waktu, seperti tabungan haji
dan kurban. Produk penghimpunan dana ini didsarkan kepada Fatwa Dewan Syariah
Nasional No : 02/DSN -- MUI/IV/2000 tentang tabungan. Dalam fatwa ini , yang
dimaksud dengan tabungan adalah simpanan dana yang penarikannya hanya dapar
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

8
 Deposito, baik deposito biasa maupun deposito spesial (special investment) dimana dana
yang dititipkan pada bank khusus untuk bisnis tertentu. Produk ini didasarkan kepada
Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito. Pada
Fatwa ini, yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan dana berjangka yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank.
 Akad mudharabah pada sisi funding ini, yang bertindak sbagai shahibul mal adalah
nasabah yang menyalurkan dananya kepada bank. Sementara itu, yang bertindak sebagai
mudharib atau pengelola dana adalah bank syariah. Dalam kapasitasnya sebagai
mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan
pihak lain.
 Sementara itu, pada sisi financing, mudharabah pada perbankan syariah diterapkan untuk
pembiayaan mudharabah, baik pembiayaan modal kerja, maupun investasi khusus
(mudharabah muqqayah). Produk pembiayaan mudharabah ini didasarkan kepada Fatwa
Dewan Syariah Nasional No : 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah
(Qiradh). Berdasarkan fatwa ini pihak LKS dapat menyalurkan dananya kepada pihak
lain dengan cara mudharabah , yaitu akad kerjasama suatu usaha antara suatu usaha
antara dua belah pihak lain dengan pihak pertama ( Shahib-mal/bank) menyediakan
seluruh modal, sedang pihak kedua (mudharib/nasabah) bertindak selaku pengelola dan
keuntungan usaha dibagi antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak.

Sesuai dengan prinsip mudharabah, LKS sebagai penyedia dana menanggung semua
kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. Begitu juga dengan jaminan. Begitu juga dengan
jaminan, dalam pembiayaan mudharabah pada prinsipnya tidak ada jaminan.

Namun, agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaimnan dari
mudharib. Jaminan ini dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

Mudharabah secara fiqh yang dikenal dengan mudharabah klasik dipandang oleh perbankan
syariah sebagai investasi yang beresiko tinggi, karena dana yang disalurkan 100% dari pihak
bank kepada nasabah. Mudharabah seperti ini sulit diterapkan bank syariah kepada nasabah
secara individu. Oleh karena itu, bank syariah lebih cenderung menyalurkan danya kepada
lembaga keuangan mikro seperti BMT dan KOPERASI.

F. Berakhirnya Akad Mudharabah


Akad mudharabah bisa berakhir jika : Dalam hal mudharabah tersebut, dibatasi waktunya atau
diberikan waktu jelasnya. Jika salah satu pihak meninggal dunia atau mengalami hilang akal.
Sehingga dianggap sebagai hilangnya kesepakatan.

9
6 BAB III
7 PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha.
Oleh sebab itu, akad mudharabah merupakan suatu transaksi pembiayaan atau investasi
yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Hal ini disebabkan
bahwa laba dibagi atas dasar nishab bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak,
sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh
pengelola dana.
Tedapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh jenis akad mudharabah tersbut
harus memenuhi rukun dan ketentuan syari’ah yang mengacu pada Al-Qur’an, As-Sunah, Ijma,
dan Qiyas.
Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama semacam mudharabah hingga jaman
sekarang ini, di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang menyalahkannya. Ini
merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara ini sudah digunakan bangsa Quraisy
secara turun-temurun, dari zaman jahiliyah hingga zaman Nabi, kemudian beliau mengetahui,
melakukan dan tidak mengingkarinya.
“Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan riba...(Q.S.Al-Baqarah:275)
“Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah” (QS.Al
Mujammil:20)
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”.
(QS.Al Baqarah: 19

10
8 DAFTAR PUSTAKA

Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia

http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/

http://www.canboyz.co.cc/2010/02/makalah-mudharabah.html

11

Anda mungkin juga menyukai