Anda di halaman 1dari 6

DASAR HUKUM AKAD MUSYARAKAH TERHADAP

TRANSAKSI EKONOMI
AISYAH SALVIRA
NIM 232105030040
aisyahsalvira66@gmail.com
A. Pendahuluan
Musyarakah atau biasa dikenal dengan syarikah atau syirkah berasal dari
kata fi’il madhi (ً ً َ – ‫و‬
َ ‫ ي رك ْا ش‬- ‫ ) ش ك‬artinya:
‫كة‬ – َ
‫ر‬
sekutu atau teman perusahaan, perkumpulan, perkumpulan (Munawwir
1984:765). Syirkah secara etimologis mempunyai arti campur atau
percampuran. Niat dari Pencampur di sini adalah seseorang yang
mencampurkan harta dengan harta yang lain hingga menimbulkan kesulitan
antara satu pihak dengan pihak lainnya dibedakan lagi (Al-Jaziri, 1990:60).1
Musyarakah (kerjasama kapitalis) adalah perjanjian kerja sama antara
dua pihak pihak atau lebih pada bisnis tertentu dan masing-masing pihak
memberikan modal dengan manfaat dan risiko bersama sesuai kesepakatan.
Musyaakah dapat dibagi menjadi lima bagian: (wujuh, 'inan, abdan,
muwafadah dan mudarabah). Syirkah muwafadah, inilah saatnya para pihak
berkumpul untuk menggabungkan modal dan jumlah yang sama yaitu Rp. Di
campur Rp.
Bentuk syirkah selanjutnya adalah syirkah abdan, khususnya perpaduan
jasa antar umat yang berkumpul. Lebih awal Bentuk syirkah abdan ini tidak
melibatkan pencampuran uang apa pun, tetapi memang demikian merupakan
perpaduan keahlian/keterampilan para pihak yang tergabung dalam serikat
pekerja. Syirkah yang terakhir adalah syirkah mudarabah. Dalam syirkah ini
terjadi kombinasi modal dan layanan profesional/keterampilan pemangku
kepentingan Persatuan2.

1
Aziroh, N. (2014). Musyarakah dalam Fiqih dan Perbankan Syariah. Equilibrium, 2(2), 310-
327.
2
Darmawati, D. (2018). Akad Dalam Transaksi Ekonomi Syari’ah. Sulesana: Jurnal Wawasan
Keislaman, 12(2), 143-167.
Aisyah Salvira | 1
PEMBAHASAN
1. Dasar Hukum Musyarakah
Dasar hukum Musyarakah adalah sebagai berikut: Pertama; Al Quran.
Dalam Alquran AllahSWT bersabda dalam surat Shaad ayat 24 yang artinya
"Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat dhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal sholeh." (Depag,1997:735-736).
Hasbi Ash Shidieqy (2000:3505) menjelaskan hal ini terutama
Kolaborator selalu ingin merugikan mitra bisnisnya, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh karena mereka orang tidak ingin
mengancam orang lain. Namun karena jumlah orang tersebut sangat sedikit. Dan
juga dalam surat An-Nisa ayat 12 artinya “Tapi kalau saudaranya lebih dari
satu, maka mereka sekutu di bagian ketiga ini, setelah wasiat terpenuhi olehnya
atau setelah melunasi hutangnya dengan tidak memberikan madhorot (Allah
yang memutuskan demikian) syariat yang sebenarnya Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Pengampun. (Depag,1997: 117)3
2. Syarat Musyarakah
Adapun syarat-syarat syirkahnya adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada bentuk akad yang khusus, akad dianggap sah apabila
lisan/tulisan, kontrak terdokumentasi dan adalah seorang saksi.
2. Mitra harus mempunyai kewenangan yang cukup untuk
memberikan/menerima hak perwalian.
3. Modal harus dalam bentuk uang tunai, emas, atau perak dengan nilai
yang sama, jika memungkinkan termasuk properti komersial.
4. Partisipasi mitra dalam pekerjaan merupakan aturan dasar dan salah
satunya tidak sah termasuk tidak adanya partisipasi mitra lain. Tapi sebagian
kinerja pekerjaannya juga tidak harus sama dengan sebagian keuntungan yang
diterima.4

3
Aziroh, N. (2014). Musyarakah dalam Fiqih dan Perbankan Syariah. Equilibrium, 2(2), 310-
327.
4
Abdul Ghafar Anshori, Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (konsep, regulasi, dan
implementasi), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), h.119

Aisyah Salvira |
3. Rukun Musyarakah
Musyarakah, memiliki beberapa rukun, antara lain:
1. Ijab-qaboul (sighat, menghela nafas) Ada kesepakatan antara kedua pihak transaksi.
2. Kedua belah pihak mengadakan perjanjian ('aqidani) dan terampil memastikan
manajemen aset.
3. Objek aqad (mahal) disebut juga dengan ma'qud alaihi, yang mana termasuk modal
atau tenaga kerja.
4. Nisbah bagi hasil.5
4. Macam Macam Musyarakah
Secara garis besar syirkah terbagi kepada dua bagian
1. Syirkah Al-Amlak
2. Syirkah Al-‘Uqud6
1. Syirkah Al-Amlak
Syirkah al-amlak (syirkah milik) ibarat dua orang atau lebih kepemilikkan suatu
objek atas objek lain tanpa ada akad syirkah.7 Dari definisi tersebut kita dapat
memahami bahwa syirkah itu milik adalah syirkah dimana dua orang atau lebih
berkumpul memiliki suatu benda tanpa mengadakan akad syirkah. Misalnya dua
masyarakat menerima subsidi untuk sebuah rumah. Dalam contoh ini, rumah itu milik
dua orang melalui sumbangan, tidak diperlukan kontrak syirkah antara dua orang yang
menerima hadiah.
Dalam syirkah al-amlak, terbagi dalam dua bentuk, yaitu:
a. Syirkah al-jabr
Berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan suatu benda secara paksa.8
b. Syirkah Ikhtiyariyah
Yaitu suatu bentuk kepemilikan bersama yang timbul karena perbuatan orang-
orang yang berserikat.9

5
Naf‟an, Pembiayaan Musyarakah dan. . ., h.98.
6
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, cet ke-1, 2010), h.344. 9
7
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,( Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.129.
8
Suhendi, Fiqh Muamalah...., h.130.
9
Muslich, Fiqh Muamalat...., h.344.

Aisyah Salvira |
2. Syirkah Al-‘Uqud
Shirkah al-uqud (kemitraan kontrak), dapat dipertimbangkan sebagai kemitraan
sejati, karena para pihak melibatkan keinginan sukarela untuk membuatnya perjanjian
investasi bersama dan pembagian risiko.
Syirkah al-Uqud dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
a. Syirkah Mufawwadah.
Ini adalah perjanjian kerjasama komersial antara dua pihak atau lebih. Selain itu,
masing-masing pihak harus menyetor modal mempunyai penyertaan modal dan
penyertaan yang sama dalam laba perusahaan atau Risiko dibagi secara merata.
b. Syirkah Inan
Ini adalah perjanjian kerjasama komersial antara dua orang atau lebih, yang harus
dibayar oleh setiap mitra kerja dana modal mempunyai kontribusi modal yang belum
tentu sama. Pembagian hasil usaha sesuai kesepakatan, belum tentu tergantung pada
kontribusi finansial yang diberikan.10
c. Syirkah Al-‘Amal
Syirkah al-'amal adalah akad kerjasama antara dua orang pekerjaan yang sama untuk
setuju bekerja sama dan bagikan manfaat kerja.11
d. Syirkah Al-Wujuh
Kontrak antara dua orang atau lebih yang memilikinya pratise dan reputasi yang
baik serta pakar bisnis, mereka pembelian secara kredit dari perusahaan dan menjual
barang secara cash. Syirik ini disebut juga tanggung jawab syirkah tanpa tenaga kerja
atau modal.12
e. Syirkah Mudharabah
Merupakan kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih yang mana satu pihak
sebagai shahibul maal yang menyediakan dana 100% untuk keperluan usaha, dan pihak
lain tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai pengelola atas usaha yang dijalankan,
disebut mudharib.13

10
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group), h.177-
11
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Press, 2001, h.50
12
Mardani, Hukum Bisnis Syariah...., h.144-145.
13
Ismail, Perbankan Syariah...., h.179.

Aisyah Salvira |
KESIMPULAN
1. Dasar Hukum Musyarakah Dasar hukum Musyarakah adalah sebagai berikut:
Pertama; Al Quran. Dalam Alquran AllahSWT bersabda dalam surat Shaad ayat
24 yang artinya "Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat dhalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh."
(Depag,1997:735-736).
2. Hasbi Ash Shidieqy (2000:3505) menjelaskan hal ini terutama Kolaborator
selalu ingin merugikan mitra bisnisnya, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh karena mereka orang tidak ingin mengancam orang
lain. Namun karena jumlah orang tersebut sangat sedikit.
3. Dan juga dalam surat An-Nisa ayat 12 artinya "Tapi kalau saudaranya lebih dari
satu, maka mereka sekutu di bagian ketiga ini, setelah wasiat terpenuhi olehnya
atau setelah melunasi hutangnya dengan tidak memberikan madhorot (Allah
yang memutuskan demikian) syariat yang sebenarnya Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Pengampun. (Depag,1997: 117)
4. Syarat Musyarakah Adapun syarat-syarat syirkahnya adalah sebagai berikut: 1.
Tidak ada bentuk akad yang khusus, akad dianggap sah apabila lisan/tulisan,
kontrak terdokumentasi dan adalah seorang saksi.

Aisyah Salvira |
DAFTAR PUSTAKA
Aziroh, N. (2014). Musyarakah dalam Fiqih dan Perbankan Syariah. Equilibrium, 2(2), 310-327.
Darmawati, D. (2018). Akad Dalam Transaksi Ekonomi Syari’ah. Sulesana: Jurnal Wawasan
Keislaman, 12(2), 143-167.
Maruta, H. (2016). Akad Mudharabah, Musyarakah, Dan Murabahah Serta Aplikasinya Dalam
Masyarakat. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 5(2), 80-106.

Aisyah Salvira |

Anda mungkin juga menyukai