Anda di halaman 1dari 8

LEMBARAN JAWABAN UTS

Nama : Siti Intan Rahmawati


NIM : 201410155
Kelas : 2 ES D
Mata Kuliah : Hukum Bisnis

1. A. CV
CV merupakan salah satu bentuk usaha yang tidak berbadan hukum. Menurut Ridwan
Khairandy, CV adalah persekutuan firma yang mempunyai satu atau lebih sekutu
komanditer. 1 Menurut Jamal Wiwoho, CV adalah suatu persekutuan dimana satu atau
beberapa orang sekutu mempercayakan uang atau barang kepada satu atau beberapa
orang yang menjalankan perusahaan yang bertindak sebagai pimpinan.2

B. PT
Menurut I.G Rai Wijaya, Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk organisasi
usaha atau badan usaha yang ada dan dikenal dalam system hukum dagang
Indonesia.3 Pada Pasal 1 Butir 1 Undang – Undang No. 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas memberikan definisi Perseroan Terbatas adalah badan hukum
yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang – Undang ini.

C. Firma

firma merupakan salah satu bentuk perusahaan yang dapat dipilih oleh para pelaku
usaha. Adapun pengertian firma berdasarkan Pasal 16 KUHD adalah suatu perseroan
yang didirikan untuk menjalankan suatu usaha di bawah satu nama bersama. Firma
sebagai persekutuan merupakan kerja sama diantara orang yang bersifat pertemanan
atau perkawanan ataupun persekutuan, bisa teman sesama profesi atau teman dalam
perdagangan.4
1
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, FH UII Press, Yogyakarta, 2006, hlm.27
2
Jamal Wiwoho, Pengantar Hukum Bisnis, Universitas Sebela Maret Press, Surakarta, 2007, hlm.45
3
I.G Rai Widjaya, Hukum Perusahaan (Undang – Undang dan peraturan pelaksana Undang – Undang di
Bidang Usaha), Mega Poin, Divisi dari Blanc, Bekasi, 2005, hlm.2
4
M. Yahya Harahap. 2011. Hukum Peseroan Terbatas, Edisi 1, Cet.III. Jakarta: Sinar Grafika, hlm.8
D. Yayasan
Yayasan pada mulanya digunakan sebagai terjemahan dari istilah stiching yang
berasal dari kata stichen yang berarti membangun atau mendirikan dalam Bahasa
Belanda dan foundation dalam Bahasa Inggris.5 Kenyataan di dalam praktek,
memperlihatkan bahwa yang disebut Yayasan adalah suatu badan yang menjalankan
usaha yang bergerak dalam segala macam badan usaha yang nonkomersial maupun
yang secaara tidak langsung bersifat komersial.6 Menurut UU No.28 Tahun 2004
Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.

2. A. Menurut Munir Fuandy


mengatakan bahwa Hukum Bisnis merupakan suatu perangkat atau kaidah hukum
termasuk upaya penegakannya yang mengatur mengenai tata cara pelaksanaan urusan
atau aktivitas dagang, industri, atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau
pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para enterpeneur dalam
risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan.7
B. Menurut Abdul R. Saliman dkk
Menurut Abdul R. Saliman dkk, Hukum Bisnis atau Business Law/Bestuur
Rechts merupakan keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis, yang mengatur hak dan kewajiban yang muncul dari perjanjian-
perjanjian maupun suatu perikatan-perikatan yang terjadi dalam praktek bisnis.8
C. Menurut Dr. Johannes Ibrahim, SH, M.Hum
Menurut Dr. Johannes Ibrahim, SH, M.Hum menyatakan hukum bisnis merupakan
seperangkat kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta menyelesaikan berbagai
persoalan yang muncul dalam kegiatan antar manusia, khususnya dalam bidang
perdagangan.
D. Menurut Toman Sony Tambunan dan Wilson R.G.

5
S. Wojowasito, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve, 1981 hlm.634
6
Chatamarasjid ais, Badan Hukum Yayasan, Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, Cet.I, 2002, hlm.81
7
Fuadi, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis-Menata Bisnis Modern di Era. Global. Bandung: Citra Aditya
Bakti. H.S., Salim. 2011
8
Abdul R Saliman. 2005. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hukum bisnis merupakan semua ketentuan hukum yang bersifat tertulis maupun lisan,
yang mengatur berbagai hak dan kewajiban akibat dari adanya suatu perjanjian dan
perikatan yang terjadi dalam kativitas bisnis.9
E. Menurut Dr.Tiar Ramon, SH,.MH
Sistem perekonomian dan kegiatan bisnis yang sehat seringkali bergantung pada sistem
perdagangan/bisnis/usaha yang sehat sehingga masyarakat membutuhkan seperangkat
aturan yang dengan pasti dapat diberlakukan untuk menjamin terjadinya sistem
perdagangan/bisnis tersebut.

3. Perikatan adalah perhubungan hukum antara dua orang/dua pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain berkewajiban
memenuhi tuntutan itu. Pihak berhak menuntut sesuatu, dinamakan kreditur/si berpiutang,
sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si
berutang. Perhubungan antara dua orang atau dua pihak tadi, adalah suatu perhubungan
hukum, yang berarti bahwa hak si berpiutang itu dijamin oleh hukum atau undang-
undang. Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi secara sukarela, si berpiutang dapat
menuntutnya di depan hakim.10
Perjanjian adalah peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain/dimana dua
orang saling berjanji melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah hubungan
antara dua orang yang dinamakan perikatan. Perjanjian menerbitkan perikatan orang yang
membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian berupa rangkaian perkataan yang
mengandung janji/kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.11
Hubungan perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan
perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di sampingnya sumber-sumber lain. Suatu
perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan
sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah
sama artinya. Perikatan kontrak lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau
persetujuan tertulis.12

9
Toman Sony Tambunan dan Wilson R.G. 2019. Hukum Bisnis. Cet.I, Jakarta: Pranadamedia Group
10
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2002), h.1.
11
Ibid
12
Ibid
4. Wanprestasi adalah apabila si berutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikannya.
Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa empat macam: 13
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan melakukannya
b. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Hubungan wanprestasi dengan penipuan adalah wanprestasi dengan penipuan dalam
perjanjian hutang piutang adalah debitur tetap melakukan prestasi tetapi hanya mampu
melunasi sebagian hutangnya kepada kreditur dan tidak dapat melunasi seluruh hutangnya
kepada kreditur sesuai dengan perjanjian maka disebut dengan wanprestasi dan apabila debitur
tidak mempunyai niat sama sekali atau melarikan diri dari kewajibannya untuk membayar hutang
kepada kreditur dengan cara tipu muslihat atau rangkaian kebohongan maka dapat dikatakan
penipuan.14

5. Litigasi : Proses penyelesaian sengketa yang dilaksanakan melalui pengadilan atau yang
sering disebut dengan istilah “litigasi”, yaitu suatu penyelesaian sengketa yang
dilaksanakan dengan proses beracara di pengadilan di mana kewenangan untuk mengatur
dan memutuskannya dilaksanakan oleh hakim. Proses penyelesaian sengketa ini
mengakibatkan semua pihak yang bersengketa saling berhadapan satu sama lain untuk
mempertahankan hakhaknya di muka pengadilan. Hasil akhir dari suatu penyelesaian
sengketa melalui litigasi adalah putusan yang menyatakan win-lose solution.15
Non litigasi : Litigation (bahasa Inggris) artinya pengadilan. Jadi nonlitigasi adalah di
luar pengadilan. Sebagai bahan perbandingan, litigation (pengadilan), sebagian besar
tugasnya adalah menyelesaikan sengketa dengan menjatuhkan putusan (constitutive)
misalnya menjatuhkan putusan atas sengketa waris, perbuatan melawan hukum dan
sebagian kecil tugasnya adalah penangkalan sengketa dengan menjatuhkan penetapan
pengadilan (deklaratoir) misalnya penetapan wali, penetapan anak angkat dan lain-lain.
Nonlitigasi sebagai kebalikan dari litigasi (argumentum analogium) adalah untuk
menyelesaikan sengketa di luar pengadilan melalui perdamaian dan penangkalan sengketa
dengan perancanganperancangan kontrak yang baik. Penyelesaian sengketa secara

13
Subekti, Hukum Perjanjian…, hal. 45
14
I Ketut, Sri Utari. Perbedaan Wanprestasi dengan Penipuan dalam Perjanjian Hutang Piutang. Disertai. Bali:
Universitas Udayana
15
Nurnaningsih Amriani, 2012, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal. 35
nonlitigasi meliputi bidang yang sangat luas bahkan mencakup seluruh aspek kehidupan
yang dapat diselesaikan secara hukum.16

6. Hukum Pidana : Hukum Pidana diartikan sebagai suatu ketentuan hukum/undang-


undang yang menentukan perbuatan yang dilarang/pantang untuk dilakukan dan ancaman
sanksi terhadap pelanggaran larangan tersebut. Banyak ahli berpendapat bahwa Hukum
Pidana menempati tempat tersendiri dalam sistemik hukum, hal ini disebabkan karena
hukum pidana tidak menempatkan norma tersendiri, akan tetapi memperkuat norma-
norma di bidang hukum lain dengan menetapkan ancaman sanksi atas pelanggaran
norma-norma di bidang hukum lain tersebut.17 Pengertian diatas sesuai dengan asas
hukum pidana yang terkandung dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP dimana hukum pidana
bersumber pada peraturan tertulis (undang-undang dalam arti luas) disebut juga sebagai
asas legalitas.
Hukum Perdata : kata perdata berasal dari kata pradoto (Bahasa jawa kuno) yang berarti
bertengkar atau berselisih, sehingga secara letterlijk dapat dikatakan bahwa hukum
perdata berarti hukum pertengkaran atau hukum perselisihan. Hukum perdata ada dalam
arti sempit dan luas. Dalam arti sempit ialah kitab Undang – Undang Hukum Perdata,
sedangkan dalam arti luas ialah KUHP dan KUHD, serta peraturan perundang –
undangan lainnya. Hukum perdata juga dapat dibedakan dalam arti materiil dan formil.
Dalam arti materiil adalah KUHPerdata dan dalam arti formil adalah Hukum Acara
Perdata.18
Hukum Acara : Hukum acara (dikenal juga sebagai hukum prosedur atau peraturan
keadilan) adalah serangkaian aturan yang mengikat dan mengatur tata cara dijalankannya
persidangan pidana, perdata, maupun tata usaha negara. Hukum acara dibuat untuk
menjamin adanya sebuah proses hukum yang semestinya dalam menegakkan hukum.
Hukum acara berbeda dengan hukum materil yang mengatur mengenai substansi hukum
itu sendiri, yang pada gilirannya akan diuji melalui hukum acara. Dalam hal ini, beberapa
pakar mendefinisikan hukum acara sebagai "cara mempertahankan" sebuah hukum.
Hukum acara pada umumnya mengatur cabang-cabang hukum yang umum,
seperti hukum acara pidana dan hukum acara perdata. Masing-masing negara yang

16
I Wayan Nirwayan & I Ketut Artadi, Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan,Universitas Udayana Press,
Denpasar – Bali, 2010, hlm.3
17
M. Ali Zaidan, 2015, Menuju Pembaruan Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, Hal 3.
18
Djaja S. Meliala, S.H.,M.H. 2004. Hukum Perdata dalam Perspektif BW. Bandung: Nuansa Aulia, hlm.1-2
memiliki yurisdiksi dan kewenangan mahkamah yang beragam memiliki aturan yang
berbeda-beda pula.19
Hukum Tata Negara : Ada suatu pengertian yang luas mengenai Hukum Tata Negara,
namun tidak mendalam. Dalam pengertian tersebut dikatakan bahwa Hukum Tata Negara
merupakan bagian dari hukum mengenai sistem pemerintahan suatu negara. Sebaliknya,
ada pengertian yang sempit dari Hukum Tata Negara, seperti dikemukakan oleh Maurice
Duverger. Dalam definisinya Maurice mengemukakan bahwa Hukum Tata Negara hanya
peraturan mengenai lembagalembaga politik (lembaga-lembaga negara) dan fungsi-
fungsinya, mengenai kedudukan warga negara tidak dinyatakan secara eksplisit. Dalam
arti luas, Hukum Tata Negara mencakup pula Hukum Administrasi Negara (HAN)
sebagai aspek Hukum Tata Negara dalam arti dinamis.20
Hukum Agraria : Hukum Agraria atau hukum tanah adalah hukum yang mengatur
hubungan antara orang dan tanah dengan orang lain. Jadi merupakan perlindungan
kepentingan orang terhadap orang lain mengenai tanah.21 Hukum agrarian merupakan
salah satu hukum yang digunakan untuk mengatur penggunaan dan pemanfaatan hasil
dari alam. Dalam UUPA (Undang – Undang Pokok Agraria) dijelaskan pengertian
agrarian meliputi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang tergantung di
dalamnya (Pasal 1 dan 2).22

7. Sistem Hukum Adat : Istilah hukum adat pertama kali diperkenalkan secara ilmiah oleh
Snouck Hurgronje, dalam bukunya yang berjudul “De Atjehers” menyebutkan istilah
hukum adat sebagai adat recht (Bahasa Belanda) yaitu untuk memberi nama pada satu
sistem pengendalian sosial (social control) yang hidup dalam Masyarakat Indonesia.
Istilah ini kemudian dikembangkan secara ilmiah oleh Van Vollenhoven yang dikenal
sebagai pakar Hukum Adat di India Belanda sebelum menjadi Indonesia. Hukum Adat
adalah aturan yang tidak tertulis dan merupakan pedoman untuk sebagian besar orang-
orang Indonesia dan dipertahankan dalam pegaulan hidup sehari - hari baik di kota
maupun di desa.23

19
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Yogyakarta, Liberty, 1988, h. 28,
20
Dr. I Gede Yusa, S. ., M.H. dkk. 2016. Hukum Tata Negara Pasca Perubahan UUD NRI 1945, Malang:
Setara Press.
21
Sudikno Mertokusumo, 2011. Perundang – Undangan Agraria Indonesia, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,
hlm.3
22
Supriyadi, 2007. Hukum Agararia, Jakarta: Sinar Grafika, hlm.1
23
Dr. Yulia. S.H,.M.H. 2016. Buku Ajar Hukum Adat. Sulawesi: Unimal Press. Hlm.2
Sistem Hukum Eropa Kontinental : Sistem Hukum Eropa Kontinental dikenap juga
dengan sebutan Romano-Germanic Legal System adalah sistem hukum yang semula
berkembang di dataran Eropa. Titik tekan pada sistem ini adalah penggunaan aturan -
aturan hukum yang sifatnya tertulis, berbagai ketentuan - ketentuan hukum dikodifikasi
(dihimpun) secara sistematis yang akan di tafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam
penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem
hukum ini.24
Sistem Hukum Anglo-Saxon : Hukum Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang
didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan - keputusan hakim terdahulu yang
kemudian menjadi dasar bagi putusan hakim - hakim selanjutnya. Sistem hukum ini
diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali
Provinsi Quebec), dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Lousiana
mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistem hukum Eropa Kontinental
Napoleon). 25

8. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata 26


1. Bab I - Tentang menikmati dan kehilangan hak-hak kewargaan
2. Bab II - Tentang akta-akta catatan sipil
3. Bab III - Tentang tempat tinggal atau domisili
4. Bab IV - Tentang perkawinan
5. Bab V - Tentang hak dan kewajiban suami-istri
6. Bab VI - Tentang harta-bersama menurut undang-undang dan pengurusannya
7. Bab VII - Tentang perjanjian kawin
8. Bab VIII - Tentang gabungan harta-bersama atau perjanjian kawin pada perkawinan
kedua atau selanjutnya
9. Bab IX - Tentang pemisahan harta-benda
10. Bab X - Tentang pembubaran perkawinan
11. Bab XI - Tentang pisah meja dan ranjang

24
Dr. Faisol Burlian, S,Ag. M.Hum. 2015. Sistem Hukum Di Indonesia. Palembang: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Raden Fatah. Cet.I, Hlm.4
25
Dr. Faisol Burlian, S,Ag. M.Hum. 2015. Sistem Hukum Di Indonesia. Palembang: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Raden Fatah. Cet.I, Hlm.4
26
BIRO HUKUM Sekretariat Jendral Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
12. Bab XII - Tentang keayahan dan asal keturunan anak-anak
13. Bab XIII - Tentang kekeluargaan sedarah dan semenda
14. Bab XIV - Tentang kekuasaan orang tua
15. Bab XIVA - Tentang penentuan, perubaran dan pencabutan tunjangan nafkah
16. Bab XV - Tentang kebelumdewasaan dan perwalian
17. Bab XVI - Tentang pendewasaan
18. Bab XVII - Tentang pengampuan
19. Bab XVIII - Tentang ketidakhadiran

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana 27

1. Bab I - Batas-batas berlakunya Aturan Pidana dalam Perundang-undangan


2. Bab II - Pidana
3. Bab III - Hal-hal yang Menghapuskan, Mengurangi atau Memberatkan Pidana
4. Bab IV - Percobaan
5. Bab V - Penyertaan Dalam Tindak Pidana
6. Bab VI - Perbarengan Tindak Pidana
7. Bab VII - Mengajukan dan Menarik Kembali Pengaduan dalam Hal Kejahatan -
kejahatan yang Hanya Dituntut atas Pengaduan
8. Bab VIII - Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana dan Menjalankan Pidana
9. Bab IX - Arti Beberapa Istilah yang Dipakai dalam Kitab Undang-undang

27
R. Soesilo, 1991. Kitab Undang – Undang Hukum Pidana , Jawa Barat: Politeia Bogor

Anda mungkin juga menyukai