Anda di halaman 1dari 12

Makalah Fiqh Muamalah II

HUKUM SYIRKAH / Musyarokah


(Kerja Sama)

Disusun Oleh :
Kelompok Kelas A Perbankan Syariah
Semester IV Reguler

Eneng Eli Siti Solihat 17354019


Herlida Yuliani 17354023
Liana Desti Safitri 17354027

SEKOLAH TINGGI PERBANKAN SYARI’AH AL MA’SOEM


JL. Raya Cipacing No. 22 Rancaekek Bandung
Telp. 022 - 7798 340/ 081 1213 9222
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq,
hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dalam menyelesaikan tugas
makalah ini tanpa adanya hambatan yang di luar kemampuan.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung kita
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah dari Allah terutama nabi yang telah
membawa mu’jizat-Nya yang berupa Al-Qur’an, yang dengannya bisa kita peroleh
petunjuk dan segala macam ilmu.
Untuk yang selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada segenap rekan-
rekan kami, terutama kepada dosen kami yang telah memberi tugas dan bimbingan
kepada kami, sehingga dapat tersusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah kami masih banyak terdapat kesalahan
yang itu memang kelemahan dari kami. untuk itu, kami mohon untuk diberikan kritik
dan saran untuk kemajuan kami khususnya dan rekan-rekan umumnya.

Akhirnya kami berharap, makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jatinangor, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian syirkah...........................................................................................2
2.2 Dasar Hukum Syirkah.....................................................................................3
2.3 Syarat Dan Rukun Syirkah..............................................................................4
2.4 Macam Macam Syirkah...................................................................................7
2.5 Batalnya Syirkah..............................................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN................................................................................................8
3.2 SARAN............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakukan aktivitas
bisnis, untuk memperoleh penghasilan guna mencukupi kebutuhan sehari baik itu untuk
dirinya sendiri atau untuk keluarganya, serta sebagai bekal dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah SWT.
Berbagai macam jenis usaha dapat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan,
seperti bekerja sebagai buruh, sebagai pengusaha atau sebagai investor yang kesemuanya
tergantung pada bidang keahlian yang dimiliki. Kesemuanya itu boleh dilakukan selama
tidak melanggar ketentuan agama yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadis.
Salah satu bentuk aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan sebagai pengusaha
yaitu musyarokah. Yakni perserikatan antara dua orang atau lebih dalam usaha
untuk memperoleh keuntungan dengan hasil ditanggung bersama. Yang dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai musyarokah.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dari Syirkah?
2. Apa dasar hukum syirkah?
3. Apasaja rukun dan syaratnya?
4. Apasaja macam-macam syirkah?
5. Sebutkan dan jelaskan batalnya syirkah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Fiqih Muamalah II.
2. Sebagai tambahan wawasan keilmuan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syirkah
Menurut bahasa Syirkah berarti al-ikhtilat yang artinya campur atau
percampuran. Yakni percampuran harta antara dua orang sehingga tidak tidak mungkin
lagi dapat dibedakan.
Secata istilah para ulama berbeda pendapat pengertian yang dimaksud dengansyirkah
yaitu:
1. Menurut Sayyid Sabiq, sirkah adalah akad anatara dua orang yang berserikat pada
harta dan keuntungan.
2. Menurut Muhammad al-Syarbini al-Khatib, yang dimaksud dengan Syirkah ialah
ketetapan hak pada sesuatu pada dua orang atau lebih dengan cara yang mashur
(diketahui)
3. Menurut Syihab al-Din al-Qalyubi wa Umira yang dimaksud dengan syirkah
adalah penetapan hak pada suatu bagi dua orang atau lebih.
4. Menurut Imam Taqiyyudin Abi Bakr Ibn Muhammad al-Husaini, yang dimaksud
dengan syirkah ialah Ibarat penetapan suatu hak pada sesuatu yang yang satu untuk
dua orang atau lebih dengan cara yang diketahui.
5. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqie bahwa yang dimaksud denga syirkah, adalah akad
yang berlaku diantara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam bekerja pada suatu
usaha dan membagi keuntungan.\Menurut Idris Ahmad menyebutkan syirkah sama
degan syarikat dagang yakni dua orang atau lebih sama-sama berjanji akan
bekerjasama dalam dagang, dengan menyerahkan modal masing-masing dimana
keuntungan dan kerugiannya diperhitungkan menurut besar kecilnya modal
masing-masing.
Dari definisi-definisi yang telah disampaikan oleh para ulama dapat diambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah kerjasama antara dua orang
atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama.

2
B. Dasar Hukum Syirkah
Adapun landasan kebolehannya melaksankan syirkah terdapat dalam al-Qur’an
surah Shaad ayat 24:

Terjemahnya: … dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu


sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini …

Dan juga dalam hadis yakni:

‫ ِاَّن ِهللا َتَع اَلى َيُق ْو ُل َاَنا َثا ِلُث الَش ِرْي َكْي ِن َم اَلْم َيُخْن َاَح ُد ُهَم ا َصاِح َبُه‬:‫َع ْن اِبي ُهَرْيَرَة َرَفَع ُه قال‬
]4[)3383 :‫َف ِاْن َخ اَن َاَح ُد ُهَم ا َص اِح َبُه َخ َرْج ُت ِم ْن َبْي ِنِه َم ا(رواه ابوداو‬

Terjemahnya: Dari Abu Hurairah sesunggungnya Allah Ta’ala Berfirman Aku ini ketiga
dari dua orang yang berserikat, selama salah seorang tidak menghianati temannya,
apabila salah seoarang telah berhianat terhadap temannya Aku keluar dari antara
mereka.(Hadis Riwayat Abu Daud: 3383)
Berdasarkan dalil tersebut diatas maka para ulama bersepakat perihal kebolehan
melakukan syirkah, meskipun para ulama berselisih perihal jenis-jenis syirkah yang
dibolehkan.

C. Rukun dan Syarat


1. Rukun
Para ulama berbeda pendapat mengenai rukun dari Syirkah, menurut ulama
Hanfiyah syarat syirkah ada dua yakni ijab dan kabul, karena ijab kabul yang
menentukan adanya syirkah. Sedangkan menurut Abd al-Rahman al-Jaziri bahwa
rukun syirkan adalah pihak yang berserikat, shighat dan objek akad syirkah baik harta
maupun kerja.
2. Syarat
Adapun syarat dari syirkah menurut ulama hanfiyah ada empat yakni:
a. Sesuatu yang berkaitan dengan semua bentuk syirkah, baik dengan harta maupun
yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat yaitu;

3
1) yang berkenaan dengan benda yang di adakan adalah harus dapat diterima
sebagai perwakilan,
2) yang berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian keuntungan harus
jelas dan dapat diketahui dua pihak.
b. Sesuatu yang berkaitan dengan syirkah mall (harta), dalam hal ini terdapat dua
perkara yang harus dipenuhi
1) yakni objek yang dapat dijadikan akad syirkahadalah alat pembayaran
2) yang dijadikan modal ada ketika akad syirkahdilaksankan.
c. Sesuatu yang berkaitan dengan syarikat mufawadhah, bahwa dalam mufawadhah
disyaratkan
1) modal harus sama,
2) bagi yang bersyirkah ahli untuk kafalah,
3) yang dijadikan objek akad disyaratkan syirkah umum, yakni pada semua
macam jual beli atau perdaganngan.
Syarat yang berkaitan dengan syirkah inan sama dengan syarat-syarat syirkah
mufawadah. Sedang syarat yang berkaitan dengan orang yang melakukan akad menurut
mazhab malikiyah ialah merdeka, balligh dan pintar (rusyd).
Menurut ulama syafi’iyah syirkah yang sah hukumnya hanyalah syirkah inan,
sedangkan yang lain dinyatakan batal.
Adapun syarat-syarat syirkah menurut Idris Ahmad sebagaimana dijelaskan yakni:
1. Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing anggota serikat
kepada pihak yang akan mengendalikan harta itu.
2. Anggota serikat saling mempercayai, Karen masing-masing mereka adalah wakil
yang lainnya
3. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-masing, baik
berupa mata uang ataupun bentuk lainnya.

D. Macam-Macam Syirkah
Syirkah terebagi menjadi dua macam yakni syirkah amlak dan syirkah uqud.
Syirkah amlak adalah syirkah yang bersifat memaksa dalam hokum positif, sedang
syirkah uqud adalah syirkah yang bersifat ikhtiariyah. Adapun penjelasan lebih lanjut
mengenai syirkah amlak dan syirkah uqud sebagai berikut:

4
1. Syirkah Amlak
Ialah syirkah antara dua orang atau lebih yang memiki barang tanpa memiki
akad. Syirkah ini terbagi menjadi dua macam yakni:
a. Syirkah Ikhtiyari (sukarela)
Syirkah iktiyari adalah syirkah yang disebabkan adanya kontran dari dua orang
yang bersekutu
b. Syirkah Ijbari (paksaan)
Syirkah ijbari adalah syirkah yang ditetapkan kepada dua orang atau lebih yang
bukan didasarkan atas perbuatannya.
Hukum kedua jenis syirkah ini adalah salah seorang yang berekutu seolah-olah
sebagai orang lain dihadapan yang bersekutu lainnya. Oleh karena itu, salah seorang
diantara mereka tidak boleh mengolah harta syirkah tersebut tanpa izin dari
rekan syirkahnya, karena keduanya tidak mempunyai wewenang untuk menentukn
bagian masing-masing.
2. Syirkah Uqud
Syirkah ini merupakan bentuk transaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih
untuk bersekutu dalam harta dan keuntungannya.
Menurut ulama hanabilah, syirkah ini terbagi menjadi lima yakni:
a) syirkah inan
b) syirkah mufawidhah
c) syirkah abdan
d) syirkah mudharabah
Ulama Hanafiyah membaginya menjadi enam macam, yakni:
a) syirkah amwal
b) syirkah a’mal
c) syirkah wujuh
Masing-masing dari ketiga bentuk ini terbagi menjadi mufawidah dan ‘inan.
Secara umum ulama syfi’I dan maliki dari mesir berpendapat bahwa syirkah terbagi
menjadi empat macan yakni:
a) syirkah inan
b) syirkah mufawidhah
c) syirkah abdan
d) syirkah wujuh

5
ulama fiqih bersepakat perihal kebolehannya syirkah inan, sedangkan
syirkahyang lainnya masih diperselisihkan kebolehannya. Adapun pengertian dari
masing-masing syirkah adalah sebagai berikut:
a) Syirkah Inan
Syirkah inan ialah persekutuan antara dua orang dalam harta milik untuk
berdagang bersama-sama dan membagi laba atau kerugian bersama-sama.
Para fuqoha bersepakat tentang bolehnya syirkah inan. Sirkah inan ini banyak
dilkukan karena tidak disyaratkan adanya kesamaan modal dan pengelolaan, juga
dalam pembagian hasil dibolehkan berbeda tergantung pada kesepakatan yang telah
b) Syirkah Mufawidhah
secara bahasa mufawidah artinya persamaan. Dinamakan mufauwidah karena
harus ada kesamaan dalam modal, keuntungan, serta bentuk kerjasama lainnya.
Sedangkan menurut istilah mufawwidah adalah kesepakatan dua orang atau
lebih untuk melakukan perserikatan dengan persyaratan memiliki kesamaan dalam
jumlah modal, keuntungan, pengelolaan serta agama yang dianut.
Dengan demikian, setiap pihak akan menjamin pihak lainnya, baik dalam
penjualan ataupun pembelian. Pihak-pihak yang berserikat tersebut saling mengisi
dalam hak dan kewajibannya, yakni masing-masing menjadi wakil yang lain aatau
menjadi pihak yang diwakili oleh pihak lainnya.
c) Syirkah Abdan/ Syirkah A’mal
Syirkah abdan yaitu pesekutuan dua orang untuk menerima pekerjaan yang akan
dikerjakan secara bersama-sama. Dan keuntungan dibagi diantara keduanya dengan
syarat-syarat tertentu sesuai dengan kesepakatan.
Ulama Malikiyah menberikan syarat untuk syirkah ini yakni :
1) usaha yang dlakukan harus sama,
2) usaha boleh berbeda bila masih ada keterkaitannya satu dengan yang lainnya,
3) keduanya harus berada di tempat yang sama,
4) pembagian keuntungan didasarkan pada kadar pekerjaan yang dilakukan.
d) Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah persekutuan dua pemimpin dalam pandangan masyarakat
tanpa modal, untuk membeli barang tidak secara tunai dan menjuanya secara tunai,
kemudian keuntungannya dibagi diantara keduanya dengan syarat tertentu sesuai
dengan kesepakatan. Penamaan wujuh karena tidak akan terjadi jual beli secara tidak

6
kontan jika keduanya tidak dianggap pemimpin dalam pandangan manusia secara
adat.
Dalam hal pembagian keuntungan, hendaklah dihitung berdasarkan perkiraan
dalam hal kepemilikan, tidak boleh lebih dari itu sebab persekutuan ini didasarkan
pada tanggung jawab pada barang dagangan yang mereka beli, baik denga harta
maupun dengan pekerjaan. Dengan demikian, keuntungan harus didasarkan atas
tanggung jawab dan tidak boleh melebihi kadar tanggungan masing-masing.

E. Pembagian Hasil Usaha


Pembagian hasil usaha baik itu keuntungan ataupun kerugian dilakukan
berdasarkan presentasi modal yang di sertakan dalam syirkah. Semakin besar presentasi
modal yang disertakan dalan syirkah maka semakin besar pula pembagian yang
diperoleh.

F. Berakhirnya Syirkah
Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal berikut ini:[18]
1. Salah satu pihak membatalkan kesepakatannya meskipun tanpa persetujuan dari
pihak yang lainnya.
2. Salah satu pihak kehilangan kemampuan dalam bertasharruf (keahlian mengelola
harta)
3. Salah satu pihak meninggal dunia, namun bila yang bersyirkah lebih dari dua
orang, maka yang berakhir hanya yang meninggal saja.
4. Salah satupihak berada dalam pengampuan.
5. Salah satu pihak mengalami kebangrutan yang mengakibatkan tidak lagi
menguasai harta yang menjadi saham syirkah.
6. Modal para pihak yang bersyirkah hilang sebelum terjadi percampuran harta
hingga tidak dapat dipisah-pisahkan lagi.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut bahasa Syirkah berarti al-ikhtilat yang artinya campur atau
percampuran. Yakni percampuran harta antara dua orang sehingga tidak tidak mungkin
lagi dapat dibedakan.
Sedang secara istilah, dimaksud dengan syirkah adalah kerjasama antara dua
orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama
sesuia dengan kesepakatan diantara yang berserikat.
Terlepas dari perbedaan pendapat diantara para ulama, secara umum ulama
berpendapat bahwa syirkah terbagi menjadi empat macan yakni: syirkah inan,
syirkahmufawidhah, syirkah abdan, dan syirkah wujuh.
Adapun rukun syirkah yakni pihak yang berserikat, shighat dan objek akad
syirkahbaik harta maupun kerja. Sedangkan syarat syirkah yaitu:
1) berkaitan dengan bentuksyirkah yakni benda yang yang diadakan harus dapat
diterimakan sebagai perwakilan dan keuntungan harus jelas pembagiannya serta
diketahui kedua pihak,
2) berkaitan dengansyirkah harta yakni objek yang dapat dijadikan akad syirkah
adalah alat pembayaran dan ada ketika akad dilakukan
3) berkaitan dengan syarikat mufawadhah yakni modal harus sama, bagi yang
bersyirkah ahli untuk kafalah, dan objek akad disyaratkan syirkah umum,
4) berkaitan dengan syirkah inan sama dengan syarat-syarat syirkah mufawadah.

B. Saran
Penulis menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan.Oleh
karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak
terutama Dosen.Penulis hanyalah manusia biasa.Jika ada kesalahan, itu datangnya dari
penulis sendiri.Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt.

8
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Haji dan Wakaf Kerajaan Saudi Arabia, Alqur’an dan Terjemah, (Madinah:
Komplek Percetakan Al Qur’an Khadim Al Haramain asy Syarifaian Raja Fadh,
1412 H)

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: raja Grafindo Persada, 2007)

Rahmat Syafe’I, Fiqih Muamalah Untuk UIN, STAIN, PTAIS Dan Umum, (Bandung:
Pustaka Setia, 2006)

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, (Kamaluddin, A. Marzuki) Fikih Sunnah (Bandung: al-
Ma’arif Bandung, 1988)

Sunan Abu Daud Juz 2, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah: 1996)

Anda mungkin juga menyukai