Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

MUDHARABAH DAN SYIRKAH

Aulia Hilda Khairunissa, Rizki Isnaeni, Ummi Nur Faridha

Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen

Jl. Tentara Pelajar No. 55B, Panggel, Panjer, Kebumen 54312

Abstrak

Mudharabah adalah akad kerja sama pemilik modal dan pengelola modal dimana keuntungan
dan kerugian dibagi berdasarkan kesepakatan oleh beberapa pihak yang terlibat. Syirkah adalah
akad kerjasama dua pihak atau lebih untuk berserikat dalam modal serta keuntungan dan
kerugian yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan secara proporsional. Dasar hukum
pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah ada dalam al-Quran, Hadist, dan Ijma.
Akad mudharabah dan syirkah perlu diketahui syarat dan rukunnya. Pembiayaan mudharabah
terbagi menjadi dua bagian yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah
sedangkan Pembiayaan Syirkah terbagi kepada dua bagian, yaitu syirkah al-amlak dan syirkah
al-uqud. Syirkah al-amlak terdiri dari, yaitu syirkah al-jabr dan syirkah al-ikhtiyar. Sedangkan
syirkah al-uqud terdiri dari empat jenis, yaitu syirkah al-mufawadhah, syirkah al-inan, syirkah
al-wujuh, syirkah al-amal, dan syirkah mudharabah.

Kata kunci: Mudharabah, Musyarakah, Dasar Hukum, Produk Hukum, Rukun Dan Syarat,
Pembagian Mudharabah Dan Musyarakah,

Abstract

Mudharabah is a cooperation agreement between the owner of capital and the manager of
capital in which profits and losses are shared based on an agreement between the parties
involved. Syirkah is a cooperation agreement between two or more parties for association in
capital and the profits and losses obtained are shared based on an agreement proportionally.
The legal basis for mudharabah financing and musyarakah financing is in the Al-Quran, Hadith
and Ijma. Mudharabah and syirkah contracts need to know the terms and pillars. Mudharabah
financing is divided into two parts, namely mudharabah muthlaqah and mudharabah
muqayyadah while Syirkah financing is divided into two parts, namely syirkah al-amlak and
syirkah al-uqud. Syirkah al-amlak consists of, namely syirkah al-jabr and syirkah al-ikhtiyar.
While syirkah al-uqud consists of four types, namely syirkah al-mufawadhah, syirkah al-inan,
syirkah al-wujuh, syirkah al-amal, and syirkah mudharabah.

Keywords: Mudharabah, Musyarakah, Legal Basis, Legal Products, Pillars and Conditions,
Distribution of Mudharabah and Musyarakah,

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia bisnis tidak lepas dari peran ekonomi islam guna memajukan
perekonomian. Islam merupakan agama yang paling sempurna di antara agama yang ada di
dunia. Islam telah mengatur segala sesuatunya dari mulai seorang hamba bangun tidur hingga
tidur kembali. Dari urusan duniawi seperti ber mu’amalah sesama manusia, salah satunya
urusan berdagang ataupun berbisnis hingga urusan duniawi. Begitupun yang dilakukan
Rasulullah SAW, semenjak kecil Rasulullah SAW sudah diajarkan untuk berdagang. Karna
Sembilan dari sepuluh pintu rizki adalah berdagang, maka dari itu mengapa Rasulullah SAW
juga menganjurkan umat muslim untuk berdagang.

Karna dengan berdagang, maka banyak manfaat yang akan didapat pedagang dapat berdakwah
tentang Islam yang membawa rahmatan lil ‘alamin, karna dengan berdagang para pedagang
dapat memenuhi kebutuhan orang banyak. Islam mempunyai konsep tersendiri dalam
berdagang ataupun bersbisnis. Dimana seorang penjual harus mempunyai etika berbisnis yang
tidak merugikan para pembelinya, tidak memberatkan timbangan, tidak mengambil untung
terlalu banyak sehingga merugikan pembeli, dan sebagai penjual sudah selayaknya harus
mengedepankan kualitas dan kuantitas suatu barang yang dijual. Islam juga menerapkan
konsep syirkah atau kerjasama dan mudharabah dalam berdagang agar semua berjalan sesuai
dengan syariat agama Islam.

Mudharabah berasal dari kata dharb, yang secara etimologis berarti bepergian atau berjalan.
Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-ikhtilath (percampuran) atau
persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan. Seperti
persekutuan hak milik atau perserikatan usaha.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah

Secara bahasa mudharabah diambil dari kata al-dharb fi al-Ardh, yang berarti perjalanan untuk
berniaga. Pengambilan kata ini disebabkan amil dan mudharib meletakan mudharabah untuk
bekerja dengan cara berniaga (tijarah) dan mencari keuntungan dengan permintaan dari
pemilik modal (rab al-mal).

Secara istilah, mudharabah berarti seorang malik atau pemilik modal menyerahkan modal
kepada seorang amiluntuk berniaga dengan modal tersebut, dimana keuntungan dibagi
diantara keduanya dengan porsi bagian sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam akad.Jadi.
Mudharabah adalah akad kerja sama pemilik modal dan pengelola modal dimana keuntungan
dan kerugian dibagi berdasarkan kesepakatan oleh beberapa pihak yang terlibat.

Mudharabah didefinisikan oleh Wahbah Zuhaili:

‫ىي أن يدفع اماللك إىل العامل ماال ليتجر فيو ويكون الربح مشرتكا بينهما حبسب مل‬

‫شرطا‬

“Mudharabah adalah akad penyerahan modal oleh si pemilik kepada pengelola untuk
diperdagangkan dan keuntungan dimiliki bersama antara keduanya sesuai dengan persyaratan
yang mereka buat.”

B. Pengertian Syirkah
Secara bahasa musyarakah sering pula disebut dengan syirkah yang bermakna ihktilath
(pencampuran), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa
dapat dibedakan diantara keduanya. Secara terminologi, musyarakah berarti akad di antara dua
orang atau lebih untuk berserikat dalam modal dan keuntungan. Musyarakah adalah akad
kerjasama yang terjadi di antara para pemilik modal (mi-tra musyarakah) untuk
menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan
nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditang-gung secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal.

Dari ketiga definisi diatas bahwa musyarakah adalah akad kerjasama dua pihak atau lebih
untuk berserikat dalam modal serta keuntungan dan kerugian yang diperoleh dibagi
berdasarkan kese-pakatan secara proporsional. Menurut terminologi ulama’ fiqih beragam
pendapat dalam mengklasifikasikannya, antara lain:

a. Menurut malikiyah:

“perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta yang di miliki dua orang
secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya
untuk mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk
tasharruf”.

b. Menurut hambaliah:

“perhimpunan adalah hak (kewenangan) atau pengolahan harta (tasarruf)”.

c. Menurut syafi’iyah:

“ketetapan hak pada sesuatu yang dimiliki dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur
(diketahui)”.

d. Menurut hanafiyah:

“ungkapan tentang adanya transaksi (akad) antara dua orang yang bersekutu pada pokok harta
dan keuntungan”.
C. Dasar Hukum Mudharabah

Ada beberapa dasar hukum yang diambil dalam mudharabah dan telah disepakati oleh para
imam madzhab, yaitu berdasarkan Al-Qur‘an, Sunnah, Ijma‘ dan Qiyas. Ada pun Akad
mudharabah berdasarkan hukum Al-Qur‘an, Sunnah, Ijma‘, dan Qiyas sebagai berikut

a. Di dalam Al-Qur‘an surat al-Muzzamil (73) ayat 20, bahwasanya Allah berfirman:

‫و ٰاخَ رُوْ نَ يضْ ربُوْ نَ فى ااْل َرْ ض ي ْبتَ ُغوْ نَ م ْن فَضْ ل هّٰللا‬
ِ ِ ِ َ ِ ِ ِ َ َ

Artinya:

..dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah;…

b. Hadits riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib yaitu

‫ اَ ْلبيع ِإلَى‬:ُ‫ث فِي ِهن ْالبر َكة‬ َ َ‫َأ َّن ا لنبِي صلَّى اهللاُ علَي ِه وآلِ ِه وسلَّم ق‬
ٌ َ‫ ثَال‬: ‫ال‬

ِ ‫ت الَ لِ ْل‬
ِ ‫ير لِ ْلبي‬ ِ ِ‫وخلطُ ْالبر ب‬
‫بيع (رواه ابن ماجه‬ ِ ‫الشع‬ ْ ،ُ‫والمقَارضة‬
ْ ،‫جل‬
ٍ ‫َأ‬

‫)عن صهيب‬:

Artinya: "Nabi bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli secara tunai,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah
tangga, bukan untuk dijual (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

c. Dalil Ijma‘ yang telah disepakati adalah yang telah diriwayatkan oleh jamah dari para sahabat
bahwa ketika itu mereka memberikan harta kepada anak yatim untuk melakukan mudharabah
atasnya, dan tidak ada seorang pun yang menghianatinya/mengingkarinya. Maka ini dianggap
sebagai Ijma‘.

d. Sedangkan dalil qiyas yaitu mudharabah bisa diqiyaskan pada akad musaqah (akad
memelihara tanaman), dengan hal ini dapat dijelaskan bahwa dilihat dari kebutuhan
masyarakat, dikarenakan manusia ada yang kaya dan miskin, ada yang memiliki harta dan tidak
memilikinya, ada juga manusia yang pandai dalam mengelola hartanya dan ada juga yang tidak.
Maka dengan sebab ini akad mudharabah dibolehkan secara syara‘ untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan dua tipe yang dipaparkan tadi. Allah Swt. tidak akan mensyariatkan
suatu akad kecuali ada kemaslahatan di dalamnya, dan memenuhi hamba-hambanya.

e. Dan akad mudharabah juga dijelaskan dalam fatwa DSN-MUI Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh).

D. Dasar Hukum Syirkah

Syirkah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam Islam. Sebab keberadaannya diperkuat
oleh al-Qur’an, hadis, dan ijma’ ulama. Pada dasarnya hukum syirkah adalah mubah atau boleh.
Sebagaimana yang dipraktekkan oleh baginda Rasulullah SAW terhadapmasyarakat Islam saat
itu (Majid, 1986). Dalil Al-Quran dan hadist yang menerangkan tentang syirkah antara lain:

‫ْض اِاَّل‬ ٰ
ٍ ‫ضهُ ْم عَلى بَع‬ ُ ‫ْجتِكَ اِ ٰلى نِ َعا ِج ٖ ۗه َواِ َّن َكثِ ْيرًا ِّمنَ ْال ُخلَطَ ۤا ِء لَيَ ْب ِغ ْي بَ ْع‬ َ ‫َال لَقَ ْد ظَلَ َمكَ بِسَُؤا ِل نَع‬ َ ‫ق‬
َ ‫ت َوقَلِ ْي ٌل َّما هُ ۗ ْم َوظَ َّن د َٗاو ُد اَنَّ َما فَتَ ٰنّهُ فَا ْستَ ْغفَ َر َربَّهٗ َو َخ َّر‬
َ‫را ِكعًا َّواَنَاب‬ ّ ٰ ‫الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

Artinya: “Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-
orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga
bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur
sujud dan bertobat." (Qs. Shad ayat 24).

Adapun dasar dari hadis antara lain:

Hadis Abu Hurairah:

َ ‫ َمالَ ْم يَ ُخ ْن َأ َح ُدهُ َما‬،‫ث ال َّش ِر ْي َك ْي ِن‬


ُ‫ فَِإ َذا َخانَه‬،ُ‫صا ِحبَه‬ ُ ِ‫ َأنَا ثَال‬:ُ‫ ِإ َّن هللاَ يَقُوْ ل‬:‫ َرفَ َعهُ قَا َل‬،َ‫ع َْن َأبِ ْي هُ َري َْرة‬
ُ ْ‫خ ََرج‬.
‫ت ِم ْن بَ ْينِ ِه َما‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia merafa’kannya kepada Nabi, beliau bersabda: Sesungguhnya
Allah berfirman: Saya adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, selagi salah satunya
tidak mengkhianati temannya. Apabila ia berkhianat kepada temannya, maka saya akan keluar
dari antara keduanya”. (HR. Abu Dawud dan di nilai sahih oleh Al-Hakim)

Berdasarkan keterangan al-Qur’an dan Hadis Rasulullah tersebut di atas, pada prinsipnya secara
ijma’ seluruh fuqaha sepakat menetapkan bahwa hukum syirkah adalah mubah (boleh). Selain
itu, landasan dan dasar hukum syirkah juga diatur dalam peraturan DSN MUI yaitu fatwa DSN
MUI nomor 08 tahun 2000 tentang akad musharakah.

Anda mungkin juga menyukai