ويكون الربح مشتركا بينها بحسب، هى أن يدفع المالك إلى العامل ماال ليتجر فيه: المضاربة
وال يتحمل العامل المضارب من الخسران، وأماالخسارة فهي على رب المال وحده.مشرطا
. شيئا وإنما هو يخسر عمله وجهده4
Mudharabah adalah akad yang didalamnya pemilik modal memberikan
modal (harta) pada ‘amil (pengelola) untuk mengelolanya, dan keuntungan
menjadi milik bersama sesuai dengan apa yang mereka sepakatkan. Sedangkan
kerugian hanya menjadi tanggungan pemilik modal saja. ‘Amil tidak
menanggung kerugian apapun kecuali usaha dan kerjanya saja.
Para Imam Mazhab sepakat bahwa hukum mudharabah adalah boleh
berdasarkan al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Hanya saja, hukum ini
merupakan pengecualian dari masalah penipuan (gharar) dan ijarah yang belum
diketahui.
Dasar akad mudharabah adalah ijab (offer) dan qabul
(acceptance). Jika pemilik harta, dana, atau modal (rabb al-maal) berkata
kepada seseorang (usahawan atau agen) untuk mengambil modal dan
menginvestasikannya dalam usaha tertentu, dan sepakat untuk
berkongsi dalam kadar keuntungan tertentu seperti ½ : ½ atau 50:50
atau 70:30, maka akad al-mudharabah antara kedua belah pihak telah
terjadi.16 Secara umum, mudharabah merupakan akad perkongsian antara pemilik modal (rabb al-
mal) atau beberapa orang pemilik (arbab
al-amwal) dengan usahawan, pekerja, atau siapapun (amil, mudharib,
muqaridh) yang diamanahkan untuk menjalankan usaha dengan modal
tersebut kemudian mengembalikan kapital kepada pemilik harta
dengan kadar keuntungan yang disetujui bersama. Bagian keuntungan
yang dimiliki oleh usahawan adalah dalam kadar tertentu yang disetujui
bersama semasa akad. Hak ini bisa dimiliki jika usaha atau investasi itu
mendatangkan keuntungan. Sebaliknya, jika mendatangkan kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaian dan perbuatan secara sengaja
seperti masalah cuaca, gempa bumi dan keadaan ekonomi global yang
menyebabkan modal habis, maka kerugian itu akan ditanggung oleh
pemilik modal saja. Kerugian yang dialami oleh usahawan ialah kerugian
dari sudut waktu dan tenaga yang dicurahkan dalam aktivitas usaha
yang tidak mendapat keuntungan apa-apa.
فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل هللا واذكروا هللا كثيرا لعلكم تفلحون
“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu dibumi, dan carilah
karunia Allah”.(Al-Jum’ah: 10)
هLدىكم وإنكنتم من قبلLا هLليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم فإذا أفضتم من عرفت فاذكروا هللا عند المشعر الحرام واذكروه كم
.لمن الضالين
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari
tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'arafat, berdzikirlah kepada
Allah di masy'arilharam.Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana
yang ditunjukkan-nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar
benar termasuk orang-orang yang sesat.”(Q.S, Al-baqarah: 198).
Ayat-ayat ini secara umum mencakup didalamnnya pekerjaan dengan
memberikan modal.
b. Hadits
Hadits yang diriwayatkan oleh syuhaib:
بيت الLL البيع إلى أجل والمقارضة وخلط البر بالشعير لل: ثالثة فهن البركة:عن صهيب رضي هللا عنه أن النبي صل هللا عليه وسلم قال
للبيع
Dari Shuhaib r.a bahwa nabi saw bersabda: ada tiga perkara
yangdidalamnya terdapat keberkahan: jual beli tempo, muqaradhah,
mencampur gandum kasar dan gandum halus di rumah, tetapi bukan untuk
dijual.(HR. Ibnu Majah)
أن ال: أنه كان يشترط على الرجل إذا أعطاه ماال مقار ضة, وعن حكيم بن حزام رضى اهللا عنه
فإن فعلت شيئا من, وال تنزل به فى بطن مسيل, والتحمله في بحر, تجعل مالى فى كبد رطبة
وقال مالك في الموطاءعن العالء بن, ّ رواه لدار قطنى ورجاله ثقات. ذلك فقد ضمنت مالى
عبد الرحمن بن يعقوب عن ابيه عن جده أنه عمل في مال لعثمان على أن الربح بينهما
Dari Hakim bin Hizam r.a bahwasanya ia pernah mensayaratkankepada
seseorang jika ia memberi modal sebagai qiradh: “agar janganlah modalku itu
dipergunakan untuk barang yang bernyawa, jaganlah dibawa kelaut dan
menempuh banjir. Jika kau melakukan sesuatu dari syarat-syarat itu, maka
kaulah menanggung harta modalku” Imam Malik berkata dalam kitab
Muqaththa’ dari Al-Ala’ bin Abdurrahman bin Yaqub,dari ayahnya dari
neneknya bahwasanya ia pernah berdagang dengan modal milik Utsman
dengan syarat untung dibagi dua. ( HR Daruquthi).
Dari perbedaan para ulama diatas dipahami bahwa rukun pada akad
mudharabah pada dasarnya adalah :
a. Pelaku (shahibul mal dan mudharib)
Dalam akad mudharabah harus ada dua pelaku, dimana adayang
bertindak sebagai pemilik modal (shahibul mal) dan yang lainnya menjadi
pelaksana usaha (mudharib).
d. Nisbah keuntungan
Nisbah yakni rukun yang menjadi ciri khusus dalam akad mudharabah.
Nisbah ini merupakan imbalan yang berhak diterima oleh shahibul mal ataupun
mudharib. Shahibul mal mendapatkan imbalan dari penyertaan modalnya,
sedangkan mudharib mendapatkan imbalan dari kerjanya
2.Syarat-syarat Mudzarabah
d. Nisbah keuntungan
Keuntungan atau nisbah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Keuntungan harus dibagi secara proporsional
kepada kedua belah pihak, dan proporsi (nisbah) keduanya harus
dijelaskan pada waktu melakukan kontrak. Pembagian keuntungan
harus jelas dan dinyatakan dalam bentuk prosentase seperti 50:50,
60:40, 70:30, atau bahkan 99:1 menurut kesepakatan bersama. 53
Biasanya, dicantumkan dalam surat perjanjian yang dibuat dihadapan
notaris. Dengan demikian, apabila terjadi persengketaan, maka
penyelesaiannya tidak begitu rumit.
Karakteristik dari akad mudharabah adalah pembagian
untung dan bagi rugi atau profit and loss sharring (PLS), dalam akad
ini return dan timing cash flow tergantung kepada kinerja riilnya.
Apabila laba dari usahanya besar maka kedua belah pihak akan
mendapatkan bagian yang besar pula. Tapi apabila labanya kecil
maka keduanya akan mendapatkan bagian yang kecil pula. Besarnya
nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak
yang melakukan kontrak, jadi angka besaran nisbah ini muncul dari
hasil tawar menawar antara shahibul mal dengan mudharib, dengan
demikian angka nisbah ini bervariasi seperti yang sudah disebutkan
diatas, namun para fuqaha sepakat bahwa nisbah 100:0 tidak
diperbolehkan.
Apabila pembagian keuntungan tidak jelas, maka menurut
ulama mazhab Hanafi akad itu fasid (rusak). Demikian juga halnya,
apabila pemilik modal mensyaratkan bahwa kerugian harus
ditanggung bersama, maka akad itu batal menurut mazhab Hanafi.
Hikmah disyariatkannya mudharabah adalah untuk memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan hartanya dan sikap
tolong menolong di antara mereka, selain itu, guna menggabungkan
pengalaman dan kepandaian dengan modal untuk memperoleh hasil yang
terbaik.
Penutup
Hikmah disyariatkannya mudharabah adalah untuk memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan hartanya dan sikap
tolong menolong di antara mereka, selain itu, guna menggabungkan
pengalaman dan kepandaian dengan modal untuk memperoleh hasil yang
terbaik.
Menurut para ahli fikih (fuqaha’), keabsahan akad ini
mensyaratkan adanya kemampuan manajerial yang bertendensi pada
profit atau laba (al-ribhu). Menurut al-Sarakhsi,masyarakat
memerlukan akad ini karena adanya simbiosis mutualisme antara
pemilik modal yang ingin berinvestasi dan pekerja atau manajer yang
cakap dalam mengurus modal. Jadi, akad mudharabah ini sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi (growth) yang berdampak
pada kesejahteraan masyarakat luas. Bagi mereka, keuntungan dari
transaksi ini sangat mempengaruhi semangat kerja untuk terus
melakukan upaya perniagaan dan perkongsian halal yang pada
gilirannya akan mengantarkan mereka pada maqom investor atau
pemilik modal.