Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Syirkah
Menurut bahasa syirkah artinya al-ikhtilath yang berarti campur atau percampuran. Yang
dimaksud dari percampuran adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta
orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan. Jumhur ulama menggunakan istilah
ini untuk menyebut transaksi khusus, walaupun tidak terjadi percampuran kedua harta itu,
karena yang menyebabkan bercampurnya harta adalah transaksi. Menurut istilah, para
ulama fiqih berbeda pandangan pendapat dalam mengartikan istilah syirkah, sebagai
berikut:
Menurut ulama Malikiyah, syirkah adalah pemberian izin kepada kedua mitra kerja untuk
mengatur harta (modal) bersama. Setiap mitra memberikan izin kepada mitra lainnya
untuk mengatur harta keduanya. Menurut ulama Hanabilah, syirkah merupakan
persekutuan hak atau pengaturan harta. Menurut ulama Syafi’iyah, syirkah merupakan
tetapnya hak kepemilikan antara dua orang atau lebih sehingga tidak dapat dibedakan
antara hak pihak yang satu dengan hak pihak yang lainnya. Menurut ulama Hanfiyah,
syirkah adalah transaksi antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan keuntungan.
Sayyid Sabiq berpendapat bahwa musyarakah disebut juga dengan syirkah yang artinya
bersekutu atau bekerjasama. Dalam bahasa ekonomi ada yang menyebutnya dengan
cooperation atau koperasi. Koperasi adalah kerja sama diantara anggota yang terhimpun
dalam suatu lembaga ekonomi tertentu yang segala wewenang dan hak-haknya ada
ditangan seluruh anggota lembaga tersebut. Menurut Dewan Syariah Nasional,
Musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
dalam suatu usaha terentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Berpijak dari pendapat yang dikemukakan para ulama di atas, musyarakah
adalah kerjasama dua orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha, yang masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
kerugian ditanggung bersama. Pernyataan ini dikuatkan oleh pendapat Zuhaili,
musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
1
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan tersebut.
Syirkah merupakan bentuk percampuran atau perseroan dalam Islam yang pola
operasionalnya melekat prinsip kemitraan usaha dan bagi hasil. Pada prinsipnya syirkah
berbeda dengan model perseroan dalam sistem ekonomi kapitalisme. Perbedaan-
perbedaan yang ada tidak hanya terletak praktik bunga, melainkan juga berbeda dalam hal
transaksi pembentukannya, opersionalnya maupun pembentukan keuntungan dan
tanggungjawab kerugian. Syirkah adalah konsep yang tepat dapat memecahkan
permasalahan permodalan. Prinsip Islam menyatakan bahwa segala sesuatu yang
dimanfaatkan oleh orang lain berhak memperoleh kompensasi yang menguntungkan baik
terhadap barang modal, tenaga atau barang sewa, disisi lain Islam menolak dengan tegas
kompensasi atas barang modal berupa bunga. Syirkah sangat penting perannya dalam
ekonomi masyarakat. Berhentinya ekonomi sering terjadi karena pemilik modal tidak
mampu mengelola modalnya sendiri atau sebaliknya mempunyai kemampuan mengelola
namun tidak mempunyai modal untuk usaha. Hal tersebut dapat dipecahkan dalam
syirkah yang dibenarkan syariat Islam. Berdasarkan karakteristiknya, syirkah menjadi
alternatif lain dalam umat Islam melakukan usaha yang mengharapkan kompensasi
keuntungan di dalam usaha yang dilakukan.

B. Dasar - Dasar Syirkah


Adapun yang dijadikan dasar hukum oleh para ulama atas kebolehan syirkah, antara lain:
Hadits yang diriwayatkan oleh abu dawud dari abu hurairah, dalam sebuah hadits marfu’,
ia berkata, sesungguhnya allah berfirman, “aku jadi yang ketiga diantara dua orang yang
berserikat selama yang satu tidak khianat terhadap yang lainnya, apabila yang satu
berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku dari mereka”.

Selain itu diterangkan dalam al-Qur‟an surat Sad ayat 24:

‫ْض‬ ٰ
ٍ ‫ضهُ ْم عَلى بَع‬ ُ ‫اج ٖ ۗه َواِ َّن َكثِ ْيرًا ِّمنَ ْال ُخلَطَ ۤا ِء لَيَب ِْغ ْي بَ ْع‬ ِ ‫ْجتِكَ اِ ٰلى نِ َع‬ َ ‫َُؤال نَع‬
ِ ‫ك بِس‬ َ ‫قَا َل لَقَ ْد ظَلَ َم‬
‫ت َوقَلِ ْي ٌل َّما هُ ۗ ْم َوظَ َّن د َٗاو ُد اَنَّ َما فَتَ ٰنّهُ فَا ْستَ ْغفَ َر َربَّهٗ َو َخ َّر‬ ّ ٰ ‫اِاَّل الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
َ ‫۩ َرا ِكعًا َّواَن‬
‫َاب‬

Artinya: “Daud berkata: "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu dengan
meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya dan Sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
2
sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh; dan amat sedikitlah mereka ini" dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya;
Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.”

C. Syarat-Syarat Syirkah
Syarat yang berhubungan dengan syirkah yang tertulis dalam kitab kifayatul Ahyar terdiri
dari lima bagian diantaranya:

1) Suatu benda yang memiliki nilai dengan mata uang, seperti Dinar, dirham dan rupiah.
2) Harta yang memiliki jenis dan macamnya
3) Harta tersebut tercampur
4) Harta yang diperoleh antar satu sama lain boleh membelanjakan harta tersebut.
5) Keuntungan yang diperoleh dapat diterima dengan sesuai ukuran harta masing-
masing.

Menurut pendapat madzhab Syafi’i seorang anggota boleh menikmati harta syirkah, bila
anggota tidak hadir , dan harta syirkah harus berupa rumah dan tanah dengan anggota
lainnya, sehingga anggota syirkah yang tidak hadir tidak membayar apapun. Ketentuan
ini berdasarkan Mazhab imam Syafi’I yang berasal dari adat istiadat yang mengambil
manfaat bahwasanya anggota yang tidak hadir lebik baik, karena harta benda tersebut
tidak bermanfaat sama sekali.

Secara umum Syirkah yang berlaku terdiri dari dua macam diantaranya:

1) Syirkah Uqud (kontrak)


2) Syirkah amlak (kepemilikan)
 Syirkah umum pada Syirkah Uqud yaitu:
a) Perserikatan pada transaksi yang diwakilkan
b) Pembagian terhadap keuntungan harus jelas
c) Pembagian yang diambil dari perserikatan, bukan dari modal perserikatan
tersebut.
 Syirkah umum pada Syirkah amlak diantaranya yaitu:
a) Pada saat modal perseroan harus hadir, baik pada saat akad ataupun pembelian
sebuah barang, hal ini merupakan pendapat menurut jumhur fuqaha, maka

3
tidak diperkenankan pada modalnya masih berupa hutang, ataupun modalnya
belum dihadirkan.
b) Modal perseroan beruap uang, pendapat ini menurut emat madzhab, pada
dasarnya syirkah ini pada saat perserikatan modal yang berupa barang, baik itu
barang yang bisa bergerak ataupun barang yang tidak bisa bergerak, maka hal
ini tidak diperbolehkan.

Maka dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa syarat syirkah harus terpenuhi
dalam mengerjakan suatu perserikatan, agar dapat mengerjakan suatu perdagangan
dengan baik.

D. Rukun-Rukun Syirkah
Rukun syirkah merupakan ketentuan yang harus terpenuhi pada saat melakukan suatu
kegiatan syirkah. Akan tetapi, jika rukun syirkah tidak terpenuhi maka syirkah itu tidak
sah. Diantara rukun syirkah menurut para ulama antara lain:

a) Menurut pendapat ulama Hanafiyah rukun syirkah terbagi menjadi dua diantaranya,
Ijab dan Qabul. Ijab dan kabul ini merupakan ungkapan antara dua belah pihak yang
akan bertarnsaksi untuk menunjukkan akan berlangsungnya sebuah syirkah. Jika ada
yang menambahkan selain ijab dan Qabul dalam rukun syirkah hal ini termasuk ke
dalam Syara’ syirkah.
b) Menurut pendapat Abdurrahman al-jaziri, pada rukun syirkah diantaranya yaitu dua
orang yangakan berserikat, sihgat (ungkapan antara dua belah pihak), dan objek
syirkah baik itu dalam harta ataupun sebuah pekerjaan.

E. Unsur-Unsur Syirkah
Sebelum membahas tentang unsur – unsur syirkah, ada baiknya kita mengetahui terlebih
dahulu apa aitu Serikat (Syirkah) itu. Berdasarkan pendapat Sulaiman Rasyid, ialah dua
orang ahli kerja atau lebih bermufakat atas suatu perkerjaan supaya keduanya sama-sama
menggarab pekerjaan itu. Penghasilan (upah) nya, guna mereka bersama berdasarkan
pendapat perjanjian mereka baik kepandaian keduanya atau berlainan, seperti tukang
kayu atau tukang besi. Begitu juga dengan penghasilan, sama atau tidak berdasarkan
pendapat perdamaian antara keduanya, hanya hendaknya di tentukan perbandinagannya
sewaktu akad.

4
Dari pernyatan Sulaiman Rasyid di atas, bahwa dapat disimpulkan yang termasuk ke
dalam unsur syirkah yaitu:
1. Terdapat suatu bidang usaha 
2. Terdapat suatu akad 
3. Munculnya kerja sama dalam menjalankan suatu usaha 

F. Macam-Macam Syirkah
Pada dasarnya macam – macam syirkah yaitu sebagai berikut:
1) Syirkah Ibahah 
Syirkah ibahah merupakan suatu persatuan antara dua orang atau lebih untuk
menikmati manfaat dari sesuatu yang ada. Misalnya seperti menikmati manfaat dari
air sungai dan sebagainya yang belum ada di bawah dominasi perorangan. 
2) Syirkah Milik 
Syirkah milik atau disebut juga syirkah kepunyaan merupakan suatu persekutuan dua
orang atau lebih untuk memiliki suatu benda. Syirkah ini bersifat ikhtiari dan juga
bersifat Jabari. Dikatakan bersifat ikhtiari yaitu kumpulan beberapa orang yang
bersekutu membeli sebuah rumah untuk menjadikan tempat tinggal bersama.
Sedangkan dikatakan bersifat Jabari merupakan tidak berhak mengerjakan terhadap
bagian rekannya, kecuali bila mempunyai hak perwalian atas bagian itu dengan jalan
wakalah (perwalian) atau washayah (wasiat).
3) Syirkah Akad 
Syirkah akad atau syirkah kontrak atau kesepakatan merupakan akad persekutuan
antara dua orang atau lebih dalam harta dan keuntungan. Dimana pada syirkah ini
terjadi karena kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk kerjasama dalam syirkah
modal untuk usaha, sehingga keuntungan dan kerugian dapat ditanggung bersama.
Pada syirkah ini terdapat syarat – syarat perjanjian yaitu syarat khusus dan syarat
umum. Syarat - syarat umum yang harus ada dalam segala macam syirkah ialah:
a) Masing-masing pihak yang menyelenggarakan perjanjian yang bercecakapan guna
menjadi wakil atau mewakili. 
b) Objek akad ialah hal-hal yang bisa diwakilkan supaya memungkinkan tiap-tiap
anggota syirkah melngerjakan tindakan-tindakan hukum.
c) Keuntungan masing-masing merupakan bagian dan keseluruhan keuntungan yang
ditentukan kadar potensinya, seperti separoh, seperdua dan sebagianya.

5
Berdasarkan pendapat mazhab Hanafi Syirkah uqud (akad) terbagi menjadi empat
bagian yaitu:

1) Syirkah ‘Inan 

Syirkah ‘inan merupakan kerjasama dua pihak atau lebih yang masing – masing
berkontribusi pada modal dengan tujuan akan mendapatkan keuntungan. Sering juga
disebut dengan sarikat harta. Contohnya seperti terdapat dua orang atau lebih yang
ingin bersepakat untuk menyatukan modal mereka untuk mendirikan sebuah toko.
Dan mereka berencana merekrut satu karyawan untuk menjaga toko tersebut. 

Syirkah ini tidak di syaratkan nilai modal, wewenang dan keuntungan dapat
didasarkan kepada penyertaan prosentase modal masing-masing, tetapi dapat pula atas
dasar organisasi. Hal ini diperkenakan karna adanya kemungkinan tambahan kerja
atau penanggungan resiko setiap pihak.

2) Syirkah Abdan/A’mal
Syirkah Abdan juga disebut pula syirkah “Shoyani” jamak dari Shoni’taqobul dan
umal jama’ dari amilun yakni : perserikatan yang dilaksanakan dua orang atau lebih
guna menerima suatu pekerjaan. Dapat disebut juga Syirkah abdan merupakan
kerjasama antara dua pihak atau lebih yang masing – masing hanya berkontribusi
untuk kerja, tanpa kontribusi modal. 
Contohnya seperti dua orang atau lebih nelayan yang bekerja sama untuk mencari
ikan di laut bersama – sama, karena mencari ikan di laut akan lebih mudah jika
dilakukan bersama – sama. Mereka bersepakat akan membagi hasil tangkapan secara
adil dan mereka juga bekerjasama tanpa menyatukan modal atau harta mereka.
Mereka hanya bekerjasama dalam hal usaha yaitu mencari ikan di laut bersama –
sama. 
3) Syirkah Al-Wujuh 
Syirkah wujuh yaitu kerjasama karena didasarkan kedudukan, ketokohan, keahlian
atau rasa saling percaya mereka di tengah masyarakat. Termasuk dalam kategori
syirkah wujuh, apabila dua orang atau lebih mengerjakan perseoran dengan harta yang
sama-sama menjadi pembeli, sebab adanya keyakinan pedagang kepada mereka, dan
bukannya modal mereka. Syaratnya pemilikan mereka atas harta yang menjadi

6
pembelian mereka harus sama atau dengan komparasi yang disepakati lain bukan
berdasarkan barang yang menjadi hak kepunyaan mereka. 
Contohnya seperti pak andi dan pak budi yang ingin bekerja sama dengan pak catur,
karena pak catur adalah ahli dalam bidang komputer. Pak andi dan pak budi yang
ingin mendirikan toko komputer dan mengajak pak catur untuk bekerja sama karena
beliau mempunyai keahlian di bidang komputer. 
4) Syirkah Mufawadhah 
Syirkah Mufawadhah ialah, secara bahasa keserupaan dan secara istilah ialah aqad
yang dilaksanakan antara dua orang atau lebih guna mengerjakan kerja sama dengan
syarat adanya kesamaan baik kekayaan maupun kewenangan (tanggung jawab), dan
bahkan agama. Dapat disimpulkan bahwa syirkah mufawadhah merupakan suatu
kerjasama yang pelaksanaannya menggabungkan beberapa atau semua jenis syirkah. 
Dalam syirkah ini jaga disyaratkan persamaan dalam tasharruf maka tidak sah
hukumnya bila keserupaan dalam agama, maka tidak sah bila syirkah ini dilaksanakan
antara muslim dengan nonmuslim.
5) Syirkah Mudarabah 
Syirkah mudarabah merupakan suatu kerjasama antara dua pihak, pihak pertama yang
menyediakan modal saja, sedangkan pihak yang lainnya menjadi pengelola atau
menjalankan usahanya.
Contohnya seperti pak dedi yang memiliki modal ingin memberikan modal kepada
pak eko untuk membuka usahanya yaitu penggilingan daging. Nantinya keuntungan
yang akan di dapat akan dibagi sesuai dengan kesepakatan. 

G. Implementasi Dalam Lembaga Keuangan Syirkah


Aplikasi akad musyarakah dalam lembaga keuangan syariah yaitu dalam bentuk
pembiayaan muayarakah. Transaksi tersebut dilandasi dengan keinginan para pihak yang
bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau
lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik
yang berwujud maupun tidak berwujud. Bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama
bisa berupa dana, barang perdagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan,
peralatan, kepercayaan dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Di
dalam Musyarakah, bank dan nasabah bertindak selaku syarik (partner) yang masing-

7
masing memberikan dana untuk usaha. Pembagian keuntungan, hasil atau kerugian sesuai
dibagi menurut kesepakatan, sedangkan apabila terjadi kerugian dibagi menurut porsi dan
modal masing-masing). Selaku syarik, bank berhak ikut serta dalam pengaturan
manajemen, sesuai dengan kaidah musyarakah.

Semua modal yang terkumpul dalam proyek musyarakah disatukan dan dikelola bersama,
setiap pemilik modal berhak turut ikut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang
dijalankan oleh pelaksana proyek. Ketentuan umum dalam proyek musyarakah di
perbankan syariah adalah sebagai berikut:

a) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.

b) Menjalakan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal lainnya.

c) Memberi pinjaman kepada pihak lain.

d) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain.

e) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila menarik diri dari
perserikatan, meninggal dunia, atau melanggar hukum.

f) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus
diketahui
bersama. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan sedangkan kerugian dibagi
sesuai dengan porsi modal.

g) Proyek yang akan dilaksanakan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati.

Implementasi musyarakah dalam Lembaga Keuangan Syariah dapat dijumpai pada


berbagai macam pembiayaan-pembiayaan berikut:

a) Pembiayaan Proyek. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek


dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut, dan setelah proyek itu selesai nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

b) Modal Ventura. Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi
dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diaplikasikan dalam skema modal
8
ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu
bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat ataupun
bertahap.

c) Musyarakah Mutanaqisah. Musyarakah Mutanaqisah adalah Musyarakah atau Syirkah


yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang
disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya, hukum Musyarakah
Mutanaqisah adalah boleh. Akad Musyarakah Mutanaqisah terdiri dari akad
Musyarakah/ Syirkah dan Bai’ (jual-beli). Dalam Musyarakah Mutanaqisah, para
mitranya memiliki hak dan kewajiban, di antaranya;

a) Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan pada saat akad,

b) Memperoleh keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati pada saat akad, dan

c) Menanggung kerugian sesuai ketentuan proporsi modal. Dalam akad Musyarakah


Mutanaqisah, pihak pertama (syarik) wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-
nya secara bertahap dan pihak kedua (syarik) wajib membelinya. Jual beli
sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai kesepakatan. Setelah selesai pelunasan
penjualan, seluruh hishshah LKS beralih kepada syarik lainnya (nasabah). Selain
ketentuan di atas, dalam Musyarakah Mutanaqisah terdapat ketentuan-ketentuan
khusus sebagai berikut;

1) Aset Musyarakah Mutanaqisah dapat di-ijarah-kan kepada syarik atau pihak lain,

2) Apabila aset Musyarakah menjadi obyek Ijarah, maka syarik (nasabah) dapat
menyewa aset tersebut dengan nilai ujrah yang disepakati,

3) Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut dibagi sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati dalam akad, sedangkan kerugian harus berdasarkan proporsi
kepemilikan. Nisbah keuntungan dapat mengikuti perubahan proporsi kepemilikan
sesuai kesepakatan para syarik,

4) Kadar/ Ukuran bagian/ porsi kepemilikan asset Musyarakah syarik (LKS) yang
berkurang akibat pembayaran oleh syarik (nasabah), harus jelas dan disepakati
dalam akad, dan

9
5) Biaya perolehan aset Musyarakah menjadi beban bersama sedangkan biaya
peralihan kepemilikan menjadi beban pembeli

d) Sukuk Musyarakah. Salah satu produk syariah di pasar modal Indonesia yang masih
terbatas namun berpotensi untuk dikembangkan baik dari sisi jumlah maupun jenis
akad adalah sukuk. Sukuk yang diterbitkan di Indonesia saat ini baru menggunakan 2
(dua) akad, yaitu akad mudharabah dan akad ijarah. Sedangkan beberapa negara di
kawasan Timur Tengah, Asia dan Eropa, struktur penerbitan sukuk telah
menggunakan akad yang lebih beragam antara lain akad ijarah, mudharabah,
musyarakah, istishna, murabahah, salam, dan hybrid sukuk. Di Indonesia sukuk
dengan menggunakan akad musyarakah, berpotensi untuk diterapkan oleh perusahaan
di berbagai sektor bidang usaha, sedangkan sukuk dengan menggunakan akad istishna
untuk perusahaan di sektor infrastruktur. Konsep ini sesuai diterapkan dalam kegiatan
investasi, di mana dalam kegiatan tersebut masih terdapat hal-hal yang belum dapat
diprediksikan antara lain berapa keuntungan yang akan diperoleh. Hal ini dapat
dikatakan bahwa sukuk musyarakah merupakan bentuk pembiayaan syariah yang
paling ideal karena dalam struktur ini terkandung dengan jelas konsep syariah yaitu
untung muncul bersama risiko (al ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul
bersama biaya (al kharaj bi dhaman).

BAB III

PENUTUP

Syirkah yaitu kerja sama dua orang atau lebih untuk suatu usaha yang dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
kerugian akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

Implementasi dalam lembaga keuangan syariah dapat dijumpai pada pembiayaan proyek,
modal ventura, musyarakah mutanaqisah, serta obligasi syariah. Musyarakah biasa
diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersut dan setelah proyek selesai nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil. Modal ventura, ini dibolehkan
melakukan investasi dalam kepemilikan perusaahaan. Musyarakah mutanaqisah, hak

10
kepemilikan barang atau modal salah satu pihak yang berkurang disebabkan adanya
pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya. Obligasi syariah, bentuk pembiayaan
syariah yang paling ideal dikarenakan dalam struktur ini terkandung dengan jelas konsep
syariahnya yaitu untung muncul bersama risiko dan hasil usaha muncul bersama biaya.

11

Anda mungkin juga menyukai