Anda di halaman 1dari 19

ZOOM CLOUD Meeting

Pesantren Luhur Muamalah Maliyah


DEFINISI MUDHARABAH
•mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. pengertian
memukul atau berjalan ini tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya
dalam menjalankan usaha. (antonio, 2001:95). selain al-dharb, disebut juga
qiradh yang berasal dari al-qardhu, berarti al-qath’u (potongan) karena pemilik
memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungannya. (hendi, 2014:135)
•jadi, menurut bahasa, mudharabah atau qiradh berarti al-qath’u (potongan),
berjalan, dan atau bepergian. beberapa arti harfiahnya adalah pergi mencari rezeki
(dharaba al-thair); mencampur (dharaba al-syai’ bi al-syai’); berniaga atau
berdagang (dharaba fi al-mal bi al-mal). wahbah al-zuhaili menjelaskan salah
satu arti mudharabah secara harfiah adalah melakukan perjalanan di muka bumi
(al-sir fi al-ardh); beberapa derivasi kata al-sir adalah istar atau istiyar yang
berarti belanja untuk keperluan dalam perjalanannya. (hasanudin, mubarak, 2019:
158)
Pengertian Mudharabah

Menurut para fuqaha, Menurut Hanafiyah, Malikiyah berpendapat bahwa

◼ mudharabah ialah akad antara dua pihak ◼ mudharabah adalah memandang tujuan dua ◼ mudharabah ialah: Akad perwakilan, dimana
(orang) slainbg menanggung, salah satu pihak yang berakad yang berserikat dalam pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada
pihak menyerahkan hartanya kepada pihak keuntungan (laba) karena harta diserahkan yang lain untuk diperdagangkan dengan
lain untuk diperdagangkan dengan bagian kepada yang lain dan yang lain punya jasa pembayaran yang ditentukan (mas dan perak
yang telah ditentukan dari keuntungan, mengelola harta itu. Maka mudharabah ialah:
seperti setengah atau sepertiga dengan Akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik
syarat-syarat yang telah ditentukan harta dan pihak lain pemilik jasa.”

4
Imam Hanabilah Ulama Syafi’iyah
mudharabah ialah: Ibarat pemilik harta menyerahkan
hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang
berdagang dengan bagian dari keuntungan yang
diketahui
4 5 mudharabah ialah: Akad yang menentukan
seseorang menyerahkan hartanya kepada yang lain
untuk ditijarahkan.

Syaikh Syihab al-Din al-qalyubi Al-Bakri Ibn al-Arif Billah al-


dan Umairah sayyid Muhammad Syata
mudharabah ialah: “Seseorang menyerahkan harta
kepada yang lain untuk ditijarahkan dan
6 7 mudharabah ialah: “ Seseorang memberikan
masalahnya kepada yang lain dan di dalamnya
keuntungan bersama-sama.” diterima penggantian.”

5
PSAK 105
Mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (pemilik modal/ shahibul maal)
menyediakan seluruh dana , sedangkan pihak kedua (pengelola dana/ mudharib)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka
sesuai kesepakan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Kerugian akan ditanggung pemilik dana sepanjang kerugian itu tidak diakibatkan oleh
kelalaian pengelola dana. PSAK 105 memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian
pengelola dana, yaitu: persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi

menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 merupakan akad yang dipergunakan oleh
Bank Syariah, UUS, dan BPRS tidak hanya untuk kegiatan menghimpun dana dalam
bentuk investasi berupa deposito, tabungan atau bentuk lain yang dapat dipersamakan
dengan itu, tetapi juga untuk kegiatan menyalurkan pembiayaan bagi hasil, proses
membeli dan menjual atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga
yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata.
7

Fatwa DSN Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000

Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak
lain untuk suatu usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul
maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan
pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.
CONCLUSION

Maka jika secara teknis dapat disimpulkan bahwa mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara
pihak pemilik dana (shahibul maal) dengan pihak pengelola dana (mudharib) dimana keuntungan
dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati, sedang kerugian ditanggung pemilik dana
8
(modal).
‫وأخرون يضربون في األرض يبتغون من فضل هللا‬
..............‫واخرون‬

“...... (Di antara kamu ada ) orang-orang yang


berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah ..........”

Penafsiran terhadap kalimat yadhribun fi al-ardh


Q.S. AL-MUZZAMIL adalah bahwa mereka melakukan perjalanan untuk
(73):20 , ALLAH melakukan peniagaan (yusafirun li al-tijarah).
BERFIRMAN
Hadits yang
‫كان سيدنا العباس بن عبد المطلب إذا دفع المال مضاربة اشترط على صاحبه ان ال يسلك به‬ berupa taqrir
‫ فبلغ شرطه رسو ل هللا صلى‬,‫ فإن فعل ذلك ضمن‬,‫ وال يشتري به دابة ذات كبد رطبة‬,‫بحرا‬
.‫هللا عليه وأله وسلم فأجازه‬
atas perbuatan
“Abbas ibn abd al-muthallib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada kepada mudharib-nya agar sahabat, yaitu:
tidak mengurangi lautan dan dilanggar, ia (mudharib) harus
menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan abbas itu
didengar rasullah, beliau membenarkannya”.
7
Hadits nabi riwayat al-tirmidzi dari kakeknya
Ijma'. Imam zailai (nasbu ar-rayah
'amr bin 'auf almuzani, dan riwayat al-hakim
dari kakeknya katsir bin abdillah bin'amr IV, hlm.13) telah menyatakan bahwa
bin'auf R.A.: "Shulh (penyelesaian sengketa para sahabat telah berkonsensus
Hadits nabi riwayat ibnu majah dari 'ijbadah bin
melalui musyawarah untuk mufakat) boleh al-shamit R.A., Riwayat ahmad dari ibnu 'abbas terhadap legitimasi pengolahan harta
dilakukan di antara kaum muslimin kecuali t.&., Riwayat malik dari bapaknya yahya al- yatim secara mudharabah.
shulh yang mengharamkan yang halal atau mazini R.A., Dan riwayat al-hakim dan al-dar
Kesepakatan para sahabat ini sejalan
menghalalkan yang haram; dan kaum al-quthni dari abu sa'id al-khudriy R.A.:
dengan spirit hadits yang dikutip abu
muslimin terikat dengan syarat-syarat “Tidak boleh membahayakan/merugikan orang
ubaid (kitab al-amwal, hlm.454).
mereka kecuali syarat yang mengharamkan lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya
yang halal atau menghalalkan yang haram.“ (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain)
dengan bahaya (perbuatan yang
merugikannya).“

‫ر‬
– RUKUN DAN
SYARAT
MUDHARABAH

◼ Rukun adalah sesuatu yang menjadi tegaknya suatu yang


lain. Karenanya, ulama menegaskan bahwa rukun adalah
bagian dari yang harus ada (jika rukun tidak ada,
akadnya tida terbentuk [tidak wujud atau tidak ada]).
Menjadikan al-ribh (keuntungan ) sebagai rukun akad
mudharabah rmelahirkan resiko batalnya akad usaha
yang dialami mudharib (pengelola) tidak mendapat
keuntungan atau bahkan rugi. Padahal, usaha mudharib
berpotensi rugi, disamping potensi untung ( al-ghurm bi
al-ghurm). Oleh karena itu, untuk sebaiknya tidak
dijadikan rukun mudharabah.
14
Syarat-syarat akad mudharabah berkaitan dengan rukunya. Akan tetapi, ulama berbeda
pendapat mengenai rukun akad mudharabah. Secara umum, perbedaan pendapat tersebut
dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu:

Abu zaid menjelaskan bahwa rukun


Sedangkan Imam Asy-Syarbini
mudharabah ada lima : 1) dua pihak
di dalam Syarh Al-Minhaj
yang berakad; 2) shigat akad, yaitu
menjelaskan, bahwa rukun
ijab dan qabul; 3) al-mal, yaitu
mudharabah ada lima, yaitu :
modal untuk berbisnis;4 ) al-ribh,
Modal, jenis usaha,
yatu pertambahan modal; dan 5) al-
keuntungan, pelafalan
amal, yaitu usaha yang dilakukan
transaksi dan dua pelaku
mudharib untuk mendapatkan
transaksi. Ini semua ditinjau
keuntungan.
dari perinciannya.

Rukun mudharabah menurut


jumhur ulama adalah 1) pihak-
pihak yang melakukan akad, yaitu
Umar Musthafa Jabar Ismail shahib al-mal: 2) ma’qud, yaitu
menjelaskan bahwa dalam modal (ra’s al-mal), usaha (al-
pandangan ulama hanafiyah amal/al-a’mal), dan keuntungan
rukun mudharabah hanya satu (al-ribh); dan 3) pernyataan
yaitu sighat akad yang terdiri mudharabah/sighat akad, yaitu
atas ijab dan qabul. pernyataan yang berupa ijab /
penawaran dan qabul/
penerimaan.

15
Pihak-pihak yang melakukan akad mudharabah dipersyaratkan
memiliki kemampuan (cakap hukum /ahliyat al wujub wa al-ada’) 10
untuk mewakilka / memberikan kuasa (bagi shahib al-mal) dan
menerima perwakilan /kuasa (bagi mudharib) karena dalam akad
mudharaba terkandung akad wakalah /kuasa, yaitu mudharib
melakukan usaha (bisnis ) atas dasa kuasa dari shahib al-mal ,
mudharaba boleh dilakukan antar muslim dan non muslim (dzimi dan
musta’min) di negara muslim. Dalam bisnis, syarat yang utama bagi
Syarat-syarat
mudharib (pelaku usaha) harus memilikik kemampuan, keahlian,
mengenai akad
dan/atau keterampilan usaha sehingga mampu mengembangkan
mudharabah
modal usaha.
dijelaskan secara
lebih terperinci,
antara lain:
Ras al-mal (modal usaha) dalam akad mudharabah harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
1. Modal harus berupa alat tukar (nuqd/uang), bukan berupa barang
2. Modal harus dapat diketahui dan terukur.
3. Modal harus tunai (bukan dalam bentuk piutang).
4. Modal harus dapat diserahkan dari shahib al-mal kepada mudharib
Dalam ketentuan Nomor 3 Standar syariah bagi Lembaga Keuangan Syariah (Ma’ayir al-
Muhasabah wa al-Muraja’ah wa al-Dhawabith li al-Mu’assasat al-maliyyah al-Islamiyah
[Acounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions/AAOIFI]) terdapat
ketentuan-ketentuan akad mudharabah dari segi personalia atau subjek hukumnya, yaitu
shigat (perjanjian) akad, modal (ra’s al-mal), keuntungan (al-ribh) dan usaha (al-‘amal).

Ketentuan mengenai modal mudharabah

Ketentuan mengenai perjanjian mudharabah


1. Jumlah modal dari rabb al-mal
(pemodal) yang diserahkan kepada
1.Perjanjian mudharabah harus pengelola (mudharib) harus diketahui
menggunakan kata atau kalimat yang jumlahnya.
menunjukan maksud, yaitu kerja sama 2. Modal usaha berupa uang (al-nuqud)
usaha, baik secar jelas (sharih) maupun sejumlah ulama membolehkan modal
secara tersembunyi (dilalah) usaha berupa barang, dengan syarat barang
2. Perjanjian dilakukan dalam satu majlis tersebut ditaksir terlebih dahulu (al-
akad yang menunjukan tercapainya tandhdidh) agar diketahui harganya.
kesepakatan antar penawaran (al-ijab
[offering]) dan penerima (al-qabul
[acceptance]).
3. Perjanjian boleh dilakukan secara lisan
atau secara tertulis, baik dilakukan secara
langsung maupun dilakukan melalui
media yang sah secara hukum (transaksi
secara elektronik atau melalui internet).
1. Keuntungan merupakan milik bersama antara pemodal dan
pelaku usaha. Keuntungan tidak boleh dispakati hanya untuk
pelaku usaha atau hanya untu pemodal.
2. Nisbah bagi hasil harus disepakati pada saat akad harus
diketahui oleh para pihak.
Ketentuan mengenai keuntungan 3. Kerugian usaha yang dialami oleh pengelola menjadi tanggung
usaha mudharabah jawab pemodal selama kerugian tersebut bukan akibat dari
kesalahan pengelola, baik lalai (tidak melakukan perbuatan yang
seharusnya dilakukan [al-tasqshir]) atau karena melampaui batas
(al-ta’addi).

1. Usaha mudharabah hanya boleh dilakukan oleh pelaku


(mudharib) tanpa dicampuri oleh pemilik modal. Akan tetapi,
ulama hanabilah membolehkan pemilik modal turut serta dalam
melakukan usaha. Ketentuan mengenai usaha
2. Pemilik modal tidak boleh mempersempit ruang lingkup usaha mudharabah yang dilakukan oleh
yang boleh dilakukan pelaku usaha yang menyebabkan tidak
pelaku usaha
tercapainya tujuan akad mudharabah, yaitu keuntungan.
3. Pelaku usaha tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan
syariah dan kebiasaan bisnis yang yang berlaku umum dalam
melakukan usaha mudharabah.
4. Pelaku usaha tidak boleh dibatasi ruang lingkup usahanya yang
membuat yang bersangkutan kehilangan kewenangan mutlaknya
dalam ikhtiar untuk mendapatkan keuntungan.
1. Keuntungan merupakan milik bersama antara pemodal dan
pelaku usaha. Keuntungan tidak boleh dispakati hanya untuk
pelaku usaha atau hanya untu pemodal.
2. Nisbah bagi hasil harus disepakati pada saat akad harus
diketahui oleh para pihak.
Ketentuan mengenai keuntungan 3. Kerugian usaha yang dialami oleh pengelola menjadi tanggung
usaha mudharabah jawab pemodal selama kerugian tersebut bukan akibat dari
kesalahan pengelola, baik lalai (tidak melakukan perbuatan yang
seharusnya dilakukan [al-tasqshir]) atau karena melampaui batas
(al-ta’addi).

1. Usaha mudharabah hanya boleh dilakukan oleh pelaku


(mudharib) tanpa dicampuri oleh pemilik modal. Akan tetapi,
ulama hanabilah membolehkan pemilik modal turut serta dalam
melakukan usaha. Ketentuan mengenai usaha
2. Pemilik modal tidak boleh mempersempit ruang lingkup usaha mudharabah yang dilakukan oleh
yang boleh dilakukan pelaku usaha yang menyebabkan tidak
pelaku usaha
tercapainya tujuan akad mudharabah, yaitu keuntungan.
3. Pelaku usaha tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan
syariah dan kebiasaan bisnis yang yang berlaku umum dalam
melakukan usaha mudharabah.
4. Pelaku usaha tidak boleh dibatasi ruang lingkup usahanya yang
membuat yang bersangkutan kehilangan kewenangan mutlaknya
dalam ikhtiar untuk mendapatkan keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai