Anda di halaman 1dari 18

AKAD MUDHARABAH DALAM PERBANKAN SYARIAH

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yadi Janwari, M.Ag
Hj. Diah Siti Saidah, S.Ag. M.Ag

Kelompok 4:

Ihsan Fathurrahman H (1183020049)

Dian Maryani (1203020046)

Dinda Yeni Rahmawati (1203020051)

Fakhri Pratama Putra (1203020057)

Fatimah Azzahra (1203020059)

Hazna Nurisabah (1203020071)

Izman Ibnu H. I (1203020084)

Latifah Aini (1203020089)


PEMBAHASAN
MUDHARABAH

Contoh Kasus Jenis-jenis


Mudharabah Mudharabah dan
dalam Perbankan Rukun Syarat
Syariah Mudharabah

Akad
Mekanisme Dasar Hukum
Mudharabah Mudharabah
dalam Perbankan
dan Berakhirnya
Syariah Mudharabah

Fatwa DSN MUI


Faktor-faktior yg
Mudharabah dan
mempengaruhi
Aplikasi
mudharabah
Mudharabah
Pengertian
Mudharabah

Menurut Sayyid Sabiq


Mudharabah adalah akad antara dua pihak dimana salah satu
pihak mengeluarkan sejumlah uang (sebagai modal) kepada
pihak lainnya untuk diperdagangkan, dan laba dibagi dua
sesuai dengan kesepakatan".

Menurut al-Syarbasyi, Mudharabah adalah akad kerja sama


usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shabib al-
mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain
menjadi pengelola dan keuntungan usaha secara dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola".
Jenis-jenis Mudharabah

1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara
penyedia modal (shahibul maal) dan pengelola modal
(mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah yang akan
digunakan untuk usahanya.

2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan
istilah restricted mudharabah atauspecified
mydharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah,
yaitu mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu,
dan tempat usahanya. Dengan adanya pembatasan tersebut
seringkali mencerminkan kecenderungan umum shahibul
maal dalam memasuki jenis dunia usahanya.
Menurut ulama mazhab Hanafi, rukun mudharabah hanyalah ijab (ungkapan
penyerahan modal dari pemiliknya) dan kabul (ungkapan penerima modal dan
persetujuan mengelola modal dari pedagang). Jumhur ulama menyatakan bahwa
Rukun dan Syarat rukun mdharabah alah orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja, dan akad
(Dahlan: 1197). Sedangkan menurut mazhab Syafi’i rukun qiradh atau mudharabah
Mudharabah (Mardani, 2013:197), ada enam yaitu
1. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya
2. orang yang bekerja, yaitu mengelola harta yang diterima dari pemilik barang
3. Akad Mudharabah
4. Modal
5. Pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan untung
6. Keuntungan

Adapun syarat mudharabah adalah Terkait dengan para pihak yang melakukan
transaksi haruslah orang yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai
wakil. Sedangkat terkait dengan dengan modal menurut Sayyid Sabiq mudharabah
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
7. Modal harus tunai. Jika modal berbentuk emas batangan, perhiasan, atau barang
dagangan maka akad mudharabah tak sah.
8. Jumlah modal diketahui dengan jelas. Hal ini bertujuan agar mol yang dikelola
dapat dipisahkan dari keuntungan yang akan dibagi untuk keduabelah pihak
sesuai dengan kesepakatan.
9. Pembagian keuntungan antara shohibul mal dengan mudharib harus jelas
prosentasinya.
10. Mudharabah dilakukan tanpa ikatan. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam
Malik dan Syafi’i. Namun menurut Imam Abu Hanifah dan Ahmad dalam
mudharabah boleh dilakukan dengan ikatan dan boleh juga dilakukan tanpa
ikatan (Sabiq, 2009:278-279).
11. Syarat bentuk usaha atau pekerjaan dalam mudharabah adalah yang diserahkan
bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain
(Karim, 2004:206)
Dasar Hukum Mudharabah Pada dasarnya landasan dasar syari’ah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Landasannya
tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
a . Al-Qur’an
... '''‫ وءا'خروني''ضربونف'''ىا''ألرضي''بتغ'ونمنف'''ضلهللا‬....
“… dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT …” (al-Muzzammil: 20)

‫ فاء ذا قضيت الصلوة فا نتشروا في األرض وابتغوا من فضل هللا‬....


“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah SWT …” (al-Jumu’ah: 10)

‫ ليس عل'يكم جناح أن تبتغوا' فضال من ربكم‬...


“Tidak ada dosa ( halangan ) bagi kamu untuk mencari karunia
Tuhanmu ….” (al-Baqarah: 198)

Ayat-ayat yang senada masih banyak yang terdapat dalam al-


Qur’an yang dipandang oleh para fuqoha sebagai basis dari
yang diperbolehkannya mudharabah. Kandungan ayat-ayat di
atas mencakup usaha mudharabah karena mudharabah
dilaksanakan dengan berjalan-jalan di muka bumi dan ia
merupakan salah satu bentuk mencari keutamaan Allah.
Dasar Hukum Mudharabah b . Al-Hadits
{ ‫ق''ا''ل ك'انس''يدنا ا''لعباسب'''نعبد ا''لمطلبإذا دفع' ا''لما''لمضاربة ا'شترط‬
: '‫روىا'بنعباسرضيهللا''' عنهما ا'نه‬
‫علىص''احبه' أ'نال'يسلكب'''ه' ب'''حرا والينزلب'''ه' واديا وال ي''شترىب'''ه' دا'بة ذا'تك'بد رطبة ف'''إنف'''علذلك‬
‫}ض''منف'''بلغ' ش''رطه' رسولهللا''' ص''لىهللا''' عليه' و س''لم' ف'''أجازه' ن‬
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib “jika
memberikam dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan
agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang
berdahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-
syarat tersebut kepada Rasulullah saw. Dan Rasulullah pun
membolehkannya.” (HR Thabrani)

{‫عنص''ا''لح ب'''نص''هيبعنأ'بيه' ق''ا''لق''ا''لرسولهللا''' ص''لىهللا''' عليه' و س''لم' ث'''الثف'''يهنا''لبركة ا''لبيع' إ''لى‬


'‫} أ'جلوا''لمقارضة وأ'خالط ا''لبر ب'''ا''لشعير ل''لبيتال' ل''لبيع‬
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no.
2280, kitab at-Tijarah)

c. Ijma
Imam Zailai telah memyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus
terhadap legitimasi pengolahan harta yatin secara mudharabah
Berakhirnya Mudharabah Akad mudharabah menjadi batal atau berakhir (Sabiq,
2009:281), apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Tidak terpenuhinya syarat sahnya akad mudharabah. apabila
salah atau dari syarat-syarat sahnya mudharabah tidak
terpenuhi, sedangkan mudharib telah menerima harta dan
membuatnya untuk usaha maka dia hanya berhak
memperoleh upah sewajarnya karena dia telah melakukan
transaksi dengan seizin pemilik modal dan melakukan
pekerjaan sehingga dia pantas mendapatkan upah.
Keuntungan yang ada menjadi milik pemilik modal dan
kerugian menjadi tanggung jawab pemilik modal karena dalam
kondisi ini mudharib hanya bersetatus sebagai seorang pekerja
yang tidak bertanggung jawab kecuali apabila ada unsur
kesengajaan.
2. Mudharib lalai dalam memelihara harta, atau melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan tujuan diadakannya akad.
Dalam kondisi yang semayam ini, akad mudharabah menjadi
batal dan mudharib bertanggung jawab atas resik kerugian
dari harta tersebut.
3. Mudharib atau pemilik modal meninggal dunia. Jika salah
atau dari keduabelah pihak meninggal dunia, maka kas
mudharabah menjadi batal.
Aplikasi Mudharabah pada
Perbankan Syariah Mudharabah dalam perbankan syari’ah biasanya
diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan.
Sedangkan pada sisi penghimpunan dana mudharabah
diterapkan pada:

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan


untuk tujuan khusus, yaitu seperti tabungan haji, dan
tabungan kurban, dan sebagainya;
b. Diposito biasa dan special, diposito special (special
investment), dimana dana yang dititipkan nasabah, khusus
untuk bisnis tertentu, misalnya saja dalam murabahah
ataupun ijarah saja.

Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan


untuk:
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan
jasa;
b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah,
dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul
maal.
Aplikasi Mudharabah pada
Perbankan Syariah
Mudharabah juga dapat dilakukan dengan memisahkan atau
mencampurkan dana mudharabah. Seperti dalam penjelasan dibawah ini,
yaitu:
a. Dana harta-harta lainnya, Pemisahan total antara dana mudharabah
termasuk harta mudharib, Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan,
kelebihan dari teknik ini ialah bahwa pendapatan dan biaya dapat dipisahkan
dari masing-masing dana dan dapat dihitung dengan tepat. Selain itu,
keuntungan atau kerugian dapat dihitung dan dialokasikan dengan benar.
Sedangkan kekurangan teknik ini terutama menyangkut masalah moral
hazard dan preferensi invertasi seorang mudharib.
b. Dana mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana
lainnya. System ini menghilangkan munculnya masalah etika dan moral
hazard seperti di atas, namun dalanm system ini pendapatan dan biaya
mudharabah tercampur dengan pendapatan dan biaya lainnya.
1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS
kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai
Fatwa DSN MUI tentang 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah)
Mudharabah dalam bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.
Perbankan Syariah 3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan pembagian
keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS
dengan pengusaha).
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati
bersama dan sesuai dengan Syariah dan LKS tidak ikut serta dalam
managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun
agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan
dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah
disepakati
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian
keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat
ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.
1. Faktor Langsung
Faktor yang Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah
investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
mempengaruhi
Mudharabah dalam a. Investment rate merupakan presentase actual dana yang diinvestasikan dari total
Perbankan syariah dana, jika bank menentukan investment rate sebesar 80 %, hal ini berarti 20%
dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

b. Jumlah dana yang trsedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari
berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan salah satu metode dibawah ini:

1. Rata-rata saldo minimum bulanan

2. Rata-rata total saldo harian.

Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan.

c. Nisbah (profit sharing ratio)


1. Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang hasur ditentukan dan disetujui pada
awal perjanjian;
2. Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berdeda;
3. Nisbah juga dapat berdeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalkan saja
deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan;
4. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya sesuai
dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
Faktor yang
mempengaruhi Faktor Tidak Langsung
Mudharabah dalam Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagi hasil,
Perbankan syariah yaitu:

a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

1. bank dan nasabah melakukan share dalam dalam


pendapatan dan biaya, pendapatan yang akan
dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang
diterima dikurangi biaya-biaya;
2. jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini
disebut revenue sharing.

b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi)


c. bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh
berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama
sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
Mekanisme Mudharabah
dalam Perbankan Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk
Syariah pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana
mudharabah diterapkan pada:

a. Tabungan berjangka, tabungan yang dimaksudkan untuk


tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban,
deposito biasa;
b. Deposito spesial (special investment), dimana dana yang
dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya
mudharabah saja atau ijarah saja.

Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan


untuk :
c. Pembiayaan modal kerja, seperti pembiayaan modal kerja
perdagangan dan jasa;
d. Investasi khusus, disebut juga dengan mudharabah
muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan
penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh shahib al-mal (bank).
Contoh Kasus Contoh kasus perhitungan dalam bank syari’ah, yaitu:
Mudharabah dalam 1. Bapak Kevin mempunyai deposito Rp 10.000.000, dalam jangka
Perbankan Syariah waktu 1 bulan (1 Desember 2001 – 1 Januari 2002), dan nisbah
bagi hasil antara nasabah dan bank 57% : 43%. Jika keuntungan
bank yang diperoleh untuk deposito 1 bulan per 31 Desember
2001 adalah Rp 20.000.000 dan rata-rata deposito jangka waktu 1
bulan adalah Rp 950.000.000, berapakah keuntungan yang harus
diperoleh oleh bapak Kevin?
Jawab:
Keuntungan yang diperoleh bapak Kevin adalah:
(Rp 10.000.000 : Rp 950.000.000) x Rp 20.000.000 x 57% = Rp
120.000
 
Contoh kasus perhitungan dalam bank kovensional, yaitu
2. Pada tanggal 1 Desember 2003, bapak rizal membuka deposito
sebesar Rp 10.000.000, jangka waktu 1 bulan dengan tingkat
bunga 9% p.a. Berapa bunga yang diperoleh bapak rizal pada saat
jatuh tempo?
Jawab:
Bunga yang harus diperoleh bapak rizal adalah:
(Rp 10.000.000 x 31 hari x 9%) : 365 hari = Rp 76.438
Dari cotoh kasus di atas dapat disimpulkan, bahwa:
Contoh Kasus Perhitungan pada bank syari’ah, besar kecilnya pendapatan yang
Mudharabah dalam diperoleh deposan bergantung pada:
Perbankan Syariah 1. Pendapatan bank
2. Nisbah bagi hasil antara nasabah dengan bank
3. Nominal deposito nasabah
4. Rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada bank.
 
Sedangkan perhitungan pada bank konvensional, besar kecilnya
pendapatan yang diperoleh deposanbergantung pada:
5. Tingkat bunga yang berlaku pada bank tersebut
6. Nominal deposito nasabah
7. Jangka waktu deposito.
 
Bank syari’ah pada dasarnya member keuntungan kepada
deposan dengan pendekatan Financing to Deposit Ratio (FDR),
sedangkan pada bank konvensional yaitu dengan pendekatan biaya,
yang artinya dalam mengakui pendapatan bank syari’ah masih
menimbang rasio antara dana pihak ketiga dan pembiayaan yang
diberikan, serta pendapatan yang dihasilkan dari perpaduan antara
dua faktor tersebut. Sedangkan dalam bank konvensional langsung
menganggap semua bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa
harus membertimbangkan berapakah pendapatan yang dapat
dihasilkan dari dana yang dihimpun tersebut.
KESIMPULAN

Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan di berikan kepada nasabah dalam
suatu Bank. secara umum Mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan
Mudharabah Muqayyadah.
Dalam sistem Mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola, keuntungan usaha dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.Manfaat dari Mudharabah ini adalah Bank akan menikmati
peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat
Akad Mudharabah harus bejalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah dimana si pengelola harus
menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, sesuai dengan prisip Syari’ah dan berupaya
agar usahanya tidak terjadi kerugian. Kerugian bisa di akibatkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Disebabkan oleh resiko bisnis;
2. Disebabkan oleh musibah atau bencana alam dan
3. Disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh sipengelola.
Apabila kerugian terjadi disebabkan oleh resiko bisnis dan bencana alam maka atas kerugian tersebut
ditanggung sepenuhnya oleh si pemilik modal tetapi kalau kerugian itu terjadi disebabkan oleh kelalaian atau
penyimpangan yang sengaja dilakukan oleh sipengelola maka, atas segala kerugian itu harus ditanggung oleh
si mudharib sepenuhnya dan modal yang diberikan harus dikembalikan oleh mudharib sepenuhnya. Oleh
karena itu untuk memperkecil kesempatan terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kelalaian atau
penyimpangan yang dilakukan oleh mudharib atau sipengelola maka, shahibul mal harus dapat membuat
aturan atau peringatan yang dapat mengurangi kesempatan mudharib untuk melakukan tindakan yang
merugikan.
Pembiayaan mudharabah dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung. Adapun tujuan
akhir dari pembiayaan mudharabah adalah memperoleh keuntungan.
 
 
THANK YOU
Ada Pertanyaan?
Silahkan 

Anda mungkin juga menyukai