Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAFSIR
“ Menjelaskan Konsep Al Quran Tentang Mensikapi Kehidupan “
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah Tafsir
Dr. H. Muhammad Aji Nugroho, Lc, M.Pd.I.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1.Ahmad Hanafi Rozaq
2.Fahrian Nazzul Fikri
3.Ibnu Mausul Arbain
4.Ikhsanul Khakim
5.Muhammad Darrun
6.Muhammad Syaifuddin Yusuf
7.Muhammad Wildan

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SALATIGA


PROGAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
2022/2023
\

1|Page
Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Tafsir, dengan judul Menyikapi Kehidupan
Perspektif Al Qur’an.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami mengharapkan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.

Salatiga, 16 September 2022

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................I

DAFTAR ISI...........................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.......................................................4

A. Latar Belakang Masalah....................................................4


B. Rumusan Masalah..............................................................5
C. Tujuan Masalah..................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.......................................................6-12
1. Bagaimana Al Qur’an surat Al Qashash ayat 77
menjelaskan konsep cara pandang yang seharusnyna
terhadap kehidupan dunia dan akhirat?
2. Apa kisah dari Surat Al Jumu’ah ayat 9-11?
3. Apa pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut?
4. Bagaimana seharusnya sikap seorang muslim kepada
kehidupan dunia dan akhirat dalam merealisasikan
konsep menyikapi kehidupan perspektif Al Qur’an?

BAB III PENUTUP.............................................................13

A. Kesimpulan...................................................................13
B. Saran.............................................................................13

DARTAR PUSTAKA.........................................................13

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan merupakan tempat dimana manusia belajar dan
menerapkan apa yang ia pelajari. Hal itu merupakan siklus yang tidak
dipungkiri oleh setiap manusia yang lahir di muka bumi ini. Proses belajar
dan menerapkan apa yang sudah dipelajari adalah sebuah ujian
berkepanjangan yang harus dilewati semua manusia selama masih ada di
alam dunia.
Dari lahir, manusia sudah dihadapkan oleh berbagai ujian dan
cobaan yang harus ia lalui, mulai dari yang sepele sampai kepada hal yang
sulit untuk dihadapi olehnya. Pelbagai cobaan dan ujian akan dapat
terselesaikan karena manusia belajar dari apa yang ada di sekitarnya;
kerabat, lingkungan, keyakinan, pengalaman dalam menyikapi dan
melewati setiap cobaan tersebut.
Orang yang berakal tentu akan mengambil pelajaran dari apa yang
ia alami dan rasakan sehingga menjadikannya pedoman bahkan prinsip
dalam menjalani hidup. Seorang muslim dituntun oleh Allah dan Rasul-
Nya melalui Al Qur’an dan Sunnahnya kepada bagaimana cara terbaik
dalam menyikapi segala permasalahan yang ada di dunia. Al Qur’an dan
sunnah adalah 2 pusaka dalam agama islam yang menginterpretasikan
kehidupan dunia secara relate dan rasional. Mulai dari masalah yang
paling remeh sampai kepada masalah yang melibatkan massa dan harus
dilalui dengan prosedur yang rumit, semua itu sudah tertera dalam
manuskrip Al Qur’an dan As Sunnah.
Maka, Al Qur’an dan Sunnah merupakan pilihan tepat untuk
dijadikan sebagai pedoman hidup abadi bagi seluruh umat manusia di alam
dunia ini, dan hiruk pikuk kehidupan dunia pun akan mudah dilalui tanpa
berat hati karena seorang muslim sudah mempunyai golden step yang
sudah dipelajari dari Al Qur’an dan Sunnah.

4|Page
Al Qur’an sendiri menjelaskan secara eksplisit tentang bagaimana
selayaknya manusia menyikapi kehidupan dunia.
Dalam Al Qur’an surat Al Qashash ayat 76 menceritakan tentang
kisah Qarun yang sombong atas kekayaan yang ia kumpulkan, padahal
segala kekayaan dan kekuatan yang ia miliki tadinya tidak ada pada
dirinya. Itu semua tidak lain adalah pemberian Allah semata. Jika Allah
berkehendak untuk mencabut rizki dari hambanya akan sangatlah mudah
melakukannya. Maka, di ayat yang ke 77 Allah menjelaskan kepada
hambanya bagaimana sepatutnya seorang manusia menyikapi segala
macam pernak pernik harta dunia. Mengejar akhirat dan tidak melupakan
bagian yang ada di dunia.
Sedangkan dalam Surat Al Jumu’ah ayat 11 Allah SWT
menekankan dengan sebuah pernyataan “Apa yang ada disisi Allah adalah
lebih baik daripada permainan dan perniagaan.” kepada orang-orang yang
meninggalkan sholat jum’at demi jual beli yang menggiurkan hatinya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari latar belakang
masalah diatas adalah :
1. Bagaimana Al Qur’an surat Al Qashash ayat 77 menjelaskan konsep cara
pandang yang seharusnyna terhadap kehidupan dunia dan akhirat?
2. Apa kisah dari Surat Al Jumu’ah ayat 9-11?
3. Apa pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut?
4. Bagaimana seharusnya sikap seorang muslim kepada kehidupan dunia dan
akhirat dalam merealisasikan konsep menyikapi kehidupan perspektif Al
Qur’an?

5|Page
5. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penelitian dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami Tafsir surat Al Qashash ayat 77 dan surat Al Jumu’ah
ayat 9-11
2. Mengambil intisari dan menemukan konsep Menyikapi Kehidupan
Perspektif Al Qur’an dari ayat tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Al Qashash ayat 77 :

ُّ ‫ك ِم َن‬
ۖ ‫ٱلد ْنيَا‬ ِ َ‫ك ٱللَّه ٱلدَّار ٱآْل ِخرةَ ۖ واَل تَنس ن‬ ِ
َ َ‫صيب‬ َ َ َ َ ُ َ ‫يما ءَاتَٰى‬َ ‫َو ْٱبتَ ِغ ف‬
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu
( kebahagiaan ) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari
( kenikmatan ) dunia ini,”
Dalam kitab Lubabut Tafsir Min Ibni Katsir karangan Dr. Abdullah bin
Muhammad Alu Syaikh menjelaskan tentang ayat tersebut yaitu, gunakanlah apa
yang telah dianugrahkan Allah kepadamu berupa harta yang melimpah dan
kenikmatan yang panjang dalam berbuat taat kepada Rabbmu serta bertaqarrub
kepadaNya dengan berbagai amal-amal yang dapat menghasilkan pahala di dunia
dan akhirat.

6|Page
ُّ ‫ك ِم َن‬
ۖ ‫ٱلد ْنيَا‬ ِ َ‫واَل تَنس ن‬
َ َ‫صيب‬ َ َ
“Dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari ( kenikmatan ) dunia ini,”
Yaitu, apa-apa yang dibolehkan oleh Allah di dalamnya berupa makanan,
minuman, pakaian, tempat tinggal dan pernikahan. Sesungguhnya Rabbmu
memiliki hak, dirimu memiliki hak, keluargamu memiliki hak serta orang yang
meminta kepadamu pun memiliki hak. Maka, berikanlah setiap sesuatu sesuai
haknya.

َ ‫َأح َس َن ٱللَّهُ ِإلَْي‬


ۖ‫ك‬ ِ ‫و‬
ْ ‫َأحس ْن َك َما‬
ْ َ
“Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat kepadamu,”
Yaitu, berbuat baiklah kepada makhlukNya sebagaimana Dia telah berbuat baik
kepadamu.

ْ ‫َواَل َتْب ِغ ٱلْ َف َس َاد ىِف‬


ِ ‫ٱَأْلر‬
ۖ‫ض‬
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini,”
Yaitu, janganlah semangatmu hanya menjadi perusak di muka bumi ini dan
berbuat buruk kepada makhluk Allah.

‫ين‬ ِِ ُّ ِ‫ِإ َّن ٱللَّهَ اَل حُي‬


َ ‫ب ٱلْ ُم ْفسد‬
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”

Ayat diatas menunjukkan keseimbangan yang harus terpatri di hati setiap


muslim dalam sikap menjalankan kehidupan di dunia dengan tidak condong
antara dunia maupun akhirat. Sikap tersebut juga dicontohkan oleh nabi
Muhammad SAW bahwa selayaknya kita sebagai seorang muslim harus mencari
ma’isyah di dunia karena yang kita alami saat ini adalah kehidupan dunia, namun
tidak boleh terlalu condong atau fanatik terhadapnya dan berusaha menyiapkan
keadaan yang bagi kehidupan akhirat di kemudian hari.

7|Page
Namapaknya solusi yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib r.a dalam
perkataan beliau yang masyhur cocok untuk kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

‫ت َغ ًدا‬ َ ِ‫ش َأبَ ًدا َو ْاع َم ْل آِل ِخَرت‬


َ ‫ك َكَأن‬
ُ ‫َّك مَتُْو‬ ُ ‫َّك تَعْي‬ َ َ‫اِ ْع َم ْل لِ ُد ْني‬
ِ َ ‫اك َكَأن‬

“Bekerjalah untuk kehidupanmu di dunia seakan engkau hidup selamanya,


dan kerjakanlah untuk kehidupanmu di akhirat seakan engkau mati esok hari.”
Perkataan Ali bin Abi Thalib diatas memberikan mindset bahkan doktrin
yang kuat bagi orang yang memahaminya, bahwa landasan kita untuk
bersemangat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari adalah kita akan hidup
selamanya, dan landasan kita dalam beribadah kepada Allah SWT adalah kita
esok hari pasti akan mati. Maka, tentu dengan hal itu segala hal duniawi maupun
ukhrawi yang dilakukan pasti akan lebih maksimal.
Solusi dalam merealisasikan konsep moderatif dalam menyikapi kehidupan
dunia dan akhirat juga datang dari syair arab yang berbunyi :

‫اآلخَرةُ َد ُار اجلََز ِاء الَ َع َم َل فِْي َها‬


ِ ‫الد ْنيا دار العم ِل الَجزاء فِي ِه و‬
َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُّ
“Dunia itu tempat beramal tidak ada ganjaran di dalamnya, dan akhirat
adalah tempat menuai balasan tidak ada pekerjaan di dalamnya.”
Dari syair tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada salahnya bagi
manusia untuk mengumpulkan harta dunia sebanyak-banyaknya dengan landasan
niat dia akan berbuat dan beramal di dunia dengan harapan ridho Allah SWT di
akhirat. Maka dari itu, ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia karena sudah
terjamin kebutuhan hidupnya di dunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat
karena selama yang ia perjuangkan dan perbuat dengan landasan niat ridho Allah
SWT di akhirat.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Jumu’ah ayat 9-11 :

ۚ ‫اس َع ْوا ِإىَل ٰ ِذ ْك ِر اللَّ ِه َو َذ ُروا الَْبْي َع‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ود‬ ِ ‫ِإ‬ ِ َّ


ْ َ‫ي للصَّاَل ة م ْن َي ْوم اجْلُ ُم َعة ف‬ َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
َ ُ‫ين َآمنُوا َذا ن‬
ِ ِ ِ ِٰ
ْ ‫﴾ فَِإذَا قُضيَت الصَّاَل ةُ فَا ْنتَش ُروا يِف‬٩  ﴿ ‫ذَل ُك ْم َخْيٌر لَ ُك ْم ِإ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن‬
ِ ‫اَأْلر‬
‫ض‬

8|Page
‫﴾ َوِإ َذا َر َْأوا جِت َ َار ًة َْأو‬١٠  ﴿ ‫ض ِل اللَّ ِه َوا ْذ ُكُروا اللَّهَ َكثِ ًريا لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن‬
ْ َ‫َو ْابَتغُوا ِم ْن ف‬
ِ ِ ِ ِ ‫هَل وا ا ْن َفضُّوا ِإلَيها وَتر ُك َ ِئ‬
ُ‫ِّج َار ِة ۚ َواللَّه‬
َ ‫وك قَا ًما ۚ قُ ْل َما عْن َد اللَّه َخْيٌر م َن اللَّ ْه ِو َوم َن الت‬ َ َ َْ ًْ
ِ َّ ‫خير‬
َ ‫الرا ِزق‬
﴾١١  ﴿ ‫ني‬ َُْ
“Hai orang-orang yang beriman apabila diseru untuk menunaikan shalat
pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. (QS. 62:9) Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung. (QS. 62:10) Dan apabila mereka melihat perniagaan
atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan
kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah apa yang disisi Allah adalah lebih
baik daripada permainan dan perniagaan,” dan Allah adalah sebaik-baik
Pemberi rezeki.(QS. 62:11)
Ayat diatas menjelaskan secara singkat apa dan bagaimana yang harus kita
lakukan di hari Jum’at dalam rangka memuliakan hari mulia tersebut.
Dalam kitab Lubabut Tafsir karangan Syaikh Muhammad bin Abdullah Alu
Syaikh dijelaskan bahwa disebut Al Jumu’ah karena Al Jumu’ah ini terambil dari
kata al Jam’u yang berarti berkumpul. Karena para pemeluk agama islam
berkumpul pada hari itu sekali dalam seminggu di tempat-tempat peribadahan
yang besar. Hari tersebut adalah hari keenam dimana Allah menyempurnakan
pencitaan semua makhluk. Pada hari itu pula Adam tercipta, dimasukkan kedalam
surga, dikeluarkan darinya, dan hari dimana terjadinya hari Kiamat. Pada hari itu
terdapat suatu saat yang apabila seorang muslim memohon suatu kebaikan kepada
Allah, pastilah Allah akan memberikan kebaikan kepadanya, sebagaimana hal ini
ditegaskan dalam hadits-hadits shahih.
Dalam hari tersebut diwajibkan menunaikan sholat Jum’at bagi laki-laki
merdeka yang tidak memiliki udzur. Allah SWT memerintahkan agar orang-orang

9|Page
yang beriman berkumpul untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman :

‫اس َع ْوا ِإىَل ٰ ِذ ْك ِر اللَّ ِه‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ود‬ ِ ‫ِإ‬ ِ َّ


ْ َ‫ي للصَّاَل ة م ْن َي ْوم اجْلُ ُم َعة ف‬ َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
َ ُ‫ين َآمنُوا ذَا ن‬
“Hai orang-orang yang beriman apabila diseru untuk menunaikan shalat
pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah .”
Maksudnya, berangkatlah kalian, niatkan, dan perhatikanlah dalam perjalan kalian

menuju kesana. Yang dimaksud dengan ‫الس عي‬


ّ disini bukan berarti jalan cepat,
tetapi memberikan perhatian terhadapnya.
Mengenai firman Allah diatas Abu Qatadah mengatakan : “Artinya,
hendaklah engkau berjalan dengan kekhusyu’an hatimu dan keseriusan amalanmu,
yakni berjalan menuju kepada sholat Jum’at dan mengingat Allah.
Firman Allah :
ۚ ‫َو َذ ُروا الَْبْي َع‬
“Dan tinggalkanlah jual beli.” Maksudnya, bersegeralah kalian berangkat
untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli jika diseru untuk menunaikan
sholat. Oleh karena itu, para ulama’ bersepakat mengharamkan jual beli yang
dilakukan setelah suara adzan kedua dikumandangkan.
Dan firman Allah :

﴾٩  ﴿ ‫َٰذلِ ُك ْم َخْيٌر لَ ُك ْم ِإ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن‬


“Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” Maksudnya,
tindakan kalian meninggalkan jual beli dan keputusan kalian berangkat untuk
berdzikir kepada Allah dan melaksanakan shalat adalah lebih baik bagi kalian di
dunia dan akhirat, jika kalian memang mengetahui.
FirmanNya lebih lanjut :

‫ض ِل اللَّ ِه َوا ْذ ُك ُروا اللَّهَ َكثِ ًريا‬


ْ َ‫ض َو ْابَتغُوا ِم ْن ف‬ ِ ِ ِ
ْ ‫فَِإ َذا قُضيَت الصَّاَل ةُ فَا ْنتَش ُروا يِف‬
ِ ‫اَأْلر‬

﴾١٠  ﴿ ‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬

10 | P a g e
“Dan jika telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kalian di muka
bumi dan carilah karunia Allah, dan berdzikirlah kalian banyak-banyak supaya
kalian beruntung.” Allah telah melarang orang-orang mukmin berjual beli setelah
mendengar adzan dan memerintahkan mereka untuk berkumpul, maka Allah
mengizinkan mereka setelah selesai menunaikan sholat untuk berpencar ke
tempat-tempat dan mencari rizki dan karunia Allah SWT.
Allah telah mencela perbuatan meninggalkan khutbah pada hari Jum’at
untuk mengurus barang dagangan yang datang ke kota Madinah saat itu. Maka
Allah berfirman :

ۚ ‫وك قَاِئ ًما‬


َ ‫َوِإ َذا َر َْأوا جِت َ َار ًة َْأو هَلًْوا ا ْن َفضُّوا ِإلَْي َها َوَتَر ُك‬
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar
untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhutbah).” Yakni, berdiri diatas mimbar seraya berkhutbah. Demikian itulah
yang disebutkan oleh para Tabi’in, diantaranya adalah Abul ‘Aliyah, Al Hasan,
Zaid bin Aslam dan Qatadah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir r.a, ia berkata :”Permah datang satu
rombongan perniagaan ke kota Madinah. Ketika itu Rasulullah SAW tengah
berkhutbah. Kemudian orang-orang yang mendengar khutbah itu segera keluar
sehingga yang tersisa hanya 12 orang, maka turunlah ayat :

ۚ ‫وك قَاِئ ًما‬


َ ‫َوِإذَا َر َْأوا جِت َ َارةً َْأو هَلًْوا ا ْن َفضُّوا ِإلَْي َها َوَتَر ُك‬
Demikian yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam
Ash Shahihain. Diantara kedua belas orang yang tetap tinggal bersama Rasulullah
SAW itu terdapat Abu Bakar dan Umar r.a.
Allah SWT berfirman :
ِ َّ ‫قُل ما ِعْن َد اللَّ ِه خير ِمن اللَّه ِو و ِمن التِّجار ِة ۚ واللَّه خير‬
َ ‫الرا ِزق‬
﴾١١  ﴿ ‫ني‬ ُ َْ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ٌَْ َْ
Katakanlah apa yang disisi Allah adalah lebih baik daripada permainan
dan perniagaan,” dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki.(QS. 62:11)

11 | P a g e
Yakni, bagi orang yang bertawakkal kepada Allah SWT dan mencari rezeki pada
waktu yang telah ditetapkan.

Dari penjelasan dari Kitab Tafsir Qur’an ‘Adzim karangan Al Imam Ibnu
Katsir diatas dapat diambil pelajaran dari surat Al Jumu’ah ayat 9-11 bahwa wajib
bagi seorang muslim untuk fokus, khusyu’ dan penuh perhatian terhadap amalan-
amalan ukhrawi karena yang demikian bagi Allah adalah yang terbaik jika orang-
orang mukmin mengetahui apa balasan yang sudah Allah persiapkan bagi mereka
yang benar-benar maksimal menjalankannya. Allah SWT juga menyediakan
waktu setelah usai ditunaikan kewajiban sholat Jum’at bagi orang muslim agar
mereka dapat mencari mata pencaharian guna kelangsungan hidup di dunia yang
mapan dan bahagia, bahkan tidak hanya sampai disitu saja Allah sudah
menyiapkan karunia dan rezeki yang melimpah bagi mereka yang sudah berusaha
menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim dan sebagai seorang khalifah di
bumi dan mengimani serta bertawakkal kepadaNya.

12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa ayat yang sudah di kaji di atas , dapat kita simpulkan
bahwa konsep Al quran yang menjelaskan tentang mensikapi kehidupan
adalah gunakanlah apa yang di anugrahkan Allah kepadamu berupa harta
yang melimpah dan kenikmatan yang panjang dalam berbuat taat atau
dalam beribadah kepada Rabbmu serta bertaqarrub atau mendekat
kepadaNya dengan berbagai amal amal yang dapat menghasilkan pahala di
dunia maupun di akhirat

B. Saran
Penulis menyadari bahwa kurangnya kemampuan dari selesainya
makalah ini, karena keterbatasan waktu dan wawasan penulis, oleh karena
itu penulis disini mengharapkan saran dari kalian semua supaya kita bisa
tahu mana yang salah pada isi makalah ini agar isi makalah ini menjadi
makalah yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Muhammad Nasib Ar
Rifa’i

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai