MUDHARABAH
PENGERTIAN MUDHARABAH
• Penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau rnetode
bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya.
• Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik
modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola.
• Kata mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalan menjalankan usaha.1 Kata mudharabah juga berasal dar
kata adhdharby fil ardhi yaitu bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh
yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti potongan karena pemilik memotong
hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh keuntungan
DALIL TENTANG MUDHARABAH
• Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan
usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini: a. Al-Qur‟an Beberapa dalil yang
berasal dari ayat-ayat Al-Quran yang membolehkan akad mudharabah diantaranya adalah:
1. Firman Allah QS. An-Nisa [4]: 29
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa[4]: 29)
2. Al-Hadis
Hadis Nabi Riwayat Thabrani: “ Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib)
harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan „Abbas itu didengar Rasulullah,
beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)
2. AL-Hadits
Hadits-hadits Rasulullah yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi mudharabah
adalah:
كان سیدنا العباس بن عبد المطلب اذا دفع المال: رضي هللا عنھما انھ قالQى ابن عباسQرو
ترى بھ دابة ذات كبدQمضربة اشترط على صاحبھ ان الیسلك بھ بحرا والینزل بھ وادیا والیش
لم فاجازهQول هللا صلى هللا علیھ وسQرطة رسQرطبة فان فعل ذلك ضمن فبلغ ش
Artinya: “Diriwayatkan oleh ibnu Abbas bahwasannya Sayyidina Abbas jikalau memberikan
dana ke mitra usahanya secara Mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau mebeli ternak yang berparu-
paru basah, jika menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas
dana tersebut. Disampaikannyalah syarat-syarat tersebut kepada rasulullah saw. Dan
Rasulullah pun membolehkannya.”
3. Ijma’
Imam Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah telah menyatakan bahwa
para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta
yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan
spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid dalam kitabnya al-Amwan,
“Rasulullah saw. Telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata:
wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta
amanah yang ada di tanganmu, janganlah didiamkan sehingga
termakan oleh zakat”.
4. Qiyas/ analogi
Berkata Dr. Azzuhaily dalam al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu (4/839).
“Mudharabah dapat dianalogikan dengan al-Musaqat (perkongsian
antara pemilik dan pengelola tanah pertanian dengan imbalan hasil
panen) karena kebutuhan manusia terhadapnya, dimana sebagian
mereka memiliki dana tetapi tidak cukup mempunyai keahlian untuk
mengolahnya manakala sebagian lain mempunyai keahlian yang tinggi
dalam usaha tetapi tidak mempunyai dana yang cukup untuk
menopangnya. Dengan demikian akan terpenuhi kebutuhan-
kebutuhan manusia sesuai dengan kehendak Allah.”
• Fatwa - Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Tentang Mudharabah
Fatwa DSN-MUI Nomor: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh)
RUKUN MUDHARABAH
a) Rukun Mudharabah Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:
1. Pelaku (pemilik dana dan pengelola dana) Dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku.
Pihak pertama sebagai pemilik modal (shahibul maal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai
pelaksana usaha (mudharib).
2. Obyek mudharabah (modal dan kerja) Faktor kedua (obyek mudharabah) merupakan konsekuensi
logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya
sebagai obyek mudharabah, sedangkan pelaksana
2. Ijab kabul (persetujuan kedua belah pihak) Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak,
merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela).
3. Nisbah keuntungan Faktor keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah.
Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah.
Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas
penyertaan modalnya
Adapun rukun dan syarat Mudharabah
perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai pemilik dana/sahibul
mal dan pihak kedua sebagai pengelola dana / mudharib untuk mengelola suatu
kegiatan ekonomi dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan
diperoleh, sedangkan kerugian yang timbul adalah resiko pemilik dana sepanjang
tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan atau tindakan yang
tidak amanah(misconduct).
Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib maka mudharabah
dibedakan menjadi mudharabah mutlaqah dimana mudharib diberikan kewenangan
sepenuhnya untuk menentukan pilihan investasi yang dikehendaki, sedangkan jenis
yang lain adalah mudharabah muqayyadda dimana arahan investasi ditentukan oleh
pemilik dana sedangkan mudharib bertindak sebagai pelaksana/pengelola
Aplikasi Mudharabah dalam Lembaga Keuangan