ABSTRAK
Pesatnya perkembangan dunia ekonomi khususnya lembaga-lembaga keuangan
Islam atau perbankan Islam yang usaha pokoknya mengadakan transaksi produk-
produk bank yang Islami, yakni notabene harus terhindar dari unsur riba, terhindar
dari transaksi bâṭil, dan terhindar dari prinsip kezaliman. Berangkat dari sinilah
kemudian diangkat salah satu konsep ekonomi Islam musyârakah (Partnership,
Project Financing, Trust Invesment ) yang dalam operasionalnya menghendaki
adanya profit and loss sharing (PLS) baik dalam keuntungan maupun kerugian,
aplikasi dalam fiqh dan perbankan Islam. Musyârakah merupakan suatu akad
kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana
masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung sesuai dengan kesepakatan atau
kebolehan. Para ulama fiqh sepakat tentang keabsahan atau kebolehan praktek
musyârakah ini secara global, sehingga mendapat pengakuan dan legalitas syar’i.
Sedangkan pada bank-bank Islam praktek musyârakah telah mengalami
perkembangan sehingga berbeda dengan apa yang ditemukan dalam fiqh.
ﺻﻠﱠﻰ َ ِ ﻗَﺎ َل رَ ﺳُﻮْ ُل ﷲ،َ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُﺮَ ﯾْﺮَ ة 2.3. Taqrir Nabi
:َﺳﻠﱠﻢ
َ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ و
َ ُﷲ Taqrir Nabi adalah ketetapan Nabi
أَﻧَﺎ ﺛ َﺎﻟِﺚُ اﻟﺸ ِﱠﺮﯾ َﻜﯿْﻦِ ﻣَﺎ ﻟَ ْﻢ ﯾَﺨُﻦْ أَ َﺣﺪ ُ ُھﻤَﺎ atas sesuatu yang dilakukan oleh orang
ﻓَﺈِذَا ﺧَﺎﻧَﮫُ ﺧَﺮَ ﺟْ ﺖُ ﻣِ ﻦْ َﺑ ْﯿ ِﻨ ِﮭﻤَﺎ،ُﺻَﺎﺣِ ﺒَﮫ lain, dan merupakan salah satu
“Dari Abi Hurairoh, Rasulullah metodologi yang bisa digunakan untuk
SAW bersabda: Sesungguhnya Allah
‘Azza wa Jalla berfirman: “ Aku menetabkan sebuah hukum. Relevan
pihak ketiga dari dua orang yang dengan akad musyârakah, setelah
berserikat selama salah satu pihak
tidak menghianati pihak yang lain, Rasulullah SAW diutus menjadi Nabi,
tetapi apabila salah satu pihak masyarakat telah mempraktikkan
menghianati pihak lain, maka Aku
keluar dari keduanya.” (HR.Abu kontrak musyârakah, kemudian
Dawud, 2936) Rasulullah Saw. menetapkan akad
Hadis ini merupakan dalil lain musyârakah sah digunakan masyarakat.
dibolehkannya praktek musyârakah. Taqrir Nabi bisa digunakan sebagai
Hadis ini merupakan hadis qudsi, dan landasan hukum atas keabsahan
kedudukannya sahih menurut Hakim. penggunaan akad musyârakah.
Dalam hadis tersebut Allah SWT 2.4. Ijma’
memberikan pernyataan, bahwa Dia Kesepakatan ulama akan
akan bersama dua orang yang dibolehkannya akad musyârakah
bersekutu dalam suatu usaha dikutip dari Ibnu Qudamah dalam
perniagaan, dalam arti Allah SWT akan
serta ahli dalam bisnis. Mereka menjadi satu kesatuan, dan kemudian
membeli barang secara kredit dari menanggung resiko bersama-sama
suatu perusahaan tanpa adanya untuk mendapatkan keuntungan. Di
uang cash, dan kemudian menjual sini keuntungan dan kerugian
barang tersebut secara tunai. ditanggung bersama karena dalam
Mereka berbagi keuntungan dan musyârakah tidak memberikan
kerugian. Musyârakah ini tidak kepastian pendapatan (return) baik
memerlukan modal, karena dari segi jumlah (almount) maupun
pembelian barang dilakukan secara waktu (timing)-nya, musyârakah
kredit dan berdasarkan jaminan merupakan kontrak investasi yang
orang yang bersekutu. secara “sunatullah” (by their nature)
Terjadinya percampuran antara tidak menawarkan return yang tetap
modal dengan reputasi/nama baik dan pasti (fixed and predetermined)
seseorang, lazim disebut musyârakah (Adiwarman Karim, 2004: 67).
piutang. Dalam semua bentuk syirkah ini,
3.2. Rukun Musyârakah berlaku ketentuan sebagai berikut:
Terdapat perbedaan pendapat bila bisnis untung maka pembagian
mengenai rukun musyârakah. Dalam keuntungan didasarkan menurut
pandangan mazhab Hanafi untuk nisbah bagi hasil yang telah
terjadinya syirkah al-’uqûd, harus ada disepakati. Bila rugi, pembagian
ijab dan qabul. Sedangkan menurut kerugian didasarkan menurut porsi
Abdullah Al-Muslih dan Shalah Ash- modal. Perbedaan penetapan ini
Shawi dalam “mâ lâ ya sa’u at-tâjiru karena adanya perbedaan kemampuan
jahluhu” (2004 : 150) menyatakan menyerap (absorpsi) untung dan rugi.
rukun musyârakah ada tiga : Untung sebesar apapun dapat diserap
1) Dua transaktor (akil baligh dan oleh pihak mana saja. Sedangkan bila
mampu membuat pilihan); rugi tidak semua pihak memiliki
2) Objek transaksi (modal, usaha, dan kemampuan menyerap kerugian yang
keuntungan); sama. Dengan demikian bila terjadi
3) Pelafalan akad/perjanjian. kerugian maka besar kemungkinan
Dalam musyârakah pihak-pihak kerugian ditanggung disesuaikan
yang bertransaksi saling dengan besarnya modal yang
mencampurkan asetnya (baik real diinvestasikan.
assets maupun financial assets)
Daftar Pustaka