Anda di halaman 1dari 21

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

GADAI DALAM SYARI'AT ISLAM


Oleh : Abdurrahman Misno*

Abtraksi
Manusia tidaklah selamanya berkecukupan harta, ada masa-masa dimana ia sangat
membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika melihat kenyataan di
masyakarat maka didapati banyak orang yang membutuhkan uang karena adanya suatu
keperluan mendesak. Gadai menjadi solusi bagi kebutuhan keuangan yang mendesak yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Sayangnya praktek gadai di masyarakat mengandung unsur
riba yang diharamkan oleh Islam, sehingga dibutuhkan adanya teori dan praktek riba yang
sesuai dengan syariah Islam.
Gadai dalam khazanah Islam disebut dengan rahn, ia adalah menggadaikan suatu
barang sebagai jaminan atas transaksi hutang yang dilakukannya. Karena sifatnya adalah
akad tabaru’ maka tidak boleh ada manfaat yang diambil oleh murtahin (orang yang
menerima gadai). Harta yang digadaikan sendiri adalah tetap menjadi milik dari rahin
(penggadai) sehingga tidak boleh digunakan tanpa adanya izin dari pemiliknya. Murtahin
diperbolehkan mengambil uang pemeliharaan dari rahin jika harta gadaian tersebut
membutuhkan pemeliharaan. Inti dari akad gadai dalam Islam adalah saling tolong-
menolong untuk meringankan beban orang lain.

Kata Kunci: Rahn, Fiqh Islam, Hukum Islam, Islam Indonesia

A. Pendahuluan suatu kali dia membutuhkan uang namun


Segala puji hanya milik Allah , tidak ada pada dirinya, maka sebagai salah
kami memuji-Nya, kami meminta tolong satu alternatif solusinya adalah dengan
hanya kepada-Nya, dan kami minta ampun meminjam uang untuk memenuhi
kepada-Nya serta kami berlindung kepada kebutuhannya kepada orang lain. Sering
Allah dari kejelekan jiwa-jiwa kami dan kali tidak selamanya orang lain
kejelekan amal-amal kami, barang siapa meminjamkan uang tanpa adanya jaminan
telah diberi petunjuk oleh Allah maka tidak sebagai pengganti ketika dia tidak bisa
ada yang dapat menyesatkannya dan barang melunasi hutangnya tersebut. Atau
siapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada mungkin seseorang merasa segan untuk
yang bisa untuk memberikan petunjuk meminjam uang kepada orang lain tanpa
kepadanya, aku bersaksi bahwa tidak ada adanya sesuatu yang dapat dijadikan
sesembahan yang berhak disembah kecuali jaminan sebagai bukti keseriusannya untuk
Allah saja dan aku bersaksi bahwa mengembalikan hutang tersebut.
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Dari sinilah Islam mengatur
semoga Shalawat dan salam selalu tercurah bagaimana permasalahan gadai (jaminan
kepadanya serta kepada seluruh hutang) menjadi sesuatu yang sangat urgen
pengikutnya yang berpegang teguh kepada untuk di bahas dan dipaparkan, bagaimana
sunnahnya sampai akhir zaman. aturan Islam mengenai gadai (rahn), serta
Manusia tidak selamanya akan bagaiman pula praktek gadai yang terjadi di
tercukupi seluruh kebutuhan hidupnya, masyarakat saat ini? Maka tulisan ini
terkadang ia akan memerlukan sesuatu mencoba menjawab permasalahan ini.
yang tidak dimiliki sendiri, atau bisa jadi Tidak ada gading yang tak retak, begitu

Gadai dalam Syari’at...


2525
pula dengan tulisan ini, kritik dan saran ‫ﲔﻌﻟا ﻰﻠﻋ ﻖﻠﻄﻳو ﻦﻳد ﻰﻠﻋ ﺔﻘﻴﺛو لﺎﻣ ﻞﻌﺟ‬
yang bersifat konstruktif sangat kami
.‫ﺔﻧﻮﻫﺮ‬
tunggu bagi kesempurnaan pembahasan ini.
‫“ ﳌا‬Menjadikan harta sebagai
B. Pengertian Gadai jaminan atas hutang, dan
Gadai berasal dari bahasa Arab yaitu dimutlakan atas
harta benda yang dijadikan jaminan“
4
‫( ﻦﻫﺮﻟﺍ‬Ar-Rahnu) yang berarti ‫ﻟﺍ – ﺕﻮﺒﺜﻟﺍ‬2‫ﻡﺍﻭﺪ‬
(Ats-Tsubut – Ad-Dawam) yaitu tetap dan Abdurrahman Al-Jazairi men-
terus menerus1. Imam Asy-Syaukani definisikan gadai dengan:
mengatakan bahwa rahn (gadai) dengan ‫ﺔﻘﻴﺛو عﺮﺸﻟا ﺮﻈﻧ ﰱ ﺔﻴﻟﺎﻣ ﺔﻤﻴﻗ ﺎﳍ ﲔﻋ‬
fathah di awalnya dan huruf “ha“ disukun ‫ﻞﻌ ﺟ‬
menurut bahasa ‫ﺒﺘﺣﻷﺍ‬2‫( ﺱﺎ‬Al-Ihtibas) yang ‫ﻦﻳﺪﺑ‬
berarti menahan,2 dalam bentuk maf’ul bih "Menjadikan nilai pada suatu
dengan sebutan masdar. Adapun kata ‫ﻦﻫﺮﻟﺍ‬ barang yang bersifat harta benda
pada pandangan syar'i sebagai
jaminan hutang".5
(Ar-Ruhun) dengan dhomatain adalah
jama’nya, bentuk jama’ lainnya yaitu ‫ﻥﺎ‬
Wahbah Zuhaili mendefinisikan
‫ﻫﺮﻟﺍ‬22 (Ar-Rihan) dengan “ra“ dikasrah
gadai dengan :
seperti dalam kata ‫ﺘﻛ‬22‫( ﺐ‬kutubun) dari
mufrad kitab yang dapat dibaca dua- ‫ﻪﻨﻣ ﻩؤﺎﻔﻴﺘﺳا ﻦﻜﳝ ﻖﲝ ءﻰﺷ ﺲﺒﺣ‬
duanya. Seperti firman Allah dalam QS Al- “Menjaminkan sesuatu yang dapat
Mudatsir ayat 38 : dijadikan pembayaran hutang “.6
ٌ‫ﺖ‬ ِ
ْ َ‫ﻞ ﺒﺴَ َﻛ َ َﺔﻨﻴﻫر‬‫ْﻔ َـﻧ ﱡ‬ Sayid Sabiq mendefinisikan gadai
ٍ‫ُﻛ َﺎﲟِ ﺲ‬
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab Fath, Kairo : Mesir, 2000 hal. 131.
2
atas apa yang telah diperbuatnya “. Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar Juz
III, Darul Kalam Ath-Thayib : Beirut, 1999, hal.
650.
Demikian juga sabda Nabi : 3
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh ‘Ala
‫ﻪﻨﻋ ﻰﻀﻘﻳ ﱴﺣ ﻪﻨﻳﺪﺑ ﺔﻧﻮﻫﺮﻣ ﻦﻣﺆﳌا‬ Madzahibul Arba’ah Juz II, Darul Ihya At-
Turats Al-Arabi, Beirut, Libanon, 1993, hal.
‫ﺲﻔﻧ‬ 319.
"Jiwa seorang mu'min itu tertahan
dengan hutangnya sampai dibayar-
kan" makna marhunah dalam sabda
nabi ini adalah bahwa seseorang itu
tertahan di kubur dengan hutang-
hutang yang ada padanya.3

Sedangkan menurut istilah syara'


gadai adalah :

* Dosen Jurusan Syari’ah STAI Al-Hidayah Bogor


1
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Jilid III, Darul
dengan menjadikan sesuatu yang bernilai
harta pada pandangan syara’ sebagai
jaminan hutang.7 Syaikh Shaleh bin Fauzan
Al-Fauzan mendefinisikan gadai dengan:
‫ﻦﻳﺪﺑ ﺔﻘﻴﺛو ﺔﻴﻟﺎﻣ ﲔﻋ ﻞﻌﺟ‬
"Menjadikan nilai sebuah harta benda
sebagai jaminan atas sebuah hutang".8

M. Ali Hasan menukil definisi yang


ada dalam Ensiklopedi Indonesia
mengatakan bahwa yang dinamakan gadai

4
Al-Imam Ash-Shan'ani, Subul As-Salam Juz III,
Jam’iyah Ihya At-Turats Al-Islami : Kuwait,
1997, hal. 37.
5
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh ‘Ala Madzahibul
Arba’ah Juz II, hal. 319.
6
Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu ,
Darul Al-fikr : Damaskus, Suriah, 2002 / 1422
H, hal. 4207
7
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, hal. 131
8
Syaikh Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan,
Mulakhash Al-Fiqhi, Darul Ibnu Haitsam,
Kairo, 2003, hal. 325.
atau hak gadai adalah “ Hak atas benda menyembunyikannya, maka se-
terhadap benda bergerak milik si sungguhnya ia adalah orang yang
berhutang”9 Masjfuk Zuhdi mengatakan berdosa hatinya; dan Allah Maha
bahwa gadai adalah “ Perjanjian (akad) Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
pinjam-meminjam dengan menyerahkan
barang sebagai tanggungan utang “10
Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di
Dari pendapat para cendekiawan menyatakan tentang ayat ini bahwa Apabila
muslim di atas dapat disimpulkan bahwa kalian dalam perjalanan dan tidak
gadai ( rahn ) adalah akad hutang-piutang mendapatkan seorang penulis yang akan
dengan menjadikan suatu harta sebagai menuliskan akad hutang kalian maka dapat
jaminan hutang tersebut, dalam pengertian digantikan dengan adanya barang jaminan,
sempit, gadai juga bisa berarti harta yang sebagai bentuk gadai yang harta benda
menjadi jaminan atas hutang tersebut.
tersebut dapat dipegang oleh murtahin.11
Sementara dalam Tafsir Jalalain disebutkan
1. Dasar Hukum Gadai
bahwa "Sunnah menyatakan diperboleh-
Landasan hukum yang kannya jaminan itu di waktu mukim dan
membolehkan adanya praktek gadai adalah
adanya penulis"12, hal ini mengindikasikan
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam
masyru'nya gadai ketika dalam perjalanan.
QS Al-Baqarah ayat 283 :
Spirit yang ada dalam ayat ini adalah
◌ُ ‫نِإَو ﻢْ َﻰﻠﻋَ ﺮٍ ْ اوﺪُ نُ ﺎَﻫﺮِ َﻓ‬ bahwa dijadikannya harta benda sebagai
‫ًﺎﺒِﺗﺎَﻛ‬ َِ‫ﺘﻨﻛ ِ ﻔ ﺳ ﱂو ﲡ‬ jaminan (rahn) adalah sebagai bentuk
ََ َ َ ُ ُ
ِ ‫ﺔﺿَ ُ ُ◌ نْﺈﻓ ﻦَ ِ َﻣأ ﻌْ َـﺑ ﻌْ َـﺑ ﻢُﻜ ّدَﺆ ـُﻴْﻠـَﻓ‬
ً ‫ﺎ‬
‫ﻀ‬ ُ‫ﻀ‬ َ ‫ُﻮﺒْﻘ ﻣﱠ‬ kepercayaan orang yang menghutangkan

‫ﻦَ ِ ُﲤْؤ ا يﺬِ َﻪَﺘـﻧﺎُ ﷲ ﻖَِ ﱠﻪ ُ اﻮﻤُ ُﺘﻜْ َﺗ‬ kepada orang yang berhutang, hal ini
‫َﻻَو‬ ‫ﱠ‬ dikarenakan tidak adanya penulis untuk
َ‫ﻟاﰒِاء ﱠﻪﻧَﻣأَﺈِﻓ ﺎﻬ ﻤﺘﱠ َـﺘﻴْﻟﻜَْو ﻳ ﺑر‬
َُ ‫ةَد ﺎَﻬﺸﱠَﻟا َ ُ َ َ ْ ُ َ ُﻦ ُﻣو ُ ﻠـُﻗ‬
‫و‬ ‫ﷲ‬ ‫ﺒ‬‫ﻪ‬ ◌
menuliskan akad hutang piutang tersebut,
َْ َ َ
◌ُ َ‫نَ ُﻮﻠﻤَ ﻌْ َـﺗ ﻢُ ﻴِﻠﻋ‬ dengan adanya barang gadai ini maka dapat
ِ‫ﺎﲟ‬
َ
Jika kamu dalam perjalanan (dan dijadikan jaminan jika sewaktu-waktu lalai,
bermu'amalah tidak secara tunai) atau tidak mampu membayarkan
sedang kamu tidak memperoleh hutangnya.
seorang penulis, maka hendaklah Sedangkan dalil dari As-Sunnah
ada barang tanggungan yang
adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
dipegang (oleh yang berpiutang).
Akan tetapi jika sebagian kamu Bukhary dan Muslim dari Aisyah katanya :
mempercayai sebagian yang lain, ‫مﻼﺴﻟا و ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر نأ‬
maka hendaklah yang dipercayai itu ‫ﻦﻣ ﺎﻋرد ﻪﻨﻫرو‬ ‫يدﻮﻬﻳ ﻦﻣ ىﱰﺷا‬
menunaikan amanatnya (hutangnya) ‫ﺎﻣﺎﻌﻃ‬,
dan hendaklah ia bertakwa kepada ‫ﺪﻳﺪ ﺣ‬
Allah Tuhannya; dan janganlah
kamu (para saksi) menyembunyikan 9
M. Ali Hasan, Berbagai Macam
persaksian. Dan barangsiapa yang Transaksi dalam Islam ( Fiqh Muamalat ), PT
Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2003, hal. 253 "Bahwasanya Rasulullah membeli
10
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, PT Gunung makanan dari seorang Yahudi dan
Agung : Jakarta, 1997, hal. 123.
11
Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di, Taisir Karim
Ar-Rahman fi Tafsir kalam Al-Manan, Jam'iyyah
Ihya At-Turats Al-Islami, Kuwait, 2003, hal.
140.
12
Imam Jalaluddin Al-Mahali dan Jalaluddin As-
Suyuti, Tafsir Jalalain Juz I, Sinar Baru
Algesindo : Bandung, 1996, hal. 165.
‫ِ ﱠ‬
meminjamkan (menggadaikan)
kepadanya baju besinya. HR.
َ‫ُ ﻪ ﻢَ ﻠﺳ‬h ‫ﷲ ﻲﻠﺻ ﷲﻮﺳر ﰲﻮﺗ ﱠ َا‬
‫َو‬ ‫ﱠ‬
َ‫ﻰﻠﺻَ ﻴَْﻠﻋ‬
Bukhari dan Muslim
‫ﺎﻌﻠﺻ ﲔﺛﻼﺛ ﰲ يدﻮﻬﻳ ﺪﻨﻋ ﺔﻧﻮﻫﺮﻣ ﻪﻋردو‬
‫ﲑﻌﺷ ﻦﻣ‬
Anas bin Malik juga pernah Dari Aisyah dia berkata "Rasulullah
mengatakan : wafat sedangkan baju besinya
dalam keadaan digadaikan kepada
‫ﺎﻋرد مﻼﺴﻟا و ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر ﻦﻫر‬ seorang Yahudi dengan tiga puluh
‫ﻪﻠﻫﻷ اﲑﻌﺷ ﻪﻨﻣ ﺬﺧأو ﺔﻨﻳﺪﳌ‬e ‫يدﻮﻬﻳ ﺪﻨﻋ‬ sha' gandum". HR Bukhari.14
"Rasulullah telah menggadaikan
baju besinya kepada seorang Hadits lain yang menjadi dalil
Yahudi dan meminjam kepadanya diperbolehkannya gadaia adalah :
gandum untuk kebutuhan keluarga-
‫ﱠﻰﻠﺻ‬- hِ ‫لَ ﺎﻗ‬: ‫ﰊَِأ ﻦﻋو ﱠ ا ُل ﻮﺳر لَ ﺎﻗ‬
nya". HR. Ahmad, Bukhari dan ‫ةﺮـ ََُﻳﺮﻫ‬ ََ ْ ُ َْ
Nasai ‫ِﻪ ﺒِﺣ‬ ِ‫ ﻦ ﻫﺮ َﻟا ﻖ َﻠﻐ ـﻳ ﻦ ﻣ‬: ‫ ِﻪ ﻢ ﱠﻠﺳ‬h‫ﱠ َا‬
ْ َْ ُ ‫َ َ ُ ْﱠ‬ ُ
َ‫ﺎﺻ‬ ‫ﻻ‬
َ ‫َو‬ َ‫ﻴَْﻠﻋ‬
ِ ِ
ُ‫َﻪﻨَﻫرَ يﺬ ﱠَﻟا‬,ُ ‫ﻪﻤُ ُْﻨﻏ َُﻪﻟ‬,ُ ‫ﻪُﻣﺮُْﻏ ﻪ ﻴَْﻠﻋَ َو‬
Kedua hadits di atas menjadi dalil
bahwa rahn itu telah terjadi pada zaman
Nabi, bahkan beliau sendiri yang Dari Abu Hurairah Nabi
melakukannya, Imam Asy-Syaukani bersabda: Tidak terlepas
mengatakan bahwa dari hadits tersebut kepemilikan barang gadai dari
menjadi dalil diperbolehkannya ber- pemilik yang menggadaikannya. Ia
muamalah dengan orang-orang kafir, memperoleh manfaat dan
selama tidak berkenaan dengan hal-hal menanggung risikonya. HR. Asy-
Syafi'i, Ad-Daraquthni dan Ibnu
yang diharamkan Islam.13
Majah
Dari hadits ini juga dapat kita tarik
kesimpulan bahwa awal mula
‫ ﺮُ ْﻬ ﱠﻈَﻟا‬h ََُِ‫لَﺎﻗ َ ﱠ‬: ‫ﰊَِأ ﻦْ ﻋَ و ا لﻮﺳ ر لَﺎﻗ‬
َ ُ َ
dibolehkannya gadai adalah berkenaan
‫َةﺮَـْﻳﺮَُﻫ‬
dengan muamalah dengan orang-orang ‫ﱭ رِّ ﺪﱠ َﻟا‬ُ ,oً ْ‫ﺐ َﻛﺮُْـﻳ ﻪ ِﺘَﻘ َﻔ َـﻨِﺑ َاِذإ نَ ﻮُﻫﺮ‬ ُ
‫ﻣَ ََﻟَو‬ ‫ﻛ‬
َ ‫ﺎ‬
ِ ِ ِ
َ‫ يﺬ ﱠَﻟا َﻰﻠﻋ‬,oً ْ‫ب ﺮَﺸْ ُﻳ ﻪ ﺘَﻘ َﻔ َـﻨﺑ َاِذإ نَ ﻮُﻫﺮ‬
kafir, hal ini tentu membawa hikmah agar
murtahin merasa tenteram dengan harta ُ
‫َو‬ ‫ﺎَﻛ‬
َ‫ﻣ‬
benda yang dihutangkan kepada rahin ‫ي رِ ﺎﺨَ ُﺒَْﻟا‬ ‫ب ﺮَ ﺸْ ُ ﱡ‬ ُ ‫َﻛﺮَْـﻳ ﺔَﻘ َﻔ ﱠـﻨَﻟا‬
karena adanya jaminan, pihak rahin sendiri
َ‫ُﻩاَور‬ ‫ﺐ‬
ُ ‫َﻳَو‬
akan merasa tenteram juga karena dengan dapat menutupi atau untuk melunasi
adanya jaminan (gadai) tersebut maka jika hutangnya. Dan Nabi sendiri ketika
sewaktu-waktu dia tidak dapat melunasi beliau wafat baju besi yang
hutangnya maka barang gadaian tersebut digadaiakan belum ditebusnya,
seperti hadits yang Nabi Bersabda: Tunggangan
diriwayatkan oleh Aisyah : (kendaraan) yang digadaikan boleh
dinaiki dengan menanggung
biayanya dan binatang ternak yang
digadaikan dapat diperah susunya
dengan menanggung biayanya. Bagi
yang menggunakan kendaraan dan
memerah susu wajib menyediakan
biaya perawatan dan pemeliharaan.
HR. Bukhari15

14
Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar Juz
13
Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar Juz III, hal. 651.
15
III, hal. 651. As-San'any, Subul As-Salam Juz III, hal. 38
Adapun dalil dari ijma adalah (perjalanan) dalam keadaaan tidak
kesepakatan ( ijma' ) para ulama mengenai mendapati adanya seorang penulis dan juga
diperbolehkannya gadai, seperti yang jumhur ulama berpendapat bolehnya
disebutkan oleh Wahbah Zuhaili yang dilaksanakan dalam keadaan menetap
mengetengahkan pendapat bahwa semua (mukim), karena Nabi sendiri melakukan
ulama sepakat tentang hal ini16 akad gadai ketika beliau menetap di
Selain ijma, para ulama telah Madinah, adapun Imam Mujahid dan Adh-
menyusun kaidah-kaidah fiqhiyah Dhahak yang berpendapat bahwa gadai
berkenaan denganmasalah-masalah fiqh, di hanya terjadi ketika safar saja telah
antara kaidah fiqhiyah yang membolehkan terbantahkan dengan perbuatan (fi'l) Nabi.19
pelaksanaan akad gadai adalah : Adapun hukum dari akad gadai sendiri
‫لﺪﻳ ﻻإ ﺔﺣ‬e‫ﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻷا‬ seperti pendapat Rahmat Syafe'i yang
‫ﺎﻬﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا‬ menukil pendapat dari Ibnu Qudamah yang
"Asal dari bentuk muamalat adalah mengatakan bahwa hukum gadai tidaklah
mubah, sampai ada dalil yang wajib karena hukum hutang sendiri tidaklah
mengharamkannya" wajib.20
‫ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ ﻻإ ﺔﺣ‬e‫ﻻا ءﺎﻴﺷﻷا ﰲ ﻞﺻﻷا‬ Asal dari akad gadai adalah akad
‫ﱘﺮﲢ ﻰﻠﻋ‬ tabaru' (derma), yaitu untuk membantu
"Asal dari segala sesuatu adalah orang lain yang membutuhkan uang atau
mubah, sampai ada dalil atas harta benda, sehingga akad ini sebagai
keharam-annya."17 alternatif bagi seseorang yang ingin
berhutang dengan menjadikan harta
Para Ulama di Indonesia melalui bendanya sebagai jaminan.
Dewan Syari'ah Nasional juga telah
mengeluarkan fatwa mengenai gadai, yaitu 2. Rukun dan Syarat sah Gadai
fatwa No: 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal Tidak akan sah suatu akad tanpa
26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa adanya unsur-unsur yang menjadi rukun
pinjaman dengan menggadaikan barang serta syarat sahnya, gadai sebagai sebuah
sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn akad perjanjian hutang piutang harus
diperbolehkan.18 memenuhi rukun dan syarat-syarat tertentu.
Dari dalil-dalil yang disebutkan di Adapun rukun dari gadai adalah :
atas maka dapat disimpulkan bahwa gadai
adalah sebuah akad yang dibolehkan dalam a. Orang yang berakad, mereka adalah
Islam, adapun hukumnya adalah Jaiz dua orang yang berakad (rahin) dan
(boleh) dan bukanlah sesuatu yang wajib. murtahin (pemilik piutang yang
Mengenai waktu dan tempatnya maka para menguasai harta gadai sebagai
ulama sepakat akad gadai dapat jaminan hutangnya).
dilaksanakan ketika waktu safar b. Ma'qud alahi, yaitu harta benda yang
menjadi barang jaminan serta hutang
16
Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu,
sebagai pinjaman rahin.
hal. 4207
17
Abdul Mujdib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh, Kalam
Mulia : Jakarta, tahun 2001, hal. 25.
18
Tim Penulis DSN MUI, Himpunan Fatwa 19
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Jilid III, hal. 131.
Dewan syari'ah Nasional, Edisi Kedua, DSN 20
Rahmat Syafe'i, Fiqh Muamalah, Pustaka Setia :
dan BI. tahun 2003, hal. 155. Bandung, tahun 2004, hal. 162.
c. Shighat, yaitu lafadz yang terdiri dari karena akad gadai mirip dengan akad
ijab dan qabul dari kedua pihak yang jual beli.24 Adapun lafadz gadai dapat
melakukan transaksi gad berupa ucapan "aku gadaikan harta
a i . 21 bendaku" dll. Boleh juga tanpa lafadz
Adapun syarat-syarat bagi sahihnya tertentu namun tetap mengindikasi-
suatu akad gadai adalah sebagai berikut : kan akad gadai.
a. Syarat-syarat yang harus dipenuhi d. Syarat Marhun Bih, marhun bih
oleh dua orang yang berakad adalah adalah hak yang diberikan oleh
faham dengan akad yang murtahin kepada rahin ketika terjadi
dilaksanakan, yang berarti sudah akad gadai, para ulama selain
baligh, berakal dan tidak gila. Hanafiyah mensyaratkan bahwa
b. Syarat bagi barang jaminan adalah marhun bih hendaknya adalah berupa
hendaknya barang tersebut ada ketika hutang baik hutang ataupun barang,
akad berlangsung, namun boleh juga dan dapat dibayarkan (dikembalikan)
dengan menunjukan bukti serta benda tersebut milik murtahin.25
kepemilikannya seperti surat-surat
tanah, kendaraan dll. Dan barang 3. Jenis-jenis Gadai
gadai tersebut dapat dipegang / Gadai jika dilihat dari sah tidaknya
dikuasai oleh murtahin atau akad terbagi menjadi dua yaitu gadai shahih
22
wakilnya. Selain itu, barang gadai dan gadai fasid adapun rinciannya adalah
tersebut hendaknya adalah barang sebagai berikut:
yang bernilai harta dalam pandangan a. Rahn Shahih / lazim, yaitu rahn yang
Islam, karena itu tidak sah benar karena terpenuhi syarat dan
menggadaikan barang-barang haram rukunnya
semisal khamr (Minuman keras).23 b. Rahn Fasid, yaitu akad rahn yang
Demikian juga hendaknya barnag tidak terpenuhi rukun dan
26
tersebut harus utuh, bukan hutang, syaratnya.
barang tersebut adalah barang yang
didagangkan atau dipinjamkan, Apabila sebuah akad rahn telah
barang warisan dan barang tersebut terpenuhi rukun dan syaratnya maka
hendaknya bukan barang yang cepat membawa dampak yang harus dilakukan
rusak. oleh murtahin dan juga rahin, diantara
c. Syarat pada sighat (lafadz), dampak tersebut adalah:
hendaknya lafadz dalam ijab qabul itu
jelas dan dapat dipahami oleh pihak a. Adanya hutang bagi rahin
yang berakad, Ulama Hanafiyah (penggadai).
mensyaratkan bahwa sighat gadai b. Penguasaan suatu barang yang
hendaknya tidak terkait dengan berpindah dari rahin kepada
sesuatu syarat dan tidak dilakukan di murtahin.
waktu yang akan datang. Hal ini

21
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh ‘Ala Madzahibul 24
Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu,
Arba’ah Juz II, hal. 320 hal. 4218.
22
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Jilid III, hal. 132. 25
Rahmat Syafe'i, Fiqh Muamalah, hal. 164.
23
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh 'Ala Madzhahib 26
Rahmat Syafe'i, Fiqh Muamalah, hal. 170, lihat
Al-Arba'ah Juz II, hal. 326 juga Wahbah Zuhaili hal. 4319.
3030 Gadai dalam
Syari’at...
c. Kewajiban untuk menjaga barang Dari Abu Hurairah Nabi
gadaian bagi murtahin. bersabda: Tidak terlepas
d. Biaya-biaya pemeliharaan harta gadai kepemilikan barang gadai dari
menjadi tanggung jawab rahin, pemilik yang menggadaikannya. Ia
karena itu murtahin berhak untuk memperoleh manfaat dan
menanggung resikonya. HR Asy-
memintanya kepada rahin.27 Syafi'i, al Daraquthni dan Ibnu
Majah dengan sanad yang lemah,
Sedangkan pada rahn yang fasid sebagaian ulama menganggap hadits
maka tidak ada hak ataupun kewajiban ini mauquf.
yang terjadi, karena akad tersebut telah
rusak / batal. Para imam madzhab fiqh telah Imam As-Syaukani mengatakan
sepakat mengenai ha ini. Karena itu tidak bahwa pada zaman Jahiliyah murtahin
ada dampak hukum pada barang gadaian, mempunyai hak mutlak atas suatu barang
dan murtahin tidak boleh menahannya, gadaian apabila rahin tidak membayarkan
serta rahin hendaknya meminta kembali hutangnya dalam waktu yang relatif lama
barang gadai tersebut, jika murtahin lalu hal ini dihapuskan oleh Islam.30 Imam
menolak mengembalikannya hingga barang As-San'ani berkomentar mengenai hadits
tersebut rusak maka murtahin dianggap ini katanya " makna "yaghlaku " dalam
sebagai perampas, karena itu dia berhak riwayat ini adalah murtahin tidak berhak
mengembalikannya. Jika rahin meninggal atas barang gadaian jika pemiliknya tidak
dunia sedangkan dia masing berhutang, berkuasa dari menebusnya, dan hadits ini
maka barang gadaian tersebut menjadi hak juga membatalkan apa yang terjadi pada
milik murtahin dengan nilai yang seimbang masa jahiliyah yaitu murtahin mempunyai
dengan hutangnya.28 hak mutlak atas barang gadai, serta
menjelaskan bahwa hasil dari barang
4. Bertambahnya Harta Gadai gadaian adalah milik rahin jika dia
Harta gadai yang dapat bertambah mengeluarkan biaya pemeliharaannya.31
ِ
karena suatu sebab seperti hewan
ُh ‫ ﱠ َا‬- hُ‫لَ ﱠ َا لُ ﻮﺳ‬: ‫ﻦْ ﻋَ َو ٍّﻲ لَ َﺎﻗ‬
peliharaan yang bertelur atau melahirkan ِ
‫َﺎﻗ‬
َ‫ﱠﻰﻠ ِﺻ‬ َ‫ر‬ َ‫ﻠﻋ‬ ِ
anaknya , pohon yang berbuah ataupun
eً‫ﺔﻌَ ر‬,ً ‫ﻞ ضٍ ﺮﱠَﺟ َﻮ ُﻬ ـَﻓ‬ ‫ﻪ ﻴَْﻠﻋَ ﻢَ ﱠﻠﺳَ ﱡ‬
َ‫َﻔ ـﻨْﻣ‬ ‫َو ُﻛ ﺮْ ـَﻗ‬
hasil dari sewa rumah dari gadai maka para ‫ﻂ‬
ٌ ُ ‫ﺔﻣَ ﺎﺳَ أُ َِﰊأ ﻦُ ْﺑ‬,َ ‫ﻩُد َﺎﻨْﺳ ِإَو‬
ُ‫ث رِ َﺎ ْﳊ َا‬
ِ
َ‫ُﻩاَورَ ﻗﺎﺳ‬
ulama menyatakan tetap menjadi milik Dari Ali, dia berkata, Bersabda
Rahin.29 Sebagaimana Sabda Nabi Rasulullah Setiap pinjaman yang
Shalallahu 'Alaihi wa Salam : mengambil manfaat maka itu adalah
‫ﻻ‬
َ : hِ ‫لَ َﺎﻗ‬: ‫ﰊَِأ ﻦْ ﻋَ ﱠ َا لُ ﻮﺳُ رَ لَ َﺎﻗ‬ riba" HR. Al-Harist bin Abi
Usamah dengan sanad yang gugur.
‫َةﺮَـْﻳﺮَُﻫ‬ ‫َو‬
ِ ِ ِ
ُ‫َﻪﻨَﻫ‬,ُ ‫ﻖُ َﻠﻐْ ﻦُ ﻦْ ﻣ ﻪ ِﺒﺣ يﺬ ﱠَﻟا َﻪﻟ‬ ada riwayat yang menguatkan dari
Fadhalah bin 'Ubaid dari jalan
َ‫ر‬ َ‫ﺎﺻ‬ ‫َـﻳ ْﻫﺮﱠ َﻟا‬
ِ
ُ‫ﻪﻤُ ﻨُْﻏ‬,ُ ‫ﻪُﻣﺮُْﻏ ﻪ ﻴَْﻠﻋَ َو‬ Baihaqi namun sandanya dha'if. Dan
dari Abdullah bin Salam pada Imam
27
Bukhari dengan derajat mauquf dari
Rahmat Syafe'i, Fiqh Muamalah, hal. 170, lihat
juga Wahbah Zuhaili hal. 4319.
Ibnu Abbas.
28
Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu,
30
hal. 4325 Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar Juz
29
Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar Juz III, hal. 654.
31
III, hal. 654. As-San'any, Subul As-Salam Juz III, hal. 39
manfaat darinya kecuali dengan izin
Shaleh Al-Fauzan menyebutkan dari rahin ( pengadai ).33
bahwa jika orang yang berpiutang
mengambil manfaat dari hutangnya maka Pada asalnya harta gadai adalah milik
hal ini termasuk riba.32 Dikatakan riba dari penggadai, karena itu murtahin tidak
karena dia mengambil keuntungan dari boleh menggunakannya tanpa izin dari
piutangnya sehingga seakan-akan penggadai, namun jika gadaian tersebut
keuntungan tersebut adalah bunga. berupa hewan yang memerlukan makanan
Dari beberapa hadits di atas dapat maka murtahin boleh untuk memanfaat-
disimpulkan bahwa harta benda gadai tetap kannya seperti menungganginya atau
menjadi milik mutlak bagi rahin memerah susunya, hal ini seperti sabda
(penggadai), murtahin hanya berhak atas Nabi dari hadits yang diriwayatkan oleh
jasa dari pemeliharaannya. Murtahin juga Imam Bukhari:
tidak boleh menjual, menyewakan,
menghibahkan atau memindahkan barang ‫ ﺮُ ْﻬ ﱠﻈَﻟا‬h ََُِ‫لَﺎﻗ ا لﻮﺳ َ ﱠ‬: ‫لَﺎﻗ‬
ُ ‫ﰊَِأ ﻦْ ﻋَ َو‬
gadaian kepada orang lain, pada barang-
َ‫ر‬ ‫َةﺮَـْﻳﺮَُﻫ‬
barang semisal hewan peliharaan murtahin ‫ﱭ ِرّ ﺪﱠ َﻟا‬ُ ,oً ْ‫ﺐ َﻛﺮُْـﻳ ﻪ ِﺘَﻘ َﻔ َـﻨِﺑ َاِذإ نَ ﻮُﻫﺮ‬ ُ
‫ﻣَ ََﻟَو‬ ‫ﺎَﻛ‬
ِ ِ ِ
َ‫ يﺬ ﱠَﻟا َﻰﻠﻋ‬,oً ْ‫ب ﺮَﺸْ ُﻳ ﻪ ﺘَﻘ َﻔ َـﻨﺑ َاِذإ نَ ﻮُﻫﺮ‬
boleh menungganginya dan memerah
susunya jika ia memberi makan hewan ُ
‫َو‬ ‫ﺎَﻛ‬
َ‫ﻣ‬
tersebut. Sedangkan jka barang gadai ‫ي رِ ﺎﺨَ ُْﺒَﻟا‬ ‫ب ﺮَ ﺸْ ُ ﱡ‬ ُ ‫َﻛﺮَْـﻳ ﺔَﻘ َﻔ ﱠـﻨَﻟا‬
َ‫ُﻩاَور‬ ‫ﺐ‬
ُ ‫َﻳَو‬
berupa emas, perhiasan ataupun barang- makanan seperti rumah, perhiasan
barang yang bisa rusak maka hendaknya dan lain-lain, maka dalam hal
murtahin tidak menggunakannya kecuali ini
dengan izin rahin. murtahin tidak berhak mengambil

5. Pemanfaatan Harta Gadai


Sebagian ahli fiqh membagi harta
gadai menjadi dua macam yaitu :
1. Harta benda gadai yang memerlukan
pemeliharaan (makanan), jenis ini
terbagi menjadi dua yaitu hewan
peliharaan yang dapat tunggangi dan
diperah susunya serta gadai pada
zaman jahiliah seperti 'Abd (budak
lak-laki) dan 'Amah (budak
perempuan).
2. Gadaian yang tidak memerlukan
pemeliharaan semisal pemberian
Nabi Bersabda: Tunggangan As-Salam bahwa hadits ini sebagai dalil
(kendaraan) yang digadaikan boleh bahwa murtahin boleh mengambil manfaat
dinaiki dengan menanggung dari harta benda gadai ketika dia
biayanya dan binatang ternak yang
memberikan pemeliharaan pada harta gadai
digadaikan dapat diperah susunya
dengan menanggung biayanya. Bagi tersebut,34 seperti murtahin boleh menaiki
yang menggunakan kendaraan dan kendaraan gadaian ketika dia memberikan
memerah susu wajib menyediakan makan hewan tersebut, atau meminum
biaya perawatan dan pemeliharaan. susunya.
HR. Bukhari Shaleh Al-Fauzan menukil ucapan
Ibnu Al-Qoyyim yang mengatakan
As-San'ani mengatakan dalam Subul

33
Shaleh Al-Fauzan, Mulakhas Fiqhi Juz II, hal.
32
Shaleh Al-Fauzan, Mulakhas Fiqhi Juz II, hal. 328.
34
328. As-San'any, Subul As-Salam Juz III, hal. 37
Hadits ini menunjukan kepada kaidah- menyiram pohon, mengawinkan hewan
kaidah dan pokok-pokok syariat mengenai gadaian, serta mengobatinya, karena hal itu
hewan-hewan gadaian itu terjaga sebagai membawa pada kemaslahatan rahn.38
hak mutlak Allah , bagi pemiliknya Dari sini dapat disimpulkan bahwasa-
adalah hak kepemilikan, bagi murtahin nya harta gadai adalah tetap menjadi milik
adalah hak jaminan (gadai). Maka jika mutlak penggadai (rahin), adapun jika
murtahin mempergunakan barang gadai murtahin ingin menggunakannya maka
tersebut mka dia harus menggantikannya harus dengan seizin rahin. Jika barang
dengan memberikan pemeliharaan (nafkah) gadai tersebut berupa hewan peliharaan
untuk gadaian tersebut.35 yang memerlukan makanan maka murtahin
Wahbah Zuhaili menukil pendapat boleh menggunakannya sebagai tunggang-
dari jumhur ulama selain Hanafiyah yang an atau memerah susunya, hal ini juga
berpendapat bahwa murtahin tidak berhak sebagai sebuah kemaslahatan bagi barang
untuk mengambil manfaat dari harta gadai, gadaian yang berupa hewan peliharaan,
murtahin diperbolehkan mengambil karena tidak mungkin hewan-hewan
manfaat seperti mengambil susu atau tersebut dibiarkan begitu saja tanpa
menungganginya sesuai dengan perawatan, karena itu murtahin diberikan
pemeliharaan dalam pemberian makan keringanan (rukhsah) untuk memper-
yang dia lakukan kepada barang gadaian gunakannya sesuai dengan kadar
tersebut.36 pemeliharannya. Adapun hasil dari harta
Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa gadai tetap menjadi milik rahin dan tidak
tambahan/hasil dari barang gadaian ikut tergadai, inilah pendapat yang insya
menjadi bagian dari gadai tersebut baik Allah mendekati kebenaran.
yang menjadi hasilnya misalnya buah dari Fatwa dari Dewan Syariah Nasional
suatu pohon, susu dari hewan peliharaan, menyebutkan bahwa Marhun dan
ataupun bagian yang terpisah dari gadai manfaatnya tetap menjadi milik Rahin.
semisal anak hewan peliharaan, hukumnya Pada prinsipnya marhun tidak boleh
mengikuti asalnya.37 dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin
Shaleh Al-Fauzan mengatakan Rahin, dengan tidak mengurangi nilai
mengenai pemanfaatan rahn, maka marhun dan pemanfaatannya itu sekedar
perhitungannya sesuai kesepakatan kedua pengganti biaya pemeliharaan perawat-
belah pihak, jika mereka bersepakat atas annya. Pemeliharaan dan penyimpanan
jasa sewa atau selainnya maka hal ini marhun pada dasarnya menjadi kewajiban
boleh, apabila mereka tidak sepakat maka rahin, namun dapat dilakukan juga oleh
gadai tersebut dibiarkan samapi ditebus murtahin, sedangkan biaya dan
oleh rahin. Dan memungkinkan bagi rahin pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
untuk melakukan hal-hal yang membawa kewajiban rahin.39 Besarnya biaya
maslahat bagi harta gadai, seperti pemeliharaan barang gadaian yang
dibebankan kepada rahin hendaknya sesuai
35
Shaleh Al-Fauzan, Mulakhas Fiqhi Juz II, hal.
328.
36
Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu, 38
Shaleh Al-Fauzan, Mulakhas Fiqhi Juz II, hal.
hal. 4218. 326
37
Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu, 39
Tim Penulis DSN MUI, Himpunan Fatwa
hal. 4321 Dewan syari'ah Nasional, Edisi Kedua, hal. 158.
dengan kebutuhan sebenarnya dan bukan gadai kepada murtahin, bangkrut,
untuk mencari keuntungan bagi murtahin. tidak mampu untuk membayar
hutangnya, sakit atau gila yang
6. Berakhirnya Akad Gadai membawa pada kematian.41
Ada beberapa sebab yang g. Rahn rusak atau sirna. Dengan rusak
menjadikan akad gadai akan berakhir di atau sirnanya harta gadai maka
antaranya adalah : berakhirlah akad gadai tersebut.
a. Rahn diserahkan kepada pemiliknya. h. Pemindahan rahn kepada pihak lain
Ketika barang gadaian dikembalikan baik berupa hadiah, hibah atau
kepada pemiliknya maka berakhirlah shadaqah.
akad gadai tersebut.
b. Hutang dibayarkan semuanya. 7. Praktek Gadai di Indonesia
Dengan dibayarkannya hutang maka Setelah kita memahami gadai dalam
rahin berhak mengambil kembali fiqh Islam, maka bagaimanakah praktek
barang gadaiannya. Sayid Sabiq gadai yang ada di tengah masyarakat pada
menukil perkataan Ibnu Mundzir masa kini ?
mengatakan bahwa para ahli ilmu Di Indonesia ada beberapa praktek
telah sepakat jika seseorang gadai, diantaranya adalah yang terjadi di
menggadaikan sesuatu lalu membayar daerah pedesaan, dimana sebagian mereka
hutangnya sebagian, dan ingin menggadaikan sawah, ladang atau pohon
mengambil sebagian barang kelapa, dan hasil dari barang gadaian
gadaiannya maka hal ini tidak berhak tersebut menjadi hak penuh bagi murtahin,
atasnya sampai dia melunasi seluruh hal ini tentu bertentangan dengan sabda
hutangnya.40 Nabi :
c. Penjualan rahn secara paksa oleh ِ ُ e ‫ر ِ ﻮ ﻬ ـ َﻓ‬
hakim. Hakim berhak mengambil َ‫ث ر َﺎ ْﳊ َا ُﻩاَور‬ ً ُ َ ‫ﻞ ُﻛ ضٍ ﺮﱠَﺟ‬ ‫ﱡ‬
َ‫ﺔﻌَ َﻔ ـﻨْﻣ‬,ً ‫ﺮ ْ ـ َﻗ‬
harta rahn dari murtahin untuk ‫ﻂ‬
ٌ ُ‫ﻦُ ْﺑ‬ ‫ﺔﻣَ ﺎﺳَ أُ َِﰊأ‬,َ ‫ﻩُد َﺎﻨْﺳ ِإَو‬
ِ
َ ‫ﻗ ﺎﺳ‬
pembayaran hutang rahin, walaupun dunia sebelum menyerahkan
rahin menolak hal itu. harta
d. Pembebasan hutang oleh murtahin.
Ketika murtahin membebaskan 40
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Jilid III, hal. 131.
hutang rahin maka berakhirlah akad
gadai tersebut.
e. Pembatalan hutang dari pihak
murtahin. Murtahin berhak untuk
membatalkan hutang kepada pihak
rahin, ketika hal ini terjadi maka
batalah akad gadai.
f. Rahin meninggal dunia. Menurut
pendapat ulama Malikiyah bahwa
rahn itu batal jika rahin meninggal
Setiap pinjaman yang mengambil
manfaat maka itu adalah riba". HR.
Al-Harist bin Abi Usamah.

Hal di atas terjadi karena ketidak-


pahaman mengenai akad gadai, yang
dipahami menjadi milik mutlak bagi
murtahin. Karena tujuan dari rahn adalah
sebagai penguat kepercayaan orang yang
berhutang kepada pemilik piutang, bukan
untuk mencari keuntungan.42 Mengenai
biaya perawatan barang gadaian maka hal

41
Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu,
hal. 4326
42
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet. XVII, At-
Tahiriyah : Jakarta, tahun 1976, hal. 298.
ini menjadi kewajiban rahin, dan murtahin Pegadaian Syariah juga menyalurkan
berhak untuk meminta biaya perawatan uang pinjaman dengan jaminan barang
tersebut. bergerak. Prosedur untuk memperoleh
Karena itu buah dari pohon dan kredit gadai syariah sangat sederhana,
penghasilan dari sawah atau ladang adalah masyarakat hanya menunjukkan bukti
menjadi milik dari rahin, dan jika murtahin identitas diri dan barang bergerak sebagai
yang menggarap sawahnya maka harus jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh
dengan izin dari rahin. dalam waktu yang tidak relatif lama
Selain itu kita mengenal adanya (kurang lebih 15 menit saja). Begitupun
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup
yang ditetapkan dengan PP10/1990 tanggal dengan menyerahkan sejumlah uang dan
10 April 1990 serta PP 103 tahun 2000 surat bukti rahn saja dengan waktu proses
yang menjadi lembaga yang memberikan yang juga singkat.
pelayanan gadai milik pemerintah.43 Pola Di samping beberapa kemiripan dari
kerjanya adalah pihak pegadaian beberapa segi, jika ditinjau dari aspek
menyediakan dan menyalurkannya bagi landasan konsep; teknik transaksi; dan
masyarakat yang membutuhkan dana segar pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri
dengan segera, adapun masyarakat tersendiri yang implementasinya sangat
menjadikan harta bendanya sebagai berbeda dengan Pegadaian konvensional.
jaminan (barang gadaian). Besarnya Dari beberapa perbedaan yang sangat urgen
pinjaman yang disediakan pegadaian adalah tidak adanya riba yang dikenakan
disesuaikan dengan taksiran harga barang bagi penggadai, karena riba adalah sesuatu
jaminan, dengan prosentasi 80 – 90 % yang diharamkan dalam Islam. Di antara
harga barang. Pihak pegadaian memungut landasan yang menjadi rujukan bagi
bunga dari pinjaman sesuai dengan pegadaian syari'ah selain sumber-sumber
besarnya. Untuk pinjaman Rp 5.000 hingga hukum Islam juga Fatwa Dewan Syariah
Rp 40.000 dikenakan bunga 1,25%. Untuk Nasional No: 25/DSN-MUI/III/2002
pinjaman Rp 40.100 hingga Rp 150.000 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan
dikenakan bunga 1,5%, sedangkan untuk bahwa pinjaman dengan menggadaikan
pinjaman di atas Rp 150.100 dikenakan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk
bunga 1,75%.44 rahn diperbolehkan. Adapun ketentuannya
Dengan semakin berkembangnya sebagai berikut.
sistem ekonomi syari'ah maka saat ini 1. Murtahin (penerima barang) mem-
Perum Pegadaian juga telah membuka Unit punyai hak untuk menahan Marhun
Pegadaian Syari'ah, yaitu pegadaian dengan ( barang ) sampai semua utang rahin
prinsip akad rahn yang bebas bunga dan (yang menyerahkan barang) dilunasi.
sesuai dengan prinsip Islam. Implementasi 2. Marhun dan manfaatnya tetap
operasional Pegadaian Syariah hampir menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya
sama dengan Pegadaian konvensional. marhun tidak boleh dimanfaatkan
Seperti halnya Pegadaian konvensional, oleh murtahin kecuali seizin Rahin,
dengan tidak mengurangi nilai
marhun dan pemanfaatannya itu
43 sekedar pengganti biaya
http://www.sinarharapan.co.id
44
http://www.tabloidnova.com pemeliharaan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan bergerak sebagai jaminan atas utang
marhun pada dasarnya menjadi nasabah.
kewajiban rahin, namun dapat 2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan
dilakukan juga oleh murtahin, hak guna atas barang dan atau jasa
sedangkan biaya dan pemeliharaan melalui pembayaran upah sewa, tanpa
penyimpanan tetap menjadi diikuti dengan pemindahan
kewajiban rahin. kepemilikan atas barangnya sendri.
4. Besar biaya administrasi dan Melalui akad ini dimungkinkan bagi
penyimpanan marhun tidak boleh Pegadaian untuk menarik sewa atas
ditentukan berdasarkan jumlah penyimpanan barang bergerak milik
pinjaman. nasabah yang telah melakukad akad
5. Penjualan marhun, Apabila jatuh
tempo, murtahin harus Dari landasan Syariah tersebut maka
memperingatkan rahin untuk segera mekanisme operasional Pegadaian Syariah
melunasi utangnya.Apabila rahin dapat digambarkan sebagai berikut: Melalui
tetap tidak melunasi utangnya, maka akad rahn, nasabah menyerahkan barang
marhun dijual paksa/dieksekusi. Hasil bergerak dan kemudian Pegadaian
Penjualan Marhun digunakan untuk menyimpan dan merawatnya di tempat
melunasi utang, biaya pemeliharaan yang telah disediakan oleh Pegadaian.
dan penyimpanan yang belum Akibat yang timbul dari proses
dibayar serta biaya penjualan. penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya
Kelebihan hasil penjualan menjadi yang meliputi nilai investasi tempat
milik rahin dan kekurangannya penyimpanan, biaya perawatan dan
menjadi kewajiban rahin. keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar
6. Jika salah satu pihak tidak dapat ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan
menunaikan kewajibannya atau jika biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah
terjadi perselisihan diantara kedua yang disepakati oleh kedua belah pihak.
belah pihak, maka penyelesaiannya Pegadaian Syariah akan memperoleh
dilakukan melalui Badan Arbritase keutungan hanya dari bea sewa tempat
Syariah setelah tidak tercapai yang dipungut bukan tambahan berupa
kesepakatan melalui musyawarah. bunga atau sewa modal yang
Sesuai dengan landasan konsep di diperhitungkan dari uang pinjaman..
atas, pada dasarnya Pegadaian Syariah Sehingga di sini dapat dikatakan proses
berjalan di atas dua akad transaksi Syariah pinjam meminjam uang hanya sebagai
yaitu. ‘lipstick’ yang akan menarik minat
1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud konsumen untuk menyimpan barangnya di
adalah menahan harta milik si Pegadaian.
peminjam sebagai jaminan atas Adapun ketentuan atau persyaratan
pinjaman yang diterimanya, pihak yang menyertai akad tersebut meliputi:
yang menahan memperoleh jaminan 1. Akad. Akad tidak mengandung syarat
untuk mengambil kembali seluruh fasik/bathil seperti murtahin
atau sebagian piutangnya. Dengan mensyaratkan barang jaminan dapat
akad ini Pegadaian menahan barang dimanfaatkan tanpa batas.
2. Marhun Bih ( Pinjaman). Pinjaman 1. Jangka waktu penyimpanan barang
merupakan hak yang wajib dan pinjaman ditetapkan selama
dikembalikan kepada murtahin dan maksimum empat bulan .
bisa dilunasi dengan barang yang 2. Nasabah bersedia membayar jasa
dirahnkan tersebut. Serta, pinjaman simpan sebesar Rp 90,- (sembilan
itu jelas dan tertentu. puluh rupiah) dari kelipatan taksiran
3. Marhun (barang yang dirahnkan). Rp 10.000,- per 10 hari yang dibayar
Marhun bisa dijual dan nilainya bersamaan pada saat melunasi
seimbang dengan pinjaman, memiliki pinjaman.
nilai, jelas ukurannya,milik sah penuh 3. Membayar biaya administrasi yang
dari rahin, tidak terkait dengan hak besarnya ditetapkan oleh Pegadaian
orang lain, dan bisa diserahkan baik pada saat pencairan uang pinjaman.
materi maupun manfaatnya.
4. Jumlah maksimum dana rahn dan Nasabah dalam hal ini diberikan
nilai likuidasi barang yang dirahnkan kelonggaran untuk :
serta jangka waktu rahn ditetapkan 1. Melakukan penebusan barang atau
dalam prosedur. pelunasan pinjaman kapan pun
5. Rahin dibebani jasa manajemen atas sebelum jangka waktu empat bulan,
barang berupa: biaya asuransi,biaya 2. Mengangsur uang pinjaman dengan
penyimpanan,biaya keamanan, dan membayar terlebih dahulu jasa
biaya pengelolaan serta administrasi. simpan yang sudah berjalan ditambah
bea administrasi,
Untuk dapat memperoleh layanan 3. atau hanya membayar jasa simpannya
dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya saja terlebih dahulu jika pada saat
cukup menyerahkan harta geraknya ( emas, jatuh tempo nasabah belum mampu
berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk melunasi pinjaman uangnya.
dititipkan disertai dengan copy tanda
pengenal. Kemudian staf Penaksir akan Jika nasabah sudah tidak mampu
menentukan nilai taksiran barang bergerak melunasi hutang atau hanya membayar jasa
tersebut yang akan dijadikan sebagai simpan, maka Pegadaian Syarian
patokan perhitungan pengenaan sewa melakukan eksekusi barang jaminan
simpanan (jasa simpan) dan plafon uang dengan cara dijual, selisih antara nilai
pinjaman yang dapat diberikan. Taksiran penjualan dengan pokok pinjaman, jasa
barang ditentukan berdasarkan nilai simpan dan pajak merupakan uang
intrinsik dan harga pasar yang telah kelebihan yang menjadi hak nasabah.
ditetapkan oleh Perum Pegadaian. Nasabah diberi kesempatan selama satu
Maksimum uang pinjaman yang dapat tahun untuk mengambil Uang kelebihan,
diberikan adalah sebesar 90% dari nilai dan jika dalam satu tahun ternyata nasabah
taksiran barang. tidak mengambil uang tersebut, Pegadaian
Setelah melalui tahapan ini, Syariah akan menyerahkan uang kelebihan
Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS.45
akad dengan kesepakatan :

45
http://ulgs.tripod.com
Selain Perum Pegadaian yang penitipan / jasa penyimpanan yang dihitung
membuka unit Pegadaian syari'ah, saat ini secara harian.47
bank-bank yang berlabel syari'ahpun Tidak ketinggalan Bank Muamalat
membuka jasa layanan gadai syari'ah ini, Indonesia bekerja sama dengan Perum
misanya Bank Syari'ah Mandiri yang Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai
mengeluarkan sebuah produk "Gadai Emas Syariah (ULGS) dengan sistem Rahn
BSM" yang merupakan produk pembiayaan (Gadai Syariah) maka nasabah dapat
atas dasar jaminan (gadai) berupa emas menggadaikan harta bendanya seperti
sebagai salah satu alternatif memperoleh emas/perhiasan/kendaraan sebagai
uang tunai dengan cepat, produk ini persyaratan untuk mendapatkan
menggunakan akad Qardh wal Ijarah. pembiayaan atau pinjaman dari BMI, dana
Qardh wal Ijarah adalah akad pemberian yang disediakan akan disesuaikan dengan
pinjaman dari bank untuk nasabah yang jumlah maksimal 90% dari nilai taksir
disertai dengan penyerahan tugas agar bank terhadap barang yang diserahkan.48
menjaga barang jaminan yang diserahkan. Aplikasi gadai syariah dalam
Dengan persyaratan Tanda pengenal, perbankan syariah sendiri dipakai dalam
Jaminan berupa emas maka seseorang akan beberapa hal, diantaranya sebagai akad
dapat pinjaman tentunya dengan Biaya pelengkap, yaitu akad tambahan dalam
Administrasi yang telah ditentukan yaitu pembiayaan bai' al-murabahah dimana
perbulan Rp 3,000 per gram (24 karat).46 barang dari nasabah dijadikan sebagai
Bank Negara Indonesia ( BNI ) juga jaminan. Manfaat yang dapat diambil oleh
mengeluarkan produk serupa yaitu "Gadai pihak bank dalam akad rahn ini adalah :
Emas Syariah - BNI Syariah" atau disebut menjaga kemungkinan nasabah lalai atau
juga pembiayaan Rahn merupakan bermain-main dengan fasilitas pembiayaan
penyerahan jaminan / hak penguasaan yang diberikan bank. Selain itu rahn juga
secara fisik atas barang berharga berupa sangat membantu masyarakat yang
emas (lantakan dan atau perhiasan beserta membutuhkan dana dengan segera namun
aksesorisnya) kepada bank sebagai jaminan tidak mau jatuh kepada riba. Selain
atas pembiayaan (qardh) yang keuntungan yang didapat pihak bank, maka
diterima.Gadai emas Syariah ini dapat ada beberapa resiko yang terjadi jika
dimanfaatkan oleh masyarakat yang nasabah tidak dapat melunasi hutangnya
membutuhkan dana jangka pendek dan (wanprestasi), atau penurunan nilai barang
keperluan yang mendesak. Misalnya gadai karena rusak atau harganya yang
menjelang tahun ajaran baru, hari raya, turun.
kebutuhan modal kerja jangka pendek dan
C. Kesimpulan
sebagainya.Pembiayaan dapat diberikan
Dari uraian mengenai akad gadai
maksimal 85% dari nilai taksiran untuk
dalam Islam maka kesimpulan yang dapat
emas lantakan atau 75% dari nilai emas
diambil dari makalah ini adalah :
perhiasan dengan minimal Rp.500.000,--
1. Bahwasanya akad gadai hukumnya
atau + 10 gram emas. Pihak bank hanya
mubah dalam Islam, sebagaimana
memungut biaya-biaya seperti biaya
akad-akad muamalah lain.
meterai, biaya administrasi dan biaya
47
http://www.bni.co.id
46 48
http://www. Syariahmandiri.co.id http://www. . muamalat.com
2. Rukun dan syarat yang harus Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa
dipenuhi adalah adanya dua orang Adilatuhu , Darul Al-fikr : Damaskus,
yang berakad, adanya barang Suriah, tahun 2002 / 1422 H
gadaian, adanya ijab Kabul serta Syaikh Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan,
adanya hutang dari murtahin kepada Mulakhash Al-Fiqhi, Darul Ibnu
rahin. Haitsam, Kairo, tahun 2003
3. Dalam Islam barang gadaian tetap M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi
menjadi milik rahin (penggadai) dalam Islam ( Fiqh Muamalat ), PT
adapun murtahin hanya boleh Raja Grafindo Persada : Jakarta,
menggunakannya jika dia merawat tahun 2003
hewan gadaian atau dengan izin Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, PT
rahin. Gunung Agung : Jakarta, tahun 1997.
4. Dalam akad gadai maka murtahin Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di, Taisir
tidak boleh memungut bunga dari Karim Ar-Rahman fi Tafsir kalam Al-
pinjaman yang diberikan kepada Manan, Jam'iyyah Ihya At-Turats Al-
rahin, murtahin hanya berhak Islami, Kuwait, tahun 2003
meminta uang jasa sebagai biaya Imam Jalaluddin Al-Mahali dan Jalaluddin
perawatan barang gadaian. As-Suyuti, Tafsir Jalalain Juz I, Sinar
5. Berakhirnya akad gadai adalah jika Baru Algesindo : Bandung, tahun
hutang telah dibayarkan dan benda 1996
gadaian dikembalikan kepada Abdul Mujdib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh,
pemiliknya (rahin) Kalam Mulia : Jakarta, tahun 2001
6. Dalam perbankan syari'ah akad gadai Tim Penulis DSN MUI, Himpunan Fatwa
dapat menjadi pelengkap bagi akad Dewan syari'ah Nasional, Edisi
jual beli dengan sistem murabahah. Kedua, DSN dan BI. tahun 2003
Rahmat Syafe'i, Fiqh Muamalah, Pustaka
Daftar Pustaka Setia : Bandung, tahun 2004
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Jilid III, Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet. XVII, At-
Darul Fath, Kairo : Mesir, tahun Tahiriyah : Jakarta, tahun 1976
2000
Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar Internet:
Juz III, Darul Kalam Ath-Thayib : http://www.sinarharapan.co.id
Beirut, tahun 1999 http://www.tabloidnova.com
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh ‘Ala http://www.pegadaianonline
Madzahibul Arba’ah Juz II, Darul http://ulgs.tripod.com
Ihya At-Turats Al-Arabi, Beirut, http://www.syariahmandiri. co.id
Libanon, tahun 1993 http://www.bni.co.id
Al-Imam Ash-Shan'ani, Subul As-Salam http://www. Muamalat.com
Juz III, Jam’iyah Ihya At-Turats Al-
Islami : Kuwait, tahun 1997

Anda mungkin juga menyukai