Pengampu :
Oleh :
Zuhri Purwokerto
2022
A. Pendahuluan
Bisnis syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang semakin pesat,
tentunya pelaku usaha bisnis syariah dihadapkan pada masalah mengembangkan
sumber daya masyarakat yakni mengenai sosialisasi mekanisme, transaksi dan
kegiatan operasional pada bisnis tersebut dengan tujuan agar bisnis syariah yang telah
ada dapat berkembang dengan signifikan dan maksimal. Tentu saja ini menjadi salah
satu tantangan pada bisnis syariah di Indonesia pada khususnya, yang mayoritas
masyarakat nya adalah Muslim, oleh sebab itu dukungan masyarakat sangat
diperlukan. Konsep umum dapat dikatakan bahwasannya syariah senantiasa bertujuan
pada kegiatan ekonomi yang halal, baik dari sisi produk yang menjadi objek,
bagaimana cara perolehannya dan cara penggunaannya.
Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan dan saling
ketergantungan. Berbagai jenis dan tipe manusia lengkap dengan segala kekurangan
dan kelebihannya. Dapat kita asumsikan, manusia yang berlebih akan harta tetapi di
sisi lain kekurangan skill, begitupun sebaliknya ada manusia yang memiliki skill
berlebih dan ketrampilan yang mumpuni dalam bidang tertentu akan tetapi memiliki
keterbatasan harta. Dari sinilah dibutuhkan kolaborasi seimbang antara manusia yang
berlebih akan harta dengan pemilik skill sehingga dapat menciptakan suatu kerjasama
yang saling menguntungkan satu sama lain. Maka dari itu Islam sangat menganjurkan
syarikat dalam usaha, diantaranya adalah mudharabah (Yulianto & Solikhah, 2016).
Mudharabah merupakan akad/perjanjian kerjasama usaha antara kedua pihak,
dimana pada sisi pihak pertama menjadi pemilik dana (Shohibul mal) yang telah
menyediakan 100% hartanya untuk modal, sedangkan pada pihak lainnya berlaku
sebagai pengelola usaha atau mudharib. Mudharabah secara teknisnya merupakan
bentuk kemitraan laba,dimana pada satu sisi ada pihak penyedia jasa dan satu sisi
yang menyediakan tenaga kerja. Ahli Fiqih menyampaikan Hanafi dan Hanbali
menggunakan istilah ini dengan Mudharabah dan ulama Syafi’i dan Maliki
menggunakan istilah Qiradh.(Ayu et al., 2022)
Produk perbankan syariah yang memiliki bagian unik adalah prinsip dari
mudharabah. Letak keunikan ada pada perbedaan filosofis yakni antara sistem
1
perbankan konvensional dan perbankan syariah yang menganut prinsip membagi
keuntungan dan membagi kerugian. Bagi hasil sendiri dikenal sebagai profit and loss
sharing, yang dimana ketika mudharib mengalami keuntungan yang didapatkan dari
pengembangan modal usaha shohibul mal maka keuntungan tersebut dibagi sesuai
dengan akad/perjanjian sebelumnya. Begitupun sebaliknya dengan kerugian, antara
mudharabid dan shohibul mal harus sama-sama menanggung. Konsep inilah yang
dijunjung oleh syariah bahwasannya skim mudharabah menerapkan sistem
kerjasama yang berbasis keadilan (Arianti, 2018).
Pada tugas penulisan makalah ini, penulis akan mencoba melakukan kajian
pustaka dari berbagai literasi dan pendekatan studi kasus yang penulis dapatkan
terkait dengan pengertian, dasar hukum dan konsep mudharabah dalam Fikih yang
kemudian di implementasikan pada produk-produk perbankan syariah. Penulis
melakukan analisis terkait dengan transformasi akad mudharabah dari fikih pada
produk bank dengan melakukan studi kasus pada salah satu BPRS di wilayah kota
Purwokerto.
B. Konsep Mudarabah dalam Fikih
1. Pengertian
Syirkah atau Musyarakah berasal dari bahasa arab, syirkatan
(mashdar/kata dasar) dan syarika (fi’il madhi/kata kerja) yang berarti
mitra/sekutu/kongsi/serikat. Berdasarkan definisi-definisi beberapa ulama,
seperti para ulama Syafi’i dan Hanbali, untuk mengindikasikan makna
luasnya, yang mencangkup syarikah al-milk (kemitraan kepemilikan) dan
syarikah al-aqd (kemitraan kontraktual). Syarikah al-aqd adalah perjanjian di
antara dua orang atau lebih untuk mengombinasikan aset, tenaga kerja , atau
liabilitas mereka demi alasan menghasilkan laba. Kemitraan ini dibagi
menjadi empat tipe, a) syarikah al-amwal (kemitraan modal), b) syarikah al-
‘amal (kemitraan jasa/tenaga), c) syarikah al-wujuh (kemitraan reputasi), d)
syarikah al-mudharabah, secara teknis mudharabah adalah kemitraan laba,
yang melaluinya satu pihak (rabbul mal) menyediakan modal dan pihak yang
lain (mudharib) yang menyediakan tenaga kerja (Ardiansyah, 2013).
Secara kata bahasa, Mudharabah diambil dari kalimat dharaba fil
ardh, artinya melakukan perjalanan dalam rangka berdagang. Dalam Fatwa
2
Dewan Syari’ah Nasional NO:07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh) menyatakan bahwa Mudharabah yaitu akad kerjasama
suatu usaha antara dua pihak di mana pihak pertamma (shaibul mal, LKS)
menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (mudharib, nasabah)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka
sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak(Andiyansari, 2020).
2. Dasar Hukum
Dasar hukum dari mudharabah yaitu: Al-Qur’an, sunnah, Ijma’ dan
Qiyas (Al-Zuhayli, 2018), didalam Al-Qur’an sebetulnya tidak disebutkan
dengan jelas tentang mudharabah, walau demikian beberapa ulama di
kalangan kaum muslimin telah bersepakat tentang bolehnya melakukan
kerjasama semacam perniagaan. Dasar hukum mudharabah secara umum
lebih tercermin pada anjuran untuk melakukan suatu usaha. Hal ini tercantum
pada dasar hukum mudharabah sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
4. Qiyas
Beberapa ulama membuat analogi atas kesahihan Al-Musaqah
(kemitraan petani), dimana pemilik kebun buah-buahan mengalihkan
pohon-pohon buah dalam jumlah tertentu kepada pemilik lain yang akan
merawatnya di dalam pertukaran, untuk mendapatkan suatu porsi tertentu
dari total panenan pohon-pohon tersebut bukan panenan pohon- pohon
tertentu
5. Akad mudharabah telah dijelaskan pula pada fatwa DSN-MUI Nomor
07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah (qiradh)
(Dsnmui.or.id, 2022)
2. Pihak Terlibat
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah di BPRS BAS,
penyimpanan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal)
dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk
melakukan murabahah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu.
Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah
kedua. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang
disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan mudharabah
kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada pemilik dana,
ada usaha yang dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada ijab Kabul). Prinsip
mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dari deposito
berjangka. (Fisit Suharti, 2022)
3. Jenis Produk
Jenis produk di BPRS BAS yang menggunakan akad mudharabah
diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan deposito berjangka.
Adapun penjelasan produk sebagai berikut :
1. Produk deposito Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bina Amanah Satria
adalah Deposito iB BAS, yaitu jenis simpanan berjangka pihak ketiga
perorangan dan atau lembaga (shahibul maal) pada bank (mudharib),
yang hanya dapat ditarik kembali oleh shahibul maal setelah jangka
waktu tertentu sesuai perjanjian yang disepakati dengan Bank (mudharib),
yaitu (1,3,6,12) bulan. Akad penerimaan deposito adalah mudharabah
12
mutlaqah, dimana Bank (mudharib) menerima dana dari Nasabah
(shahibul maal) untuk diikutkan sebagai penyertaan sementara pada
usaha Bank yang aman, halal dan menghasilkan keuntungan yang
optimal. Pada deposito iB Satria antara pihak Bank (mudharib) dan
deposan (Shahibul Maal) menyepakati terlebih dahulu proporsi (nisbah)
bagi hasilnya. Dan perolehan nominal riil bagi hasilnya akan dibagikan
setiap bulan oleh bank. Deposan (shahibul maal) dapat menentukan
jangka waktu investasinya secara Automatic Role Over (ARO).
14
Gambar 1.1
2. Mudharabah Muqayyadah
➢ Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (Restricted
Investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu
yang harus dipatuhi oleh pihak bank. Misalnya disyaratkan digunakan
untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu,
atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.
Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:
a) Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
diikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratan
penyaluran dana simpanan khusus.
b) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah
dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian
keuntungan secara risiko yan dapat ditimbulkan dari penyimpanan
dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus
dicantumkan dalam akad.
c) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan
khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari rekening lainnya.
d) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertitifikat atau
tanda penyimpanan (bilyet) dposito kepada deposan.
➢ Mudharabah Muqayyadah of Balance sheet
15
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah
langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai
perantara (arranger) yang mempertemukan anatara pemilik dana dengan
pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu
yang harus daipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).
Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:
a) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan
khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.
Simpanan khusus daicatat pada pos tersendiri dalam rekening
administrative.
b) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak
yang diamanatkan oleh pemilik dana.
c) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak.
Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah
bagi hasil.
Gambar 1.2
3. Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam produk
perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama
anatara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal kepada pengelola (mudharib)
16
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja
sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian
dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam
manajemn proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati
dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian.
Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal
dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada
besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu di anatara itu.
Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam
musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
Musyarakah dan dan mudharabah dalam literatur fiqih berbentuk perjanjian
kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan
menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak harus menjaga kejujuran
untuk kepentingan bersama dan setiap usaha dari masingn-masing pihak untuk
melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan betul-betul akan
merusak ajaran islam.
Gambar 1.3
Analisis kedua penulis adalah dengan adanya kehadiran perbankan syariah dengan
praktek akad mudharabah telah mampu mendukung ekonomi Islam dan membantu
masyarakat dalam bertransaksi sesuai dengan prinsip yang telah disyariatkan. Ini nampak
pada praktek atau implementasi mudharabah dalam bank syariah dibedakan menjadikan dua:
1. Mudharabah hadir dan dijadikan sebagai sebuah sistem, ini tentunya menjadi
pedoman Bank dalam melakukan segala jenis transaksi produk perbankan. Dengan
adanya sistem ini tentunya bank akan membagikan keuntungan yang diperolehnya
dengan para nasabahnya dan investor yang menggunakan jasanya. Sudah pasti dalam
hal ini mudharabah hadir dan dapat menjadi pengganti dari sistem bunga.
2. Mudharabah dijadikan sebagai sebuah produk, ini tentunya disediakan oleh pihak
Bank dengan tujuan pelayanan terhadap para nasabahnya. Dalam hal ini seperti yang
telah penulis sampaikan pada pemaparan sebelumnya mudharabah dibagi menjadi
dua bagian yaitu mudharabah yang bersifat tabungan/Deposito (sebagai
penghimpunan dana) dan mudharabah yang bersifat sebagai pembiayaan.
Analisis ketiga penulis adalah terkait pembebanan jaminan dalam perbankan syariah
masih menjadi problematika yang ramai dibahas hingga saat ini, syarat adanya jaminan dalam
18
pembiayaan di bank syariah menurut peneliti menunjukan bahwa bank syariah dalam
melakukan praktik pembiayaannya sama seperti bank konvensional. Hal ini dikarenakan
belum adanya aturan yang jelas tentang jaminan pada bank syariah dalam praktik
pembiayaanya. Sehingga praktik pembebanan jaminan dalam bank syariah terkesan ambigu
dan mencampurkan prinsip dan aturan antara bank konvensional dan bank syariah.
Jaminan yang di praktikan oleh bank konvensional lahir atas dasar utang piutang
antara bank dengan nasabah atau antara kreditu deengan debitur dan dengan berlandaskan
undang-undang tentang hak tanggungan, sedangkan ulama fiqih klasik menjalskan bahwa
pembiayaan mudharabah merupakan bentuk pembiyaan Kerjasama yang saling
menguntungkan, bukan merupakan utang piutang yang menempatkan adanya perbedaan
posisi antara debitur dan kreditur. Penggunaan peraturan perundang-undangan yang sama
dalam prinsip yang berbeda akan menimbulkan tidak adanya perbedaan praktik antara bank
konvensional dan bank syariah, padahal secara prinsip dan konteks pembiayaan bank syariah
dan bank konvensional merupakan produk perbankan yang jauh berbeda.
19
E. Kesimpulan
Akad mudharabah dari persepsi sebagian besar fuqaha adalah akad yang
dilakukan oleh kedua belah pihak yang saling terikat dan yang saling menanggung,
salah satu menjadi pemodal dan menyerahkan hartanya untuk dikelola dikembangkan
atau diperdagangakan dengan tujuan memperoleh keuntungan dimana keuntungan
tersebut dibagi dengan perjanjian awal yang telah ditetapkan dalam akad. Dalam
perbankan pada khususnya, mudharabah merupakan salah satu ujung tombak atau
tonggal ekonomi syariah yang telah menjadi perwakilan dalam prinsip Islam untuk
mewujudkan keadilan dan saling tolong menolong dalam masyarakat dengan
mengimplementasikan sistem bagi hasil. Dalam prakteknya, mudharabah dibagi
menjadi dua bentuk, yang pertama menjadi sebuah sistem, mudharabah hadir sebagai
pengganti bunga bank dimana bank akan membagikan keuntungan dengan para
nasabah dan investor yang telah menggunakan jasanya. Yang kedua, bertujuan dalam
memaksimalkan pelayanan kepada nasabahnya, mudharabah dalam hal ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu mudharabah yang bersifat tabungan/deposito dan
mudharabah yang bersifat sebagai pembiayaan. Yang ketiga, mengenai konsep
jaminan dalam penyaluran dana/pembiayaan mudharabah . Jaminan yang di praktikan
oleh bank konvensional lahir atas dasar utang piutang antara bank dengan nasabah
atau antara kreditur deengan debitur dan dengan berlandaskan undang-undang tentang
hak tanggungan, sedangkan ulama fiqih klasik menjelaskan bahwa pembiayaan
mudharabah merupakan bentuk pembiyaan kerjasama yang saling menguntungkan,
bukan merupakan utang piutang yang menempatkan adanya perbedaan posisi antara
debitur dan kreditur. Penerapan jaminan pada pembiayaan mudharabah dilakukan atas
dasar prinsip kehati-hatian.
20
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zuhayli, W. (2018). Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 5. Dalam W. Al-Zuhayli, Fiqh Islam Wa
Adillatuhu Jilid 5 (hal. 477). Jakarta: Gema Insani.
Ardiansyah, D. (2013). IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN DENGAN AKAD MUDHARABAH.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 1-18. Diambil kembali dari
https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/369
Arianti, a. (2018). Mudharabah Dalam Bank Syari‘ah,. Jurnal Ilmiah Syari’ah, 1–7,.
Arifin, M. S. (2013). Mudharabah Dalam Fiqih Dan Perbankan Syari'ah. Jurnal Ekonomi Syariah,
302-23. Diambil kembali dari
21
http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/download/215/pdf
Dsnmui.or.id. (2022, September Senin 26 September). Diambil kembali dari "fatwa":
https://dsnmui.or.id/kategori/fatwa/?s=pembiayaan+mudharabah
Faisal Amin and Dkk. (2014). Menyingkap Sejuta Permasalahan Dalam Fath Al-Qarib. Lirboyo:
Anfa‘.
Fisit Suharti, M. (2022). Kepala Bagian Pengembangan Produk. Purwokerto. Dipetik September
25, 2022
Ojk.go.id. (2022, September Selasa 26). Diambil kembali dari Buku Standar Produk Mudharabah
Seri Standar Produk Perbankan Syariah 5: https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-
dan-kegiatan/publikasi/Pages/Buku-Standar-Produk-
22