Anda di halaman 1dari 15

WAKAF

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Guru pengampu: Aris Ardianto S.Pd.I., M.Si.

Kelas X MIPA 4
Kelompok:
1. Grace Yoana Putri (19)
2. Thoriq Aziz (34)
3. Via Faiza Ramadhani (35)
4. Zanuar Risqy (36)

SMA NEGERI 1 WIROSARI


Jl. Raya No.123 Wirosari. Kunden, Kec Wirosari, Kab Grobogan, Jawa tengah,
dengan kode pos 58192

Tahun pelajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita
sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta
semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak
mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah
ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik
dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua
ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami
membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun
untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
DAFTAR ISI

1. Judul Utama
2. Kata pengantar
3. Daftar isi
4. BAB 1 PENDAHULUAN
● Latar belakang
● Rumusan masalah
5. BAB 2 PEMBAHASAN
● Pengertian wakaf
● Dalil wakaf
1. Dalil Al-Qur'an
2. Dalil Hadits
● Rukun wakaf
1. Pewakaf (wakif)
2. Harta yang diwakafkan (mauquf)
3. Tujuan wakaf (mauqufalaih)
● Hasil penelitian
6. BAB 3 PENUTUP
● Kesimpulan
● Saran
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Wakaf ialah mengalihkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan atau organisasi
yang memberikan manfaat bagi masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan
kebaikan dan rida Allah SWT. Wakaf hukumnya sunah dan harta yang di wakafkan
terlepas dari pemiliknya untuk selamanya, lalu menjadi milik Allah SWT
semata-mata. Dan wakaf memiliki empat rukun yaitu, orang yang mewakafkan, Ikrar
serah terima wakaf, barang yang diwakafkan dan pihak yang menerima wakaf.

Wakaf memiliki syarat-syarat bagi pewakaf, salah satunya yaitu pewakaf boleh
menentukan apa saja syarat yang ia inginkan dalam wakafnya. Kekuasaan atas
wakaf dibagi dua: yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Yang bersifat umum
yaitu kekuasaan atas wakaf yang ada ditangan Waliul Amr, sedangkan yang khas
yaitu kekuasaan yang diberikan kepada orang yang diserahi wakaf ketika dilakukan,
atau orang yang diangkat oleh hakim syar’i.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Apa pengertian wakaf?


2. Apa saja dalil-dalil wakaf?
3. Bagaimana rukun wakaf?
4. Apa syarat-syarat wakaf?
5. Apa macam-macam wakaf?
6. Bagaimana cara pengelolaan wakaf?
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian wakaf

Wakaf adalah perbuatan yang dilakukan wakif (pihak yang melakukan wakaf) untuk
menyerahkan sebagian atau keseluruhan harta benda yang dimilikinya untuk
kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat untuk selama-lamanya. Wakaf
menurut bahasa, waqafa berarti menahan atau mencegah, misalnya “saya menahan
diri dari berjalan”.

Dalam peristilahan syara’, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya


dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal, lalu menjadikan manfaatnya
berlaku umum. yang dimaksud dengan menahan (pemilikan) asal ialah menahan
barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual,
dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya. Sedangkan cara
pemanfaatannya adalah dengan menggunakannya sesuai dengan kehendak
pemberi wakaf tanpa imbalan. Ada beberapa pendapat para ulama mengenai wakaf
diantarnya yaitu:

1. Mazhab Maliki, berpendapat bahwa, wakaf tidak terwujud kecuali bila orang
yang mewakafkan bermaksud mewakafkan barangnya untuk
selama-selamanya dan terus menerus. itu pula sebabnya, maka wakaf
disebut sedekah jariah.
2. Sebagian ulama Imamiyah mengatakan pembatasan seperti itu
menyebabkan wakaf tersebut batal, tapi habs-nya 190 sah, sepanjang orang
yang melakukannya memaksudkan hal itu sebagai hasab. Sedangkan bila dia
memaksudkannya sebagai wakaf, maka batallah wakaf dan hasabnya
sekaligus.
3. Hal itu telah membuat Syekh Abu Zahra salah paham dan mengalami
kesulitan untuk membedakan wakaf dari hasab yang berlaku di kalangan
Imamiyah. Itu sebabnya beliau mengisbatkan pendapat kepada Imamiyah
bahwa di kalangan Imamiyah wakaf boleh dilakukan untuk selamanya dan
untuk waktu terbatas. ini jelas tidak benar, sebab di kalangan Imamiyah wakaf
itu berlaku untuk selamanya.

Dari beberapa pendapat para ulama dapat disimpulkan bahwa pengertian wakaf
ialah mengalihkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan atau organisasi yang
memberikan manfaat bagi masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan kebaikan
dan rida Allah SWT.

Wakaf juga dapat diartikan pemindahan kepemilikan suatu barang yang dapat
bertahan lama untuk diambil manfaatnya bagi masyarakat dengan tujuan ibadah dan
mencari rida Allah SWT.
B. Dalil wakaf
1. Dalil Al-Quran
Secara umum tidak terdapat ayat Al-Quran yang menerangkan konsep wakaf secara
jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang digunakan
para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada keumuman
ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Di antara ayat-ayat
tersebut antara lain:٢٧٦( ‫ار َأث ٍِيم‬ ٍ ‫ت َوهَّللا ُ اَل ُيحِبُّ ُك َّل َك َّف‬
ِ ۗ ‫مْح ُق هَّللا ُ الرِّ َبا َويُرْ ِبي الصَّدَ َقا‬
َ ‫“) َي‬Hai orang-orang
yang beriman! Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usaha kamu yang
baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (Q.S.
Al-Baqarah (2): 267)٩٢( ‫ُّون َو َما ُتن ِفقُوا مِن َشيْ ٍء َفِإنَّ هَّللا َ ِب ِه َعلِي ٌم‬ َ ۚ ‫“) َلن َت َنالُوا ْال ِبرَّ َح َّت ٰى ُتن ِفقُوا ِممَّا ُت ِحب‬Kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran (3): 92)‫ِين‬ َ ‫َّم َث ُل الَّذ‬
‫هَّللا‬ ۚ َ
‫ُضاعِ فُ لِ َمن َيشا ُء َو ُ َواسِ ٌع َعلِي ٌم‬ ‫هَّللا‬ ۗ ُ ‫َئ‬ َ ُ َ ْ َ ‫َأ‬
َ ‫يل ِ ك َمث ِل َح َّب ٍة ن َبتت َسب َْع َسن ِاب َل فِي ك ِّل سُن ُبل ٍة ِّما ة َح َّب ٍة َو ُ ي‬َ َ ‫هَّللا‬ َ
ِ ‫مْوال ُه ْم فِي َس ِب‬َ ‫ون َأ‬ َ ُ‫يُن ِفق‬
٢٦١()“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 261)

Ayat-ayat tersebut di atas menjelaskan tentang anjuran untuk menginfakkan harta


yang diperoleh untuk mendapatkan pahala dan kebaikan. Di samping itu, ayat 261
surat Al-Baqarah telah menyebutkan pahala yang berlipat ganda yang akan
diperoleh orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah.

2. Dalil Hadits
Di antara hadis yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis yang menceritakan
tentang kisah Umar bin al-Khaththab ketika memperoleh tanah di Khaibar. Setelah ia
meminta petunjuk Nabi tentang tanah tersebut, Nabi menganjurkan untuk menahan
asal tanah dan menyedekahkan hasilnya.

Hadis tentang hal ini secara lengkap adalah; “Umar memperoleh tanah di Khaibar,
lalu dia bertanya kepada Nabi dengan berkata; Wahai Rasulullah, saya telah
memperoleh tanah di Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh
yang lebih tinggi nilainya dari padanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya
untuk melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan sumbernya dan
sedekahkan manfaat atau faedahnya.” Lalu Umar menyedekahkannya, ia tidak boleh
dijual, diberikan, atau dijadikan wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin,
untuk keluarga, untuk memerdekakan budak, untuk orang yang berperang di jalan
Allah, orang musafir dan para tamu. Bagaimanapun ia boleh digunakan dengan cara
yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya, seperti memakan atau memberi makan
kawan tanpa menjadikannya sebagai sumber pendapatan.”

Hadis lain yang menjelaskan wakaf adalah hadis yang diceritakan oleh imam Muslim
dari Abu Hurairah. Nas hadis tersebut adalah; “Apabila seorang manusia itu
meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari tiga sumber,
yaitu sedekah jariah (wakaf), ilmu pengetahuan yang bisa diambil manfaatnya, dan
anak saleh yang mendoakannya.”
C. Rukun wakaf

1. Pewakaf (wakif)
Pewakaf (wakif) adalah orang yang mewakafkan hartanya, dalam istilah hukum Islam
disebut wakif. Seorang wakif haruslah memenuhi syarat untuk mewakafkan
hartanya, di antaranya adalah kecakapan bertindak, telah dapat mempertimbangkan
baik buruknya perbuatan yang dilakukannya dan benar-benar pemilik harta yang
diwakafkan itu. Mengenai kecakapan bertindak, dalam hukum fikih Islam ada dua
istilah yang perlu dipahami perbedaannya yaitu balig dan rasyid. Pengertian balig
menitikberatkan pada usia, sedangkan rasyid pada kematangan pertimbangan akal”
menurut A.A. Basyir dalam (Ali, 1988, p. 85).

Apabila seorang wakif berada dalam keadaan sakit parah ketika mewakafkan
hartanya, perbuatan itu dapat dikiaskan pada wasiat yang akan berlaku setelah ia
meninggal dunia dan jumlahnya tidak boleh melebihi sepertiga dari jumlah harta
kekayaannya, kecuali perwakfan itu disetujui oleh ahli warisnya. Seorang wakif tidak
boleh mencabut kembali wakafnya dan tidak boleh menuntut agar harta yang sudah
diwakafkan dikembalikan ke dalam hak miliknya. Agama yang dipeluk seseorang
tidak menjadi syarat bagi seorang wakif, artinya seorang non muslim pun boleh
berwakaf asal tujuannya tidak bertentangan dengan ajaran Islam” menurut A. Wasit
Aulawi dalam (Ali, 1988, pp. 85-86).

2. Harta yang diwakafkan (mauquf)


Syarat dari harta yang akan diwakafkan adalah: (a) harus tetap zatnya dan dapat
dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama, tetapi haruslah dimanfaatkan untuk
hal-hal yang berguna, halal dan sah menurut hukum. (b) harta yang diwakafkan
haruslah jelas wujudnya dan batas-batasnya (misal yang diwakafkan adalah tanah).
(c) harta yang diwakafkan harus benar-benar kepunyaan wakif dan bebas dari beban
hutang orang lain. (d) harta yang diwakafkan dapat berupa benda mati maupun
benda bergerak (misal saham atau surat-surat berharga lainnya) (Ali, 1988, p. 86).

3. Tujuan wakaf (mauquf ‘alaih)


Dalam tujuan harus tercermin siapa yang berhak atas wakaf, misalnya (a) untuk
kepentingan umum, seperti (tempat) mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit, dll. (b)
untuk menolong fakir-miskin, anak yatim seperti mendirikan panti asuhan, dll. (c)
tujuan wakaf tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Ibadah seperti mewakafkan
tanahnya untuk kuburan, pasar, lapangan olah raga, dll (Ali, 1988, p. 87).
D. Hasil penelitian

1. Musholla
Wakaf: Tidak bergerak
Wakif: Alm. Bpk Abdullah
Mauquf: Berupa tanah (sudah dibangun musholla)
Mauquf alaih: Ibu Siti Qodriyah
Lokasi: Dsn. Jatisari,RT 01, RW 02. Desa Tambakselo, Kec. Wirosari
Dokumentasi:
2. Madrasah
Wakaf: Tidak bergerak
Wakif: Alm. Bpk Khamid
mauquf:Berupa tanah (sudah dibangun madrasah)
Mauqufalaih: Alm Bpk Irkhamun
Lokasi:: Dsn. Jatisari,RT 01, RW 02, Desa Tambakselo, Kec Wirosari
Dokumentasi:
3. Musholla
Wakaf: Tidak bergerak
Wakif:Bpk. Muhamad Sirojul Munir
Mauquf: berupa tanah(sudah dibangun musholla)
Mauqufalaih:Bpk muhamad Sirojul Munir
Lokasi: Dsn. Mangboyo, RT 02, RW 06, Desa Mangunrejo,Kec Pulokulon
Dokumentasi:
4. TK
Wakaf: Tidak bergerak
Wakif:Alm. bpk Abdullah
Mauquf: Berupa tanah (sudah dibangun TK)
Mauqufalaih:Alm. Bpk Masrukhan
Lokasi:Dsn Jatisari,RT 01, RW 02,Desa Tambakselo,Kec Wirosari
Dokumentasi:
5. Mobil
Wakaf: bergerak
Wakif:Bpk Ngarji
Mauquf: Berupa mobil
Mauqufalaih:Bpk Suparyono
Lokasi: Dsn. Mangboyo RT 02 RW 06, Desa Mangunrejo, kec Pulokulon
Dokumentasi:
6. Truk
Wakaf: bergerak
Wakif: Bpk Suparyono
Mauquf: Berupa truk
Mauqufalaih:Bpk Rifai
Lokasi:Dsn. Mangboyo RT 02 RW 06,Desa Mangunrejo,kec Pulokulon
Dokumentasi:
7. Motor
Wakaf: bergerak
Wakif: Ibu Indraningsih
Mauquf: Motor
Mauqufalaih:Ibu Dwi Anjaswati
Lokasi: Dsn Mangboyo RT 02 RW 06, Desa Mangunrejo, kec Pulokulon
Dokumentasi:
BAB 3 PENUTUP
1. KESIMPULAN
Wakaf hukumnya sunah. Rukun wakaf terdiri dari wakif, maukuf lahu, maukuf,
lafal/sighat wakuf. Wakaf memiliki syarat-syarat bagi pewakaf, salah satunya yaitu
pewakaf boleh menentukan apa saja syarat yang ia inginkan dalam wakafnya. Dalam
kekuasaan wakaf bahwa wali wakaf adalah harus orang yang berakal sehat dan
balig, pandai menggunakan harta, dan bisa di percaya. bahkan mensyaratkan ia
harus adil dan mempunyai sifat amanat dan bisa dipercaya. di tambah dengan
kemampuan mengelola wakaf secara sempurna.

Barang wakaf tidak boleh diberikan, dijual atau dibagikan. maka barang yang
diwakafkan tidak boleh diganti. namun persoalannya akan lain jika misalnya barang
wakaf itu tadi sudah tidak bisa dimanfaatkan, kecuali dengan memperhitungkan
harga atau nilai jual setelah barang tersebut dijual. artinya hasil jualnya dibelikan
gantinya. dalam keadaan seperti ini mengganti barang wakaf diperbolehkan.

Banyak sekali hikmah dan manfaat Dari wakaf, bagi kehidupan orang banyak yaitu
Mendidik manusia untuk bersedekah dan selalu mengutamakan kepentingan umum
di atas kepentingan pribadi. Membantu, mempercepat perkembangan agama Islam,
baik sarana, prasarana umum berbagai perlengkapan yang diperlukan dalam
pengembangan agama. Dapat membantu dan mencerdaskan masyarakat, misalnya
Wakaf buku, Al-Quran dan lain-lain.

2. SARAN
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar kami dapat
memperbaiki makalah yang selanjutnya.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai