Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKAD MUSYARAKAH

Dianjurkan untuk memenuhi tugas kuliah mata kuliah : Fiqih Mu’amalah


Kontemporer

Dosen pengampu : Erna Dewi, M.A

Disusun oleh kelompok 1:

1. Wahyu Ichram Nasution


2. Siti Hawa Rao

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MANDAILING NATAL

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah SWT. Karna berkat


rahmat-Nya lah makalah ini dapat selesai sesuai yang diharapkan. Dalam karya tulis
ilmiah ini kami membahas “Akad Musyarakah”

Shalawat beriringkan salam marilah sama-sama kita hadiahkan ke arwah


junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Yang telah mengantarkan kita dari dunia
kegelapan menuju dunia yang terang benderang seperti sekarang ini.

Terima kasih kepada Bapak dosen yang telah memberikan penulis materi dan
membimbing penulis hingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik serta kami
bisa mengikuti perkuliahan dengan baik.

Demikianlah dari pemakalah, semoga makalah ini dapat berguna bagi kita
semua.

Purba Baru, 31 Agustus 2023

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Pengertian Akad Musyarakah....................................................................2


B. Dasar Hukum................................................................................................3
C. Rukun dan Syarat........................................................................................4
D. Jenis-Jenis Akad Musyarakah....................................................................6
E. Contoh Akad Musyarakah..........................................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan


kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan suatu
dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak
ada seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun
direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal.
Faktor ketidakpastian adalah faktor yang sudah menjadi sunnatullah.

Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu


prinsip yang sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat mendukung
aspek keadilan. Keadilan merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam.
Penetapan suatu hasil usaha didepan dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai
sesuatu hal yang dapat memberatkan salah satu pihak yang berusaha, sehingga
melanggar aspek keadilan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian akad musyarakah ?
2. Apakah dasar hukum akad musyarakah ?
3. Apakah rukun dan syarat akad musyarakah ?
4. Apakah jenis-jenis akad musyarakah ?
5. Bagaimana contoh akad musyarakah ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Musyarakah

Akad musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak yang saling memberikan
kontribusi berupa dana untuk membangun sebuah usaha, dengan keuntungan dan resiko
yang akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.1

Menurut bahasa arab, syirkah berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yasyruku
(fi’il mudhari’), syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); yang artinya menjadi
sekutu atau syarikat (kamus al munawar) menurut arti asli bahasa arab, syirkah berarti
mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian
dengan bagian lainnya.2

Sedangkan pengertian secara terminologi menurut beberapa tokoh adalah:

a. Menurut Ulama Malikiyah, syirkah adalah Suatu keizinan untuk bertindak


secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka.
b. Menurut Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah syirkah aadlah hak bertindak hukum
bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati.
c. Menurut Ulama Hanafiyah syirkah adalah akad yang dilakukan oleh orang-
orang yang bekerjasama dalam modal dan keuntungan.
d. Menurut sayyid sabiq syirkah adalah akad antara dua orang dalam (penanaman)
modal dan (pembagian) keuntungan.
e. Menurut taqiyuddin abi bakr Muhammad al husaini syirkah adalah ungkapan
tentang penetapan suatu hak pada sesuatu yang satu untuk dua orang atau lebih
menurut cara yang telah diketahui.

1
Muhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah Dari Teori ke Praktik.(Jakarta:Gema
Insani,2001)hlm. 90.
2
Qomarul huda, fiqh muamalah, Yogyakarta: teras, 2011, hlm. 100
2
f. Menurut wahbah az zuhaili syirkah adalah kesepakatan dalam pembagian hak
dan usaha.3

Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah, yang dinamakan syirkah yaitu kerja
sama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan
dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati
oleh pihak-pihak yang berserikat.4

B. Dasar Hukum
1. Q.S. Ash Shad ayat 28

‫ْ ْ جا ِر‬
‫لٱل ل‬ ‫ءا وع ِملُو َّ ص ُ م س ِدي َ ن ِ فى ض نج‬ ‫أَ ْم َن َ ل ٱل‬
‫ٱ ْلَ ْر أَ ْم َع ُمتَ ّ قِ ي َ ن ُف‬ ‫ْف‬ ِ‫ل‬ ‫۟ا ٱل‬ ‫ع ِذي َ ن َمنُو ۟ا‬
‫ٱك‬ ‫َحت كٱ ْل‬
‫ج‬

Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu


sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman
dan mengerjakan amal shaleh dan amat sedikitlah mereka ini.“

2. Hadist

‫َب ْي ِن‬
‫صا ِإذَا خا َ رج‬ َ ‫لَ ْم يخ ْ ن ح‬ ‫َل َّال ل أَ نَ ا ث ش ِري‬ ‫رَف َ عهُ قَا‬ ‫ع ْ ن أَ ِبي ُه َر ْي‬
‫ِه َما م‬
‫نَ ه ت خ‬ ‫ِح َبه‬ ‫أ د م‬ ‫ما‬ ‫ثَا ِل ال َك ْي‬ ‫َيُقو‬ ‫َل ِ إ َّ ن‬ ‫َرة‬
‫ْن‬ ‫ا‬ ‫ِن‬
)٦٣٩٢ : ‫(سنن أبي داود‬

Dari Abu Hurairah , Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah berfirman: "Aku


adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu, selama tidak ada salah seorang
diantara mereka yang berkhianat kepada sahabatnya. Apabila ia telah
mengkhianatinya, maka aku keluar dari keduanya." (Sunan Abu Daud : 2936)5

3. Ijma’

3
3
Kitab kompilasi hukum ekonomi syariah buku II
4
Kitab kompilasi hukum ekonomi syariah buku II
5
HR Abu dawud No.2936,dalam kitab al-buyu, dan hakim

4
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-mughni,6 telah berkata,”Kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat
perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya”

4. Fatwa DSN MUI

Selain kedua hadits di atas, dasar hukum musyarakah adalah Fatwa DSN No:
08/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa ini lahir dengan pertimbangan bahwa, untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kelancaran usaha masyarakat, perlu adanya bantuan
dari pihak lain. Adanya nilai kebersamaan dan keadilan menjadi keunggulan tersendiri
dalam sistem ini.

C. Rukun dan Syarat


a. Rukun

Sebelum melakukan akad musyarakah, ada beberapa rukun yang wajib Anda
penuhi. Diantaranya.

1. Ijab Kabul/Shighat

Merupakan pernyataan para pihak yang secara jelas menunjukkan tujuan akad,
penerimaan dan penawaran langsung saat kontrak, dan menuangkan akad dalam bentuk
tertulis.

Dalam akad kerja sama musyarakah, pernyataan ijab qabul harus menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak. Pihak-pihak yang melakukan akad juga
harus cakap hukum seperti berkompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan
perwakilan. Selain itu juga setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan. Selain
itu juga setiap mitra kerja boleh mewakilkan kerjanya kepada mitra yang lain dengan
perjanjian yang disepakati bersama.

6
Abdullan Ibn Ahmad Ibn Qudamah, Mughni wa Syarh kabir (Beirut: Darul-
Fikr,1979),vol.V,hlm. 109.

5
2. Pihak-pihak yang Berakad/Aqidain

Ada beberapa kriteria pihak-pihak yang berakad, diantaranya yaitu,

1. Cakap hukum
2. Kompeten
3. Memiliki dana dan pekerjaan
4. Memiliki wewenang untuk mengelola aset mitranya
5. Tidak diizinkan menginvestasikan dana untuk kepentingan pribadi
6. Memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah.
3. Objek Akad/Mauqud Alaih

Objek akad terdiri dari modal dan kerja. Modal harus berupa uang tunai dan aset
yang dapat dinilai dengan uang. Modal yang ada juga tidak boleh menjadi jaminan
maupun dipinjamkan kepada pihak lain.

Sedangkan, objek kerja harus dilakukan atas nama pribadi maupun mitra
masing-masing. Pekerjaan yang dilakukan tidak harus sama besar, namun pihak yang
mengerjakan lebih banyak, berhak mendapat tambahan keuntungan.

4. Bagi Hasil/Nisbah

Keuntungan yang diperoleh wajib dibagi untuk para pihak, baik secara rata
maupun sesuai kesepakatan. Misalnya, salah satu pihak menyetorkan modal senilai Rp5
juta dan dalam kontraknya Ia memperoleh bagian keuntungan sebesar 10%. Nantinya,
keuntungan yang diperoleh bukanlah 10% dari Rp5 juta, melainkan 10% dari total
keuntungan.

Sedangkan kerugian yang terjadi akan dibagi sesuai dengan jumlah modal yang
disetorkan. Misalnya, A menanamkan modal sebesar 60% sedangkan B sebesar 40%.
Maka kerugiannya akan ditanggung oleh masing-masing sebesar 60% oleh A dan 40%
oleh B.

6
b. Syarat
1) Perikatan dapat diwakilkan sesuai izin masing-masing pihak
2) Persentase pembagian keuntungan diketahui para pihak ketika melangsungkan
akad.
3) Keuntungan ditentukan dalam bentuk persentase, bukan dalam jumlah pasti.7
D. Jenis-jenis Akad Musyarakah

Akad musyarakah dibagi menjadi 2 jenis syirkah, yaitu :

1) Syirkah Uqud

Syirkah Uqud merupakan akad antara 2 pihak atau lebih dalam hal dengan cara
menggabungkan harta mereka untuk suatu bisnis. Syirkah jenis ini dibagi lagi menjadi
beberapa bentuk, meliputi:

1. Syirkah al-‘Inan

Syirkah al-‘Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih, setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja.Kedua
pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang di sepakati di antara
mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak baik dalam dana maupun kerja atau
bagi hasil,tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.mayoritas
Ulama membolehkan jenis al-musyarakah ini.

2. Syirkah Mufawadhah

Syirkah Mufawadhah adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih,
setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasidalam
kerja.setiap pihak membagi keuntungandan kerugian secara sama. Dengan

7
Najamuddin, Aplikasi Musyarakah dan Mudharabah dalam perbankan syariah, diakses
dari:http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/EKONOMI%20SYARIAH/aplikasi_musyarakah_dan_mudh
arab.pdf

7
demikian,syarat utama dari jenis musyarakah ini adalah kesamaan dana yang di
berikan,kerja,tanggung jawab,dan beban utang di bagi olehmasing-masing pihak.

3. Syirkah A’mal

Syirkah A’mal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Minsalnya, kerja
sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerjasama dua orang
penjahit untuk menerima order pembuatan seragamsebuah kantor.

4. Syirkah Wujuh

Sirkah wujuh adalah kontrak antara dua orng ayu lebih yang memiliki reputasi
dan prestasi baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kreditdari suatu
perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam
keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang di sediakan oleh
tiap mitra. Jenis musyrakah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara
kreditberdasar pada jaminan tersebut,karena kontrak ini pun lazim di sebut sebagai
musyarakah piutang.

2) Syirkah Amlak

Syirkah Amlak terjadi bukan karena akad, melainkan karena kehendak untuk
memiliki harta bersama. Syirkah ini dibagi menjadi 2 bentuk:

a. Syirkah Ikhtiyariyah: terjadi atas kehendak masing-masing pihak yang


bekerjasama
b. Syirkah Ijbariyah: terjadi secara otomatis karena keadaan tertentu, misalnya
pembagian warisan yang menyebabkan kepemilikan bersama sebuah aset.
E. Contoh Akad Musyarakah

Akad jenis ini banyak terjadi di sekitar kita. Sebagian besar akad tersebut
dilakukan dalam praktik perbankan, seperti contoh berikut ini:

8
1. Pembiayaan Modal Kerja Bank

Bank akan berperan sebagai pihak pemberi modal (shahibul maal) yang akan
melihat kelayakan suatu bisnis sebelum diberi pembiayaan. Selanjutnya bank akan
meneliti perkembangan bisnis itu secara berkala agar keuntungan yang diperoleh murni
berasal dari bisnis nasabahnya.

2. Pembiayaan KPR Bank Syariah

Pembiayaan KPR merupakan salah satu contoh akad musyarakah dalam


perbankan syariah. Unsur musyarakah dalam kerjasama ini adalah penggabungan modal
milik bank dan nasabah untuk membeli rumah dari developer. Adapun nisbahnya
diterima oleh bank dari sewa yang dibayarkan nasabah tiap bulannya.

3. Kerjasama Usaha Bagi Hasil

Kerjasama bagi hasil dilakukan dengan meminta investor menanamkan


modalnya dalam pengembangan suatu bisnis. Nantinya akan dibuat kesepakatan
mengenai bagian keuntungan yang akan diperoleh investor.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan di tanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.

Al-musyarakah ada dua jenis: Musyarakah pemilikan dan musyarakah akad.


Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan,wasiat atau kondisi lainnyayang
mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atu lebih. Dalam musyarakah
ini,kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula
dari keuntungan yang di hasilkan aset tersebut.

Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah, mereka pun
sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi menjadi empat
yaitu:

1) Syirkah al-‘Inan
2) Syirkah Mufawadhah
3) Syirkah A’maal
4) Syirkah Wujuh
B. Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat meluaskan pemahaman di dalam


melakukan perkongsian Musyarakah oleh pembaca tentunya juga oleh penyusun
makalah ini mengingat berbagai macam bentuk bisnis yang di jalankan antara satu sama
lain yang melakukan kezaliman semoga dengan makalah ini sebagai acuan hal yang
demikian.

1
DAFTAR PUSTAKA

Antonio,Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani.

Qomarul huda, fiqh muamalah, 2011. Yogyakarta: teras.

Kitab kompilasi hukum ekonomi syariah buku II

HR Abu dawud No.2936,dalam kitab al-buyu, dan hakim

Abdullan Ibn Ahmad Ibn Qudamah, Mughni wa Syarh kabir (Beirut: Darul-Fikr,1979)

Anda mungkin juga menyukai