Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yadi Janwari, M.Ag
Hj. Diah Siti Saidah, S.Ag. M.Ag
Kelompok 4:
Akad
Mekanisme Dasar Hukum
Mudharabah Mudharabah
dalam Perbankan
dan Berakhirnya
Syariah Mudharabah
1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara
penyedia modal (shahibul maal) dan pengelola modal
(mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah yang akan
digunakan untuk usahanya.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan
istilah restricted mudharabah atauspecified
mydharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah,
yaitu mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu,
dan tempat usahanya. Dengan adanya pembatasan tersebut
seringkali mencerminkan kecenderungan umum shahibul
maal dalam memasuki jenis dunia usahanya.
Menurut ulama mazhab Hanafi, rukun mudharabah hanyalah ijab (ungkapan
penyerahan modal dari pemiliknya) dan kabul (ungkapan penerima modal dan
persetujuan mengelola modal dari pedagang). Jumhur ulama menyatakan bahwa
Rukun dan Syarat rukun mdharabah alah orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja, dan akad
(Dahlan: 1197). Sedangkan menurut mazhab Syafi’i rukun qiradh atau mudharabah
Mudharabah (Mardani, 2013:197), ada enam yaitu
1. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya
2. orang yang bekerja, yaitu mengelola harta yang diterima dari pemilik barang
3. Akad Mudharabah
4. Modal
5. Pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan untung
6. Keuntungan
Adapun syarat mudharabah adalah Terkait dengan para pihak yang melakukan
transaksi haruslah orang yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai
wakil. Sedangkat terkait dengan dengan modal menurut Sayyid Sabiq mudharabah
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
7. Modal harus tunai. Jika modal berbentuk emas batangan, perhiasan, atau barang
dagangan maka akad mudharabah tak sah.
8. Jumlah modal diketahui dengan jelas. Hal ini bertujuan agar mol yang dikelola
dapat dipisahkan dari keuntungan yang akan dibagi untuk keduabelah pihak
sesuai dengan kesepakatan.
9. Pembagian keuntungan antara shohibul mal dengan mudharib harus jelas
prosentasinya.
10. Mudharabah dilakukan tanpa ikatan. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam
Malik dan Syafi’i. Namun menurut Imam Abu Hanifah dan Ahmad dalam
mudharabah boleh dilakukan dengan ikatan dan boleh juga dilakukan tanpa
ikatan (Sabiq, 2009:278-279).
11. Syarat bentuk usaha atau pekerjaan dalam mudharabah adalah yang diserahkan
bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain
(Karim, 2004:206)
Dasar Hukum Mudharabah Pada dasarnya landasan dasar syari’ah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Landasannya
tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
a . Al-Qur’an
... ''' وءا'خروني''ضربونف'''ىا''ألرضي''بتغ'ونمنف'''ضلهللا....
“… dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT …” (al-Muzzammil: 20)
c. Ijma
Imam Zailai telah memyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus
terhadap legitimasi pengolahan harta yatin secara mudharabah
Berakhirnya Mudharabah Akad mudharabah menjadi batal atau berakhir (Sabiq,
2009:281), apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Tidak terpenuhinya syarat sahnya akad mudharabah. apabila
salah atau dari syarat-syarat sahnya mudharabah tidak
terpenuhi, sedangkan mudharib telah menerima harta dan
membuatnya untuk usaha maka dia hanya berhak
memperoleh upah sewajarnya karena dia telah melakukan
transaksi dengan seizin pemilik modal dan melakukan
pekerjaan sehingga dia pantas mendapatkan upah.
Keuntungan yang ada menjadi milik pemilik modal dan
kerugian menjadi tanggung jawab pemilik modal karena dalam
kondisi ini mudharib hanya bersetatus sebagai seorang pekerja
yang tidak bertanggung jawab kecuali apabila ada unsur
kesengajaan.
2. Mudharib lalai dalam memelihara harta, atau melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan tujuan diadakannya akad.
Dalam kondisi yang semayam ini, akad mudharabah menjadi
batal dan mudharib bertanggung jawab atas resik kerugian
dari harta tersebut.
3. Mudharib atau pemilik modal meninggal dunia. Jika salah
atau dari keduabelah pihak meninggal dunia, maka kas
mudharabah menjadi batal.
Aplikasi Mudharabah pada
Perbankan Syariah Mudharabah dalam perbankan syari’ah biasanya
diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan.
Sedangkan pada sisi penghimpunan dana mudharabah
diterapkan pada:
b. Jumlah dana yang trsedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari
berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan salah satu metode dibawah ini:
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan.
Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan di berikan kepada nasabah dalam
suatu Bank. secara umum Mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan
Mudharabah Muqayyadah.
Dalam sistem Mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola, keuntungan usaha dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.Manfaat dari Mudharabah ini adalah Bank akan menikmati
peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat
Akad Mudharabah harus bejalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah dimana si pengelola harus
menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, sesuai dengan prisip Syari’ah dan berupaya
agar usahanya tidak terjadi kerugian. Kerugian bisa di akibatkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Disebabkan oleh resiko bisnis;
2. Disebabkan oleh musibah atau bencana alam dan
3. Disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh sipengelola.
Apabila kerugian terjadi disebabkan oleh resiko bisnis dan bencana alam maka atas kerugian tersebut
ditanggung sepenuhnya oleh si pemilik modal tetapi kalau kerugian itu terjadi disebabkan oleh kelalaian atau
penyimpangan yang sengaja dilakukan oleh sipengelola maka, atas segala kerugian itu harus ditanggung oleh
si mudharib sepenuhnya dan modal yang diberikan harus dikembalikan oleh mudharib sepenuhnya. Oleh
karena itu untuk memperkecil kesempatan terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kelalaian atau
penyimpangan yang dilakukan oleh mudharib atau sipengelola maka, shahibul mal harus dapat membuat
aturan atau peringatan yang dapat mengurangi kesempatan mudharib untuk melakukan tindakan yang
merugikan.
Pembiayaan mudharabah dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung. Adapun tujuan
akhir dari pembiayaan mudharabah adalah memperoleh keuntungan.
THANK YOU
Ada Pertanyaan?
Silahkan