Anda di halaman 1dari 9

MUDHARABAH

HANDOUT MATA KULIAH :

MATEMATIKA KEUANGAN SYARIAH

Dosen Pengampu : Erika Suciani, M.Pd.

Kelompok 8

Disusun oleh :

1. Eva Isna Alfiani (12204183128)


2. Qintana Zahrotun N (12204183171)
3. Revi Shinta Nuria (12204183172)
4. Yayang Eka N.O (12204183180)
5. Laily Amelia H (12204183197)
6. Chania Zalfa A.L (12204183205)
7. Khamim Ibnul M (12204183216)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG


MUDHARABAH

A. Pengertian Mudharabah
Kerja sama dalam menggerakkan antara pemilik modal dan seseorang adalah bagi
hasil, yang dilandasi oleh rasa tolong menolong. Sebab ada orang yang mempunyai
modal, tetapi tidak mempunyai keahlian dalam menjalankan roda perusahaan. Ada juga
orang yang mempunyai modal dan keahlian, tetapi tidak mempunyai waktu. Sebaliknya
ada orang yang mempunyai keahlian dan waktu, tetapi tidak mempunyai modal.
Dengan demikian, apabila ada kerja sama dalam menggerakkan roda perekonomian,
maka kedua belah pihak akan mendapatkan keuntungan modal dan skill (keahlian)
dipadukan menjadi satu. Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim
sejak zaman nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya
Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad
mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka
praktek mudharabah ini diperbolehkan, baik menurut Al-Qur’an, Sunnah maupun
Ijma’. 1
Dalam praktik mudharabah antara Khadijah dengan Muhammad, saat itu
Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad
SAW ke luar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan sebagai pemilik modal
(Shahib al-maal) sedangkan Nabi Muhammad SAW berperan sebagai pelaksana usaha
(mudharib). Sistem pembiayaan mudharabah adalah kontrak antara dua pihak dimana
satu pihak berperan sebagai shahib al-maal dan mempercayakan sejumlah modalnya
untuk dikelola oleh mudharib sesuai dengan rukun dan syarat. Istilah mudharabah
adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk Irak, sedangkan penduduk Hijaz
menyebut mudharabah dengan istilah mudharabah atau qiradh, sehingga dalam
perkembangan lebih lanjut mudharabah dan qiradh juga mengacu pada makna yang
sama. Secara istilahi mudharabah adalah menyerahkan modal kepada orang yang
berniaga sehingga ia mendapatkan prosentase keuntungan. 2

1
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidaya Karya Agung, 1990), hal. 182.
2
Adib Bisri dan Munawwir, Al-Bisri Kamus Arab – Indonesia Indonesia –Arab, Surabaya : Pustaka
Progressif, 1999, hal. 432.
Definisi mudharabah menurut Sayyid Sabiq adalah :
“Akad antara dua pihak dimana salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang
(sebagai modal) kepada lainnya untuk diperdagangkan. Laba dibagi sesuai
dengan kesepakatan”.
Adapun definisi mudharabah menurut Wahbah Az-Zuhaili adalah :
“Akad didalamnya pemilik modal memberikan modal (harta) pada ‘amil
(pengelola) untuk mengelolanya, dan keuntungannya menjadi milik bersama
sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Sedangkan, kerugiannya hanya
menjadi tanggungan pemilik modal saja, ‘amil tidak menanggung kerugian apa
pun kecuali usaha dan kerjanya saja”.

Sedangkan definisi mudharabah menurut fatwa DSN No. 07/DSN MUI/IV/2000


adalah :
“Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain
untuk suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul
maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha),
sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola
usaha”.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian mudharabah yaitu
akad yang dilakukan oleh shahibul mal dengan mudharib untuk usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Keuntungan yang dituangkan dalam
kontrak ditentukan dalam bentuk nisbah. Jika usaha yang dijalankan mengalami
kerugian, maka kerugian itu ditanggung oleh shahibul mal sepanjang kerugian itu
bukan akibat kelalaian mudharib. Namun jika kerugian itu diakibatkan karena kelalaian
mudharib, maka mudharib harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

B. Dasar Hukum Mudharabah


1. Al-Quran
Dasar hukum mudharabah yaitu: Al-Qur’an, dalam Al-Qur’an tidak
disebutkan dengan jelas tentang mudharabah, walaupun demikian ulama’ di
kalangan kaum muslimin telah sepakat tentang bolehnya melakukan kerjasama
semacam perniagaan ini.3 Ada ayat-ayat yang walaupun tidak langsung, tetapi
maksudnya dapat digunakan sebagai dasar atau landasan kebolehan mudharabah,
diantaranya :
..... ‫ض يَ ْبتَ ُغوْ نَ ِم ْن فَضْ ِل هّٰللا‬ ٰ
ِ ْ‫ َواخَ رُوْ نَ يَضْ ِربُوْ نَ فِى ااْل َر‬.....

Artinya : Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian


karunia Allah (QS. Al-Muzammil : 20)

Dalam ayat di atas dasar dilakukannya akad mudharabah adalah kata


“yadhribun” ( ‫ ) یضربون‬yang sama dengan akar kata mudharabah yang memiliki
makna melakukan suatu perjalanan usaha.4

‫فَا َذا قُضيت الص َّٰلوةُ فَا ْنتَشرُوْ ا فى ااْل َرْ ض وا ْبتَ ُغوْ ا م ْن فَضْ ل هّٰللا‬.....
ِ ِ ِ َ ِ ِ ِ ِ َِ ِ

Artinya : Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi;


dan carilah karunia Allah. (QS. Al-Jumu’ah : 10)

‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَ ْن تَ ْبتَ ُغوْ ا فَضْ اًل ِّم ْن َّربِّ ُك ْم‬
َ ‫ لَي‬.....

Artinya : Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia (rezki hasil perniagaan)
dari Tuhanmu. (QS. Al-Baqarah : 198)

Secara umum kedua ayat di atas mengandung kebolehan akad mudarabah,


yang menjelaskan bahwa mudharib (pengelola) adalah orang yang bepergian di
muka bumi untuk mencari karunia Allah.5

3
Mudharabah Dalam Fiqih Dan
Mahmudatus Sa’diyah dan Meuthiya Athifa Arifin ,
Perbankan Syari’ah, Equilibrium, Vol. 1, No. 2, Desember 2013, hal. 307.
4
Fenty Rohana Alfiyanti, Analisis Terhadap Implementasi Pembiayan Mudharabah Menurut Fatwa
DSN-MUI NO : 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) (Studi Kasus di KSU
Syariah Al-Akhsan Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati, Skripsi, (UIN Walisongo
Semarang, 2016), hal. 25.
5
Ibid,
2. Hadits
Rasulullah SAW bersabda :

(Dari Saleh bin Suhaib r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Tiga hal
didalamnya terdapat keberkatan yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual. ( HR Ibnu Majah ).

‫ال‬zz‫ع الم‬zz‫د المطلب اذا دف‬zz‫اس بن عب‬zz‫كان سيدنا العب‬: ‫روى ابن عباس رضي هللا عنهما انه قال‬
‫ة ذات‬zz‫ه داب‬zz‫ ب‬z‫ترى‬zz‫ا واليش‬zz‫ه وادي‬zz‫مضربة اشترط على صاحبه ان اليسلك به بحرا والينزل ب‬
‫كبد رطبة فان فعل ذلك ضمن فبلغ شرطة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فاجازه‬

“Diriwayatkan oleh ibnu Abbas bahwasannya Sayyidina Abbas jikalau


memberikan dana ke mitra usahanya secara Mudharabah, ia mensyaratkan agar
dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya,
atau mebeli ternak yang berparu-paru basah, jika menyalahi peraturan maka
yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikannyalah
syarat-syarat tersebut kepada rasulullah saw. Dan Rasulullah pun
membolehkannya.” (HR. Thabrani)

‫ةً أَ ْن‬z‫ض‬َ ‫ار‬َ َ‫ ااًل ُمق‬z‫اهُ َم‬zَ‫ هللا عنه أَنَّهُ َكانَ يَ ْشت َِرطُ َعلَى اَل َّرج ُِل إِ َذا أَ ْعط‬z‫َام رضي‬ ٍ ‫َوع َْن َح ِك ِيم ْب ِن ِحز‬
‫ ْيئًا‬z‫إِ ْن فَ َع ْلتَ َش‬zَ‫يل ف‬ ْ َ‫ ِه فِي ب‬zِ‫طبَ ٍة َواَل تَحْ ِملَهُ فِي بَحْ ر ٍ َواَل تَ ْن ِز َل ب‬
ٍ z‫ط ِن َم ِس‬ ْ ‫اَل تَجْ َع َل َمالِي فِي َكبِ ٍد َر‬
‫ ِد‬zzْ‫ك فِي اَ ْل ُم َوطَّأِ ع َْن اَ ْل َعاَل ِء ب ِْن َعب‬
ٌ zzِ‫ال َمال‬zzَ َ‫ َوق‬. ‫ي‬ّ ِ‫طن‬ْ ُ‫ َّدا َرق‬zz‫الِي َر َواهُ اَل‬zz‫ ِم ْنتَ َم‬zz‫ض‬ َ zzِ‫ِم ْن َذل‬
َ ‫ َد‬zzَ‫ك فَق‬
‫و‬zَ zُ‫ا َوه‬zz‫رِّ ْب َح بَ ْينَهُ َم‬zz‫انَ َعلَى أَ َّن اَل‬zz‫ال لِع ُْث َم‬z َ z‫ دِّه أَنَّهُ َع ِم‬z‫هَ ع َْن َج‬z‫اَلرَّحْ َم ِن ْب ِن يَ ْعقُوب ع َْن أَبِي‬
ٍ z‫ل فِي َم‬z
ُ َ‫ َو ِر َجالُهُ ثِق‬,ِ ‫ص ِحي ٌح‬
‫ات‬ ٌ ُ‫َموْ ق‬
َ ‫وف‬

Dari Hakim Ibnu Hizam bahwa disyaratkan bagi seseorang yang memberikan
modal sebagai qiradl, yaitu: Jangan menggunakan modalku untuk barang yang
bernyawa, jangan membawanya ke laut, dan jangan membawanya di tengah air
yang mengalir. Jika engkau melakukan salah satu di antaranya, maka engkaulah
yang menanggung modalku. Riwayat Daruquthni dengan perawi-perawi yang
dapat dipercaya. Malik berkata dalam kitabnya al-Muwattho’, dari Ala’ Ibnu
Abdurrahman Ibnu Ya’qub, dari ayahnya, dari kakeknya: Bahwa ia pernah
menjalankan modal Utsman dengan keuntungan dibagi dua.
(Hadits mauquf shahih)

3. Ijma
Dalil ijma’ adalah apa yang diriwayatkan oleh jamaah dari para sahabat
mereka memberikan harta anak yatim untuk dilakukan mudharabah atasnya, dan
tidak ada seorang pun yang mengingkarinya oleh karena itu, dianggap sebagai
ijma’Ibnu Taimiyah menetapkan landasan hukum mudharabah dengan ijma’ yang
berlandaskan pada nash. Mudharabah sudah terkenal di kalangan bangsa Arab
jahiliah, terlebih di kalangan suku Quraisy. Mayoritas orang Arab bergelut di
bidang perdagangan. Para pemilik modal memberikan modal mereka kepada para
amil (pengelola).
Rasulullah pun pernah mengadakan perjalanan dagang dengan membawa
modal orang lain sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Beliau juga pernah
mengadakan perjalanan dagang dengan mengelola modal Khadijah. Kalifah
dagang yang terdapat di dalamnya Abu Sufyan, mayoritas dari mereka melakukan
mudharabah dengan Abu Sufyan dan yang lainnya.
Ketika islam datang, Rasulullah mengakui dan menyetujui akad ini. Para
sahabat pun melakukan perjalanan dengan dagang dengan mengelola modal
orang lain berdasarkan akad mudharabah sementara beliau tidak melarang hal itu.
Sunnah merupakan perkataan, perbuatan, dan pengakuan Rasulullah.
Makavketika beliau telah mengakui mudharabah , berarti mudharabah telah
ditetapkan oleh sunnah.
Mudharabah adalah aqad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman
Nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam.
Ketika Nabi Muhammad Saw berprofesi sebagai pedagang, beliau melakukan
aqad mudharabah dengan Khadijah. Dalam praktik mudharabah antara Khadijah
dengan Nabi Muhammad Saw keluar negeri. Dalam hal ini Khadijah berperan
sebagai pemilik modal (shahib al - maal) sedangkan Nabi Muhammad Saw
berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib). 6

4. Qiyas
Dalil Qiyas adalah bahwa mudharabah diqiyaskan kepada al musaqah
(menyuruh seseorang untuk mengelola kebun). Selain diantara manusia, ada yang
miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang tidak dapat
mengusahakan hartanya. Dan sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau
bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah
ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan di atas, yakni
untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. 7

C. Syarat dan Rukun Mudharabah


1. Syarat Mudharabah
Menurut Afandi (2009), syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:
a) Akad
b) Modal
c) Keuntungan
d) Kegiatan Usaha
2. Rukun Mudharabah
Menurut jumhur ulama’ ada tiga rukun dari Mudharabah yaitu:
a) Dua pihak yang berakad
b) Materi yang diperjanjikan atau objek yang diakadkan
c) Sighat
Sedangkan menurut Ulama Syafi’iyah lebih memerinci lagi menjadi enam yaitu :
a) Pemilik modal
b) Pelaksana usaha
c) Akad dari kedua belah pihak
d) Objek mudharabah
e) Usaha
f) Nisbah
D. Contoh Mudharabah
6
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.
204.
7
Rachmad Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung:CV Pustaka Setia ,2001),hlm.224-226
1. Tono dan Tanto melakukan kerjasama usaha selama 12 bulan. Tono sebagai
pemilik modal memberikan modal usaha sebesar 50 juta. Kemudian keduanya
menyepakati nisbah bagi hasil sebesar 40:60 (40% keuntungan untuk Shahibul
maal). Setelah menjalankan usahanya selama 12 bulan modal usaha telah
berkembang menjadi 70 juta, sehingga memperoleh keuntungan sebesar 20 juta.
Maka sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat Tono berhak mendapat
keuntungan 40% dari 20 juta yakni didapat 8 juta, dan sisanya 12 juta menjadi
hak Tanto (mudharib).
2. Pak Ahmad memiliki simpanan deposito sebanyak Rp 10.000.000 di bank
syariah, dengan jangka waktu 1 tahun. Nisbah yang disepakati oleh bank dan Pak
Ahmad adalah 43% : 57%. Jika keuntungan bank untuk deposito 1 bulan itu Rp
20.000.000 dengan saldo rata-rata setiap bulannya Rp 950.000.000 maka hasil
yang diperoleh oleh Pak Ahmad adalah 10.000.000/950.000.000 × 20.000.000 ×
57% = 120.000. sehingga Pak Ahmat memperoleh bagi hasil setiap bulannya Rp
120.000
3. Pemilik modal (Shahibul maal) membuat akad mudharabah dengan mudharib
pertama dengan modal usaha Rp 30 juta dan kesepakatan nisbah bagi hasil di
antara keduanya sebesar 50:50 dalam jangka waktu selama 6 bulan. Kemudian
mudharib pertama membuat perjanjian mudharabah dengan mudharib akhir yang
akan mengelola usaha konveksi dengan jangka waktu selama 6 bulan. Kedua
belah pihak membuat kesepakatan nisbah bagi hasil di antara keduanya sebesar
40: 60 (40% untuk mudharib pertama). Pada akhir masa akad mudharabah atau
setelah 6 bulan keuntungan mudharib akhir adalah Rp 20 juta, maka bagian
keuntungan mudharib pertama adalah Rp 8 juta (40% × Rp 20 juta). Dikarenakan
adanya perjanjian awal dengan pemilik modal (Shahibul maal), maka pendapatan
yang diterima mudharib pertama harus dibagi dengan shahibul maal sebesar
perjanjian nisbah yang disepakati. Sehingga di akhir perjanjian shahibul maal
memperoleh pendapatan bagi hasil sebesar Rp 4 juta (yaitu 50% × Rp 8 juta).
4. Bapak Agus menginvestasikan uang Rp 2.000.000 untuk usaha bakso yang
dimiliki Bapak Ali dengan menggunakan akad mudharabah. Nisbah yang
disepakati yaitu 1: 3. Setelah usaha berjalan butuh tambahan dana dengan
persetujuan bapak Agus, Bapak Ali ikut menginvestasikan uangnya sebesar Rp
500.000. maka bentuk akad menjadi mudharabah musytarakah. Pada bulan
Januari 2002 1 laba yang diperoleh sebesar Rp 1.000.000. maka keuntungan yang
didapat:
a) Pertama dibagi sesuai nisbah yang disepakati
1) Bapak Agus: 1/4 × Rp 1.000.000 = Rp 250.000
2) Bapak Ali: 3/4 × Rp 1.000.000 = Rp 750.000
b) Kedua hasil investasi dikurangi laba untuk Bapak Ali (Rp 1.0000 - Rp
750.000) kemudian dibagi sesuai porsi modal:
1) Bapak Agus: Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 × Rp 250.000 = Rp 200.000
2) Bapak Ali: Rp 500.000/Rp 2.500.000 × Rp 250.000 = Rp 50.000
Total untuk bapak Agus adalah Rp 200.000
Total untuk Bapak Ali adalah Rp 750.000 + Rp 50.000 = Rp 800.000

Anda mungkin juga menyukai