Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada materi ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan dari Wadi’ah, Syirkah, dan Mudharabah?
2. Sebutkan dasar hukum Wadi’ah, Syirkah dan Mudarabah?
3. Jelaskan rukun dan syarat dari Wadi’ah dan Syirkah?
4. Jelaskan definisi Mudarabah?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk:
1. Mengetahui perbedaan Wadi’ah, Syirkah, Mudarabah
2. Memahami apa yang dimaksud dengan Wadi’ah, Syirkah, Mudarabah
3. Memahami dasar hukum – Nya
1
Bab II
Pembahasan
Secara etimologi kata wadi’ah berasal dari kata wada’a asy - sya’i yang berarti meninggalkan
sesuatu. Secara terminologi sesuatu yang dititpan oleh seseorang kepada oranag lain agar
dijaganya dan tanpa konpentesi (ganti). Menurut Imam Mazhab wadi’ah adalah menerima serta
memelihara titipan barang seseorang merupakan ibadah yang disunahkan. Memeliharanya
mendapat pahala dan penerima titipan tidak dikenakkan dhaman (jaminan), kecuali dengan
kesalahan yang disengaja. Jika terjadi perselihan antara penitip dan penerima titipan, yang
dibenarkan adalah perkataan penerima titipan berdasarkan sumpah1.
Akad wadiah secara istilah, menurut Hanafiah adalah melimpahkan kepada orang lain untuk
menjaga harta seseorang dengan cara jelas/terang (explisit) atau tersirat (implisit). Contoh apabila
secara jelas/terang, misal: datang seorang laki-laki berkata pada temannya: “aku titipkan ini
padamu” dan orang tersebut menerimanya maka ini disebut secara terang. Namun, ketika ada
seorang laki-laki datang dan dia menyerahkan kepada orang lain didepannya dan pihak lain
menerimanya kemudian langsung pergi maka ini yang disebut menggunakan isyarat/tersirat3.
Syirkah atau syarikah secara etimologis adalah percampuran atau kemitraan antara beberapa
mitra, atau perseroan. Syarik adalah anggota dalam perseroan bersama mitranya untuk suatu
pekerjaan atau urusan sehingga semua anggota menjadi satu kesatuan. Atau bisa juga Syirkah .
Syirkah yaitu transaksi (akad). Adapun pengertian lainnya tampaknya hanya menggambarkan
tujuan, pengaruh, dan hasil perkongsian4.
1
Khaeruddin sugianto
2
UIN Alauddin Makasar artiket akad Wadiah pada bank Syariah
3
UIN Alauddin Makasar artiket akad Wadiah pada bank Syariah
4
Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar dkk, Ensiklopedi Fiqih Muamalah Dalam
Pandangan 4 Madzhab (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2014), 261
2
Di dalam fikih muamalah, terminologi mudharabah diungkapkan oleh ulama mazhab, yang
diantaranya sebagai berikut5:
3
Dasar Al – Qur’an
Dalil yang menghadirkan akad ini adalah dari QS. Al-Baqarah: 283 yang artinya, “Akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya.”
ِا َّن اهّٰلل َ يَْأ ُم ُرمُك ْ َا ْن تُ َؤدُّوا ااْل َ ٰم ٰن ِت ِاىٰٓل َا ْه ِلهَ ۙا َو ِا َذا َحمَك ْمُت ْ بَنْي َ النَّ ِاس َا ْن حَت ْ مُك ُ ْوا اِب لْ َعدْ لِ ۗ ِا َّن اهّٰلل َ ِن ِع َّما
ي َ ِع ُظمُك ْ ِب ٖه ۗ ِا َّن اهّٰلل َ اَك َن مَس ِ ْي ًع ۢا ب َ ِصرْي ً ا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil”
Juga diperkuat oleh hadist Nabi SAW, “Tunaikanlah amanah kepada orang yang
mengamanahkan kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Al Irwaa’ 5/381).
Dasar Hadist
“Sampaikanlah amanat kepada orang yang memberi amanat kepadamu, dan janganlah
kamu mengkhiyanati orang-orang yang mengkhiyanatimu”.
Dasar Ijma’
Dasar Ijma’ yaitu bahwa ulama sepakat diperbolehkannya wadi’ah. Ia termasuk ibadah
sunnah. Dalam kitab Mubdi disebutkan: “Ijma’ dalam setiap masa diperbolehkan
wadia’ah”. Dalam kitab Ishfah disebutkan: “Ulama sepakat bahwa wadi’ah termasuk
ibadah sunah dan menjagabarang titipan itu mendapatakan pahala”.
Dasar hukum Syirkah merupakan akad yang diperbolehkan, hal ini berdasarkan atas dalil-dalil
yang terdapat dalam Al-Quran, hadist, ijma ulama dan logika.
Al – Qur’an
8
Al qur’an The Great Miracle hal :
4
قَا َل ل َ َقدْ َظلَ َم َك ب ُِس َؤالِ ن َ ْع َج ِت َك ىَل ٰ ِن َع ِاج ِهۦ ۖ َو َّن َك ِث ًريا ِّم َن ٱلْ ُخلَ َطٓا ِء ل َ َي ْب ِغى ب َ ْعضُ ه ُْم عَىَل ٰ ب َ ْع ٍض اَّل
ِإ ِإ
ِه فَٱ ْس َت ْغ َف َر َربَّهُۥ َوخ ََّر َراك ًعاbُ َّٰٱذَّل ِ َين َءا َمنُو ۟ا َومَع ِلُو ۟ا ٱ َّلصٰ ِل َحٰ ِت َوقَ ِلي ٌل َّما مُه ْ ۗ ِإ َو َظ َّن د َُاوۥ ُد َأن َّ َما فَتَن
َوَأاَن َب
Artinya :
“Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat
zalim kepada sebagian mereka yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal
saleh dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shad : 24)
Ayat ini merujuk pada diperbolehkannya praktik akad musyarakah. Lafadz al-khulatha
dalam ayat ini bisa diartikan saling bersekutu / partnership, bersekutu dalam konteks ini
adalah kerjasama dua atau lebih pihak untuk melakukan sebuah usaha perniagaan 9.
Berdasarkan pemahaman ini, jelas sekali bahwa pembiayaan musyarakah mendapatkan
legalitas dari syariah.
Hadist
Dasar dari hadits, banyak hadits yang menjelaskan tentang syirkah. Dalam sebuah
hadis Qudsi diriwayatkan bahwasannya Rasulullah SAW. Bersabda :
“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW. Bahwa Nabi SAW bersabda,
Sesungguhnya Allah SWT berfirman, Aku adalah yang ketiga pada dua orang yang
bersekutu, selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati temannya, Aku akan
keluar dari persekutuan tersebut apabila salah seorang mengkhianatinya.” (HR. Abu
Dawud dan Hakim dan menyahihkan sanadnya)10
Maksudnya, Allah SWT akan menjaga dan menolong dua orang yang bersekutu dan
menurunkan berkah pada pandangan mereka. Jika salah seorang yang bersekutu itu
mengkhianati temannya, Allah SWT akan menghilangkan pertolongan dan keberkahan
tersebut.
Ijma Ulama
Kesepakatan ulama akan dibolehkannya akad musyarakah dikutip dari Dr. Wahbah
Zuhaili dalam kitab Fiqh al Islam wa Adillatuhu. Ulama muslim sepakat akan keabsahan
kontrak musyarakah secara global, walaupun terdapat perbedaan pendapat di antara
mereka atas beberapa jenis musyarakah. Secara eksplisit, ulama telah sepakat akan praktik
kontrak musyarakah, sehingga kontrak ini mendapat pengakuan dan legalitas syar’i11.
Logika
9
Zuhaili, 1989, IV, hal.793
10
Abu Daud, sunan Abu Daud, jus II 189
11
Zuhaili, 1989, IV, hal. 793
5
Dasar dari logika adalah bahwa manusia membutuhkan kerjasama syirkah. Karena
itulah Islam melegalkannya. Di samping itu, karena melarang syirkah akan
menyebabkan kesulitan bagi manusia. Islam tidak hanya membolehkan syirkah, tetapi
lebih dari itu, Islam menganjurkannya12.
Dalil Al-Quran
Dalil As-Sunnah
Sedangkan sumber landasan hukum mudharabah yang berasal dari Hadis Nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, yaitu antara lain:
1. Hadis Nabi Muhammad SAW riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib yang artinya:
”Nabi bersabda, ada tiga hal yang didalamnya mengandung
berkah: jual beli tidak secara tunai, muqharadhah (mudharabah) dan
mencampur gandum dengan jemawut untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual” (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib).
6
dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika
persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya” (HR.Thabrani dari Ibnu Abbas).
Dalil Ijma'
Dalil Qiyas
a) Muwaddi /Penetip.
b) Mustauda/Penerima titipan.
c) Wadi’ah bih/Harta titipan.
d) Akad.
Adapun syarat akad Wadiah menurut Ulama Hanafiyah mensyarat kedua belah pihak
harus berakal, tidak boleh anak kecil yang belum berakal, orang gila, orang mabuk, hilang
akal dll. Akan tetapi tidak disyaratkan harus baligh secara umur. Anak kecil diperbolehkan
untuk melakukan akad titipan dengan adanya akal pada dirinya sebagaimana
diperbolehkannya anak kecil melakukan akad perdagangan jual beli. Meskipun dalam hal ini
jual beli yang diperbolehkan adalah jual beli yang tidak menuntut adanya syarat dan
ketentuan yang sulit untuk dipahami oleh anak kecil.
7
Adapun jumhur ulama’ mensyaratkan kepada kedua belah pihak (penitip dan yang
dititipi) sebagaimana dalam agensi (wakalah) yaitu baligh, berakal dan mumayiz.
Terkait dengan barang yang dititipkan harus berupa properti atau barang yang mampu
untuk diberikan secara fisik. Barang titipan tidak bisa berupa hewan yang kabur, ikan di laut,
burung di udara atau barang lain yang tidak mampu dijangkau atau dipindahtangankan.
Syirkah
Rukun syirkah diperselisihkan oleh para ulama, menurut ulama Hanafiyah bahwa
rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan kabul sebab ijab kabul (akad) yang menentukan
adanya syirkah. Adapun yang lain seperti dua orang atau pihak yang berakad dan harta
berada diluar pembahasan akad seperti terdahulu dalam akad jual beli13. Sedangkan
mayoritas ulama berpendapat bahwa rukun syirkah ada empat, yaitu shighah, dua orang
yang melakukan transaksi (‘aqidan), dan objek yang ditransaksikan (al-ma’qud ‘alaih).
1) Shighah, yaitu ungkapan yang keluar dari masing-masing dari duapihak yang
bertransaksi yang menunjukkan kehendak umtuk melaksanakannya. Shighah terdiri
dari ijab dan qabul yang sah dengan semua hal yang menunjukkan maksud syirkah,
baik berupa ucapan maupun perbuatan.
2) (2,3) ‘Aqidan, yaitu dua pihak yang melakukan transaksi. Syirkah tidak sah kecuali
dengan adanya kedua pihak ini. Disyaratkan bagi keduanya adanya kelayakan
kelayakan melakukan transaksi (ahliyah al-‘aqd), yaitu baligh, berakal, pandai dan
tidak dicekal untuk membelanjakan hartanya.
3) Objek Syirkah, yaitu modal pokok syirkah. Ini bisa berupa harta maupun pekerjaan.
Modal pokok syirkah harus ada. Tidak boleh berupa harta yang terhutang atau harta
yang tidak diketahui karena tidak dapat dijalankan sebagaimana yang menjadi
tujuan syirkah, yaitu mendapat keuntungan14.
1) Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta maupun
yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat, yaitu a) yang berkenaan dengan
benda diakadkan adalah harus dapat diterima sebagai perwakilan, b) yang
berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian keuntungan harus jelas dan
dapat diketahui dua pihak.
2) Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta), ada dua perkara yaitu, yaitu
a) bahwa modal yang dijadikan ojek adalah dari alat pembayaran, seperyi riyal,
dan rupiyah, b) yang dijadikan modal ada ketika akad syirkah dilakukan.
3) Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mufawadhah, bahwa disyaratkan a)
modal harus sama, b) bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syirkah
umum, yakni pada semua macam jual beli atau perdagangan.
13
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta :PT. Rajagrafindo Persada, 2002), 127.
14
Abdullah bin Muhammad Ath – Thayyar dkk, Ensiklopedi Fiqih Muamalah 264
8
4) Adapun yang bertalian dengan syirkah inan sama dengan syarat syirkah
mufawadhah.
Menurut Malikiyah, syarat-syarat yang bertalian dengan orang yang melakukan akad
ialah merdeka, baligh, dan pintar (rusyd). Syafi’iyah berpendapat bahwa syirkah yang sah
hukumnya hanyalah syirkah ‘inan sedangkan syirkah yang lainnya batal. Dijelaskan pula oleh
Abd al-Rahman Al-Jaziri bahwa rukun syirkah ialah dua orang pihak yang berserikat, shighat
dan objek akad syirkah baik harta maupun kerja. Syarat-syarat syirkah, dijelaskan oleh Idris
Ahmad berikut ini :
Dalam pasal 19 poin (b) dan (c) dijelaskan bahwa kegiatan usaha bank syariah meliputi
menghimpun dana dalam bentuk investasi dengan akad mudharabah dan menyalurkan pembiayaan
bagi hasil dengan akad mudharabah. Dalam penjelasan UU Nomor 21, Mudharabah didefinisikan :
Yang dimaksud dengan “Akad mudharabah” dalam menghimpun dana adalah Akad kerja sama
antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Nasabah) sebagai pemilik dana dan pihak kedua
(‘amil, mudharib, atau Bank Syariah) yang bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi
keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam Akad.
Yang dimaksud dengan “Akad mudharabah” dalam Pembiayaan adalah Akad kerja sama suatu
usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh
modal dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau Nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana
dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam Akad,
sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
Mudarabah adalah Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak sebagai
penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerjasama
tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui sebelumnya, sedangkan kerugian yang
terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh
kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.
15
Abdullah Saeed, Bank Islam Dan Bunga Studi Kritis Dan Interpretasi Kontemporer
tentang Riba dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 912
9
3. PERMA Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola
modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
Akad mudharabqh adalah akad kerja sama suatu usaha arrtara pemilik modal (malilk / shahib
al-mal) yang menyediakan seluruh modal dengan pengelola ('amil/mudharib) dan keuntungan
usaha dibagi di antara mereka sesuai nisbah yang disepakati dalam akad.
10
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Akad wadiah secara istilah, menurut Hanafiah adalah melimpahkan kepada orang lain untuk
menjaga harta seseorang dengan cara jelas/terang (explisit) atau tersirat (implisit). Contoh apabila
secara jelas/terang, misal: datang seorang laki-laki berkata pada temannya: “aku titipkan ini
padamu” dan orang tersebut menerimanya maka ini disebut secara terang. Namun, ketika ada
seorang laki-laki datang dan dia menyerahkan kepada orang lain didepannya dan pihak lain
menerimanya kemudian langsung pergi maka ini yang disebut menggunakan isyarat/tersirat.
Syirkah atau syarikah secara etimologis adalah percampuran atau kemitraan antara beberapa
mitra, atau perseroan. Syarik adalah anggota dalam perseroan bersama mitranya untuk suatu
pekerjaan atau urusan sehingga semua anggota menjadi satu kesatuan. Atau bisa juga Syirkah .
Syirkah yaitu transaksi (akad). Adapun pengertian lainnya tampaknya hanya menggambarkan
tujuan, pengaruh, dan hasil perkongsian.
Menurut Sayyid Sabiq, mudharabah adalah akad antara kedua belah pihak dimana salah
satu pihak mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lain untuk diperdagangkan, dan laba dibagi
dua sebagaimana kesepakatan. Sedangkan Abdurrahman Al-Jaziri
mendefinisikan mudharabah sebagai akad antara dua orang yang berisi kesepakatan bahwa salah
seorang dari mereka akan memberikan modal usaha produktif, dan keuntungan usaha itu
akan diberikan sebagian kepada pemilik modal dalam jumlah tertentu sesuai dengan
kesepakatan yang sudah disetujui bersama.
Rukun dan syarat dari Wadi’ah Muwaddi /Penetip, Mustauda/Penerima titipan, Wadi’ah
bih/Harta titipan, Akad. Adapun jumhur ulama’ mensyaratkan kepada kedua belah pihak (penitip
dan yang dititipi) sebagaimana dalam agensi (wakalah) yaitu baligh, berakal dan mumayiz
Rukun syarat syirkah diperselisihkan oleh para ulama, menurut ulama Hanafiyah bahwa
rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan kabul sebab ijab kabul (akad) yang menentukan adanya
syirkah. Menurut Malikiyah, syarat-syarat yang bertalian dengan orang yang melakukan akad ialah
merdeka, baligh, dan pintar (rusyd).
Makalah ini kami buat untuk membuat pembaca agar lebih mengetahui tentang Wadi,ah,
Syirkah, dan Mudharabah. Dan jika terdapat kesalahan ataupun tulisan mohon untuk saran dan
kritiknya.
11
Referensi
Abdullah Saeed, Bank Islam Dan Bunga Studi Kritis Dan Interpretasi Kontemporer tentang
Riba dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 912
Muhammad, Etika Bisnis Islam. (Yogyakarta: AMP YKPN, 2004), hlm. 82-835
12