Anda di halaman 1dari 11

QARDHUL HASAN

(Studi Tafsi>r Ah}ka>m Surat al-Baqarah Ayat 245)

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kuliah:

Ah}ka>m al-Qur’a>n

Dosen Pengampu:

Abd. Hadi MR S.Ud M.Pd

Disusun oleh:

Aulia Rizka Sabina

MA’HAD ALY AL FITHRAH

TAKHAS}S}US} TASAWWUF WA T{ARI<QATUH

Jl. Kedinding Lor No. 99 Surabaya


2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat Dan Terjemah Surah al-Baqarah ayat 245

ۚ ۡ ‫ُض!! ِعفَ ۥهُ لَ ٓۥهُ َأ‬


ُ ‫ض!! َع ٗافا َكثِ!!ي َر ٗة َوٱهَّلل‬ َ ٰ ‫ض!!ا َح َس!! ٗنا فَي‬ً ‫َّمن َذا ٱلَّ ِذي ي ُۡق!! ِرضُ ٱهَّلل َ قَ ۡر‬
َ ‫صطُ َوِإلَ ۡي ِه تُ ۡر َجع‬
‫ُون‬ ُۜ ‫يَ ۡقبِضُ َويَ ۡب‬
Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan
melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.”

Asbabun Nuzul ayat ini adalah ketika, Ibnu Hibban ( dalam shahihnya), Ibnu
Abi Hatim, dan Ibnu Mardawaih yang meriwayatkn dari Ibnu Umar,
bahwasannya : ketika turun ayat “perumpamaan orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji” (al- Baqarah; 261). Rasulullah Saw
berdo’a “Ya Allah berilah tambahan kepada ummatku”. Maka turunlah ayat:
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
( menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.”1

Dalam hadis shahih, Rasulullah SAW menceritakan dari Allah SWT, Dia
berfirman, " Hai anak Adam, Aku sakit namun kamu tidak menjengukKu,
Alat meminta makan kepadamu namun kamu tidak memberi-Ku makan, dan
AKU meminta minum kepadamu namun kamu tidak memberiKu minum.

Anak adam berkata, "Wahai Tuhanhku, bagaimana aht memberiMu minum


sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam? " Allah SWT berfirman,
1
Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-Aqi>dah wa al-Shari>’ah wa al-Manhaj(Dimasyq:
Da>r al-Fikr al-Ma’a>s}ir, 1991), 1, 785.
"Hamba-Ku, fulan meminta minum kcpadamu namun kamu tidak
memberinya minum. Sesungguhnya seandainya kamu memberinya minum
niscaya lamu akan mendapatkan minuman itu di sisi-Ku. "'Hadits ini
diriwayatkan oleh imam Muslim dan imam Bukhari. Ini semua menrpakan
bentuk kalimat sindiran bagi orang yang diajak dialog.2

B. Kajian Teori
1. Penguraian Mufrada>t
ۡ
a. ِ ‫ َّمن َذا ٱلَّ ِذي يُق‬yakni barangsiapabersedekah dengan ikhlas
َ ‫رضُ ٱهَّلل‬
karena Allah ‫ قَ ۡرضًا َح َس! ٗنا‬dan sedekahnya itu diberikan dengan ikhlas
dengan kerelaan hati

َ ٰ ُ‫ فَي‬berarti melipat gandakan sedekahnya


b. ‫ض ِعفَهُۥ‬

c. ‫ض َع ٗافا َكثِي َر ٗۚة‬


ۡ ‫ َأ‬melipatgandakan yang banyak yakni dari sepuluh hingga
tujuh ratus kali lipat

d. ُ‫يَ ۡقبِض‬ yaitu menyempitkan atau menahan rizki dari orang yang
dikehendaki-Nya sebagai cobaan bagi orang itu

e. ُۜ ‫ َويَ ۡب‬dan
ُ ‫ص !ط‬ melapangkan rizki bagi orang yang dikehendaki-Nya
sebagai cobaan baginya

َ‫َوِإلَ ۡي ِه تُ ۡر َجعُون‬
f. Kepada-Nya kalian akan dikembalikan di akhirat lalu dia akan
membalas amal- amal kalian.3
2. Pengertian Qardhul Hasan

Pengertian qardhul hasan menurut bahasa ada dua suku kata qardhu
artinya potongan dari harta yang diberikan kepada orang yang meminjam

2
Tafsir al qurthubi. 513
3
Wahbah az-Zuhail, Op-Cit, 1,783
atau muqaridh sedangkan kata hasan yaitu berarti kebaikan.4 Ada
beberapa pendapat tentang pengertian qordhul hasan yaitu:

a. Madzab Hanafi mengertikan qardh artinya harta benda yang kamu


serahkan atau kamu pinjamkan kepada seseorang dengan berharap
kamu mendapatkan pengembalian barang yang sesuai dengan
brang yang dipinjamkannya, karena dalam ilmu qardh harus
sesuai benda yang mempunyai persamaan.
b. Madzhab Maliki, mengartikan jika seorang menyerahkan
pinjaman kepada pihak lain sesuatu yang meiliki nilai harta yang
dimilki semata- mata untuk lebih mengutamakan kepentingan,
dalam artian tidak menghendaki pinjaman yang tidak halal,
dengan janji si pemberi modal dengan syarat tidak berbeda dari
benda atau pinjaman yang diberikan.
c. Madzhab hanbali mengartikan qardhul hasan adalah
menyerahkan harta kepada seorang yang dapat mengambil
keuntungan atau manfaat dari pinjamannya tersebut dan
mengembalikan gantinya.
d. Madzhab syafi’i, qardhul hasan merupakan akad perjanjian yang
dibuat khusus oleh pemberi dana atau pemberi pinjaman untuk
mengalihkan kepemilikan hartanya kepada sipeminjam, dan si
peminjam berjanji akan segera mengembalikan semua barang
yang dipinjaminya.
e. Menurut Muhammad Muslehudin, qardhul hasan adalah suatu
jenis akad pinjaman yang digunakan untuk kepentingan
peminjaman dana. Pinjaman harus dikemblikan sesuai nilai awal

4
Muhammad, Tekhnik perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syari’ah, UII Press,
(Yogyakarta, 2004), 40.
saat peminjaman karena jika dilebihkan maka tersebut merupakan
riba yang sangat dilarang keras.5
3. Interpretasi Surah al- Baqarah ayat 245 Menurt Beberapa Tokoh

Sebelum masuk pada hukum yang terdapat pada surah al- Baqarah ayat
245, maka pemakalah akan memaparkan interpretasi atau tafsir ayat menurut
beberapa tokoh ulama’

Yang pertama, adalah tafsiran dari Imam Imad ad-Din Abu al-Fida Ismail Ibn
Amar Ibn Katsir Ibn Zara’ al-Bushra al-Damasqy atau biasa dikenal dengan
sebutan Ibnu Katsir.

Bahwa Allah menganjurkan agar hamba- hambanya menafkahkan hartanya di


jalan-Nya. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia
menceritakan, ketika turun ayat tersebut, Abu Dahdah al-Anshari bertanya: “Ya
Rasulullah, apakah Allah swt. mengharapkan pinjaman dari kita?” “Ya, wahai Abu
Dahdah,” jawab Rasulullah. Kemudian Abu Dahdah berujar. “Perlihatkan tanganmu
kepadaku, ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah, mengulurkan tangannya dan Abu
Dahdah berkata: “Sesungguhnya aku akan meminjamkan kepada Rabbku kebunku.”
Ibnu Mas’ud menceritakan: “Di dalam kebun itu terdapat enam ratus pohon kurma
dan di sana tinggal pula ibu Abu Dahdah dan keluarganya.” Ibnu Masud
melanjutkan, kemudian Abu Dahdah datang dan memanggilnya: “Hai Ummu
Dahdah.” “Labbaik,” jawabannya. Dia berujar: “Keluarlah, karena aku telah
meminjamkannya kepada Rabbku.” Hadits ini juga diriwayatkan Ibnu Mardawaih.

Firman-Nya: qardlan hasanan (“Pinjaman yang baik.”) Diriwayatkan dari


Umar dan ulama salaf lainnya, yaitu infak di jalan Allah. Ada juga yang
mengatakan, yaitu pemberian nafkah kepada keluarga. Tetapi ada juga yang
berpendapat, yaitu tasbih dan “taqdis” (penyucian).6

5
Muhammad Muslehudin, Sistem Perbankan dalam Islam,(Raneka Cipta: Jakarta, 2004), 78.
6
https://alquranmulia.wordpress.com/2015/04/27/tafsir-ibnu-katsir-surat-al-baqarah-ayat-243-245.
Yang kedua, wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa orang yang berinfak atau
menyedekahkan hartanya di jalan Allah itu ibarat sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai dan pada setiap tangkai terdapat serratus biji
dalam artian Allah akan mengembalikan harta yang telah kalian pinjamkan
atau sedekahkan di jalan Allah dengan berlipat lipat ganda

Yang ketiga, Dalam tafsirnya al- Misbah, Quraish Syihab menjelaskan bahwa
jika ada seseorang yang berjihad di jalan Allah lalu memerlukan harta
sedangkan dia tidak mempunyainya maka korbankanlah harta kalian, Allah
berjanji akan membalasnya dengan berlipat ganda, Dia yang maha memberi
rizki. Dia bisa mempersempit dan memperluas rizki seseorang yang
dikehendaki sesuai dengan kemaslahatannya. Meskipun rizki itu karunia Allah
dan hanya Dialah yang bisa memberi atau menolak, seseorang yang berinfak
disebut ‘’memberi pinjaman” kepada Allah. Hal itu berarti menjadi sebuah
dorongan agar kita gemar berinfak, dan penegasan atas balasan berlipat ganda
yang telah dijanjikan di dunia dan akhirat.

Yang keempat, dalam tafsir kemenag yang dikemukakan oleh Kementrian


Agama RI, bahwa setelah dikisahkan tentang umat yang binasa disebabkan
karena ketakutan dan kelemahan kayakinan, maka dalam ayat ini Allah
menganjurkan agar umat rela berkorban menafkahkan hartanya di jalan Allah
dan nafkah itu dinamakan pinjaman.

Allah, menamakannya pinjaman padahal Allah sendiri maha kaya, karena


Allah mengetahui bahwa dorongan untuk mengeluarkan harta bagi
kemaslahatan umat itu sangat lemah pada sebagian besar manusia;
hanya segolongan kecil saja yang rela berbuat demikian.
Hal ini dapat dirasakan di mana seorang hartawan kadang-kadang mudah saja
mengeluarkan kelebihan hartanya untuk menolong kawan-kawannya,
mungkin dengan niat untuk menjaga diri dari kejahatan atau untuk
memelihara kedudukan yang tinggi, terutama jika yang ditolong itu
kerabatnya sendiri.

Tetapi jika pengeluaran harta itu untuk mempertahankan agama dan


memelihara keluhurannya serta meninggikan kalimah Allah yang di dalamnya
tidak terdapat hal-hal yang menguntungkan bagi dirinya sendiri secara
langsung di dunia, maka tidak mudah baginya untuk melepaskan harta yang
dicintainya itu, kecuali jika secara terang-terangan atau melalui saluran resmi.
Oleh karena itu, ungkapan yang dipergunakan untuk menafkahkan harta
bendanya di jalan Allah sangat menarik yaitu:"Siapakah yang mau memberi
pinjaman kepada Allah, suatu pinjaman yang baik."

Pinjaman yang baik itu yang sesuai dengan bidang dan kemanfaatannya dan
dikeluarkan dengan ikhlas semata-mata untuk mencapai keridaan Allah ‫ﷻ‬
Allah menjanjikan akan memberi balasan yang berlipat ganda.
Allah memberikan perumpamaan tentang balasan yang berlipat ganda itu
seperti sebutir benih padi yang ditanam dapat menghasilkan tujuh tangkai
padi, setiap tangkai berisi 100 butir, sehingga menghasilkan 700 butir.

Bahkan, Allah membalas itu tanpa batas sesuai dengan yang dimohonkan
Rasulullah bagi umatnya dan sesuai dengan keikhlasan orang yang
memberikan nafkah.

Allah membatasi rezeki kepada orang yang tidak mengetahui sunatullah


dalam soal-soal pencarian harta benda karena mereka tidak giat membangun
di pelbagai bidang yang telah ditunjukkan Allah.

Allah melapangkan rezeki kepada manusia yang lain yang pandai


menyesuaikan diri dengan sunatullah dan menggarap berbagai bidang usaha
sehingga merasakan hasil manfaatnya. Bila Allah menjadikan seorang miskin
jadi kaya atau sebaliknya, maka yang demikian itu adalah sepenuhnya dalam
kekuasaan Allah.

Anjuran Allah menafkahkan sebagian harta ke jalan Allah, semata-mata untuk


kemanfaatan manusia sendiri dan memberi petunjuk kepadanya agar
mensyukuri nikmat pemberian itu karena dengan mensyukuri akan bertambah
banyaklahberkahnya., Kemudian Allah menjelaskan bahwa semua makhluk
akan dikembalikan kepada-Nya pada hari kiamat untuk menerima balasan
amalnya masing-masing.7

4. Hukum

Al Quran tidak menjelaskan secara makro tentang sistem ekonomi syariah,


mungkin dikarenakan beberapa alasan, salah satunya yaitu sistem ekonomi
pada zaman sekarang berbeda dengan pada zaman Rosulullah karena beberapa
isi Al Quran turun menyesuaikan kondisi pada zaman Rosulullah dan
menjawab permasalah yang terjadi. Namun jika dikaitkan dengan kondisi
sekarang aturan yang ada pada Al Quran lebih mengarah untuk perbankan
karena pembahasan Al Quran sebagian besar tentang akad atau perjanjian
antara pemilik dana dan pengelola dana.

Qardhul hasan merupakan peminjaman yang diminati oleh nasabah karena


dalam akad tersebut selain tidak mengandung unsur riba dalam praktiknya
sangat lunak. Qardhul hasan adalah peminjaman tanpa dikenakan biaya dan
harus membayar sebesar pokok hutangnya akan tetapi peminjam boleh
memberikan kelebihan atas pokok pinjamanya berdasarkan keinginan pribadi.

Bank merupakan entitas dimana uang merupakan komoditas utama usaha.


Bank mendapatkan keuntungan dengan memberikan pelayanan kepada
konsumen dalam bentuk jasa keuangan. Bank kovensional umumnya

7
https://risalahmuslim.id/quran/al-baqarah/2-245
memberikan pelayanan dengan menetapkan bunga sebagai pedapatan
sedangkan bank syariah tidak menggunakan bunga, salah satunya adalah bagi
hasil (musyarakah). Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter di Indonesia,
banyak bank konvensional yang tidak mampu bertahan karena sistem yang
digunakan adalah bunga, dimana pada saat krisis moneter tingkat bunga
meningkat secara drastis sehingga resiko gagal bayar dari konsumen juga
meningkat. Sedangkan bank syariah mampu bertahan atau tidak terlalu
terpengaruh oleh krisis moneter karena tidak menggunakan bunga sehingga
dalam peminjaman uang nasabah tidak gagal bayar karena nominal utang
yang semakin meningkat.

Perbankan syariah memiliki dua tujuan utama yaitu harus memberikan


pelayanan kepada klien secara adil sesuai dengan ketentuan syariah dan harus
mampu mempertahankan perusahaan agar dapat berkembang atau tetap
beroperasi, karena terkadang dalam sistem perbankan syariah lebih memihak
kepada klien yang terkadang dapat menimbulkan moral hazard. Moral hazard
adalah resiko yang seharusnya ditanggung oleh pihak klien/nasabah kemudian
secara tidak langsung ditanggung oleh pihak bank. Perkembangan Bank
Syariah di Indonesia telah memberikan berbagai jenis-jenis pembiayaan yang
diharapkan sesuai dengan prinsip syariah, hal tersebut memberikan respon
positif dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai