Ruqyah Syar’iyyah
Paper ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ruqyah Syar’iyyah
Dosen Pengampu : Ustadz Salahudin Sunan Alsasaki
Disusun Oleh ;
KESEHATAN TRADISIONAL
AKADEMI ATH THIBBUL BADIL INDONESIA
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim,
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
dengan izin-Nya penulis dapat menyusun makalah ini dan menyelesaikannya.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pelajaran Ruqyah
Syar’iyyah di Akademi Ath Thibbul Badil Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Apri Jatmiko
NIM :202207023
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUS MASALAH
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 TAKDIR
A. GHAIB MUTLAQ
B. GHAIB NISBI
2.5 MUKASYAFAH
2.6.1 MU’JIZAT
2.6.2 KARAMAH
2.6.3 ISTIDRAJ
2.6.4 SIHIR
2.6.5 HAZAD
A. KESIMPULAN
B. PENUTUP
BAB 1
PEMBAHASAN
Latar Belakang
RUMUS MASALAH
TUJUAN PEMBELAJARAN
PEMBAHASAN
TAKDIR
Maka kita sebagai pengobat hanya berniat dan berikhtiar untuk mengobati
saja dan meminta kesembuhan kepada Allah, karena hanya Allah yang maha
penyembuh dan kita hanya sebagai salah satu jalur saja. Beberapa cara atau
syarat dalam melakukan ruqyah atau pengobatan yaitu:
A. Niat
Dalam meruqyah apakah hanya untuk dunia saja yaitu materi dan
ketenaran atau untuk mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu Wata'ala.
B. Alat Ukur
Kita sebagai peruqyah atau pengobat harus memiliki alat ukur yang
sama antara sesama praktisi agar satu jalur dalam kesembuhan, apabila
alat ukurnya berbeda jawabannya pun akan berbeda satu dengan yang
lainnya. Contoh timbangan badan tidak akan cocok untuk mengukur panjang
x lebar bangunan, timbang tersebut hanya bisa mengukur berat dari beban
masa yang ada di atasnya.
Maka dari itu kira sebagai seorang praktisi harus memiliki alat
ukur penyembuhan yang sama yaitu Allah dan Rasul-Nya bukan dari yang
lainnya atau alat - alat penunjangnya.
Qs.An-Nisa Ayat 76
ٱَّلِذ يَن َء ا ُنو۟ا ُيَٰق ِتُلوَن ِفى َس يِل ٱِهَّللۖ َو ٱَّلِذ يَن َكَفُرو۟ا ُيَٰق ِتُلوَن ِفى َس يِل ٱلَّٰط ُغ وِت َفَٰق ِتُلٓو ۟ا
ِب ِب َم
َأْو ِلَيٓاَء ٱلَّش ْيَٰط ِن ۖ ِإَّن َكْيَد ٱلَّش ْيَٰط ِن َك اَن َض ِع ي اًف
َفْل َيِص ْل َر ِح َمُه، َو َأْن ُيْن َس َأ َلُه ِفى َأَثِر ِه، َمْن َسَّر ُه َأْن ُيْبَس َط َلُه ِفى ِر ْز ِقِه
Maka dari itu kita lihat bagaimana dengan ibadah kita dan
silaturahmi kepada saudara kita, ibu kita atau jangan - jangan kita
lupa akan kabar ke dua orang tua kita naudzubillah, mari mulai sekarang
buka HP dan telfon orang tua kita tanya kabar dari beliau, bagaimana
kondisi beliau minta doa ke orang tua kita agar di mudahkan urusan di
dunia ini, sering - sering lah kita meminta doa kepada orang tua kita
dan doa kan lah orang tua kita dan saudara - saudara kita.
َيْم ُحو۟ا ٱُهَّلل َم ا َيَش ٓاُء َو ُيْثِبُت ۖ َو ِع نَد ٓۥُه ُأُّم ٱْلِكَٰت ِب
ٱُهَّلل َو ِلُّى ٱَّلِذ يَن َء ا ُنو۟ا ُيْخ ُجُهم ِّم َن ٱلُّظُلَٰم ِت ِإَلى ٱلُّنو ۖ َو ٱَّلِذ يَن َكَفُر ٓو ۟ا
ِر ِر َم
َٰٓل ُأ َّٰط
َأْو ِلَيٓاُؤُهُم ٱل ُغ وُت ُيْخ ِر ُجوَنُهم ِّم َن ٱلُّنوِر ِإَلى ٱل َٰم ِتۗ ۟و ِئَك ْص ُب ٱلَّناِر ۖ ُهْم ِفيَها
َٰح َأ ُل ُّظ
َٰخ ِلُد وَن
“Allah pelindung orang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan kepada cahaya ( iman ). Dan orang - orang yang kafir,
pelindung - pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari
cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya”.
Maka dari itu alat ikur kita harus benar - benar Allah dan Rosul-
Nya, maka Insyaa Allah, Allah akan melindungi kita dari kesesatan dan
keburukan dunia ini. Allah mengininkan kita di jalan yang sama yaitu
beribadah ke pada Allah yang sesuai dengan sunnah - sunnah nabi
Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam.
Kita sepakati bahwa hidup ini ada yang mengatur ada yang
menciptakan dan ada yang mengeksekusi setiap kejadiannya itulah yang di
sebut dengan takdir.
Kita pintar atas ilmu yang sudah Allah tuliskan dengan pena-Nya
dan kita akhirnya bisa mengambil ilmu yang sudah tertulid tersebut,
namun tidak akan lebih kata Allah dari tetes air yang di teteskan pada
lautan dari ilmu yang pernah kita pelajari seumur hidup kita, saking
luasnya ilmu Allah.
Biasanya impian orang - orang yang sakit berat saat ia mau sembuh
dari sakitnya akan berkata seperti ini :
Tetapi kalo ada orang sakit berat masih berfikir kalo sudah
sembuh pengen jalan - jalan keliling dunia, pengen makan enak, pengen
bangun bisnis baru, maka artinya orang tersebut masih sakit di jiwanya
karena masih cinta dunia, maka sembuhkan juga jiwa yang sakit tersebut.
Sesungguhnya dunia ini hanya tempat senda gurau saja kata Allah
Subhanahu Wa Ta'ala.
ٱْع َلُمٓو ۟ا َأَّنَم ا ٱْلَحَيٰو ُة ٱلُّد ْنَيا َلِع ٌب َو َلْهٌو َو ِز يَنٌة َو َتَفاُخ ٌۢر َبْيَنُك ْم َو َتَك اُثٌر ِفى ٱَأْلْم َٰو ِل َو ٱَأْلْو َٰل ِد ۖ َك َم َثِل َغْيٍث
َأْع َج َب ٱْلُك َّفاَر َنَباُت ۥُه ُثَّم َيِهيُج َفَتَر ٰى ُه ُم ْص َفًّر ا ُثَّم َيُك وُن ُح َٰط ًم اۖ َو ِفى ٱْل َء اِخ َر ِة َع َذ اٌب َش ِد يٌد َو َم ْغ ِفَر ٌة
َٰت
ِّم َن ٱِهَّلل َو ِرْض َٰو ٌن ۚ َو َم ا ٱْلَحَيٰو ُة ٱلُّد ْنَيٓا ِإاَّل َم ُع ٱْلُغ ُروِر
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu”.
Sembuh adalah bagian dari rukun iman ia masuk ke dalam rukun iman
bagian takdir ketentuan yang sudah Allah tetapkan.
َو َلَنْبُلَو َّنُك م ِبَش ْى ٍء ِّم َن ٱْلَخ ْو ِف َو ٱْلُجوِع َو َنْقٍص ِّم َن ٱَأْلْم َٰو ِل َو ٱَأْلنُفِس َو ٱلَّثَم َٰر ِتۗ َو َبِّش ِر
ٱلَّٰص ِبِر يَن
ٱَّلِذ يَن ِإَذ ٓا َأَٰص َبْتُهم ُّمِص يَبٌة َقاُلٓو ۟ا ِإَّنا ِهَّلِل َوِإَّنٓا ِإَلْيِه َٰر ِج ُعوَن
َٰٓل َٰٓل
ُأ۟و ِئَك َع َلْيِهْم َص َلَٰو ٌت ِّم ن َّرِّبِهْم َو َر ْح َم ٌةۖ َو ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلُم ْهَتُد وَن
"tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu,
melainkan di tetepkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan di
hapuskan pula satu kesalahan darinya." (HR Msulim:2572)
Didalam api yang sangat panas tersebut di dalamnya ada gas dan didalam
api juga terdapat pencampuran warna. Sifat gas ini akan cepat mengisi ruang-
ruang kosong dan juga gas ini bisa mengecil dan membesar, juga sifat gas ini
sangat mendekati dari sifat jin.
Jadi materi penciptaan jin adalah api yang sangat panas yang di
dalamnya terdapat unsur gas.
“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-
Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)
َو َلَقْد َخ َلْقَنا ٱِإْل نَٰس َن ِم ن َص ْلَٰص ٍل ِّم ْن َح َمٍإ َّم ْس ُنوٍن
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah
menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al Hijr: 26-
27).
Disebutkan dalam hadits riwayat Ath Thobroni dan Al Hakim dengan sanad
shahih, jin itu ada tiga kelompok:
“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-
Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)
Jadi jenis jin ini sama seperti kita manusia yang dibebani syariat oleh
Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang nantinya di akhirat akan mendapatkan balasan
terhadap apa yang telah kita lakukan di dunia, apakah akan masuk surga atau
masuk neraka.
PERBEDAAN JIN, SETAN IBLIS DAN QARIN
Jin adalah salah satu jenis makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
memiliki sifat fisik tertentu, berbeda dengan jenis manusia atau malaikat.
Makhluk ini dinamakan jin, karena memiliki sifat ijtinan (Arab: )اجتنان, yang
artinya tersembunyi dan tidak kelihatan. Manusia tidak bisa melihat jin dan
jin bisa melihat manusia. Allah berfirman,
َٰط
َٰي َبِنٓى َء اَد َم اَل َي ْف ِتَن َّنُك ُم ٱلَّش ْي ُن َك َم ٓا َأْخ َر َج َأَبَو ْي ُك م ِّم َن ٱْلَج َّن ِة َي نِز ُع َع ْن ُهَم ا ِلَب اَس ُهَم ا ِلُيِر َي ُهَم ا َس ْو َٰء ِتِه َم ٓاۗ ِإَّن ُهۥ َيَر ٰى ُك ْم
ُه َو َو َق ِبيُلُهۥ ِمْن َح ْي ُث اَل َت َر ْو َن ُهْم ۗ ِإَّن ا َج َع ْلَن ا ٱلَّش َٰي ِط يَن َأْو ِلَي ٓاَء ِلَّلِذيَن اَل ُيْؤ ِم ُنوَن
“Sesungguhnya ia (iblis) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu di suatu
keadaan yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27)
Setan adalah sifat dan bukan makhluk, segala perilaku yang menentang
Allah dan mengakibatkan murka_Nya adalah sifat setan. Perilaku buruk ini
(setan), bisa dilakukan oleh jin dan manusia.
Iblis adalah nama salah satu jin yang membangkang perintah Allah. Dalil
bahwa iblis dari golongan jin adalah firman Allah,
َٰٓل
َو ِإْذ ُقْلَن ا ِلْلَم ِئَك ِة ٱْس ُج ُد و۟ا ِل َء اَد َم َفَس َج ُد ٓو ۟ا ِإٓاَّل ِإْبِليَس َك اَن ِمَن ٱْلِج ِّن َفَفَس َق َع ْن َأْم ِر َر ِّبِهٓۦۗ َأَفَت َّت ِخ ُذ وَن ُهۥ َو ُذ ِّر َّي َت ُهٓۥ
َأْو ِلَي ٓاَء ِمن ُد وِنى َو ُه ْم َلُك ْم َع ُد ٌّۢو ۚ ِبْئ َس ِللَّٰظ ِلِميَن َب َد اًل
“Ingatlah ketika Kami berkata kepada para maialakt, ‘Sujudlah kalian kepada
Adam!’ maka mereka semua-pun sujud kecuali Iblis. Dia dari golongan jin dan
membangkang dari perintah Allah.” (QS. Al-Kahfi: 50)
Iblis terputus dari rahmat Allah sejak dia tidak mau bersujud kepada
Nabi Adam Alaihi Wa Sallam dan iblis akan mati dalam keadaan kafir di hari
kiamat kelak.
Qorin adalah jin yang ditugasi untuk mendampingi setiap manusia dengan
tugas menggoda dan menyesatkannya. Karena itu, qorin termasuk setan dari
kalangan jin.
Apakah jin menikah dan mempunyai keturunan, Allah berfirman di surat Ar-
Rahman:
“Manusia dan jin itu sama dalam hal sebagai makhluk hidup yang bisa
berbicara, mendapatkan perintah dan larangan. Mereka sama-sama makan, minum,
menikah, memiliki keturunan, dan tumbuh dengan adanya makanan dan minuman.
Ini adalah perkara yang sama-sama dimiliki oleh manusia dan jin. Mereka
(manusia dan jin) terbedakan dari malaikat. Karena malaikat itu tidak makan,
tidak minum, tidak menikah, dan tidak memiliki anak keturunan.” (Majmu’ Al-
Fataawa, 16: 192)
1. Ghoib Mutlaq
a. Ghoib Mutlaq Tamm adalah perkara ghoib yang tidak di ketahui oleh
siapapun, tidak oleh Rosul yang di utus tidak pula oleh malaikat
yang dekat dengan Allah, kecuali hanya Allah semata yang
mengetahuinya. Seperti tentang waktu terjadinya hari kiamat, nasib
si fulan apakah kelak akan menjadi ahli neraka atau ahli surga, dan
lainnya. Perkara - perkara tersebut tertulis dalam Lauhul Mahfudz,
Allah berfirman:
ُقل اَّل َي ْع َلُم َم ن ِفى ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض ٱْلَغْي َب ِإاَّل ٱُهَّللۚ َو َم ا َي ْش ُعُروَن َأَّياَن ُيْب َع ُثوَن
"Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka
akan dibangkitkan". (An-Naml: 65)
Imam Ibnu Utsaimin Rahimahullah menyatakan ketika menjelaskan makna ayat ini:
“Yang dimaksud dengan perkara ghaib adalah sesuatu yang berstatus ghaib, dan
ghaib itu sesuatu yang relatif. Akan tetapi keghaiban mutlak maka ilmunya
khusus milik Allah Ta’ala.” (Syarah Aqidah Wasithiyyah : 158).
Kunci perkara ghaib di sini adalah hal ghaib yang bersifat mutlak yang
hanya diketahui oleh Allah semata, tidak ada penduduk langit dan bumi yang
mengetahui jenis perkara ghaib ini melainkan hanya Allah semata.
“Kunci-kunci gaib ada lima yang tidak diketahui kecuali hanya oleh
Allah : Tidak ada yang mengetahui apa pun pada esok hari kecuali Allah, dan
tidak ada yang mengetahui apa pun yang diselubungi rahim-rahim kecuali oleh
Allah, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan hujan datang kecuali
Allah, dan tidak ada jiwa yang mengetahui dibumi manakah ia akan mati, dan
tidak ada yang mengetahui kapan kiamat terjadi kecuali Allah.” (HR. Al-
Bukhari no. 4697)
َٰع ِلُم ٱْلَغ ْيِب َف اَل ُيْظ ِه ُر َع َلٰى َغْي ِبِهٓۦ َأَح ًد ا
ِإاَّل َمِن ٱْر َتَض ٰى ِم ن َّرُس وٍل َفِإَّن ۥُه َيْس ُلُك ِم ۢن َبْيِن َيَد ْيِه َو ِم ْن َخ ْلِفِهۦ َر َص ًدا
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui keghaiban, maka Dia tidak memperlihatkan
kepada seorangpun tentang keghaiban itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-
Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan
di belakangnya”. (QS Jin : 26-27).
2. Ghaib Nisbi
Jadi jin masuk kedalam ghaib nisbi, karena bisa di lihat oleh sebagian
orang. Ghaib nisbi di bagi menjadi tiga:
1. Nisbi yang berhubungan dengan zaman (waktu): Perkara ghoib ini
adalah apa saja yang sebelumnya ghaib bagi kita, dan terjadi pada
zaman dahulu kala, tetapi setelah diberitahukan oleh Allah melalui
firman-firman-Nya yang mulia di dalam Al Quran barulah kita
mengetahuinya.
َۖفَت َقَّب َلَه ا َر ُّب َه ا ِبَقُبوٍل َح َس ٍن َو َأۢن َب َت َه ا َن َب اًت ا َح َس ًن ا َو َك َّفَلَه ا َز َك ِر َّياۖ ُك َّلَم ا َد َخ َل َع َلْي َه ا َز َك ِر َّيا ٱْلِمْح َر اَب َو َج َد ِع نَد َه ا ِر ْز ًقا
َق اَل َٰي َم ْر َي ُم َأَّن ٰى َلِك َٰه َذ اۖ َق اَلْت ُه َو ِمْن ِع نِد ٱِهَّللۖ ِإَّن ٱَهَّلل َي ْر ُز ُق َم ن َي َش ٓاُء ِبَغْي ِر ِحَس اٍب
2. Nisbi yang berhubungan dengan tempat : Perkara ghaib yang sebelumnya
kita tidak ketahui dari sesuatu, atau seseorang yang berada ditempat
yang terlihat, setelah kita menggunakan sarana tertentu, maka
sesuatu, atau seseorang itu bisa kita lihat :
{ ) َقاَل ِع ْفريٌت ِم َن38( َقاَل َيا َأُّيَها اْلَم أل َأُّيُك ْم َيْأِتيِني ِبَع ْر ِشَها َقْبَل َأْن َيْأُتوِني ُم ْس ِلِم يَن
) َقاَل اَّلِذ ي ِع ْنَد ُه ِع ْلٌم39( اْلِج ِّن َأَنا آِتيَك ِبِه َقْبَل َأْن َتُقوَم ِم ْن َم َقاِم َك َو ِإِّني َع َلْيِه َلَقِوٌّي َأِم يٌن
ِم َن اْلِكَتاِب َأَنا آِتيَك ِبِه َقْبَل َأْن َيْر َتَّد ِإَلْيَك َطْر ُفَك َفَلَّم ا َر آُه ُم ْسَتِقًّر ا ِع ْنَد ُه َقاَل َهَذ ا ِم ْن َفْض ِل َر ِّبي
)40( } ِلَيْبُلَو ِني َأَأْشُك ُر َأْم َأْكُفُر َو َم ْن َشَك َر َفِإَّنَم ا َيْشُك ُر ِلَنْفِس ِه َو َم ْن َكَفَر َفِإَّن َر ِّبي َغ ِنٌّي َك ِر يٌم
“Sulaiman berkata, "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian
yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri?” 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan
jin berkata, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat
untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” Berkatalah seorang yang mempunyai
ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku,
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatNya). Dan barang siapa yang
bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri;
dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi
Mahamulia”. (QS.An-Naml: 39-40)
Kata " َح ْيُثartinya dari suatu tempat". Ini masuk kedalam ghaib nisbi
yang berhubungan dengan tempat. Lalu kata " ۗ اَل َتَر ْو َنُهْمartinya tidak bisa melihat
mereka". Ini masuk kedalam ghaib nisbi yang berhubungan dengan hawas (panca
indra)
Kesimpulannya bahwa jin itu masuk kedalam ghaib muqayyad (nisbi) dan
boleh kita masuk kedalamnya dalam arti menyelidiki bagaimana keberadaan
meraka, bagaimana asal penciptaan mereka dengan tujuan untuk mengetahui
mudharat yang mereka timbulkan kepada manusia. Jadi wajib kita mempelajari
seluk beluknya.
MUKASYAFAH
Jadi Jin berbicara kepada seseorang yang ingin dia ketahi tentang
masalah ghoib, dan di dengar oleh orang ini. Cara ini biasannya berulan -
ulang seperti suara ayam yang sedang mematuk makanannya.
jadi ini terjadi seperti seorang Jin yang memberitahu walinya tentang
masalah ghaib dengan gambaran nyata seperti : Jin menampakan diri dan mengaku
sebagai seorang nabi, abu bakar atau orang - orang shalih. Biasanya juga
terjadi pada seseorang yang bertapa di kuburan orang shaleh. Jinnya
menampakan dirinya seperi orang shaleh yang di kubur dengan tiba - tiba
jinnya keluar dari kuburnya. Jin juga akan memberitahu dengan menggambarkan
siapa pencuri dari harta yang di curi dan memperlihatkan tempat hartanya.
Dengan melalui pendengaran dan gambran yang nyata dari yang ghaib.
Disini setan menampakkan dirinya seperti nabi Khidhir atau menampakkan diri
seperti seorang yang telah meninggal dunia.
Keempat : Melalui jiwa seseorang
Setan membisikkan dalam jiwa seseorang tentang apa saja yang dia
inginkan. Carannya bisa jelas seperti; seseorang sudah merasakan bahwa
sesuatu akan terjadi, misal ada yang ketok pintu dan tuan rumah langsung
mengatakan: "Itu Ahmad yang datang". Atau seseoran sudah merasa akan terjadi
kecelaan dan kecelakaan terjadi. Bisa caranya tidak jelas seperti; seseorang
sudah merasa dadanya olong sebelum datangnya sesuatu yang menggembirakan,
atau sudah merasa sessak sebelum datangnya sesuau yang membuatnya sedih.
Mukasyafah di atas kadang juga terjadi pada seseorang yang sedang ada
gangguan non medis ketika sedang di ruqyyah. Hal ini terjadi di sebabkan oleh
tidak mampunnya jin di dalam tubuhnya untuk hadir ketika di bacakan ayat
ruqyyah. Dlam keadaan seperti ini, pasien menyadari apa yang terjadi di
sekelilingnya, bahkan mendengar semua pertanyaan peruqyahnya, disinilah
pasien ini mendapatkan salah satu cara mukasyafah untuk menjawab setiap
pertannyaan peruqyyah.
Cara ini terjadi dengan permintaan jin kepada manusia, dan ini sama
dengan seorang dukun. Jin yang merasuki tubuh menampakkan diri, baik dalam
keadaan terjaga maupun tidur, dan berkata: "Saya ingin membantumu untuk
mengobati orang atau saya ingin mengobati orang melalui engkau atau saua
ingin menunjukkan engkau tempat harta karun atau tempat keris atau cincin
yang bagus.
Semua ini masuk pada istidraj dan membuat hati bergantng pada jin ini.
Diantara bentuk istidraj seperti : bila engkaumenginginkan kehadiranku maka
bacalah surah ini dengan jumlah sekian-sekian, atau bacalah shalawt dengan
jum'ah sekian dan pada waktu tertentu maka aku akan datang. Bentuk lain dari
istidraj adalah jin ini membangunkan anda untuk shalat subuh.
Kadang jin ini menyakii anda bila malas dalam shalat, jin ini juga
kadang memberikan anda nasehat agar tidak berbuat kemungkaran. Yang di
inginkan setan adalah bagaimana agar hati terus bergantung kepadannya.
Kadang orang ini menganggap hal itu sekedar mimpi, tapi sebenarnya itu
adalah mukasyafah dari setan, karena seringnya hal tersebut terjadi, orang
ini menganggap kejadian tersebut merupakan suatu kebaikan, atau tanda
dekatnya orang ini kepada Allah, semua ini adalah tanda bencana, dan tubuh
orang ini benar - benar telah di kuasai oleh setan.
Ada daa hal yang perlu kita cermati untuk mengetahi perbedaannya:
Lihat kisah Nabi Yusuf 'Alaihi wa sallam, beliau bermimpi waktu masih
kecil dan terjadi mimpinya setelah dewasa. Mukasyafah dan mimpi dari Allah
pasti di awali oleh kejadian - kejadian, tapi mukasyafah dan mimpi dari setan
terjadi seperti secepat membalikkan tanggan. Mimpi yang baik kebanyakan
adalah menjajikan suatu kebaikan dan membenarkan yang hak, tapi mimpi atau
mukasyafah setan itu adalah menjanjikan keburukan sehingga yang terjadi
adalah mimpi yang burruk - buruk saja. Mimpi dari Allah itu di impikan pada
waktu turunnya malaikat seperti waktu sahur, tapi mimpi dari setan itu
biasanya datang pada waktu awa malam (bertebarannya setan), awal siang, atau
waktu terbit dan tenggelamnya matahari.
Mimpi dan mukasyafah dari setan inilah yang sering di anggap karomah
oleh orang - orang sufi, dan ahli bid'ah, sehingga mereka sesat, dan
menyesatkan.
KHAWARIQUAL ‘ADAH
Agar kita lebih memahami apa itu khawriqul 'adah ini, maka alangkah
baiknya kita mengetahui baik secara bahasa maupun istilah. Secara bahasa
"khawariq" artinya melanggar, atau menembus, sedangkan "'adah" secara bahasa
adalah kebiasaan.
Ahlu Sunnah sepakat bahwa khawariq 'adah atau kemampuan yang terjadi
diluar akal manusia itu ada dan benar yang Allah berikan kepada para Nabi dan
Rasul, dan juga para wali - wali Allah yang di kehendakiinya, baik itu berupa
mu'jizat, karamah, maunah, irhash atau yang lainnya.
1. Mu'jizat
Yaitu sebuah kekuatan atau keistimewaan diluar akal yang hanya dimiliki
oleh Rosul yang memiliki mandat kenabian yang mana dengan muji'zat inilah
Rasul menghadapi musu - musuhnya. Jadi mu'jizat adalah perkara di luar
kebiasaan yang diberikan oleh Allah langsung kepada para Nabi dan Rosul-Nya
dan mu'kizat ini adalah sebuah anugerah kekuatan yang di miliki tanpa adanya
proses usaha (ritual) serta tanpa adanya proses belajar dahulu, atau dipinta.
Mu'jizat ini terjadi karena di awali oleh adanya tantangan dari musuh -
msuh para Rosul untuk membuktikan kebenaran kenabian dan keabsahan
risalahnya. Sebenarnya istilah mu'jizat tidak ditemui baik dalam Al-Quran
maupun dalam hadist-hadist Rasul, kata ini adalah ungkapan yang di pakai para
ulama pada akhir abad kedua dan awal abad ketiga setelah maraknya pembukuan
berbagai disiplin ilmu, di antrannya adalah ilmu aqidah.
Dalam Al-Quran sendiri untuk menyebut kata lain dari mu'jizat adalah
ayat bayyinah, burhan dan sulthan. sebagaimana yang tercantum pada ayat-ayat
berikut ini:
"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh
jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, pastilah mereka beriman kepada-
Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi
Allah". Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang
mereka tidak akan beriman". (QS. Al-An’am: 109)
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu.
Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi
Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang
karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih". (QS. Al-A'raf: 73)
Lebih jelasnya mu'jizat adalah perkara atau kejadian luar biasa yang di
sertai dengan penentangan dan selamat dari perlawanan yang di berikan
langsung oleh Allah kepada para Rasul.
Bisa juga kita tarik kesimpulannya bahwa mu'jizat aalah perkara luar
biasa yang terjadi di luar sunnatullah sehingga tidak ada sngkut pautnya
dengan sebab-musabab, dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh makhluk baik
dengan cara latihan ataupun uji cob, karena itu semua datang dari Allah yang
di turunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya.
"Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada
(pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul
membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah
datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu
rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil". (QS. Al-Ghaafir: 78)
2. Karomah
Atau Peristiwa yang terjadi pada diri Nabi Isa 'Alaihi Wa Sallam ketika
beliau masih bayi dalam bauaian ibunya, Maryam. Pada saat masih bayi, Nabi
Isa dapat berbicara kepada orang-orang yang melecehkan ibunya.
"Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?" Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di
mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Dalih inilah yang menunjukan bahwasannya irhash itu terdapat pada diri
calon seorang Nabi. Kalau kemampuan di luar nalar manusia yang di bawa para
Nabi adalah mu'jizat, dan apabila yang membawanya adalah orang-orang shalih
di sebut karomah, yang tentunya semua ini datang dari Allah dan atas
kehendak-Nya sebagai pertolongan dan bukti kebenaran para wali-wali Allah
dalam mengemban kebenaran, namun disana ternyata ada kemampuan di liar
kebiasaan manusia, sehingga orang tersebut bisa terbang di udara, berjalan di
atas air, meramalkan masa depan, melihat hal-hal yang ghaib, atau kemampuan
luar biasa lainnya yang hadirnya dengan cara menentang syariat; seperti
pesugihan, bertapa sekian hari di tempat-tempat keramat lainna, atau
berkorban kepada selain Allah dengan cara-cara yang bathil yang tujuannya
adalah ingin mendapatkan khawariqul 'adah yaitu kemampuan di luar kebiasaan
manusia pada umumnya dan mendapatkan sanjungan dan pujian di hadapan manusia.
Dari sekilas definisi di atas bahwa karomah adalah kejadian luar biasa
yang di alami seorang hamba tanpa adanya kesenjangan sebelumnya dan bukan
sebagai tanda dari kenabian, hal ini biasanya di alami oleh pawa wali (orang-
orang shalih) sebagai ta'yyid (dukungan), I'anah (pertolongan), tasbit
(peneguhan), atau pertolongan atas agamanya. Adapun wali-wali Allah adalah
orang-orang mukmin yang bertakwa dan setiap mukmin yang bertakwa adalah
mereka yang termasuk para wali Allah sesuai kadar keimanan dan ketakwaan yang
mereka miliki, yang kemudian dengan keimanan dan ketakwaannya, Allah memberi
mereka suatu hal yang luar biasa yang secara akal manusia tidak akan bisa di
lakukan kecuali dengan pertolongan-Nya dan ini di sebut Karomah.
Apabila kejadian luar biasa ini terjadi bukan kepada wali melainkan
pada orang berdosa dan sesat maka itu bukan termasuk karomah melainkan
istidraj (penghinaan) Allah kepada agar semakin dalam ia terjerumus ke
kubangan kemaksiatannya atau kesesatannya. Seperti kisa Musailamah Al Kadzab
yang mampu menyembuhkan penyakit orang buta dengan usapan tangannya maka ini
bukan bentuk karomah.
Contoh karamah yang dialami para wali adalah kisah Maryam binti Imran
yang telah Allah abadikan dalam Al Quran :
"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya
pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia
dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu
memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah".
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab". (QS. Al Omran: 37)
Dalam ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan tentang karamah walinya
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab:
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk
kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An-Naml: 40)
Kisah Shilah bin Asyim yang Allah hidupkan kembali kudanya setelah
mati, sehingga dengan kudanya ini iya mampu kembali pada keluarganya, ketika
ia sampai di rumah shilah berkata kepada anaknya "Pasakan di atasnya pelana
sungguh ia tidak memakainya" maka tatkala sang anak mengenakan pelana kuda,
tersungkurlah sang kuda (mati). Inilah yang dinamakan karamah yang di berikan
Allah kepada Shilah bin Asyim karena bentuk ketaatannya kepada Allah sehingga
kuda yang tadinya sudah tiada kembali hidup dengan izin Allah.
2. Kemunculannya mutlak atas izin dari Allah serta bentuk dan wujudnya
pun Allah yang menentukan baik dengan di utusnya malaikat atau dengan cara
lainnya yang banyak di sebukan dalam nash yang shahih.
3. Istidraj
Yaitu sebuah kekuatan spiritual yang di miliki orang fasik atau orang
yang terjerumus dalam ghurur, jadi Istidraj adalah suatu jebakan berupa
kelapangan riski padahal yang di beri dalam keadaan terus menerus bermaksiat
kepada Allah. Dari 'Uqbah bin 'Amir Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka
(ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang
disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).
"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam
berputus asa". (QS. Al-An'am: 44)
4. Sihir
5. Hasad
Adalah jiwa yang kotor yang menginginkan nikmat yang ada pada orang
lain itu rusak.
Khawariqul 'adab yang diakibatkan oleh sihir dan hasad itu murni akan
adanya campur tangan dari setan sedangkan untuk mu'jizat dan karamah itu
murni campur tangan dari Allah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
2. Mempunyai alat ukur atau pedoman kita adalah Allah dan Rasul-
Nya.