Anda di halaman 1dari 13

MUSYÂRAKAH DALAM EKONOMI ISLAM

(APLIKASI MUSYÂRAKAH DALAM FIQIH DAN PERBANKAN SYARIAH)


Oleh : Mila Fursiana Salma Musfiroh
Dosen Prodi Perbankan Syari’ah UNSIQ
Email: milafursianasalma@gmail.com

ABSTRAK
Pesatnya perkembangan dunia ekonomi khususnya lembaga-lembaga keuangan
Islam atau perbankan Islam yang usaha pokoknya mengadakan transaksi produk-
produk bank yang Islami, yakni notabene harus terhindar dari unsur riba, terhindar
dari transaksi bâṭil, dan terhindar dari prinsip kezaliman. Berangkat dari sinilah
kemudian diangkat salah satu konsep ekonomi Islam musyârakah (Partnership,
Project Financing, Trust Invesment ) yang dalam operasionalnya menghendaki
adanya profit and loss sharing (PLS) baik dalam keuntungan maupun kerugian,
aplikasi dalam fiqh dan perbankan Islam. Musyârakah merupakan suatu akad
kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana
masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung sesuai dengan kesepakatan atau
kebolehan. Para ulama fiqh sepakat tentang keabsahan atau kebolehan praktek
musyârakah ini secara global, sehingga mendapat pengakuan dan legalitas syar’i.
Sedangkan pada bank-bank Islam praktek musyârakah telah mengalami
perkembangan sehingga berbeda dengan apa yang ditemukan dalam fiqh.

Kata Kunci : Musyârakah, fiqih, perbankan Islam.

A. Pendahuluan hukum dan menetapkan berbagai macam


Islam tidak mengenal pemisahan total usaha yang berbeda-beda sebagai naungan
antara agama dan keduniaan, sebagaimana bagi kalangan pelaku usaha supaya tidak
yang diyakini oleh para perusak moral dan terjebak ke dalam hal-hal yang
orang-orang yang tergoda pemikiran diharamkan.
mereka. Islam tidak menjadikan dunia ini Salah satu perkembangan dalam
sebagai pengikat antara Allah SWT. dunia ekonomi adalah tumbuh dan
dengan para thaghut manusia. Justru berkembangnya lembaga-lembaga
syariatnya yang suci Allah SWT. keuangan Islam atau perbankan Islam
memenuhi kebutuhan dunia dan yang usaha pokoknya mengadakan
kebutuhan akherat secara bersamaan, transaksi dan produk-produk bank yang
dengan hukum-hukum-Nya menyentuh Islami, yakni terhindar dari unsur riba,
seluruh dimensi kehidupan. terhindar dari transaksi bathil, dan
Problematika dunia usaha termasuk terhindar dari prinsip kezaliman. Untuk
yang diperhatikan oleh syariat Islam, itulah dalam tulisan ini, dibahas salah satu
Islam menggambarkan, memberikan konsep ekonomi Islam Musyârakah atau
konsep-konsep, menciptakan struktur Partnership, Project Financing, Trust
Vol. I No. 03, Mei 2016

Invesment (profit and loss sharing) Meskipun secara redaksional para


aplikasinya dalam Fiqh dan Perbankan ulama fiqh berbeda pendapat, namun pada
Islam. dasarnya mereka mempunyai esensi yang
sama, yaitu musyârakah adalah akad
B. Hasil Temuan dan Pembahasan
kerjasama antara dua pihak atau lebih
1. Pengertian Musyârakah
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-
Dari segi bahasa, musyârakah disebut
masing pihak memberikan kontribusi dana
juga sebagai syirkah bermakna al-ikhtilâṭ
(kompensasi, expertise) dengan
(percampuran) antara satu bagian dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko
lainnya sehingga sulit dipisahkan (Habib
akan ditanggung bersama sesuai dengan
Nazir,M Hasanudin, 2008 : 467), Atau
kesepakatan.
seseorang mencampurkan hartanya dengan
harta orang lain sehingga tidak mungkin 2. Landasan Syari’ah
dibedakan (Hendi Suhendi, 2007 : 125). 2.1. Teks Al-Qur’an
Dari segi istilah, para ulama fiqh Akar kata istilah musyârakah
berbeda pendapat dalam mengartikan dalam Al-Qur’an yaitu Sy-r-k
musyârakah. Menurut mazhab sebanyak 170 kali, walaupun tidak
Hanafiayah, musyârakah adalah perjanjian satupun ayat yang menggunakan
atau akad antara dua pihak yang istilah musyârakah persis dengan arti
berkerjasama dalam hal permodalan dan kemitraan dalam suatu kongsi bisnis
keuntungan (Sayyid Sabiq, 1987 : 193). (Abdullah Saeed, 2004: 88).
Menurut Mazhab Syafi’ie, musyârakah Firman Allah Q.S. An-Nisa: 12
atau syirkah adalah adanya hak bertindak ‫ں ﮟ ڻ ﮡﭨ‬
hukum bagi dua orang atau lebih pada “Maka mereka bersyarikat pada
sepertiga.”
sesuatu yang disepakatinya. Menurut
Firman Allah Q.S. Shad: 24
ulama mazhab Maliki, musyârakah atau
syirkah adalah pemberian wewenang ‫ﯕ ﯖ ۇ ﯘ‬ ‫ﮯ ۓ ﮱ ڭ ﯔ‬
untuk melakukan tindakan hukum kepada ‫ۆ ﯚ ۈ ﯜ‬
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari
pihak-pihak yang bekerjasama. Menurut orang-orang yang bersyarikat itu
mazhab Hanbali, musyârakah atau syirkah sebagian mereka berbuat dzalim
kepada sebagian yang lain, kecuali
adalah percampuran atau penggabungan orang-orang yang beriman dan
dalam kepemilikan dan wewenang (Habib mengerjakan amal shaleh.”
Nazir,M Hasanudin, 2008: 467). Kedua ayat di atas menunjukkan
diperbolehkannya praktek akad

494 Musyârakah dalam Ekonomi


Vol. I No. 03, Mei 2016

musyârakah. Hanya saja dalam (Q.S. menjaga, memberi pertolongan dan


An-Nisa : 12) perkongsian terjadi berkah-Nya atas usaha perniagaan yang
secara otomatis (jabr) karena waris. dilakukan, usaha yang dijalankan akan
Sementara lafaz “al-khulatâ`” dalam semakin berkembang sepanjang tidak
ayat (Q.S. Shad : 24) terjadi atas dasar ada pihak yang berkhianat. Sebaliknya
akad ikhtiyârî, bisa diartikan saling jika terdapat pihak yang berkhianat
bersekutu atau partnership, bersekutu diantara mereka, maka Allah SWT
dalam konteks ini adalah kerjasama dua akan mengangkat ‘pertolongan’ dan
atau lebih pihak untuk melakukan berkah-Nya atas usaha perniagaan yang
sebuah perniagaan. Berdasarkan dijalankan. Hadis ini secara jelas
pemahaman ini, jelas sekali bahwa menunjukkan urgensi sifat amanah dan
pembiayaan musyârakah tidak membenarkan adanya khianat
mendapatakan legalitas dari syariah. dalam kontrak musyârakah yang

2.2. Teks hadis dijalankan.

‫ﺻﻠﱠﻰ‬ َ ِ‫ ﻗَﺎ َل رَ ﺳُﻮْ ُل ﷲ‬،َ ‫ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُﺮَ ﯾْﺮَ ة‬ 2.3. Taqrir Nabi
:َ‫ﺳﻠﱠﻢ‬
َ َ‫ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ و‬
َ ُ‫ﷲ‬ Taqrir Nabi adalah ketetapan Nabi
‫أَﻧَﺎ ﺛ َﺎﻟِﺚُ اﻟﺸ ِﱠﺮﯾ َﻜﯿْﻦِ ﻣَﺎ ﻟَ ْﻢ ﯾَﺨُﻦْ أَ َﺣﺪ ُ ُھﻤَﺎ‬ atas sesuatu yang dilakukan oleh orang
‫ ﻓَﺈِذَا ﺧَﺎﻧَﮫُ ﺧَﺮَ ﺟْ ﺖُ ﻣِ ﻦْ َﺑ ْﯿ ِﻨ ِﮭﻤَﺎ‬،ُ‫ﺻَﺎﺣِ ﺒَﮫ‬ lain, dan merupakan salah satu
“Dari Abi Hurairoh, Rasulullah metodologi yang bisa digunakan untuk
SAW bersabda: Sesungguhnya Allah
‘Azza wa Jalla berfirman: “ Aku menetabkan sebuah hukum. Relevan
pihak ketiga dari dua orang yang dengan akad musyârakah, setelah
berserikat selama salah satu pihak
tidak menghianati pihak yang lain, Rasulullah SAW diutus menjadi Nabi,
tetapi apabila salah satu pihak masyarakat telah mempraktikkan
menghianati pihak lain, maka Aku
keluar dari keduanya.” (HR.Abu kontrak musyârakah, kemudian
Dawud, 2936) Rasulullah Saw. menetapkan akad
Hadis ini merupakan dalil lain musyârakah sah digunakan masyarakat.
dibolehkannya praktek musyârakah. Taqrir Nabi bisa digunakan sebagai
Hadis ini merupakan hadis qudsi, dan landasan hukum atas keabsahan
kedudukannya sahih menurut Hakim. penggunaan akad musyârakah.
Dalam hadis tersebut Allah SWT 2.4. Ijma’
memberikan pernyataan, bahwa Dia Kesepakatan ulama akan
akan bersama dua orang yang dibolehkannya akad musyârakah
bersekutu dalam suatu usaha dikutip dari Ibnu Qudamah dalam
perniagaan, dalam arti Allah SWT akan

Musyârakah dalam Ekonomi 495


Vol. I No. 03, Mei 2016

kitabnya al-Muqhni (1979 : 109), milik mereka berdua, demikian pula


telah berkata, ”Kaum muslimin telah jika mereka membeli sesuatu
berkonsensus terhadap legitimasi kemudian dibayar berdua maka
musyârakah secara global walaupun barang yang mereka beli itu disebut
terdapat perbedaan pendapat dalam syirkah al-amlak. Berikutnya adalah
beberapa elemen darinya”. Ulama jabari, adalah sesuatu yang berstatus
muslim sepakat akan keabsahan sebagai milik lebih dari satu orang,
kontrak musyârakah secara global, karena mau tidak mau harus
walaupun terdapat perbedaan demikian, artinya tanpa adanya usaha
pendapat diantara mereka atas mereka dalam proses pemilikan
beberapa jenis musyârakah, sehingga barang tersebut, misalnya harta
kontrak ini mendapat pengakuan dan warisan. Karena syirkah berlaku
legalitas syar’i. untuk barang warisan tanpa adanya
usaha dari pemilik barang menjadi
3. Macam-macam Musyârakah
milik mereka bersama (Sayyid Sabiq,
3.1. Jenis Musyârakah
1987 : 194-195).
Secara garis besar, musyârakah
Musyârakah akad atau syirkah
dikategorikan menjadi dua jenis,
al-‘uqûd tercipta dengan cara
yakni: (1) Musyârakah kepemilikan
kesepakatan, dimana dua orang atau
(Syirkah al-`Amlak) dan (2)
lebih setuju bahwa setiap orang dari
Musyârakah akad (Syirkah al’aqd).
mereka memberikan kontribusi modal
Musyârakah kepemilikan (al amlak)
musyârakah, mereka sepakat berbagi
tercipta karena adanya warisan,
keuntungan dan kerugian. Menurut
wasiat atau kondisi lain yang
Wahbah Zuhaili (1989 : 796-803).
mengakibatkan pemilikan satu asset
Musyârakah akad terbagi menjadi
oleh dua orang atau lebih. Dalam
empat, yaitu :
musyârakah ini menurut Sayid Sabiq,
1) Syirkah al-‘inân
kepemilikan atau syirkah amlak
Syirkah al-‘inân adalah kontak
adakalanya bersifat ikhtiyâri atau
antara dua orang atau lebih, setiap
jabarî. Maksud dari ikhtiyâri adalah
orang memberikan suatu porsi dari
bahwa dua orang dihibahkan atau
modal dan partisipasi dalam kerja
diwariskan sesuatu, lalu mereka
semua pihak berbagi dalam
menerima, maka barang yang
keuntungan dan kerugian
dihibahkan dan diwasiatkan menjadi
sebagaimana disepakati oleh

496 Musyârakah dalam Ekonomi


Vol. I No. 03, Mei 2016

mereka, namun porsi masing- Adalah kontrak kerjasama antara


masing pihak (baik dalam dua orang atau lebih, setiap pihak
kontribusi modal kerja maupun memberikan suatu porsi dari
bagi hasil) tidak harus sama atau keseluruhan dana dan berpartisipasi
identik, tapi sesuai dengan dalam kerja, pembagian untung dan
kesepakatan mereka. rugi secara sama, dengan demikian
Mazhab Hanafi dan Hambali syarat utamanya adalah kesamaan
mengizinkan praktik ini dengan dana, kerja, tanggung jawab dan
memilih salah satu alternative beban hutang dibagi masing-masing
berikut: pihak secara sama mazhab Hanafi
a) Keuntungan yang dapat dibagi dan Maliki membolehkan jenis
sesuai dengan kontribusi modal musyârakah ini. (Zuhaili, 1989:
yang diberikan oleh masing- 789). Para pihak yang berserikat
masing pihak. mencampurkan modal dalam jumlah
b) Keuntungan bisa dibagi secara yang sama. Misal : Rp X dicampur
sama, walaupun kontribusi dengan Rp X.
modal masing-masing berbeda. 3) Syirkah al-a’mâl
c) Keuntungan bisa dibagi tidak Kontrak kerjasama dua orang
sama tapi kontribusi dana yang seprofesi untuk menerima pekerjaan
diberikan sama. secara bersama dan berbagi
Mazhab Maliki dan keuntungan dari pekerjaan secara
Syafi’i menerima jenis akad bersama dan berbagi keuntungan
musyârakah ini dengan syarat, dari pekerjaan itu, misalnya,
keuntungan dan kerugian dibagi kerjasama dua orang arsitek untuk
secara proposional sesuai distribusi menggarap sebuah proyek. Mazhab
dana yang ditanamkan. Hanafi, Maliki dan Hanbali setuju
Musyârakah jenis ini yang dan membolehkan. Disini terjadi
diaplikasikan dalam perbankan pencampuran jasa, keahlian /
syariah. Syirkah al-‘inân ini para ketrampilan dari pihak yang
pihak berserikat mencampurkan berserikat.
modal dalam jumlah yang tidak 4) Syirkah al-wujûh
sama. Misal : Rp X dicampur Kontrak kerjasama antara dua
dengan Rp Y. orang atau lebih yang memiliki
2) Syirkah al-mufâwaḍah reputasi dan prestise yang baik

Musyârakah dalam Ekonomi 497


Vol. I No. 03, Mei 2016

serta ahli dalam bisnis. Mereka menjadi satu kesatuan, dan kemudian
membeli barang secara kredit dari menanggung resiko bersama-sama
suatu perusahaan tanpa adanya untuk mendapatkan keuntungan. Di
uang cash, dan kemudian menjual sini keuntungan dan kerugian
barang tersebut secara tunai. ditanggung bersama karena dalam
Mereka berbagi keuntungan dan musyârakah tidak memberikan
kerugian. Musyârakah ini tidak kepastian pendapatan (return) baik
memerlukan modal, karena dari segi jumlah (almount) maupun
pembelian barang dilakukan secara waktu (timing)-nya, musyârakah
kredit dan berdasarkan jaminan merupakan kontrak investasi yang
orang yang bersekutu. secara “sunatullah” (by their nature)
Terjadinya percampuran antara tidak menawarkan return yang tetap
modal dengan reputasi/nama baik dan pasti (fixed and predetermined)
seseorang, lazim disebut musyârakah (Adiwarman Karim, 2004: 67).
piutang. Dalam semua bentuk syirkah ini,
3.2. Rukun Musyârakah berlaku ketentuan sebagai berikut:
Terdapat perbedaan pendapat bila bisnis untung maka pembagian
mengenai rukun musyârakah. Dalam keuntungan didasarkan menurut
pandangan mazhab Hanafi untuk nisbah bagi hasil yang telah
terjadinya syirkah al-’uqûd, harus ada disepakati. Bila rugi, pembagian
ijab dan qabul. Sedangkan menurut kerugian didasarkan menurut porsi
Abdullah Al-Muslih dan Shalah Ash- modal. Perbedaan penetapan ini
Shawi dalam “mâ lâ ya sa’u at-tâjiru karena adanya perbedaan kemampuan
jahluhu” (2004 : 150) menyatakan menyerap (absorpsi) untung dan rugi.
rukun musyârakah ada tiga : Untung sebesar apapun dapat diserap
1) Dua transaktor (akil baligh dan oleh pihak mana saja. Sedangkan bila
mampu membuat pilihan); rugi tidak semua pihak memiliki
2) Objek transaksi (modal, usaha, dan kemampuan menyerap kerugian yang
keuntungan); sama. Dengan demikian bila terjadi
3) Pelafalan akad/perjanjian. kerugian maka besar kemungkinan
Dalam musyârakah pihak-pihak kerugian ditanggung disesuaikan
yang bertransaksi saling dengan besarnya modal yang
mencampurkan asetnya (baik real diinvestasikan.
assets maupun financial assets)

498 Musyârakah dalam Ekonomi


Vol. I No. 03, Mei 2016

Dengan demikian, dalam syirkah Namun pada dasarnya ia tetap


‘inân karena jumlah porsi modal yang menanggung kerugian pula, yakni
dicampurkan oleh masing-masing jatuhnya reputasi atau nama baik
pihak berbeda, maka jumlah (Adiwarman Karim, 2004: 69).
keuntungan yang diterima
4. Aplikasi musyârakah dalam fiqh
berdasarkan kesepakatan nisbah. dan dalam perbankan Islam
Sedangkan bila rugi maka masing- Dalam fiqh, konsep musyârakah
masing pihak akan menanggung digunakan dalam arti yang lebih luas.
kerugian sebesar proporsi modal yang Syarat aplikasi musyârakah dalam
ditanamkan dalam syirkah tersebut. fiqh ini adalah produk ijtihad para
Dalam syirkah mufâwaḍah, fuqahâ`. Abdullah Saeed (1996)
karena porsi modal para pihak menyebut beberapa hal penting yang
besarnya sama, maka besarnya terkait dalam aplikasi musyârakah,
jumlah keuntungan maupun kerugian fokusnya pada musyârakah/syirkah
yang diterima masing-masing pihak al-’inân, yaitu modal, manajemen,
jumlahnya sama. jangka waktu, jaminan dan prinsip
Dalam syirkah al-a’mâl, bila bagi hasil.
mendapatkan laba dibagi menurut 1) Modal
nisbah yang disepakati, sedangkan Modal musyârakah harus
bila terjadi kerugian kedua belah ditentukan dengan jelas, riil, dan
pihak sama-sama menanggungnya, bukan merupakan hutang. Porsi
yakni dalam bentuk hilangnya segala modal tidak harus dalam jumlah
jasa yang mereka konstribusikan. yang sama.
Dalam syirkah al-wujûh, bila 2) Manajemen
terjadi laba, keuntungan dibagikan Para pihak harus memiliki
berdasarkan kesepakatan nisbah kompetensi yakni akil baligh,
antara masing-masing pihak. berakal, dan mampu membuat
Sedangkan bila rugi hanya pemilik pilihan. Dalam musyârakah kedua
modal saja yang menanggung partner memiliki kedudukan yang
kerugian financial. Pihak yang sama/setara, walaupun salah satu
menyumbang reputasi / nama baik, pihak memberikan kontribusi
tidak perlu menanggung kerugian modal lebih besar dari lainnya.
financial. Karena menyumbangkan Mazhab Hanafi mengatakan,
tidak menyumbangkan modal apapun. bahwa dalam pembagian

Musyârakah dalam Ekonomi 499


Vol. I No. 03, Mei 2016

wewenang setiap partner dapat (trust) bagi setiap partner. Dari


mewakilkan seluruh pekerjaannya ketentuan ini setiap partner tidak
kepada orang lain, namun partner dapat meminta jaminan kepada
lainnya mempunyai hak untuk partner yang lain. Menurut Sarakhsi,
tidak mewakilkan pekerjaannya adanya persyaratan dalam kontrak
kepada orang lain. Dalam fiqh yang menghendaki jaminan
memberikan kebebasan kepada (garansi) akan mejadikan kontrak
partner untuk mengelola kerjasama tersebut batal.
sesuai kontrak musyârakah. Setiap
5. Prinsip Bagi Hasil
partner dapat mengadakan bisnis
Mazhab Hanafi dan Hambali
dengan berbagai jalan yang
berpendapat bahwa, pembagian
mendukung terealisasinya tujuan
persentase keuntungan harus
kontrak, yaitu untuk mencapai
ditentukan dalam kontrak.
keutungan (profit), tetapi tidak
Sedangkan menurut Imam Nawawi
menyimpang dari tujuan kontrak
faqih mazhab Syafi’I, keuntungan dan
yang telah disepakati.
kerugian harus dibagi sesuai dengan
3) Jangka waktu
proporsi modal yang diberikan,
Masa berlaku kontrak musyârakah
apakah turut kerja atau tidak, harus
dapat dilakukan untuk jangka
diberikan dalam porsi yang sama
waktu yang pendek (sort periode of
diantara para partner. Pada prinsipnya
time) guna mencapai tujuan yang
setiap partner berhak mendapat
telah disepakati, misalnya dalam
keuntungan disesuaikan dengan
pembelian atau penjualan, dan
modal, peran dalam pekerjaan dan
keuntungan usaha dibagi diantara
tanggung jawab dalam kontrak.
mereka. Dan dapat juga digunakan
Apabila terjadi kerugian (loss),
untuk proyek jangka panjang (long
keempat mazhab sunni sepakat bahwa
term project). Kontrak ini dapat
dalam musyârakah tidak ada
diakhiri oleh setiap partner dengan
fleksibelitas dalam pembagian kerugian
memberitahu kepada partner lain
dengan perbandingan, kontribusi modal
dalam setiap waktu.
yang disertakan dalam kontrak.
4) Jaminan
Menurut Jaziri jika salah satu partner
Keempat mazhab sunni, mengaskan
menetukan bahwa partner lain harus
bahwa kontrak musyârakah
menanggung resiko melebihi rasio
didasarkan atas dasar “kepercayaan”

500 Musyârakah dalam Ekonomi


Vol. I No. 03, Mei 2016

kontribusi modal, maka kontrak (membuka kartu kredit atau LC)


tersebut menjadi batal dan tidak sah. ketika diperlukan dan memonitor
Prinsip ini didasarkan pada penjelasan kemajuan musyârakah melalui
Kholifah Ali bin Abi Thalib (w. catatan terakhir dari laporan
40H/660M) yang menyatakan, partner.
keuntungan (profit) dibagi berdasarkan Kontrak musyârakah ini
kesepakatan yang dicapai dalam bermanfaat bagi bank Islam
kontrak, sedangkan kerugian (loss) sebagai sarana pencairan modal
dibagi berdasarkan kontribusi modal dengan cepat serta memacu
yang disertakan (Abdullah Saeed, perputaran modalnya lebih tinggi,
2004: 110). sehingga keuntungannya juga lebih
besar atau tinggi. Aktivitas bank
6. Aplikasi Musyârakah dalam
Perbankan Islam ini bertujuan untuk memperluas
Bentuk-bentuk pembiayaan dan melayani (diversifikasi)
musyârakah yang digunakan dalam berbagai macam usaha dan
Bank Islam, menurut Abdullah Saeed meminimalisasi resiko dalam
adalah musyârakah dalam operasional investasinya. Menurut
perdagangan, partisipasi berkurang, Husein Kamil dari Faisal Islamic
dan partisipasi permanen. Bank of Egypt dan Gharib Nasher
1) Musyârakah dalam perdagangan dari International Islamic Bank
Tujuan spesifik dari perjajian for Investment and Development
musyârakah dalam perdagangan (Abdullah Saeed, 2004: 113).
adalah seperti pembelian dan Rasio modal umumnya
penjualan sebuah mesin atau tergantung pada karakteristik
komoditas. Pihak bank dan partner, partner bank, jumlah modal dan
keduanya memberikan kontribusi keamanan maupun resiko yang
modal tetapi pihak partnerlah yang mungkin terjadi.
menjalankan menejemen 2) Partisipasi berkurang
penjualan, pembelian, pemasaran, Partisipasi didefinisikan sebagai
dan akuntansi yang terkait dalam bentuk kerja sama (antara bank
usaha tersebut. Fungsi bank sendiri dan partner), bank membantu
adalah untuk membiayai transaksi partner untuk dapat memiliki suatu
yang menjadi bagiannya, proyek secara bertahap
menyediakan pelayanan perbankan berdasarkan syarat-syarat yang

Musyârakah dalam Ekonomi 501


Vol. I No. 03, Mei 2016

ditetapkan dalam kontrak partisipasi permanen ini bisa di


musyârakah. Dalam kontrak samakan dengan modal ventura,
musyârakah parsipasi berkurang misalnya, suatu lembaga keuangan
ini, merupakan kontrak dimana syariah melakukan investasi dalam
partner tidak menginginkan kepemilikan suatu perusahaan,
kerjasama secara kontinyu dengan dengan skema modal ini bank
bank dan menginginkan usaha menanamkan modal untuk jangka
tersebut menjadi miliknya. waktu tertentu, kemudian
Misalnya, pembiayaan proyek melakukan divestasi (menjual
dimana bank dan partner sama- bagian sahamnya).
sama menyediakan dana untuk Syarat pembiayaan musyârakah
membiayai proyek, setelah selesai di perbankan Islam menurut
partner mengembalikan dana dan Abdullah Saeed adalah modal,
bagi hasil yang telah disepakati jaminan, masa berlakunya kontrak
kepada bank. dan prinsip bagi hasil.
3) Partisipasi permanen (1) Modal
Didefinisikan sebagai bentuk Bank Islam umumnya
kontrak musyârakah, dimana bank menyediakan modal dan
membiayai bagian modal dan nasabah menyediakan lainnya
menjadikannya sebagai pemegang menurut Tadamon Islamic
saham, berpartisipasi dalam Bank, rasio perbandingan
manajemen, dan melakukan saham bank dengan partner
pengawasan proyek bersama ditentukan menurut
dengan partnernya dengan syarat kesepakatan dan
bank akan berbagi keuntungan mempertimbangkan situasi
(profit) dan kerugian (loss) keuangan partner. Bank
sebagaimana ketentuan yang telah mensyaratkan nasabah yang
disepakati dalam kontrak. Istilah kaya membayar persentase
permanen tidak berarti selamanya, modal lebih tinggi, tetapi tidak
sebab kerjasama ini hanya berlaku pada nasabah yang tidak
sampai selesainya proyek atau mampu membayar persentase
sampai batas waktu yang berdasarkan keadaan yang
ditentukan pada akhir kontrak sebenarnya.
musyârakah. Kontrak musyârakah (2) Jaminan

502 Musyârakah dalam Ekonomi


Vol. I No. 03, Mei 2016

Meskipun seluruh mazhab timbul dari pemberhentian


fiqh tidak membolehkan kontrak ini. menurut Jordan
meminta jaminan kepada Islamic Bank, bank dapat
partner sebagai kepercayaan. meminta mengakhiri kontrak
Bank-bankIslam tetap musyârakah, jika bank
mengharuskan partner mereka memandang apabila kontrak
memberikan jaminan untuk dilangsungkan akan sia-sia
melindungi bank dalam tanpa hasil atau pihak partner
kontrak musyârakah. Pihak ketahuan melanggar ketentuan
bank (pihak pertama) yang telah disepakati dalam
mempunyai hak untuk kontrak. Bank melakukannya
meminta kepada partnerya dengan jalan memberi
sebagai pihak kedua (dalam peringatan terlebih dahulu
kasus apabila jaminan yang atau bersumber dari aturan
sudah diberikan kepada bank hukum yang mengatur
tidak cukup). pemberhentian kontrak
(3) Masa berlakunya kontrak tersebut.
Setiap kontrak perlu (4) Prinsip bagi hasil
ditentukan masa berlakunya, Bank-bank Islam umunya
karena kebanyakan kontrak tidak sama dalam menjalankan
khususnya dalam perdagangan proyek bagi hasil dari proyek
dilakukan dalam jangka waktu usaha mereka dalam
pendek dan untuk tujuan pembiayaan musyârakah.
khusus. Jika masa berlakunya Prinsip bagi hasil secara luas
kontrak kurang, maka dapat dilaksanakan tergantung
diperpanjang masa kontrak peranan partner dalam
tersebut melalui persetujuan mengelolan proyek
kedua belah pihak. Kontrak musyârakah. Kontribusi
musyârakah dapat diakhiri modal dari kedua belah pihak
melalui persetujuan kedua yaitu partner dan bank.
belah pihak dengan catatan, Aplikasi dari pembiayaan
bahwa pihak partner musyârakah (untuk tujuan
membayar kepada pihak bank perdagangan) dari IIBID
semua tanggung jawab yang (International for Invesment

Musyârakah dalam Ekonomi 503


Vol. I No. 03, Mei 2016

Development) misalnya bank memastikan menerima


menawarkan pembagian pengembalian investasi awal yang
keuntungan musyârakah diberikan beserta keuntungan yang
sebagai berikut: diperoleh, dan meminta berbagai
(a) Menentukan tingkat macam garansi yang dijadikan untuk
persentase partner melindungi kepentingannya dalam
berdasarkan usaha-usaha usaha tersebut, dengan garansi ini
dalam pembelian, kelihatannya pihak bank melempar
penjualan, penyimpanan, segala resiko usaha musyârakah
dan seluruh tangguhan kepada partnernya, serta
yang berkaitan dengan menentukan batas waktu bagi
musyârakah. berlakunya kontrak musyârakah. Di
(b) Menentukan tingkat sini tidak ada keseragaman antara
persentase bagi bank bank-bank Islam dalam
berdasarkan pengawasan menjalankan metode bagi hasil,
dan manajemen terhadap walaupun metode yang digunakan
proyek musyârakah. bermacam-macam namun esensinya
(c) Menentukan tingkat sama.
persentase keuntungan
C. Simpulan
yang akan diterima
Musyârakah adalah suatu akad
berdasarkan rasio
kerjasama antara dua belah pihak atau
kontribusi modal yang
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana
disertakan dalam kontrak
masing-masing pihak memberikan
musyârakah.
konstribusi dana dengan kesepakatan
Bank Islam tampaknya
bahwa keuntungan dan resiko akan
cenderung dominan menggunakan
ditanggung sesuai dengan kesepakatan
bentuk musyârakah dalam
atau kebolehan.
perdagangan untuk jangka waktu
Para ulama fiqh sepakat tentang
pendek, meskipun bentuk lain tetap
keabsahan atau kebolehan praktek
digunakan. Dalam pembiayaan
musyârakah ini secara global, sehingga
musyârakah kontribusi modal
mendapat pengakuan dan legalitas syar’i.
berasal dari bank dan partner. Pihak
Pada bank-bank Islam praktek
bank mengawasi bagaimana usaha
musyârakah telah mengalami
musyârakah dijalankan sehingga

504 Musyârakah dalam Ekonomi


Vol. I No. 03, Mei 2016

perkembangan dan kecenderungan membolehkan meminta jaminan kepada


menggunakan musyârakah dalam partner sebagai kepercayaan,namun
perdagangan untuk jangka pendek. bank-bank Islam mengharuskan mereka
Pembiayaan musyârakah ini konstribusi untuk memberikan jaminan.
modalnya berasal dari bank dan partner.
***
Meskipun seluruh mazhab fiqh tidak

Daftar Pustaka

Antonio, M. Syafi’i. 1999. Bank Syariah Nazir, Habib dan Hasanudin,


bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, Muhammad. 2008. Ensiklopedi
t.tp. Dar Al Iktiba’. Ekonomi dan Perbankan Syariah.
_______________. 2008. Bank Syariah Bandung : Kafa Pulishing.
dari Teori dan Praktek. Jakarta : P.T. Muslih, Muslihun. 2005. Fiqh Ekonomi.
Gema Insani Pers. Mataram : LKIM IAIN Mataran.
Departemen Agama RI. 1995. Al-Qur’an Rahman, A. 2003. Doktrin Ekonomi
dan Terjemahan. Semarang : PT. Islam jilid 4. Yogyakarta : P.T. Dana
Karya Toha Putra. Bakti Wakaf.
Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Sabiq, Sayid. 1987. Fiqh Sunnah 13.
Fiqh Muamalah. Yogyakarta : Bandung : P.T. al-Ma’arif
Pustaka Pelajar. Saeed, Abdullah. 2004. Bank Islam dan
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Bunga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Analisis Fiqh dan Keuangan. Zuhaili, Wahbah. 1989. Al-Fiqh al-
Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada. Islâmî wa `Adillatahu, Damaskus :
al Muslih, Abdullah dan Ash Shawi, Dâr al-Fikr.
Shalah. 2004. Fiqh Ekonomi
Keuangan Islam. Jakarta : Darul Haq.

Musyârakah dalam Ekonomi 505

Anda mungkin juga menyukai