Anda di halaman 1dari 31

AKUNTASI SYARIAH

MUDHARABAH
PENGERTIAN MUDHARABAH
• Penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau rnetode
bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya.
• Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik
modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola.
• Kata mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalan menjalankan usaha.1 Kata mudharabah juga berasal dar
kata adhdharby fil ardhi yaitu bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh
yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti potongan karena pemilik memotong
hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh keuntungan
DALIL TENTANG MUDHARABAH
• Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan
usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini: a. Al-Qur‟an Beberapa dalil yang
berasal dari ayat-ayat Al-Quran yang membolehkan akad mudharabah diantaranya adalah:
1. Firman Allah QS. An-Nisa [4]: 29
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa[4]: 29)
2. Al-Hadis
Hadis Nabi Riwayat Thabrani: “ Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib)
harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan „Abbas itu didengar Rasulullah,
beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)
2. AL-Hadits
Hadits-hadits Rasulullah yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi mudharabah
adalah:

‫ كان سیدنا العباس بن عبد المطلب اذا دفع المال‬:‫ رضي هللا عنھما انھ قال‬Q‫ى ابن عباس‬Q‫رو‬
‫ترى بھ دابة ذات كبد‬Q‫مضربة اشترط على صاحبھ ان الیسلك بھ بحرا والینزل بھ وادیا والیش‬
‫لم فاجازه‬Q‫ول هللا صلى هللا علیھ وس‬Q‫رطة رس‬Q‫رطبة فان فعل ذلك ضمن فبلغ ش‬

Artinya: “Diriwayatkan oleh ibnu Abbas bahwasannya Sayyidina Abbas jikalau memberikan
dana ke mitra usahanya secara Mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau mebeli ternak yang berparu-
paru basah, jika menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas
dana tersebut. Disampaikannyalah syarat-syarat tersebut kepada rasulullah saw. Dan
Rasulullah pun membolehkannya.”
3. Ijma’
Imam Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah telah menyatakan bahwa
para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta
yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan
spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid dalam kitabnya al-Amwan,
“Rasulullah saw. Telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata:
wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta
amanah yang ada di tanganmu, janganlah didiamkan sehingga
termakan oleh zakat”.
4. Qiyas/ analogi
Berkata Dr. Azzuhaily dalam al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu (4/839).
“Mudharabah dapat dianalogikan dengan al-Musaqat (perkongsian
antara pemilik dan pengelola tanah pertanian dengan imbalan hasil
panen) karena kebutuhan manusia terhadapnya, dimana sebagian
mereka memiliki dana tetapi tidak cukup mempunyai keahlian untuk
mengolahnya manakala sebagian lain mempunyai keahlian yang tinggi
dalam usaha tetapi tidak mempunyai dana yang cukup untuk
menopangnya. Dengan demikian akan terpenuhi kebutuhan-
kebutuhan manusia sesuai dengan kehendak Allah.”
• Fatwa - Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Tentang Mudharabah
Fatwa DSN-MUI Nomor: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh)
RUKUN MUDHARABAH
a) Rukun Mudharabah Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:

1. Pelaku (pemilik dana dan pengelola dana) Dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku.
Pihak pertama sebagai pemilik modal (shahibul maal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai
pelaksana usaha (mudharib).
2. Obyek mudharabah (modal dan kerja) Faktor kedua (obyek mudharabah) merupakan konsekuensi
logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya
sebagai obyek mudharabah, sedangkan pelaksana
2. Ijab kabul (persetujuan kedua belah pihak) Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak,
merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela).
3. Nisbah keuntungan Faktor keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah.
Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah.
Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas
penyertaan modalnya
Adapun rukun dan syarat Mudharabah

1. Pemilik modal (shohibul maal)


2. Pemilik usaha (mudharib)
3. Proyek/usaha (amal)
4. Modal (ra’sul maal)
5. Ijab qabul (sighat)
6. Nisbah bagi hasil
Rukun Mudharabah
1. Modal atau barang yang diserahkan berbentuk uang tunai. Apabila barang berbentuk emas
da perak batangan, emas hiasan atau barang dagangan lainnya maka Mudharabah tersebut
batal dengan sendirinya.
2. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan tasharruf. Sedangkan
akad yang dilakukan anak-anak yang masih kecil, orang gila dan orang-orang yang berada
dibawah pengampuan, maka akadnya batal atau tidak sah.
3. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal yang
diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan tersebut yang akan
dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
4. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelolaan pemilik modal harus jelas persentasenya
seperti setengah, sepertiga, atau seperempat.
5. Melafadzkan Ijab dari pemilik modal misalnya “ Aku serahkan uang ini kepadamu untuk
dagang, jika ada keuntungan akan dibagi dua” dan kata-kata Qabul dari pengelola.
6. Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola harta untuk
berdagang di negara tertentu, memperdagangkan barang-barang tertentu, pada waktu-
waktu tertentu, sementara diwaktu-waktu lain tidak karena persyaratan yang mengikat
sering menyimpang dari tujuan akad Mudharabah yaitu keuntungan.
SYARAT MUDHARABAH
b) Syarat Mudharabah Sedangkan syarat-syarat mudharabah sebagai berikut:
1. Pelaku
(a) Dalam mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana, sedangkan pihak
kedua bertindak sebagai pengelola dana
(b) Keduanya harus cakap hukum, baligh dan memiliki kemampuan untuk diwakilkan dan mewakilkan.
(c) Pelaku akad mudharabah tidak hanya antara muslim dengan muslim
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
(d) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).
(e) Penerimanaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
(f) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan caracara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang dan atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada pengelola (mudharib) untuk tujuan
usaha dengan syarat sebagai berikut:
(g) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
(h) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset
JENIS JENIS MUDHARABAH
Secara umum mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Mudharabah Muthlaqah Mudharabah muthlaqah adalah sistem
mudharabah dimana pemilik modal kepada pengelola tanpa pembatasan
jenis usaha, tempat dan waktu serta dengan siapa pengelola bertransaksi.
Jenis mudharabah ini memberikan kebebasan kepada mudharib (pengelola
modal) melakukan apa saja yang dipandang dapat mewujudkan
kemaslahatan.
b. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah adalah pemilik
modal menyerahkan modal kepada pengelola dan menentukan jenis usaha
atau tempat, waktu dan orang yang akan bertransaksi dengan mudharib.
Prinsip Mudharabah

perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai pemilik dana/sahibul
mal dan pihak kedua sebagai pengelola dana / mudharib untuk mengelola suatu
kegiatan ekonomi dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan
diperoleh, sedangkan kerugian yang timbul adalah resiko pemilik dana sepanjang
tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan atau tindakan yang
tidak amanah(misconduct).
Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib maka mudharabah
dibedakan menjadi mudharabah mutlaqah dimana mudharib diberikan kewenangan
sepenuhnya untuk menentukan pilihan investasi yang dikehendaki, sedangkan jenis
yang lain adalah mudharabah muqayyadda dimana arahan investasi ditentukan oleh
pemilik dana sedangkan mudharib bertindak sebagai pelaksana/pengelola
Aplikasi Mudharabah dalam Lembaga Keuangan

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan


pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan
pada:
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk
tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan
sebagainya;
b. Deposito biasa
c. Deposito Spesial (special investment), dimana dana yang dititipkan
nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja
atau ijarah saja.
Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa;
b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana
sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan
syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.
MANFAAT AKAD MUDHARABAH
Akad mudharabah mempunyai manfaat bagi bank maupn bagi nasabah. Adapun manfaatnya adalah
sebagai berikut:
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat;
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi
disesuaikan dengan pendapatan /hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami
negative spread.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow?arus kas usaha Bank, sehingga
tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan
menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan
menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Kerugian Mudharabah
1. Kerugian yang disebabkan oleh Resiko bisnis dimana kerugian ini
memang terjadi karena resiko dari bisnis yang dijalankan dan kerugian
tersebut tidak dibebankan kepada si mudharib tetapi ditanggung
sepenuhnya oleh pemilik modal atau Bank.
2. Kerugian karena bencana alam kerugian ini terjadi karena disebabkan
oleh bencana alam, kerugian ini tidak dibebankan kepada mudharib
tetapi dibebankan kepada pemilik modal atau bank.
3. Kerugian atas kelalaian. Jika kerugian terjadi akibat kelalaian atau
kecurangan dari mudharib maka kerugian itu ditanggung sepenuhnya
oleh si mudharib tersebut. dan pengembalian atas modal yang diberikan
oleh sipemilik modal ditanggung juga oleh si pengelola
RISIKO MUDHARABAH
Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama dalam
penerapannya dalam pembiayaan relatif tinggi. Diantaranya:
a. Side streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disepakati dalam kontrak;
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja;
MUDHARABAH DALAM KONSEP KLASIK
Konsep mudharabah klasik adalah yang berlaku antara dua belah pihak saja
secara lansung, yakni shahib al-mal berhubungan lansung dengan
mudharib. Konsep ini adalah merupakan teori yang dapat dijumpai dalam
kitabkitab fiqh klasik. Dan inilah sesungguhnya praktik mudharabah yang
dilakukan oleh Nabi SAW dan para shahabat serta umat muslim sesudahnya.
Dalam kasus ini yang terjadi adalah investasi lansung antara shahib al-mal
dengan mudharib, peran bank sebagai perantara tidak ada.
Mudharabah klasik ini memiliki ciri-ciri khusus, yaitu pemilik modal memiliki
rasa percaya yang tinggi terhadap mudharib yang akan menjalankan usaha
dengan modalnya tersebut. Dia mau menyerahkan modalnya kepada orang
yang dia kenal dengan baik profesionalitas maupun karakternya
MUDHARABAH DALAM KONSEP KLASIK
Mudharabah seperti ini tidak efisien lagi dan kecil kemungkinan untuk dapat
diterapkan oleh bank, karena beberapa hal :
1. Sistem kerja pada bank adalah investasi kelompok, dimana sesama investor tidak
saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinan terjadi hubungan yang lansung
antara mereka.
2. Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga
diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan shahib al-mal atau investor untuk sama-
sama menjadi penyandang dana untuk satu usaha tertentu.
Untuk mengatasi hal diatas, maka ulama kontemporer melakukan inovasi baru atas
konsep mudharabah, yaitu mudharabah yang melibatkan tiga pihak. Tambahan satu
pihak ini diperankan oleh bank syari’ah sebagai lembaga perantara yang
mempertemukan shahib al-mal dengan mudharib.
MUDHARABAH DALAM KONSEP KONTEMPORER
Konsep mudharabah kontemporer yang Mekanisme mudharabah kontemporer
ada saat ini telah banyak mengalami
transformasi. Jika pada konsep Mekanisme mudharabah kontemporer saat ini
mudharabah klasik, mudharabah hanya berbeda dengan praktik mudharabah klasik
dilakukan dengan satu jenis atau atau terdahulu. Pada konsep mudharabah
bentuk, maka pada konsep mudharabah klasik tidak terdapat mekanisme angsuran
kontemporer dapat digabungkan dalam pembayaran modal pokok yang dikelola
dengan akad lain seperti. dengan akad mudharib kepada shahibul maal, pembayaran
modal pokok yang diterima oleh mudharib
murabahah atau musyarakah, hal
dari shahibul maal tersebut hanya dilakukan
tersebut untuk menyesuaikan dengan satu kali di akhir periode kontrak. Hal ini juga
keadaan masyarakat serta dalam rangka berlaku untuk mekanisme pembayaran bagi
memenuhi kebutuhan masyarakat hasil pada akad mudharabah, dimana
untuk mendapatkan layanan jasa pembayaran bagi hasil mudharabah dilakukan
perbankan syariah yang baik. satu kali di akhir periode kontrak.
Modal Mudharabah
Modal dalam akad mudharabah adalah berupa uang, menurut jumhur
ulama modal dalam akad mudharabah tidak boleh dalam bentuk barang,
karena sifat harganya yang mudah berubah (fluktuatif), sehingga hal ini
akan mempengaruhi hasil keuntungan yang didapat karena tidak dapat
dipastikan jumlahnya (majhul), sehingga bagi hasil yang diperoleh dari
keuntungan tersebut untuk masingmasing pihak akan menjadi tidak jelas.
Namun beberapa ulama memperbolehkan modal usaha mudharabah
dapat bentuk inventori/barang, hal ini merujuk kepada pendapat yang
disampaikan oleh Imam Malik, menurutnya modal usaha mudharabah
dapat dalam bentuk barang dan tidak diharuskan dalam bentuk uang
tunai. Oleh karena itu, barang dagangan dapat menjadi modal dalam akad
mudharabah baik yang sama jenisnya atau berbeda jenisnya.
Pembiayaan Mudharabah/Qiradh
Merujuk pada fatwa DSN-MUI Nomor: 07/DSNMUI/IV/2000 mengenai
pembiayaan mudharabah, dijelaskan bahwa mudharabah adalah akad
kerjasama suatu usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama
sebagai shahibul maal (pemilik modal) yang menyediakan seluruh
modal, sedangkan pihak kedua adalah mudharib (pengelola modal)
yang bertindak sebagai penerima dan pengelola modal yang diberikan.
Mengenai jangka waktu, mekanisme pengembalian modal pokok serta
pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua
pihak.
Mudharabah Musytarakah
Mudharabah Musytarakah adalah suatu bentuk akad
mudharabah dimana penerima modal/pengelola modal
(mudharib) menyertakan modal dalam kerjasama usaha yang
dilangsungkan sesuai kesepakatan.
Mudharabah Musytarakah
Ketentuan akad mudharabah musytarakah dalam penyaluran dana adalah sebagai berikut:
1. Akad yang digunakan adalah akad mudharabah musytarakah, yaitu perpaduan dari
akad mudharabah dan akad musyarakah.
2. Nasabah sebagai mudharib menyertakan modal atau dananya dalam investasi bersama
bank syariah.
3. Nasabah sebagai pihak yang menyertakan modal atau dananya (musytarik)
memperoleh bagian keuntungan berdasarkan porsi modal yang disertakan.
4. Bagian keuntungan sesudah diambil oleh nasabah sebagai musytarik dibagi antara
nasabah sebagai mudharib dan bank syariah sesuai dengan nisbah yang disepakati.
5. Apabila terjadi kerugian, nasabah sebagai musytarik menanggung kerugian sesuai
dengan porsi modal atau dana yang disertakan. Akad Mudharabah Musytarakah ini
sering dijumpai pada lembaga keuangan asuransi.
Mudharabah wal Murabahah
Mudharabah wal Murabahah adalah suatu skema pembiayaan dengan
bentuk two step financing. Bank syariah sebagai shahibul maal
memberikan modal kepada lembaga keuangan syariah (LKS) sebagai
mudharib dengan akad mudharabah. Kemudian LKS menyalurkan
modal tersebut dalam bentuk pembiayaan kepada End User dengan
akad murabahah. Bank syariah berbagi hasil dengan LKS, sedangkan LKS
berjual beli dengan End User. Dalam skema akad mudharabah wal
murabahah tersebut, bank syariah akan memperoleh porsi bagi hasil
yang telah disepakati apabila LKS menghasilkan keuntungan, sedangkan
LKS akan memperoleh marjin keuntungan dari hasil jual belinya dengan
End User.
• Alur ini bisa dipahami bahwa yang menjadi shahibul maal adalah Lembaga
Keuangan Syariah, yang mana akan menyediakan dana yang berfungsi sebagai
modal kerja, sedangkan mudharibnya adalah nasabah yang akan menjadi
pengelola dana dalam kegiatan proyek / usahanya. Pembagian keuntungan
dinyatakan dalam nisbah yang telah disepakati di awal akad, dan tidak boleh
dilanggar oleh pihak manapun. Alur lebih jelasnya yaitu sebagai berikut :
• a. Di awali dari permohonan pembiayaan, nasabah mengisi formulir permohonan
pembiayaan yang telah disediakan.
• b. Modal dari bank yang telah diberikan kepada nasabah harus dipergunakan
untuk memulai usaha yang sudah disepakati di awal perjanjian.
• c. Hasil dari usaha harus dievaluasi pada waktu yang telah disepakati di awal
perjanjian.
• d. Bank dan nasabah akan menerima bagi hasil sesuai perhitungan yang telah
disepakati di awal perjanjian.
• e. Untuk penentuan nisbah bagi hasil tidak pasti, disesuaikan dengan hasil usaha.
• f. Bank menerima pengembalian modal dari nasabah.
Karakteristik Akad Mudharabah
Karakteristik Akad Mudharabah antara lain:
1. Entitas dapat bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelolah dana.
2. Jika menjadi pengelolah dana, maka disajikan sebagai dana syirkah temporer.
3. Tidak mengharuskan adanya jaminan, tetapi pemilik dana bisa meminta hal tersebut
kepada pengelolah dana untuk mengindari penyimpangan oleh pengelolah dana.
Jaminan bisa dicairkan ketika pengelola terbukti melakukan pelanggaran atas akad
mudharabah.
4. Pengembalian dana dapat dilakukan secara persial saat bagi hasil maupun secara
keseluruhan ketika akad berakhir.
5. Porsi bagi hasil debagikan sesuai nisbah, jika terjadi kerugian maka ditanggung oleh
pemilik dana, kecuali jika kerugian timbul karena disengaja, kelalaian pengelolah,
atau pelanggaran akad mudharabah.
Referensi
• https://www.bmeb-bi.org/index.php/BEMP/article/view/271
• http://repo.iain-tulungagung.ac.id/18850/6/BAB%20III.pdf
• https://www.pdfdrive.com/bab-ii-a-mudharabah-1-pengertian-mudharabah-mudhara
bah-adalah-akad-yang-telah-dikenal-e176669774.html
• Nandaningsih, Nadia, and Yuli Dwi Yusrani Anugrah. "Konsep pembiayaan
mudharabah dalam perbankan syariah." Muhasabatuna: Jurnal Akuntansi Syariah 3.1
(2021): 61-66.
• Praktik, T. D. A. N. (2014). PERIKATAN SYARI’AH BERBASIS MUDHARABAH (TEORI DAN
PRAKTIK) Oleh : Firdaweri ∗ Abstrak. 6(2), 54–77.
• OJK. (2017). Seri Standar Produk Perbankan Syariah 5 Standar Produk Mudharabah.
21 Februari 2019, 15.

Anda mungkin juga menyukai