Anda di halaman 1dari 13

HANDOUT

MUDHARABAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Matematika Keuangan Syariah

Dosen Pengampu:
Erika Suciani, M.Pd

Kelompok 13:

1. Ulfa Khasanah (12204193042)


2. Lailatul Fadilah (12204193169)
3. Siti Mir Ahtus Sofiyah (12204193181)
4. Zulia Indri Andraini (12204193220)

TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
JUNI 2022
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb yang secara etimologi berarti
bepergian atau berjalan. Istilah mudharabah disebut juga dengan qiradh yang
artinya memotong. Hal ini karena istilah mudharabah lebih dikenal dan
dipergunakan oleh penduduk irak yang mayoritas mengikuti mazhab Hanafi
dan Hambali. Sedangkan qiradh merupakan istilah yang sering dipergunakan
oleh penduduk Hijaz yang mayoritas mengikuti mazhab Maliki dan Syafi’i.
Tetapi pada dasarnya pengertian dari kedua istilah tersebut mempunyai makna
yang serupa.
Dalam fikih muamalah, terminologi mudharabah diungkapkan oleh ulama
mazhab, yang diantaranya:1
1. Menurut mazdah Hanafi, mudharabah adalah suatu bentuk perjanjian
dalam melakukan kongsi untuk mendapatkan keuntungan dengan
modal dari salah satu pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain.
2. Menurut mazhab Maliki, mudharabah adalah penyerahan uang dimuka
oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan kepada
seorang yang akan menjalankan usaha dengan uang tersebut disertai
dengan sebagian imbalan dari keuntungan usahanya.
3. Menurut mazhab Syafi’i, definisi mudharabah adalah pemilik modal
menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha untuk dijalankan
dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan menjadai milik bersama
antara keduanya.
4. Menurut mazhab Hambali, mudharabah adalah penyerahan barang
atau sejenisnya dalam jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang
yang mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari
keuntungannya.
Selain dari keempat mzhab diatas, pendapat lainnya diungkapkan oleh
ulama sebagai berikut:

1
Tim Penulis, Seri Standar Perbankan Syariah 5 (Standar Produk Mudharabah), OJK,
hal.16.
1. Ibnu rusyd dalam kitab “Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-
Muqtashid” menyamakan istilah mudharabah dengan qiradh atau
muqaradhah, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama
sebagai perkongsian modal dan usaha.
2. Sayyid Sabiq, menjelaskan bahwa mudharabah adalah akad antara
kedua belah pihak dimana salah satu pihak mengeluarkan sejumlah
uang kepada pihak lain untuk diperdagangkan, dan laba dibagi dua
sebagaimana kesepakatan.
3. Abdurrahman Al-Jaziri mendefinisikan mudharabah sebagai akad
antara dua orang yang berisi kesepakatan bahwa salah seorang dari
mereka akan memberikan modal usaha produktif, dan keuntungan
usaha itu akan diberikan sebagian kepada pemilik modal dalam jumlah
tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui bersama.
Dari beberapa definisi dan pendapat para ulama di atas, dapat disimpulkan
bahwa mudharabah adalah suatu akad kerja sama antara pemilik modal
(shohibul mall) dengan orang yang memeperoleh modal (mudharib), dimana
dana sepenuhnya ditanggung oleh shohibul maal. Sedangkan mudharib hanya
sebagai pengelola dan akan memperoleh sebagian keuntungan dari hasil usaha
yang dikelolanya sesuai dengan kesepakatan diawal.
Pola transaksi mudharabah biasanya ditetapkan pada produk-produk
pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah
ditetapkan pada tabungan dan deposito. Sedangkan pada sisi pembiayaan,
mudharabah ditetapkan untuk pembiayaan modal kerja. Dalam sisi
pembiayaan, bila seseorang pedagang membutuhkan modal untuk berdagang,
maka dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti
mudahrabah.
B. Jenis-Jenis Mudharabah
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, bahwa pembiayaan mudharabah
terbagi menjadi dua jenis, yaitu Mudharabah Mutlaqah dan Mudharabah
Muqayyah. Berikut ini penjelasan dari jenis-jenis mudharabah tersebut:2
1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal
dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Mudharabah ini disebut
juga dengan Unsertricted Investment Accoun (URIA) yang sifatnya mutlak
dengan shahibul mall tidak menetapkan syarat-syarat tertentu kepada si
mudharib.
2. Mudharabah Muqayyah
Mudharabah Muqayyah adalah bentuk kerjasama antara shohibul maal
dan mudharib, dimana mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha,
waktu dan tempat usaha. Mudharabah ini disebut juga dengan Restricted
Investment Acount (mudharabah terbatas) yakni shahibul maal
memberikan batasan-batasn tertentu kepada mudharib untuk melindungi
modalnya dari resiko, dan jika batasan tersebut dilanggar maka mudharib
harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.

C. Landasan Syari’ah tentang Mudharabah


Secara umum, landasan dasar syariah Al-Mudharabah lebih mencerminkan
anjuran untuk melaksanakan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadis
berikut ini:
a. Al-Qur’an
1) Al-Muzammil: 20

‫ط ۤا ِٕىفَةٌ ِِّمنَ الَّ ِذيْنَ َم َع َۗكَ َو ه‬


‫ّٰللاُ يُقَدِّ ُِر‬ َ ‫صفَهٗ َوثُلُثَهٗ َو‬ْ ِ‫۞ا َِّن َربَّكَ َي ْعلَ ُم اَنَّكَ تَقُ ْو ُم اَد ْٰنى ِم ْن ثُلُثَي ِ الَّ ْي ِل َون‬
َ ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق َر ُء ْوا َما ت َ َيس ََّر ِمنَ ْالقُ ْر ٰا َۗ ِن َع ِل َم اَ ْن‬
‫س َي ُك ْونُ ِم ْن ُك ْم‬ ُ ْ‫ار َع ِل َم اَ ْن لَّ ْن ت ُح‬
َ ‫ص ْوهُ فَت‬ َ َۗ ‫الَّ ْي َل َوالنَّ َه‬
َ ‫ّٰللاِ َۙو ٰاخ َُر ْونَ يُقَاتِلُ ْونَ فِ ْي‬
‫سبِ ْي ِل‬ ِ ‫َّم ْرضٰ ۙى َو ٰاخ َُر ْونَ يَض ِْرب ُْونَ فِى ْاْلَ ْر‬
ْ َ‫ض يَ ْبتَغُ ْونَ ِم ْن ف‬
‫ض ِل ه‬

2
Irfan, Analisis Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syariah Di Indonesia,
(Lhokseumawe: UNIMAL PRESS, 2018), hal.23.
‫سنً َۗا َو َما تُقَ ِدِّ ُم ْوا‬َ ‫ّٰللاَ قَ ْرضًا َح‬‫الز ٰكوة َ َوا َ ْق ِرضُوا ه‬ َّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتُوا‬ َّ ‫ّٰللاِ ۖفَا ْق َر ُء ْوا َما تَيَس ََّر ِم ْن ۙهُ َواَقِ ْي ُموا ال‬
‫ه‬
‫ّٰللاَ َففُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ ‫ظ َم اَجْ ًر َۗا َوا ْست َ ْغ ِف ُروا ه‬
‫ّٰللاَ َۗا َِّن ه‬ َ ‫ّٰللاِ ۙه َُو َخي ًْرا َّواَ ْع‬
‫ِْلَ ْنفُ ِس ُك ْم ِ ِّم ْن َخي ٍْر ت َِجد ُْوهُ ِع ْندَ ه‬
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam
atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang
yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al
Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang
yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di
jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran
dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah
pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja
yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang
paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Yang menjadi argumen dalam surat ini yaitu adanya kata
yadhribun, apabila diartikan sama dengan akar kata mudharabah yang
berarti melakukan suatu perjalanan usaha.
2) Al-Jumu’ah: 10
‫ّٰللاَ َكثِي ًْرا لَّعَلَّ ُك ْم‬
‫ّٰللاِ َواذْ ُك ُروا ه‬ ِ ‫ص ٰلوة ُ فَا ْنت َ ِش ُر ْوا فِى ْاْلَ ْر‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُ ْوا ِم ْن ف‬
‫ض ِل ه‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَ ِاذَا ق‬
ِ َ‫ضي‬
َ‫ت ُ ْف ِل ُح ْون‬
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung”.
Dari ayat Al-Quran di atas pada intinya adalah berisi dorongan bagi
setiap manusia untuk melakukan perjalanan usaha. Di era modern
sekarang ini, siapa saja akan mudah dalam melakukan investasi yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, antara lain melalui mekanisme
tabungan mudharabah ini.

b. Al-Hadist
1) HR. Thabrani
“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak
mengurangi lautan, dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli
hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus
menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan abai itu
didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari
Ibnu Abbas).
2) HR. Ibnu Majah
“Nabi bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai,muqaradah (mudharabah) dan mencampur gandum
dengan jewawut untuk kepeluan rumah tangga, bukan untuk dijual.”
(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
Hikmah yang disyariatkan pada sistem mudharabah yaitu untuk
memberikan keringanan kepada manusia. Yang dimana ada sebagian
orang yang mempunyai harta, tetapi tidak bisa membuatnya menjadi
produktif. Ada juga sebagian yang lain mempunyai keahlian tapi tidak
mempunyai harta untuk dikelola. Dengan akad mudharabah, diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada pemilik harta dan orang yang memiliki
keahlian. Dengan demikian, tercipta kerja sama antara modal dan kerja,
sehingga dapat tercipta kemaslahatan dan kesejahteraan umat.3
c. Fatwa DSN No: 07/DSN/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI, setelah
menimbang :4

3
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah, Jakarta:
Akademia Permata, 2012, Cet. ke-1, h. 220.
4
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 07/DSN-MUI/IV/2000,
tanggal 29 Dzulhijjah 1420 H/4 April 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qirad)
1. Lembaga Keuangan Syariah (LKS), pihak LKS menyalurkan
pembiayaan dengan cara mudharabah, yaitu akad kerjasama suatu usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama (malik, shahib al-maal, LKS)
menyediakan seluruh modal,sedangkan pihak kedua (amil, mudharib,
nasabah) bertindak selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi di
antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
2. Bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan syariah, DSN-MUI
memandang perlu menetapkan fatwa tentang mudharabah untuk
dijadikan
pedoman oleh LKS.
d. Ijma
Imam Zaila telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus
terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah.
Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu
Ubaid. Undang-Undang Perbankan Syariah tentang Mudharabah6 Pasal
187:5
1. Pemilik modal wajib menyerahkan dana dan atau barang yang
berharga kepada pihak lain untuk melakukan kerjasama dalam usaha.
2. Penerima modal menjalankan usaha dalam bidang yang disepakati.
3. Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan ditetapkan dalam akad
Pasal 188: Rukun kerjasama dalam modal dan usaha adalah:
a) Shahibul maal/ pemilik dana
b) Mudharib/ pelaku usaha
c) Akad

D. Aplikasi dalam Perbankan


Akad mudharabah sering digunakan untuk produk-produk pembiayaan dan
pendanaan. Tetapi pada penghimpunan dana, akad mudharabah diterapkan
pada:6

5
Suyud Margono, S.H.,M.Hum., Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah: Dilengkapi
dengan Undang-Undang Perbankan Syariah, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2009, hal. 47.
6
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, ... , hal. 97.
1. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, deposito biasa dan
sebagainya.
2. Deposito spesial (special investment), di mana dana yang dititipkan
nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah
saja.
Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, di mana
sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-
syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mudharabah


Dalam kegiatan mudharabah terdapat beberapa faktor yang
memengaruhinya diantaranya:
1. Faktor Langsung
Dalam fakror langsung ini terdapat faktor yang mempengaruhi
perhitungan bagi hasil yaitu investment rate, jumlah dana yang tersedia,
dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
a. Investment rate
Investment rate adalah presentasi actual dana yang diinvestasikan dari
total dana. Misalkan jika bank menentukan investment rte sebesar
80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi
likuiditas.
b. Jumlah dana yang tersedia
Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan jumlah dana dari
berbagai sumber dana yang terseda untuk diinvestasikan. Dana
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode
dibawah ini:
 Rata-rata saldo minimum bulanan
 Rata-rata total saldo harian
Investment rate dikalikan dengan jumlah yang tersedia untuk
diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana actual yang akan
digunakan.
c. Nisbah bagi hasil
Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan
disetujui pada awal perjanjian. Nisbah ini antara bank satu dengan
bank lainnya dpat berbeda. Rasio yang harus disetujui dan ditentukan
pada awal perjanjian antara pihak nasabah dengan pihak bank.
2. Faktor Tidak Langsung
Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagi hasil diantaranya:
a. Penemuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
b. Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya.
Pendapatan yang akan dibagi hasilnya merupakan pendapatan yang
diterima dikurangi biaya-biaya.
c. Jika biaya ditanggung bank maka hal ini disebut revenue sharing.
d. Kebijakan akunting
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas
yang diterapkan terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan
biaya. Terdapat faktor yang mempengaruhi mudharabah, seperti faktor
langsung dan tidak langsung. Dalam penerapan di bank syariah, tidak semua
faktor-faktor tersebut ada didalam ketentuan yang diberlakukan oleh pihak
bank. Selain itu, dapat juga faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk bagi
hasil digunakan oleh bank lebih dari yang sudah ditetapkan.

F. Contoh Kasus
1. Perhitungan bagi hasil bagi dana pihak ketiga (tabungan/deposito
masyarakat). Bapak Ahmad memiliki deposito 𝑅𝑝10.000.000,00 jangka
waktu satu bulan (1 Desember 2000 s/d 1 Januari 2001), dan nisbah bagi
hasil antara nasabah dan bank 57% ∶ 43%. Jika keuntungan bank yang
diperoleh untuk deposito satu bulan per 31 Desember 2000 adalah
𝑅𝑝20.000.000,00 dan rata-rata deposito jangka waktu satu bulan adalah
𝑅𝑝950.000.000,00. Berapa keuntungan yang diperoleh Bapak Ahmad?
Jawab:
Keuntungan diperoleh bapak Ahmad adalah :
𝑅𝑝10.000.000,00
× 57% × 𝑅𝑝20.000.000,00 = 𝑅𝑝120.000.000,00
𝑅𝑝950.000.000,00
Jadi keuntungan yang diperoleh bapak Ahmad sebesar
𝑅𝑝120.000.000,00

2. Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Bapak Irfa,
seorang pedagang buku di Pasar Shoping Yogyakarta menggunakan akad
mudharabah (BJS sebagai pemilik dana dan Irfa sebagai pengelola dana).
BJS memberikan modal kepada Irfa sebesar 𝑅𝑝10.000.000,00 sebagai
modal usaha pada Tanggal 1 Januari 2009 dengan nisbah bagi hasil BJS:
Irfa = 30% ∶ 70%. Pada tanggal 31 pebruari 2009, Irfa memberikan
Laporan Laba Rugi penjualan buku sebagai berikut: Penjualan
𝑅𝑃1.000.000,00, Harga Pokok Penjualan 𝑅𝑝700.000,00, Laba Kotor
𝑅𝑝300.000,00, Biaya-biaya 𝑅𝑝100.000,00, Laba bersih 𝑅𝑝200.000,00.
Hitunglah pendapatan yang diperoleh BJS dan Irfa dari kerjasama bisnis
tersebut pada tanggal 31 Pebruari 2009 bila kesepakan pembagian bagi
hasil tersebut menggunakan metode:
a. Profit sharing
b. Revenue sharing
Jawab:
a. Profit sharing
Bank Syariah = 30% × 𝑅𝑝200.000,00(𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ)
= 𝑅𝑝60.000,00
Irfa = 70% × 𝑅𝑝200.000,00 = 𝑅𝑝140.000,00
b. Revenue sharing
Bank Syariah= 30% × 𝑅𝑝300.000,00(𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟)
= 𝑅𝑝90.000,00
Irfa = 70% × 𝑅𝑝300.000,00 = 𝑅𝑝210.000,0
3. Bapak A menginvestasikan uang sebesar 𝑅𝑝2 juta untuk usaha somay
yang dimiliki oleh Bapak B dengan akad mudharabah. Nisbah yang
disepakati oleh bapak A dan bapak B adalah 1:3. Setelah usaha berjalan,
ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka atas persetujuan bapak A,
bapak B ikut menginvestasikan uangnya sebesar 𝑅𝑝500.000,00. Dengan
demikian bentuk akadya adalah akad mudharabah musytarakah. Laba yang
diperoleh untuk bulan januari sebesar 𝑅𝑝1.000.000,00.
Berdasarkan PSAK 105 par 34 maka bagi hasil jika terdapat keuntungan
dapat dilakukan dengan cara:

Alternatif 1:
Pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana
sesuai nisbah yang disepakati:
1
Bagian A = 4 × 𝑅𝑝1.000.000,00 = 𝑅𝑝250.000,00
3
Bagian B = 4 × 𝑅𝑝1.000.000,00 = 𝑅𝑝750.000,00

Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana


tersebut (𝑅𝑝1.000.000,00 − 𝑅𝑝750.000,00 = 𝑅𝑝250.000,00) dibagi
antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing.
𝑅𝑝2000.000,00
Bagian A = 𝑅𝑝2.500.000,00 × 𝑅𝑝250.000,00 = 𝑅𝑝200.000,00
𝑅𝑝500.000,00
Bagian B = 𝑅𝑝2.500.000,00 × 𝑅𝑝250.000,00 = 𝑅𝑝50.000,00

Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh 𝑅𝑝750.000,00 +


𝑅𝑝50.000,00 = 𝑅𝑝800.000,00 dan A sebagai pemilik dana akan
memperoleh 𝑅𝑝200.000,00.
Alternatif 2:
Pertama hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana
sesuai dengan porsi masing-masing modal:
𝑅𝑝2000.000,00
Bagian A: 𝑅𝑝2.500.000,00 × 𝑅𝑝1.000.000,00 = 𝑅𝑝800.000,00
𝑅𝑝500.000,00
Bagian B: 𝑅𝑝2.500.000,00 × 𝑅𝑝1.000.000,00 = 𝑅𝑝200.000,00
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana
sebesar (𝑅𝑝1.000.000,00 − 𝑅𝑝200.000,00 = 𝑅𝑝800.000,00) tersebut
dibagi antara pengeola dana dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah
yang disepakati.
1
Bagian A: 4 × 𝑅𝑝800.000,00 = 𝑅𝑝200.000,00
3
Bagian B: 4 × 𝑅𝑝800.000,00 = 𝑅𝑝600.000,00

Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh 𝑅𝑝200.000,00 +


𝑅𝑝600.000,00 = 𝑅𝑝800.000,00 dan A sebagai pemilik dana akan
memperoleh 𝑅𝑝200.000,00. Jika terjadi kerugian atas investasi, maka
kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik. Misalnya
terjadi kerugian sebesar 𝑅𝑝1.000.000,00 maka, A akan menanggung rugi
sebesar:
𝑅𝑝2.000.000,00
× 𝑅𝑝1.000.000,00 = 𝑅𝑝800.000,00. B akan menanggung
𝑅𝑝2.500.000,00
𝑅𝑝500.000,00
rugi sebesar: 𝑅𝑝2.500.000,00 × 𝑅𝑝1.000.000,00 = 𝑅𝑝200.000,00.
DAFTAR PUSTAKA

Fatwa. 2000. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


07/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 29 Dzulhijjah 1420 H/4 April 2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah (Qirad)
Irfan.2018. Analisis Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syariah Di
Indonesia, (Lhokseumawe: UNIMAL PRESS.
Kautsar Riza Salman. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis
PSAK Syariah, Jakarta: Akademia Permata
Suyud Margono. 2009. Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah: Dilengkapi
dengan Undang-Undang Perbankan Syariah, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri.
Tim Penulis, Seri Standar Perbankan Syariah 5 (Standar Produk
Mudharabah), OJK
Maruta Heru.2018. Akad Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah
Serta Aplikasi dalam Masyarakat. Jurnal STIE Syariah Bengkalis. Vol. 2 No.1.
hal 95-98.

Anda mungkin juga menyukai