MUSYAR0KAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fiqih Muamalah
Dosen Pengampu :
Muflihatul Bariroh, M.S.I
Disusun Oleh :
1
PENDAHULUAN
Syirkah merupakan konsep yang secara tepat dapat memecahkan permasalahan permodalan.
Syirkha sangat penting peranya dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat. Terjadinya
kemandegan ekonomi sering terjadi karena pemilik modal tidak mampu mengelola modalnya
sendiri atau sebaliknya mempunyai kemampuan mengelola modal tetapi tidak memiliki
modal tersenbut dapat terpecahkan dalam syirkah yang dibenarakan dalam syariah islam.
Manusia sebagai mahluk sosial tidak amapu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
pertolongan orang lain. Salah satu bentuk manusia saling ketergantungan dan saling
menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya adlah dengan melakukan kerjasama dalam
mengelola harta yang mereka miliki untuk mendapatkan hasil yang kemudian hasil tersebut
mereka bagi sesuai dengan kesepakatan, bentuk kerja sama ini dikenal dengan istilah syirkah.
Jadi, syirkah sudah dilakukan oleh manusia sejak mereka hidup dan berusaha memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada waktu Islam datang dan risalahnya di sampaikan oleh Nabi
Muhammad SAW terdapat beberapa aturan (rukun dan syarat) dalam melakukan kerja sama
supaya kerja sama tersebut halal, seperti, dalam kerja sama mengelola harta akad nya harus
jelas, tidak boleh ada unsur paksaan, harus saling amanah, benda yang di tasyarufkan harus
yang bernilai harta, milik sendiri, dan laian lain.
Perserikatan maupun persekutuan usaha merupakan hal yang biasa, bahkan menjadi
hal yang utama. Dalam islam, bentikanya telah dikenal dengan nama syirkah yag lebih diakui
paling dekat dengan konsep fiqih muamalah. Mas’adi menjadikan Allah menjadikan manusia
dengan saling membutuhkan satu sama lainya, supaya mereka saling toong menolong, tukar
menukar kepereluan dan segala urusan yang menyangkut kepentingan hidup masing-masing ,
baik dengan jalan jual beli, sewa menyewa bercocok tanam atau perusahaan dan lain-lain,
baik dalam urusan kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Dengan demikian
kehidupan masyarakat menjadi lebih teratur, pertalian antara satu dengan yang lain menjadi
baik. System perilaku tersebut dalm islam disebut muamalah. Karena itu penyebutan syirkah
yang sesuai syariah secara formal sangat penting untuk membedakan dari praktek usaha
lainya. Penyebutan istilah syariah secara legal formal, baik pada tataran konsep maupun
penerapanya, merupakan langkah penting. Sebaliknya, pemaknaan syariah hanya terbatas
dalm nilai-nilai etika atau moral semata, tidak akan mempunyai daya perubahan.
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Syirkah
1. Pengertian Syirkah
a. Ulama’ Hanafiah
b. Ulama’ Malikiyah
Menurut ulama’ Malikiyah perkongsian adalah izin untuk mendaya gunakan
(tasharuf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya,
yakni kerduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk
mendayagunakan harta milik keduanya, namun keduanya masing-masing
mempunyai hak untuk bertasharuf5
c. Ulama’ Syafiiyah
1
Ghufron A Masadi, Fiqih Muamalah Kontekstual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 191
2
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, PT Hidakarya Agung, Jakarta, 1998, hal 196
3
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah Kencana, Jakarta, 2012, hal 220
4
Rahmad Syafe’i, Fiqih Muamalah, Puataka Setia, Bandung, 2000, hal 185
5
Udin Syaripudin, Syirkah dan Aplikasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, 2016, hal 68
2
Menurut ulama’ Syafiiyah, syirkah adalah hak ketetapan pada suatu yang
dimiliki seorang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui)
d. Ulama’ Hanabilah
Menurut ulama’ Hanabilah, Syirkah adalah Perhimpunan adalah hak
(kewenangan) atau pengolahan harta (tasharuf).6
a. Al-Quran
Dasar perserikatan ini dapat dilihat dalam ketentuan Al-Quran Surat Shad
ayat 24
Kata khulathaa dalam ayat di atas adalah orang yang melakukan kerja sama.
Ayat ini menunjukkan kebolehan perkongsian, dan larangan untuk menzalimi
mitra kongsi.9
6
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 127
7
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2007, hal 166
8
QS. Shad (38) ayat 24
9
Saleh AL-Fauzan, Al-Mulakhasul Fiqih, Alih Bahasa Abdul Hayyie al-Kattani, Ahmad Ikhwani dan
budiman Mustofa, Cetakan 1, Gema Insani Pers, Jakarta, 2005, hal 464
3
Surah Al- Isra ayat 64
ْدهُ ۗ ْمM َوا ِل َوااْل َوْ اَل ِد َو ِعMار ْكهُ ْم فِى ااْل َ ْم
ِ M ك َو َش َ ِك َواَجْ لِبْ َعلَ ْي ِه ْم بِخَ ْيل
َ ِك َو َر ِجل َ َِوا ْستَ ْف ِز ْز َم ِن ا ْستَطَعْتَ ِم ْنهُ ْم ب
َ ِصوْ ت
َو َما يَ ِع ُدهُ ُم ال َّشي ْٰطنُ اِاَّل ُغرُوْ رًا
Artinya: “dan hanguslah siapa yang kamu sanggupi diantara mereka dengan
ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu
yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak
dan beri janjilah mereka”.10
b. Hadis
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi Hurairoh dari Nabi Muhammad
Saw, bersabda:
10
QS.Al-Isra (17) ayat 64
4
Mishshishi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Az
Zibriqan, dari Abu Hayyan At Taimi, dari ayahnya dari Abu Hurairah
dan ia merafa'kannya. Ia berkata; sesungguhnya Allah berfirman: "Aku
adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu, selama tidak ada
salah seorang diantara mereka yang berkhianat kepada sahabatnya.
Apabila ia telah mengkhianatinya, maka aku keluar dari keduanya."
(HR. Abu Daud dan disahkan oleh Hakim)11
Allah SWT. akan menjaga dan menolong dua orang yang bersekutu dan
menurunkan berkah pada pandangan mereka. Jika salah seorang yang bersekutu
itu mengkhianati temanya, Allah SWT akan menghilangkan pertolongan dan
keberkehan tersebut. Hadits lainya adalah dari Abdullah bin Masud ra berkata:
5
keduanya atau salah satu dari keduanya telah berkhianat, maka Allah SWT akan
meninggalkan mereka dengan tidak memberikan berkah dan pertolongan.
c. Al-Ijma’
6
dalam syirkah.
2. Cara membagi keuntungan diantara mereka berdua
Sesungguhnya merek telah sepakat bahwa apabila keuntungan tersebut mengikuti
modal usaha, maka keuntungan tersebut dibagi dua diantara mereka.
1. Syarat yang berlaku bagi dua orang yang berakat atau yang bekerjasama
2. Syarat yang berlaku bagi dua orang yang berakat atau yang bekerjasama
3. Modal yang dijadikan perserikatan atau kerjasama boleh berupa emas atau
perak.16
C. Macam-Macam Syirkah
Secara garis besar, Zuhaili (1989:976) menyatakan syirkah dibagi menjadi dua
jenis, yakni syirkah kepemilikan (syirkah al-amlak) dan syirkah (al-aqd). Syirkah
kepemilikkan tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lain yang mengakibatkan
pemilikkan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam syirkah ini kepemilikkan dua
orang atau lebih terbagi dalam dua aset nyata dan berbagi dari keuntungan yang
dihasilkan dari asret tersebut.
Syirkah akad tercipta karena kesepakatan dua orang atau lebih yang menyetujui
bahwa tiap-tiap orang dari mereka memberikan kontribusi dari modal syirkah, mereka
pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah akad terbagi menjadi syirkah
al-‘inan, al-mufawadhah, al-‘amal, syirkah wujuh dan syirkah mudharabah. Para ulama
berbeda pendapat tentang al- mudharabah, ada yang menilai masuk dalam kategori al-
musyarokah dan ada yang menilai berdiri sendiri.17
Pembagian syirkah yang disampaikan oleh Zuhaily tersebut senada dengan syirkah
yang diungkapkan oleh Firdaus bahwa para ulama membagi syirkah ke dalam bentuk-
bentuk dijelaskan di bawah ini:
16
Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Ghalia Indonesia, Bogor, 2012, hal 151
17
Fathurahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah, Sinar Grafika, cetakan kedua, Jakarta, 2013, hal 101
7
a. Syirkah Amlak
Syirkah amlak ini adalah beberapa orang memiliki secara bersama-sama
sesuatu barang, pemilikan secara bersama-sama atas sesuatu barang tersebut bukan
disebabkan adanya perjanjian di antara para pihak (tanpa ada akad atau perjanjian
terlebih dahulu), misalnya pemilikan harta secara bersama-sama yang disebabkan/
diperoleh karena pewarisan.18 Perkongsiasn ini ada dua macam yaitu perkongsian
sukarela dan perkongsian paksaan.
Hukum dari kedua jenis perkongsian ini adalah salah seorang yang
bersekutu seolah-olah sebagai orang lain dihadapan yang bersekutu lainya.
Oleh karna itu, salah seorang diantara mereka tidak boleh mengolah harta
perkongsian tersebut tanpa izin dari teman sekutunya, karna keduanya tidak
mempunyai wewenang untuk menentukan bagian masing-masing.20
b. Syirkah Uqud
Syirkah uqud ini ada atau terbentuk disebabkan para pihak memang sengaja
melakukan perjanjian untuk bekerja sama atau bergabung dalam suatu kepentingan
harta (dalam bentuk penyertaan modal) dan didirikannya serikat tersebut bertujuan
untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk harta benda. Syirkah al uqud ini
diklasifikasikan kedalam bentuk syirkah: al-‘inan, al-mufawadah, al’amaal, al-
18
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ekonisia, Yogyakarta, 2018 hal 52
19
Rachmad Syafe‟i, Op.Cit, hlm 187
20
Rachmad Syafe‟i, Loc.Cit
8
wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda pendapat tentang al- mudharabah,
ada yang menilai masuk dalam kategori al- musyarokah dan ada yang menilai berdiri
sendiri. 21Penjelasan masing-masing jenis tersebut adalah sebagai berikut.
Menurut ulama‟ Hanabilah, yang sah hanya empat macam, yaitu: syirkah
inan, syirkah abdan, syirkah mudharabah, dan syirkah wujuh. Mazhab Hanafi
memboehkan semua jenis syirkah di atas, apabila syarat- syarat terpenuhi. Mazhab
Maliki memboloehkan semua jenis syirkah, kecuali syirkah wujuh. Asy Syafi‟i
membatalkan semua, kecuali syirkah inan dan syirkah mudharabah.22
Ada yang menjadi fokus perhatian dalam pembahasan ini adalah serikat
yang timbul atau lahir disebabkan karena adanya perjanjian-perjanjian atau syirkah
uqud. Kalau diperhatikan pendapat para ahli hukum Islam, serikat yang dibentuk
berdasar kepada perjanjian ini dapat diklasifikasikan kepada:
1) Syirkah ‘Inan
Adapun yang dimaksud syirkan ‘inan ini adalah serikat harta yang
mana bentuknya adalah “akad” dari dua ornag atau lebih berserikat harta
yang di tentukan oleh keduanya (para pihak) dengan maksud mendapat
keuntungan (taambahan) dan keuntungan itu untuk mereka yang berserikat.
9
dalam praktiknya di Indonesia, Sirkah „inan ini dapat dipersamakan dengan
perseroan terbatas (PT), CV, Firma, Koperasi dan bentuk-bentuk lainnya.
2) Syirkah Mufawwadah
23
Ismail Nawawi, Op.Cit, hlm153
24
Ismail Nawawi, Op.Cit, hlm. 154
10
satu diantaranya memiliki wewenang yang lebih dari yang lain.25
3) Syirkah Wujuh
25
Mardani, Op.Cit, hlm. 225
26
Ismail Nawawi, Loc,Cit
27
Imam Syafi‟i, Mukhtasar Kitab Al Umm Fi Al Fiqh, Alih Bahasa Imron Rosadi, Amirudin, Imam
Amwaludin, Ringkasan Kitab Al Umm, Jilid 2, Pustaka Azam, Jakarta, 2014, hlm 203
11
Para ulama memperselisihkan perserikatan seperti ini. Ulama
Hanafiyah, Hanabilah, dan Zaidiyah menyatakan hukumnya boleh, karena
masing-masing pihak bertindak sebagai wakil dari pihak lain, sehingga pihak
lain tersebut terikat pada transaksi yang dilakukan oleh mitra serikatnya.
Akan tetapi, menurut ulama Malikiyah, Syafi‟iyah, Zahiriyah, dan Syi‟ah
Imamiyah, perserikatan ini tidak sah dan tidak diperbolehkan. Alasannya
objek dalam perserikatan ini adalah modal dan kerja sedangkan dalam
syirkah al-wujuh baik modal maupun kerja yang diakadkan tidak jelas.28
4) Syirkah Abdan
5) Syirkah Mudarobah
28
Ismail Namawi, Loc.Cit
29
Ismail Nawawi, Loc.Cit
30
Fathurahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah, Sinar Grafika, cetakan kedua, Jakarta, 2013, hlm 103
12
dan Syiah Imamiyah) tidak memasukan transaksi mudharabah sebagai salah
satu bentuk perserikatan, karna mudharabah menurut mereka merupakan
akad tersendiri dalam bentuk kerja sama yang lain yang tidak dinamakan
dengan perserikatan.31
Kerja sama semacam ini adalah salah satu bentuk usaha yang
dibolehkan secara ijma‟. Bentuk usaha ini ada pada masa nabi muhammad
saw, dan beliau mengakuinya. Kebolehan ini juga diriwayatkan oleh Umar
r.a, Utsman r.a, Ali r.a, Ibnu Mas‟ud r.a, dan yang lainya, serta tidak
diketahui ada seseorang sahabat yang berbeda pendapat dengan mereka.
31
Ibid
32
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, cetakan ke 2, Kencana, Jakarta, 2013, hal 196
13
tidak diketahui maka kongsi ini tidak sah.
33
Hendi Suhendi, Op.Cit, hlm 141
14
Kita hanya memperkirakan bagian pihak pekerja berdasarkan pensyaratan.
Berbeda dengan pemilik modal, ia berhak terhadap sebagian laba berdasarkan
hartanya bukan berdasarkan pensyaratan tersebut. Agama tidak memberikan
suatu ketentuan yang pasti tentang kadar keuntungan yang akan dimiliki oleh
masing-masing pihak yang melakukan perjanjian mudharabah. Prosentase
keuntungan yang akan dibagi antara pemilik modal dan pelaksana usaha bisa
dibagi rata atau tidak dibagi rata. Hal ini dipulangkan kepada kesepakatan
yang telah mereka buat sebelumnya. Salah satu prinsip penting yang
diajarkan oleh Islam dalam lapangan muamalah ini adalah bahwa
pembagiaan itu dipulangakan kepada kesepakatan yang penuh kerelaan serta
tidak merugikan dan dirugikan oleh pihak manapun.34
Jika akad mudharobah tersebut tidak sah, maka laba yang dihasilkan
adalah untuk pemilik modal, karna laba tersebut berasal dari hartanya.
Sedangkan pihak pekertja mendapatkan upah sesuai dengan kebiasaan yang
ada, karna ia berhak atas sebagian dari laba dengan adanya pensyaratan. Dan
pensyaratan tersebut tidak sah dengan tidak sahnya mudharobah.
34
Helmi Karim, Fiqih Muamalah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm 16
35
15
D Berakirnya Akad Dalam Syirkah
1. Salah satu pihak membatalkanya meskipun tanpa persetujuan pihak yang lainya
sebab syirkah adalah akad yang terjadi atsdasar rela sama rela dari kedua belah
pihak yang tidak ada kemestian untuk dilaksanakan apabila salah satu pihak
tidak menginginkanya lagi. Hal ini menunjukan pencabutan kerelaan syirkah
oleh salah satu pihak.
2. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk ber Tasharruf (Keahlian
mengelola harta) , baik karna gila ataupun alasan lainya.
3. Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi apabila anggota syirkah lebih dari dua
orang, yang batal hanya yang meninggal saja. Syirkah berjalan terus kepada
anggota-anggota yang masih hidup. Apabila ahli waris anggota yang meninggal
menghendaki turutserta dalam syirkah tersebut, maka dilakukan perjanjian baru
sebagai ahli waris yang bersangkutan.
4. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampuan, baik karna boros yang terjadi
pada waktu perjanjian syirkah tengah berjalan maupun sebab yang lainya.
5. Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas harta
yang menjadi saham syirkah. Pendapat ini dikemukakan oleh mazhab Maliki,
Syafi’i, dan Hambali. Hanafi berpendapat bahwa keadaan bangkrut itu tidak
membatalkan perjanjian yang dilakukan oleh yang bersangkutan.
6. Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama syirkah.
Bila modal tersebut lenyap sebelum terjadi percampuran harta sehingga tidak
dapat dipisahkan lagi, yang menanggung resiko adalah para pemiliknya sendiri.
Apabila harta lenyap setelah terjadi percampuran yang tidak dapat dipisah-
pisahkan lagi menjadi resiko bersama. Kerusakan yang terjadi setelah
dibelanjakan, menjadi resiko bersama. Apabila masih ada harta sisa, syirkah
masih bisa berlangsung dengan kekayaan yang masih ada.
E Aplikasi Produk Syirkah Dalam Muamalah
36
Hendi Suhendi, Op,Cit, hal 137
16
memberikan sebesar Rp 5.000.000/orang sebagai modal awal, sehingga total modal
awal yang terkumpul yaitu sebesar Rp 15.000.000. Modal awal tersebut dialokasikan
untuk membeli seluruh kebutuhan usaha kecuali bangunan tempat usaha yang
menggunakan rumah keluarga yang masih memiliki ruang kosong untuk mendirikan
usaha toko aki UD. Pribawa. Para persero/pemilik modal di UD. Pribawa menyepakati
bahwa modal awal diserahkan dengan jumlahyang sama rata, untuk meminimalisir
adanya rasa iri dan ketidak adilan serta mempermudah pada saat pembagian
keuntungan nantinya. Drbrlum menyerahkan modalnya para persero/pemilik modal
telah memastikan bahwa harta yangdiserahkan sebagai modal adalah harta yang
terbebas dari hutang. Dalam melakukan kerja sama (syirkah) modal yang digunakan
harus jelas nilainya, agar lebih mudah untuk dikekola ketika usaha telah berjalan.
Modal yang digunakan pun tidak boleh harta yang tidak jelas ataupun harta yang
didapatkan melalui jalan kemaksiatan, karena kerja sama (syirkah) tidak diperbolehkan
menggunakan harta yang tidak jelas. Modal awal yang merupakan objek akad harus
terdapat adanya tiga unsur penyempurna: 1) “dapat diserahkan” maksud hal tersebut
adalah penyerahan modal awal sebagai objek akad tidak menimbulkan kerugian, 2)
“objek akad harus tertentu” artinya modal awal yang menjadi objek akad tidak
mengandung gharardan riba, 3) “objek akad harus dapat ditransaksikan”. Apabila
modal awal atau objek akad yang digunakan tidak mengandung tiga unsur tersebut
maka akdnya menjadi menjadi fasid (Leu, 2014). Hal tersebut tertuang dalam QS. Al-
An’am ayat 141.
Dalam salah satu rukun syirkah yaitu Mahallul Aqd (objek perikatan) dapat
berupa sebuah modal atau menyumbangkan tenaganya, modal yang yang disertakan
dalam suatu kerja sama syirkah sebaiknya berupa; modal yang berupa uang tunai, emas,
perak, atau yang nilainya sama. Dalam kata lain modal yang diberikan hendaknya
berupa sesuatu yang nilainya dapat dihitung. Uang merupakan sebuah investasi dalam
syirkah (An-Nabhani, 2010). Pada saat melakukan akad modal berupa barang harus
sudah dihitung besaran nilanya, karena nilai tersebut nantinya akan menjadi modal pada
saat melakukan akad (transaksi). Hal ini juga disampaikan oleh Syeikh Muhammad al-
Zuhaily, beliau menyebutkan bahwa: “Termasuk dalam modal syirkah ini adalah nuqud
17
(uang).” 2. Pembagian Laba dan Rugi Pembagian laba dan rugi juga termasuk kedalam
musyawarah sebelum melakukan perjanjian (akad). Karena pembagian ini merupakan
salah satu hal yang sangat krusial sehingga harus disepakati diawal kerja sama. Para
persero/pemilik modal di UD. Pribawa menyepakati bahwa pembagian keuntungan
akan dibagi sama rata berapapun laba yang dihasilkan selama satu bulan, begitu pula
dengan jika terjadi kerugian tersebut. Pembagian keuntungan dibagi rata permasing-
masing persero/pemilik modal, sebab modal awal yang diberikan di awalpun sama rata.
Sebuah pembagian laba dan rugi harus memiliki dasar pada besarnya harta yang
diserahkan masing-masing pemilik modal. Akan tetapi pembagian keuntungan juga
tidak dapat dipastikan sesuai dengan modal diawal, karena pada dasarnya tidak ada
yang tau kapan perusahaan untung atau rugi. Oleh sebab itu pembagian laba dan rugi,
keuntungan akan dibagi sesuai dengankesepakatan diawal pada saat melakukan akad,
dan jika terjadi adanya kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh masing
masing pihak sesuai jangka waktu dan kesepakatan yang terjadi pada saat akad diawal.
Untung dan rugi dalam dunia bisnis kerja sama (syirkah) merupakan sebuah
konsekuensi yang tidak bisa dihindari. Sebuah keuntungan harus dibagi bersama
begitupun kerugian yang berdasarkan kesepakatan bersama. Nabi Muhammad SAW
bersabda bahwa: “Untung dan rugi merupakan bagian yang harus ditanggung”.37
KESIMPULAN
Salah satu bentuk manusia saling ketergantungan dan saling menolong dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya adlah dengan melakukan kerjasama dalam mengelola harta
yang mereka miliki untuk mendapatkan hasil yang kemudian hasil tersebut mereka bagi
sesuai dengan kesepakatan, bentuk kerja sama ini dikenal dengan istilah syirkah. Jadi, syirkah
sudah dilakukan oleh manusia sejak mereka hidup dan berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pada waktu Islam datang dan risalahnya di sampaikan oleh Nabi Muhammad SAW
terdapat beberapa aturan (rukun dan syarat) dalam melakukan kerja sama supaya kerja sama
tersebut halal, seperti, dalam kerja sama mengelola harta akad nya harus jelas, tidak boleh
37
Putri Husaini, A. L., Anwar, M. K. Tinjauan Fiqh Muamalah terhadap Syirkah Bagi Hasil Usaha AKI
UD. Pribawa. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Islam. 5(2),2022, hl.21-29
18
ada unsur paksaan, harus saling amanah, benda yang di tasyarufkan harus yang bernilai harta,
milik sendiri, dan laian lain.
Perserikatan maupun persekutuan usaha merupakan hal yang biasa, bahkan menjadi
hal yang utama. Dalam islam, bentikanya telah dikenal dengan nama syirkah yag lebih
diakui paling dekat dengan konsep fiqih muamalah. Mas’adi menjadikan Allah menjadikan
manusia dengan saling membutuhkan satu sama lainya, supaya mereka saling toong
menolong, tukar menukar kepereluan dan segala urusan yang menyangkut kepentingan
hidup masing-masing , baik dengan jalan jual beli, sewa menyewa bercocok tanam atau
perusahaan dan lain-lain, baik dalam urusan kepentingan sendiri maupun untuk
kemaslahatan umum. Dengan demikian kehidupan masyarakat menjadi lebih teratur,
pertalian antara satu dengan yang lain menjadi baik. System perilaku tersebut dalm islam
disebut muamalah.
DAFTAR PUSTAKA
Masadi, Ghufron. 2002. Fiqih Muamalah Kontekstual. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syafe’i, Rahmad. 2000. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia Syaripudin, Udin.
2016. Syirkah dan Aplikasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah. Jurnal Ekonomi
19
Bisnis. 68
Al-Asqolani, Al-Hfidh Ibnu Hajar. 1996. Terjemah Bulughul Marom Min Adilah
Ahkam. Jakarta: Putra Amani
Ajija, Syahrul Rohman. 2018. Koperasi BMT. Jawa Tengah: CV Inti Media Komika
Nawawi, Ismail. 2012. Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia
Indonesia
Syafi’I, Imam. 2014. Mukhtashor Kitab Al-Umm Fi Al- Fiqh. Jakarta: Pustaka Azam
20
21