Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SYIRKAH, MUDHARABAH, MUSAQAH, MUZARA’AH, DAN


MUKHABARAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih


Dosen Pengampu : Dr.Abd. Rahman R, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Anggota:

1. Hikmah Juhuria : 40400121055


2. Nur Rezki Ramadhani : 40400121056
3. Anugrah Tullah : 40400121057

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang syafa’atnya
kita nantikan.

Penulisan makalah yang berjudul “Syirkah, Mudharabah, Musaqah, Muzara’ah, dan


Mukhabarah” ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan serta doa dari banyak pihak.
Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak. Selain
itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan pemahaman baru setelah membaca
makalah kami ini.

Kami menyadari makalah kami ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan yang terdapat pada makalah kami ini, kami
meminta maaf sebesar-besarnya karena pada dasarnya manusia tidak luput dari kesalahan.

Samata, 9 April 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. SYIRKAH
1. Pengertian Syirkah ........................................................................................... 2
2. Macam-macam Syirkah ................................................................................... 3
3. Rukun-rukun dan syarat-syarat Syirkah ....................................................... 4
B. MUDHARABAH
1. Pengertian Mudharabah .................................................................................. 4
2. Macam-macam Mudharabah ........................................................................... 5
3. Rukun-rukun dan syarat-syarat Mudharabah ............................................... 5
C. MUSAQAH
1. Pengertian Musaqah .......................................................................................... 6
2. Macam-macam Musaqah .................................................................................. 7
3. Rukun-rukun dan syarat-syarat Musaqah ...................................................... 7
D. MUZARA’AH
1. Pengertian Muzara’ah ....................................................................................... 8
2. Macam-macam Muzara’ah ............................................................................... 9
3. Rukun-rukun dan syarat-syarat Muzara’ah................................................... 9
E. MUKHABARAH
1. Pengertian Mukhabarah ................................................................................... 10
2. Macam-macam Mukhabarah ........................................................................... 10
3. Rukun-rukun dan syarat-syarat Mukhabarah ............................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga
terkadang ia tidak dapat memenuhinya secara pribadi dan harus berhubungan dengan orang
lain. Hubungan seseorang dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan harus memiliki
aturan-aturan yang memaknai hak dan kewajibannya berdasarkan suatu kesepakatan.
Hubungan ini adalah fitrah yang ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu, sudah menjadi
kebutuhan sosial sejak manusia mulai memahami arti hak milik. Islam, sebagai agama
universal yang komprehensif, memberikan aturan yang cukup jelas dalam perjanjian untuk
dilaksanakan setiap saat.
Pada makalah kali ini, kami akan mencoba membahas tentang muamalah dalam Islam.
Contohnya Syirkah, Mudharabah, Musaqah, Muzara'ah dan Mukhabarah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Syirkah, Mudharabah, Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah?
2. Apa saja macam-macam dari Syirkah, Mudharabah, Musaqah, Muzara’ah dan
Mukhabarah?
3. Jelaskan rukun-rukun dan syarat-syarat Syirkah, Mudharabah, Musaqah, Muzara’ah
dan Mukhabarah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Syirkah, Mudharabah, Musaqah, Muzara’ah dan
Mukhabarah
2. Untuk mengetahui macam-macam dari Syirkah, Mudharabah, Musaqah, Muzara’ah
dan Mukhabarah
3. Untuk mengetahui rukun-rukun dan syarat-syarat dari Syirkah, Mudharabah,
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. SYIRKAH
1. Pengertian Syirkah
Secara etimologi, syirkah atau perkongsian yaitu bercampurnya salah satu dari dua
harta dengan harta lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanya. Sedangkan secara
terminologi, menurut Malikiyah, perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf)
harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya saling
mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik keduanya, namun
masing-masing hak untuk bertasharruf.
Syirkah menurut bahasa berarti al-ikhtilath yang artinya campur atau pencampuran.
Demikian dinyatakan oleh Taqiyuddin. Maksud percampuran di sini ialah seseorang
mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.
Menurut istilah, yang dimaksud dengan syirkah, para fuqaha berbeda pendapat sebagai
berikut.
a. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan syirkah ialah :
ِ ‫ع ْق ٌد بَ ْينَ ا ْل ُمت َشا َ ِر َك ْينَ فِي َراْ ِس ا ْلما َ ِل َوا ْل َرب‬
‫ْح‬ َ
“Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan”
b. Menurut Muhammad al-Syarbini al-Khatib, yang dimaksud dengan syirkah ialah :
‫ثبو ت الحق ال ثنيني فا كثر علي جهة الشيوع‬
“Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebihdengan cara yang masyhur
(diketahui).”
c. Idris Ahmed mengatakan bahwa Siraka sendiri adalah perusahaan perdagangan, yaitu.
dua orang atau lebih yang mengadakan kerjasama dalam perdagangan dengan saling
memberi modal, karena keuntungan dan kerugian dihitung menurut besarnya modal
mereka.
Mengetahui definisi perusahaan menurut para ilmuwan, dapat dipahami bahwa
perusahaan berarti kerjasama antara dua orang atau lebih dalam pekerjaan, keuntungan dan
kerugian dibagi.

2
2. Macam-macam Syirkah
Para ulama fiqh membagi syirkah menjadi dua macam, yaitu:
1. Syihrak Amlak
Syirkah amlak adalah dua orang atau lebih yang memiliki barang tanpa adanya
akad.Syirkah ini ada dua macam yaitu:
a. Syirkah Sukarela (ikhtiyar)
Yang muncul karena adanya kontrak dari dua orang yang bersekutu.
b. Syirkah Paksaan (Ijbar)
Yang ditetapkan kepada dua orang atau lebih yang bukan didasarkan atas perbuatan
keduannya.Seperti dua orang mewariskan sesuatu maka yang diberi waris menjadi sekutu
baginya.
2. Syirkah al-Uqud
Merupakan bentuk transaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk bersekutu
dalam harta dan keuntungannya.
Menurut ulama Hanabilah, dibagi menjadi lima, yaitu:
a. Syirkah ‘inan
Persekutuan antara dua orang yang memiliki real estat untuk berdagang bersama dan
berbagi keuntungan atau kerugian.
b. Syirkah muwafidhah
Transaksi dua orang atau lebih untuk berserikat dengan syarat memiliki kesamaan dalam
jumlah modal, penentuan keuntungan, pengolahan, serta agama yang dianut.
c. Syirkah abdan
Persekutuan dua orang untuk menerima suatu pekerjaan yang akan dikerjakan secara
bersama-sama. Keuntungan dibagi dengan menetapkan persyaratan tertentu.
d. Syirkah wujuh
Bersekutunya dua pemimpin dalam pandangan masyarakat tanpa modal, untuk membeli
barang secara tidak kontan dan menjualnya secara kontan, dan keuntungan dibagi denhgan
syarat tertentu.
e. Syirkah mudharabah.
kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (sohibul maal) sebagai penyedia
modal, sedangkan pihak yang lainya menjadi pengelola (mudharib).

3
3. Rukun-rukun dan Syarat-Syarat Syirkah
Rukun syirkah diperselisihkan oleh para ulama, menurut ulama Hanafiyah bahwa
rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan kabul sebab ijab dan kabul (akad) yang menentukan
adanya syirkah. Adapun yang lain seperti dua orang atau pihak yang berakad dan harta
berada di luar pembahasan akad seperti terdahulu dalam akad jual beli.
Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut Malikiyah syarat-syarat yang
bertalian dengan orang yang melakukan akad ialah merdeka, baligh dan pintar (rusyd).
Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut Hanafiyah menjadi empat
bagian berikut ini :
1. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirksh baik dengan harta maupun
yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat, yaitu
a) yang berkenaan dengan benda diakadkan adalah harus dapat diterima sebagai
perwakilan,
b) yang berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian keuntungan harus jelas dan
dapat diketahui dua pihak.
2. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta), ada dua perkara yaitu, yaitu
a) bahwa modal yang dijadikan ojek adalah dari alat pembayaran, seperyi riyal, dan
rupiyah,
b) yang dijadikan modal ada ketika akad syirkah dilakukan.
3. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mufawadhah, bahwa disyaratkan
a) modal harus sama,
b) bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syirkah umum, yakni pada semua
macam jual beli atau perdagangan.
4. Adapun yang bertalian dengan syirkah inan sama dengan syarat syirkah
mufawadhah.
Syafi’iyah berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya hanyalah syirkah inan,
sedangkan syirkah yang lainnya batal.

B. MUDHARABAH
1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata al-dharb yang berarti secara harfiah berpergian atau
berjalan. Selain al-dharb, disebut juga qiradh yang berasal dari al-qardhu, berarti al-qath’u
(potongan) karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh sebagian keuntungannya.

4
Sedangkan menurut istilah, Sayid Sabiq menjelaskan bahwa mudharabah berarti
kesepakatan antara dua pihak untuk bekerja sama dalam bisnis, di mana satu pihak
memberikan uang kepada pihak lain sebagai modal komersial, dan keuntungan dari bisnis
akan dibagi di antara mereka.Sesuai dengan kontrak yang disepakati.
Menurut istilah dikemukakan oleh para ulama sebagai berikut:
1. Menurut Hanafiyah
Akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik harta dan pihak lain pemilik jasa.
2. Malikiyah
Akad perwakilan, dimana pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain
untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang ditentukan (mas dan perak)
3. Imam Hanabilah
Ibarat pemilik harta menyerahkan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang
yang berdagang dengan bagiandari keuntungan yang diketahui.
4. Ulama Syafi’iyah
Akad yang menentukan seseorang menyerahkan hartanya kepada yang lain untuk
ditijarahkan.
Mengetahui beberapa definisi, maka dapat dipahami bahwa mudharabah adalah suatu
perjanjian antara pemilik modal dengan pengelola modal, dengan ketentuan kedua belah
pihak memperoleh keuntungan sesuai dengan besaran yang diperjanjikan.
2. Macam-macam mudharabah
Mudharabah ada dua macam, yaitu:
a. Mudharabah mutlak : penyerahan modal seseorang kepada pengusaha tanpa memberikan
batasan.
b. Mudharabah muqayyad : penyerahan modal seseorang kepada pengusaha dengan
memberikan batasan.
3. Rukun dan Syarat Mudharabah
Menurut ulama Syafi’iyah, rukun-rukun qiradh ada enam, yaitu:
1. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya
2. Orang yang bekerja atau mengelola barang yang diterima dari pemilik barang
3. Akad mudharabah dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang
4. Harta pokok/modal
5. Pekerjaan pengelola harta sehinga menghasilkan laba
6. Keuntungan

5
Menurut Sayyid Sabiq, rukun mudharabah adalah ijab dan kabul yang keluar dari
orang yang memiliki keahlian.
Syarat sah mudharabah berhubungan dengan rukun-rukun mudharabah itu sendiri.
Syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:
a) Modal yang diserahkan tunai, apabila barang itu berbentuk mas, perak batangan, mas
hiasan atau barang dagangan lainnya mudharabah tersebut batal.
b) Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan tasharruf.
c) Modal harus diketahui dengan jelas.
d) Keuntungan harus jelas.
e) Melafazkan ijab dari pemilik modal.
f) Mudharabah bersifat mutlak. Pemilik modal tidak mengikat.

C. MUSAQAH
1. Pengertian Musaqah
Al musaqah berasal dari kata as saqa. Diberi nama ini karena pepohonan penduduk Hijaz
amat membutuhkan saqi (penyiraman) ini dari sumur-sumur. Karena itu diberi nama musaqah
(penyiraman/pengairan).
Menurut Istilah Musaqah adalah penyerahan pohon tertentu kepada orang yang
menyiramnya dan menjanjikannya, bila sampai buah pohon masak dia akan diberi imbalan
buah dalam jumlah tertentu.
Menurut ahli fiqih adalah menyerahkan pohon yang telah atau belum ditanam dengan
sebidang tanah, kepada seseorang yag menanam dan merawatnya di tanah tersebut (seperti
menyiram dan sebagainya hingga berbuah). Lalu pekerja mendapatkan bagian yang telah
disepakati dari buah yang dihasilkan, sedangkan sisanya adalah untuk pemiliknya.
Secara etimologi, musyaqah berarti transaksi dalam pengairan, yang oleh penduduk
Madinah disebut dengan al-mu’amalah. Sedangkan secara teminologi, kami mengambil
pendapat ulama syafi’iyah, musyaqah yaitu memperkerjakan petani penggarap untuk
menggarap kurma atau pohon anggur saja dengan cara mengairi dan merawatnya, dan hasil
kurma atau anggur itu dibagi bersama antara pemilik dan petani penggarap.
Jadi, musyaqah adalah salah satu bentuk kerja sama antara pemilik kebun dan petani
penggarap dengan tujuan agar kebun itu dipelihara dan dirawat sehingga memberikan hasil
yang maksimal. Hasil yang didapat tersebut berupa buah yang dibagi sesuai kesepakatan
yang telah dibuat.

6
Menurut kebanyakan ulama, hukum musyaqah yaitu boleh atau mubah, berdasarkan
sabda Rasulullah SAW.:
“Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi SAW telah memberikan kebun beliau kepada
penduduk Khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian: mereka akan memperoleh
dari penghasilannya, baik dari buah-buahan maupun hasil tanamannya” (HR. Muslim).
2. Macam-Macam Musaqah
Macam-macam Musaqah ada 2 macam, yaitu :
1. Musaqah yang bertitik tolak pada manfaatnya, yaitu pada hasilnya berarti pemilik
tanah (tanaman) sudah menyerahkan kepada yang mengerjakan segala upaya agar
tanah (tanaman) itu membawa hasil yang baik.
2. Musaqah yang bertitik tolak pada asalnya (Cuma mengairi), yaitu mengairi saja,
tanpa ada tanggung jawab untuk mencari air. Maka pemiliknyalah yang
berkewajiban mencarikan jalan air, baik dengan menggali sumur, membuat parit,
bendungan, ataupun usaha-usaha yang lain.
3. Rukun dan Syarat Musaqah
Jumhur ulama fiqh yang terdiri dari ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah
berpendapat bahwa rukun musaqah ada lima, yaitu:
a. Dua orang/pihak yang melakukan transaksi.
b. Tanah yang dijadikan objek musyaqah
c. Jenis usaha yang akan dilakukan petani penggarap.
d. Ketentuan mengenai pembagian hasil musyaqah.
e. Shigat (ungkapan) ijab dan kabul.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masing-masing rukun sebagai berikut:
a. Kedua belah pihak yang melakukan transaksi musyaqah harus baligh dan berakal.
b. Objek musyaqah itu terdiri atas pepohonan yang mempunyai buah.
c. Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap.
d. Hasil yang didapat merupakan hak bersama, sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.
e. Lamanya perjanjian harus jelas.

D. MUZARA’AH
1. Pengertian Muzara’ah
Secara etimologis muzara’ah ( ‫ ) المزارعة‬adalah kerjasama dibidang pertanian antara
pemilik tanah dengan petani penggarap dan benihnya berasal dari pemilik tanah.Menurut
Muhammad Syafi’i Antonio, Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara

7
pemilik lahan dengan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada
si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
Dalam kebiasaan di indonesia disebut sebagai “ paruhan sawah “
Akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh 100%
modal. Sedangkan pihak lainya menjadi pengelola keuntungan usaha dibagi secara
kesepakatan yang di tuangkan dalam kotrak. Sedangan apabila rugi di tanggung oleh pemodal
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengeola, sedangan kerugiannya itu diakibatkan
oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola. Si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.
Menurut istilah muzara’ah didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut :
a. Menurut Hanafiyah, Muzara’ah ialah :
‫عقد على الزرع ببعض الخارج من االرض‬
“Akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar dari bumi”
b.Menurut Hanabilah, Muzara’ah ialah :
‫دفع االرض الى من يزرعها او يعمل عليها والزرع بينهما‬
Artinya: “Menyerahkan tanah kepada orang yang akan bercocok tanam atau
mengelolanya, sedangkan tanaman hasilnya tersebut di bagi diantara keduanya.”
c. Menurut Syaikh Ibrahim al- Bajuri, Muzara’ah ialah :
‫عمل عامل فى االرض ببعض ما يخرج منها و البذر من المالك‬
Artinya:“Pekerja mengelola tanah dengan sebagian apa yang dihasilkan darinya dan
modal dari pemilik tanah.”
d.Menurut Syafi’i, muzara’ah ialah :
‫معاملة العامل فى االرض ببعض ما يخرج منها على ان يكون البذر من المالك‬
Artinya :“menggarap tanah dengan apa yang dikeluarkan dari tanah tersebut.”
2. Macam-macam Muzara’ah
Ada empat 4 macam bentuk Muzara’ah.
1. Tanah dan bibit berasal dari satu pihak sedangkan pihak lainnya menyediakan alat juga
melakukan pekerjaan. Pada jenis yang pertama ini hukumnya diperbolehkan. Status
pemilik tanah sebagai penyewa terhadap penggarap dan benih berasal dari pemilik tanah,
sedangkan alatnya berasal dari penggarap .
2. Tanah disediakan satu pihak, sedangkan alat, bibit, dan pekerjaannya disediakan oleh
pihak lain. Hukum pada jenis yang kedua ini juga diperbolehkan. Disini penggarap
sebagai penyewa akan mendapatkan sebagian hasilnya sebagai imbalan.

8
3. Tanah, alat, dan bibit disediakan pemilik, sedang tenaga dari pihak penggarap. Bentuk
ketiga ini hukumnya juga diperbolehkan. Status pemilik tanah sebagai penyewa terhadap
penggarap dengan sebagian hasilnya sebagai imbalan.
4. Tanah dan alat disediakan oleh pemilik, sedangkan benih dan pekerjaan dari pihak
penggarap. Pada bentuk yang keempat ini menurut, Zhahir riwayat, muzara’ah menjadi
fasid. Ini dikarenakan misal akad yang dilakukan sebagai menyewa tanah maka alat dari
pemilik tanah menyebabkan sewa-menyewa menjadi fasid, ini disebabkan alat tidak
mungkin mengikuti kepada tanah karena ada bedanya manfaat. Sebaliknya, jika akad
yang terjadi menyewa tenaga penggarap maka bibit harus berasal dari penggarap yang
mana akan menyebabkan ijarah menjadi fasid, ini disebabkan bibit tidak mengikuti
penggarap melainkan kepada pemilik.
5. Rukun dan Syarat Muzara’ah
Menurut Hanafiyah, rukun muzara’ah ialah akad, yaitu ijab dan kabul antara pemilik dan
pekerja. Secara rinci, jumlah rukun-rukun jumlah rukun muzara’ah menurut Hanafiyah ada
empat yaitu 1) tanah, 2) perbuatan pekerja, 3) modal. 4) alat-alat untuk menanam.
Sedangkan menurut Hanabilah, rukun muzara’ah ada satu, yaitu ijabdan kabul, boleh
dilakukan dengan lafadz apa saja yang menunjukkan adanya ijab dan kabul dan bahkan
muzara’ah sah dilafadzkan dengan lafadz ijarah.
Syarat-syaratnya ialah sebagai berikut.
1. Syarat yang bertalian dengan ‘aqidain, yaitu harus berakal.
2. Syarat yang berkaitan dengan tanaman, yaitu disyaratkan adanya penentuan macam apa
saja yang akan ditanam.
3. Hal yang berkaitan dengan perolehan hasil dari tanaman, yaitu;
a) bagian masing-masing harus disebutkan jumlahnya presentasenya ketika akad.
b) hasil adalah milik bersama,
c) bagian antara Amil dan Malik adalah dari satu jenis barang yang sama, misalnya dari
kapas, bila Malik bagiannya padi kemudian Amil bagiannya singkong, maka hal ini
tidak sah,
d) bagian kedua belah pihak sudah dapat diketahui,
e) tidak disyaratkan bagi salah satunya penambahan yang ma’lum.
4. Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami, yaitu
a) tanah tesebut dapat ditanami,
b) tanah tersebut dapat diketahui batas-batasnya.

9
5. Hal yang berhubungan denan waktu, yaitu
a) waktunya telah ditentukan,
b) waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman yang dimaksud,
c) waktu tersebut memungkinkan dua belah pihak hidup menurut kebiasaan.
6. Hal yang berkaitan dengan alat-alat muzara’ah, alat-alat tersebut disyaratkan berupa
hewan atau yang lainnya dibebankan kepada pemilik tanah.

E. MUKHABARAH
1. Pengertian Mukhabarah
Para ulama syafi’iyah membedakan antara mukharabah dan muzara’ah. Mukharabah
adalah mengelola tanah di atas sesuatu yang dihasilkannya dan benihnya brasal dari
pengelola. Adapun muzara’ah sama seperti mukharabah, hanya saja benihnya berasal dari
pemilik tanah.
Jadi perbedaan keduanya adalah terletak pada modalnya. Jika modal menggarap tanah
berasal dari penggarap maka disebut mukharabah. Sedangkan apabila modal berasal dari
pemilik tanah maka disebut muzara’ah.
2. Macam-macam Mukhabarah
1) Mukhabarah dengan pesanan
Jenis murabahah yang pertama adalah murabahah dengan pesanan. Transaksi
murabahah dengan pesanan dilakukan setelah produk yang dipesan pembeli diperoleh oleh
penjual. Jadi skema akad murabahah adalah pembeli memesan barang terlebih dahulu.
Kemudian penjual memproduksi atau membeli dari supplier, lantas dijual kepada pembeli
dengan transparansi harga.
2) Mukhabarah tanpa pesanan
Jenis murabahah berikutnya adalah Murabahah tanpa pesanan. Jenis akad ini
merupakan transaksi murabahah dilakukan secara langsung tanpa menunggu pemesanan
barang, karena produk telah tersedia.
3. Rukun dan Syarat Mukhabarah
➢ Adapun rukun mukhabarah adalah:
• Pemilik tanah.
• Petani atau penggarap tanah.
• Tanah yang akan digarap.
• Ijab dan qabul secara lisan.

10
➢ Syarat-syarat mukhabarah adalah:
• Pemilik tanah dan penggarap harus orang yang sudah baligh dan berakal.
• Benih yang akan ditanam harus jelas dan menghasilkan.
• Lahan harus bisa menghasilkan, jelas batas-batasnya, dan diserahkan sepenuhnya
kepada penggarap.
• Pembagian hasil harus jelas penentuannya.
• Jangka waktu harus jelas menurut kebiasaan masa tanam dan masa panen.
• Peralatan dibebankan kepada petani penggarap lahan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Secara etimologi, syirkah atau perkongsian yaitu bercampurnya salah satu dari dua harta
dengan harta lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanya. Sedangkan secara
terminologi, menurut Malikiyah, perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan
(tasharruf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni
keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik
keduanya, namun masing-masing hak untuk bertasharruf.
2. Mudharabah berasal dari kata al-dharb yang berarti secara harfiah berpergian atau
berjalan. Selain al-dharb, disebut juga qiradh yang berasal dari al-qardhu, berarti al-qath’u
(potongan) karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh sebagian keuntungannya.
3. Menurut Istilah Musaqah adalah penyerahan pohon tertentu kepada orang yang
menyiramnya dan menjanjikannya, bila sampai buah pohon masak dia akan diberi
imbalan buah dalam jumlah tertentu.
4. Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan
pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian
tertentu dari hasil panen.
5. Mukharabah dan muzara’ah memiliki perbedaan yang terletak pada modalnya. Jika modal
menggarap tanah berasal dari penggarap maka disebut mukharabah. Sedangkan apabila
modal berasal dari pemilik tanah maka disebut muzara’ah.

12
DAFTAR PUSTAKA

“Makalah Tentang Syirkah, Mudharabah, Musaqah, Muzara’ah, dan Muharabah”. NatsuHigt,


NatsuHigt: Makalah tentang Syirkah, Mudharabah, Musaqah, Muzara'ah dan
Muhabarah Diakses pada 10 April 2022
“Muzara’ah”. REPOSITORI STAIN KUDUS, 5. BAB II.pdf (stainkudus.ac.id) Diakses pada
14 April 2022
himawanyw.blogspot.com (2011, 04 Oktober). “Muzara’ah”. Diakses pada 14 April 2022,
dari All in One: Muzara'ah (himawanyw.blogspot.com)
Saadah, Arini (2020, 7 September), “Mukhabarah Adalah Kerjasama Menggarap Tanah:
Defenisi, Hukum, Syarat & Rukun”. Diakses pada 15 April 2022, dari Mukhabarah
Adalah Kerjasama Menggarap Tanah: Definisi, Hukum, Syarat & Rukun | Dream.co.id

Redaksi OCBC NISP. (2021, 12 Juli). “Akad Murabahah: Pengertian, Jenis, Rukun, Syarat
& Contoh”. Diakses pada 15 April 2022, dari Akad Murabahah: Pengertian, Jenis, Rukun,
Syarat, & Contoh (ocbcnisp.com)

13

Anda mungkin juga menyukai