Hormat kami
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan syariah mengalami perkembangan yang pesat melalui berbagai produk
pembiayaan. Produk dimaksud, diantaranya: murabahan, mudharabah, musyarakah, ijarah, dan
sebagainya. Makalah ini akan menguraikan pembiayaan mudharabah dan Musyarakah. Makalah
dimaksud sebagai bahan diskusi berkenaan aplikasi dalam dunia aktivitas sosial dalam masyarakat
Indonesia. Hal dimaksud, diuraikan sebagai berikut
Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan. Secara lebih
spesifik, pengertian memukul atau berjalan adalah tindakan menendang kaki seseorang saat sedang
menjalankan bisnis. Sedangkan dalam Mudharabah pihak pertama (pemilik dana) menyediakan
seluruh dana, pihak kedua (pengelola dana) bertindak sebagai pengelola, keuntungan usaha
dibagikan sesuai akad antara mereka, sedangkan pembiayaan dibuat, itu adalah perjanjian
kerjasama bisnis antara dua pihak. Kerugian hanya ditanggung bersama dengan ditanggung oleh
pengelola dana.
Menurut Syafi'i Antonio, Mudharabah adalah akad kerjasama bisnis antara dua pihak, dimana
pihak pertama (Shahibul Maal) menyediakan seluruh modal (100%) dan pihak lainnya menjadi
pengurus. Keuntungan usaha dalam Mudharabah akan dibagikan sesuai kesepakatan dalam akad,
tetapi kerugian ditanggung oleh pemilik modal, kecuali kerugian itu karena kelalaian pengelola.
Apabila kerugian tersebut disebabkan oleh penipuan atau kelalaian pengurus, maka pengurus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Musyarakah
Secara bahasa Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al- ikhtilath (campuran)
atau gabungan dua hal atau lebih, sehingga sulit untuk membedakannya. Seperti asosiasi hak milik
atau asosiasi bisnis. Secara etimologis, musyarakah adalah penggabungan, percampuran atau
serikat. Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam bahasa Inggris disebut partnership.
Secara fiqih, dalam kitabnya, as-Sailul Jarrar III: 246 dan 248, Imam Asy-Syaukani menulis sebagai
berikut, “(Syirkah syar’iyah) terwujud (terealisasi) atas dasar sama-sama ridha di antara dua orang
atau lebih, yang masing-masing dari mereka mengeluarkan modal dalam ukuran yang tertentu.
Modal bersama tersebut selanjutnya akan dikelola secara menguntungkan dengan syarat masing-
masing mendapat keuntungan sesuai dengan besarnya saham yang diserahkan kepada silka tersebut.
Tetapi jika semua orang setuju dan senang, keuntungan akan dibagi rata di antara mereka, meskipun
jumlah modalnya tidak sama. Dalam hal itu, meskipun beberapa saham kecil dan lainnya besar
secara angka. hal itu dapat diterima. Tidak ada yang salah di mata syariah, karena bisnis yang
terpenting adalah berlandaskan keceriaan, toleransi, dan keterbukaan.
Musyarakah adalah akad kerjasama yang dilakukan antara pemegang modal (mitra musyarakah)
untuk menggabungkan modalnya untuk melakukan usaha secara kemitraan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah adalah :
1. Apa pengertian mudharabah dan bagai mana mekanismenya ?
2. Apa pengertian musyarakah pada Bagai mana implementasinya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Mudharabah
a. Mudharabah Mutlaqah Mudharabah Mutlaqah
yaitu pemilik modal shahibul maal memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola
mudharib untuk mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan
menguntungkan. namun pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sesuai
dengan praktik kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf ) Misalnya Mudharib membuka warung
Tegal dan bisa juga membuka warung padang atau usaha lainnya
b.Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah
yaitu pemilik modal shahibul maal menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola
dalam penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya.
Misalnya Mudharib membuka usaha warung Tegal berdasarkan kemauan pemilik modal shahibul
maal Hal itu berarti tidak bisa membuka warung padang
2.2 Karakteristik Mudharabah
Karakteristik Mudharabah berdasarkan prinsip berbagi hasil dan berbagi risiko dikemukakan
sebagai berikut :
A. Keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya pada pelaksanaan
akad
B. Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh
imbalan atas usaha yang telah dilakukan.
C. Pemilik dana tidak diperbolehkan mencampuri pengelolaan bisnis sehari#hari. Hal dimaksud,
dikemukakan contoh Praktik Mudharabah dalam Perbankan Syariah
c. Literatur Fiqh
Di dalam kitab – kitab fiqh Syafi’iyah (madzhab Syafi’i) tidak ditemukan istilah
mudharabah. Istilah mudharabah ini dipakai oleh madzhab Hanafi, Hambali& dan Zaydi (syi’ah),
sedang dalam madzhab Maliki dan As-Syafi’I dipakai istilah Qiradh.
Menurut para ulama fiqh perbedaan itu terletak dalam hal kebiasaan penyebutan dari tiap - tiap
daerah Islam. Jadi tidak di salahkan bahwa waktu pertama didirikan Bank Islam di Indonesia
banyak masyarakat dan ulama yang menentang dan ragu di karenakan pengetahuan mereka dalam
bidang fiqh muamalah kurang menguasai dan di binggungkan dengan istilah dan dogma fanatic
madzhab yaitu mayoritas Muslim Indonesia yang mereka ketahui hukum Islam adalah fiqh
Syafi’iyyah
Keraguan dan penentangan masyarakat dan ulama atau fuqaha ( ahli hukum) sebenarnya
telah terjadi masa - masa eksperimen awal untuk perbankan Islam berlangsung di Melayu pada
pertengahan tahun 1940 an, di Pakistan pada akhir 1950 an, melaui Jama’at Islami pada 1969,
Egypt’s Mit Ghamr Saving Bank (1963-1967) dan Nasser social Bank (1997 ) satu-satunya institusi
Islam yang bertahan pada periode awal ini adalah Nasser Social Bank (Mesir) dan Tabungan Haji
( ( Malasyia ) ,Hukum Mudharabah adalah boleh ( ja’iz ) menurut ijma (consensus). Ja’iz adalah
ukuran penilaian bagi perbuatan dalam kehidupan kesusilaan ( akhlak atau moral ) pribadi. Kalau
mengenai benda misalnya makanan di sebut halal (bukan ja’iz) Mudharabah oleh ijma’ dihukumi
boleh atau jaiz karena berdasar pada kaidah Fiqh Al Masyaqqoh tajlibu at Taisir artinya Kesulitan
akan mendorong kemudahan, Lafadz masyaqqah secara bahasa berarti sulit, berat,dan yang searti
dengannya. /alam bahasa Arab,ketika dikatakan syaqqa alayhi al-syai berarti ada sesuatu yang telah
memberatkan seseorang. di dalam al Qur’an terdapat lafadz yang berasal dari akar yang sama
dengan masyaqqah yakni syiqq al-anfus, sebagaimana terdapat dalam surat al- Nahl ayat 7 Seperti
halnya musaqah qiradl (mudharabah )juga tetap di perbolehkan,walaupun mengandung gharar,
karena adanya hajat atau kebutuhan umum masyarakat yang sudah mendekati kadar darurat.
Gharar adalah sesuatu yang masih kabur atau tidak jelas akibatnya namun biasanya menimbulkan
kerugian.
d. Dewan Syari'ah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas SYari'ah (DPS)
Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/V/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah ( Qiradh). Dewan
syari2ah Nasional secara resmi didirikan sebagai lembaga syari’ah yang bertugas mengayomi dan
mengawasi operasional aktivitas perekonomian Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS). Selain itu juga
untuk menampung berbagai masalah / kasus yang memerlukan fatwa agar diperoleh kesamaan
dalam penangganannya oleh masing - masing LKS. DSN sebagai sebuah lembaga yang di bentuk
oleh MUI secara struktural berada di bawah MUI. Sementara kelembagaan DSN sendiri belum
secara tegas diatur dalam peraturan perundang-undangan
A. Syarat Musyarakah
Adapun yang menjadi syarat syirkah adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada bentuk khusus kontrak, berakad dianggap sah jika diucapkan secara verbal/tertulis,
kontrak dicatat dalam tulisan dan disaksikan.
b. Mitra harus kompeten dalam memberikan/diberikan kekuasaan perwalian.
c. Modal harus uang tunai, emas, perak yang nilainya sama, dapat terdiri dari asset perdagangan,
hak yang tidak terlihat (misalnya lisensi, hak paten dan sebagainya).
d. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan adalah sebuah hukum dasar dan tidak diperbolehkan bagi
salah satu dari mereka untuk mencantumkan tidak ikut sertanya mitra lainnya. Namun porsi
melaksanakan pekerjaan tidak perlu harus sama, demikian pula dengan bagian keuntungan yang
diterima.6
B. Rukun Musyarakah
Musyarakah memiliki beberapa rukun, antara lain:
a. Ijab-qabul (sighat)
Adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertransaksi.
b. Dua pihak yang berakad (‘aqidani) dan memiliki kecakapan melakukan pengelolaan harta.
c. Objek aqad (mahal), yang disebut juga ma’qud alaihi, yang mencakup modal atau pekerjaan.
d. Nisbah bagi hasil.
C. Macam-macam Musyarakah
Secara garis besar syirkah terbagi kepada dua bagian:
Syirkah Al-Amlak
Syirkah Al-„Uqud
1. Syirkah Al-Amlak
Syirkah al-amlak (syirkah milik) adalah ibarat dua orang atau lebih memilikkan suatu benda kepada
yang lain tanpa ada akad syirkah. Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa syirkah milik adalah
suatu syirkah dimana dua orang atau lebih bersama-sama memiliki suatu barang tanpa melakukan
akad syirkah. Contoh, dua orang diberi hibah ssebuah rumah. Dalam contoh ini rumah tersebut
dimiliki oleeh dua orang melalui hibah, tanpa akad syirkah antara dua orang yang diberi hibah
tersebut.
b. Saat Penyerahan Investasi Mudharabah Misalkan pada tanggal 10 Juli 2010, BSS mencairkan
pembiayaan sebesar Rp 1.450.000.000,- untuk investasi mudharabah.
c. Saat Penerimaan Bagi Hasil Mudharabah Tabel di bawah ini adalah laba bruto PT ASA selama
10 bulan yang dilaporkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahsan yang telah di jelaskan dapat menyimpulkan bahwa:
1. Implementasi pembiayaan pada akad mudharabah pada segi akadnya telah terealisasi sesuai
dengan landasan hukum syariah dengan kesepakatan bersama suka sama suka, namun ketentuan
bagi hasil dan kerugian tidak sesuai dengan hukum syariah.
2. Implementasi pembiayaan pada akad musyarakah telah sesusai dengan hukum islam dari segi
akadnya, namun belum seutuhnya menerapkan konsep syariah.
Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yakni:
a. Jumlah taksiran nilai atas keuntungan yang didapatkan oleh nasabah telah ditetapkan di awal.
b. Kerugian yang terjadi tidak ditanggung secara bersama melainkan di tanggung oleh nassabah
secara menyeluruh.
c. Sifat maishir, gharar, dan riba masih tertanan di dalamnya.