Anda di halaman 1dari 27

RESUME

Ruqyah Syar’iyyah
Paper ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ruqyah Syar’iyyah
Dosen Pengampu : Ustadz Salahudin Sunan Alsasaki

Disusun Oleh ;

Nama : Apri Jatmiko


NIM : 202207023

KESEHATAN TRADISIONAL
AKADEMI ATH THIBBUL BADIL INDONESIA
Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim,

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
dengan izin-Nya penulis dapat menyusun makalah ini dan menyelesaikannya.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad


Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai suri tauladan hingga akhir zaman.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pelajaran Ruqyah
Syar’iyyah di Akademi Ath Thibbul Badil Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua orang yang


telah membantu dalam menyusun makalah ini sampai selesai. Semoga Allah
senantiasa meridhai segala urusan kita dan menjadi ladang pahala bagi kita.
Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Bekasi, November 2022

Apri Jatmiko
NIM :202207023
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUS MASALAH

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 TAKDIR

2.2 JENIS-JENIS JIN

2.3 PERBEDAAN JIN, SETAN IBLIS DAN QARIN

2.4 MACAM-MACAM PERKARA GHAIB

A. GHAIB MUTLAQ

B. GHAIB NISBI

2.5 MUKASYAFAH

2.6 KHAWARIQUAL ‘ADAH

2.6.1 MU’JIZAT

2.6.2 KARAMAH

2.6.3 ISTIDRAJ

2.6.4 SIHIR

2.6.5 HAZAD

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. PENUTUP
BAB 1

PEMBAHASAN

Latar Belakang

Tidak Dapat dipungkiri di zaman yang semakin modern ini penyakit


yang diderita manusia semakin berkembang. Jika seseorang ditimpa oleh
sebuah penyakit maka mereka akan berusaha sedemikian rupa untuk
mencari obat penyakit yang di deritanya baik menggunakan obat medis
ataupun obat-obatan herbal, bahkan ada yang berusaha mencari
kesembuhan dengan melakukan apa yang agama Islam larang seperti
berobat dengan benda najis dan mendatangi dukun. Diantara mereka ada
yang mampu membayar mahal untuk mendapat kesembuhan dari penyakit.

Agama Islam telah mengajarkan cara memperoleh kesehatan baik


lahir maupun batin dan telah mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan
apabila ditimpa suatu penyakit. Salah satu pengobatan dalam Islam
yaitu dengan Ruqyah Syar’iyyah. Banyak di Negri kita ini para praktisi
ruqyah yang tidak sesuai syariat Islam dan banyak sekali dukun yang
menyamar menjadi ustadz dengan jampi-jampinya yang di bumbui dengan
ayat-ayat Al Qur’an.

Sebagai praktisi ruqyah syar’iyyah maka perama-pertama kita harus


sifat-sifat dari jin, jenis-jenis jin, perbedaan jin, setan dan iblis,
macam-macam perkara ghaib dll.

RUMUS MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami menyimpulkan bahwa


para praktisi ruqyaha syar’iyyah harus mempelajari, mengerti dan
memahami dasar-dasar dari ruqyah syar’iyyah, agar kita bisa mengobati
sesuai dengan sifat-sifat dan jenis-jenis jin.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran ini adalah untuk dapat menentukan apa jenis-


jenis dan sifat-sifat jin, jadi pada saat meruqyah pasien kita
menentukan metode untuk meruqyahnya.
BAB 2

PEMBAHASAN

TAKDIR

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Allah telah menulis


takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya semenjak lima puluh ribu tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi" ( HR. Muslim )

Maka kita sebagai pengobat hanya berniat dan berikhtiar untuk mengobati
saja dan meminta kesembuhan kepada Allah, karena hanya Allah yang maha
penyembuh dan kita hanya sebagai salah satu jalur saja. Beberapa cara atau
syarat dalam melakukan ruqyah atau pengobatan yaitu:

A. Niat

Dalam meruqyah apakah hanya untuk dunia saja yaitu materi dan
ketenaran atau untuk mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu Wata'ala.

Allah memberikan satu amalan bahkan sempurna pahalanya yaitu pada


saat seseorang berniat melakukan suatu kebaikan, sesuai dengan hadist
nabi Shalallahu 'alaihi wasallam " sesungguhnya allah menulis kebaikan
- kebaikan dan kesalahan - kesalahan kemudian menjelaskannya barang
siapa yang berniat melakukan kebaikan namun dia tidak jadi melakukannya
Allah tetap menuliskannya sebagai suatu kebaikan yang sempurna di
sisiNya , jika ia berniat berbuat kebaikan kemudia mengerjakannya maka
Allah menuliskan di sisiNya 10 kebaikan sehingga 700 kali lipat sampai
kelipatan yang lainnya dan apabila seseorang berniat keburukan dan
tidak jadi melakukannya maka Allah akan menuliskan satu kebaikan di
sisiNya dan barang siapa berniat melakukan keburukan dan mengerjakannya
maka Allah menuliskan di sisiNya sebagai suatu kesalahan. hadist
riwayat bukhari dan muslim. Maka sebagai seorang praktisi rugyah atau
pengobat kita harus berdoa kepada Allah agar menjadikan hati kita
selalu dalam ketaatan dan kebaikan dalam agama- Mu.

B. Alat Ukur

Kita sebagai peruqyah atau pengobat harus memiliki alat ukur yang
sama antara sesama praktisi agar satu jalur dalam kesembuhan, apabila
alat ukurnya berbeda jawabannya pun akan berbeda satu dengan yang
lainnya. Contoh timbangan badan tidak akan cocok untuk mengukur panjang
x lebar bangunan, timbang tersebut hanya bisa mengukur berat dari beban
masa yang ada di atasnya.

QS. Al-Hadid Ayat 22


‫َم ٓا َأَص اَب ِم ن ُّمِص يَبٍة ِفى ٱَأْلْر ِض َو اَل ِفٓى َأنُفِس ُك ْم ِإاَّل ِفى ِكَٰت ٍب ِّم ن َقْبِل‬
‫َأن َّنْبَر َأَهٓاۚ ِإَّن َٰذ ِلَك َع َلى ٱِهَّلل َيِس يٌر‬
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu
sendiri, semua telah tertulis dalam kitab ( Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
mewujudkannya. Sesungguhnya, yang demikian itu mudah bagi Allah".

Maka dari itu kira sebagai seorang praktisi harus memiliki alat
ukur penyembuhan yang sama yaitu Allah dan Rasul-Nya bukan dari yang
lainnya atau alat - alat penunjangnya.

Syetan itu lemah sampai ia pun tidak bisa merubah takdirnya


sendiri untuk di bebaskan dari api nerakannya Allah, Allah lah yang
maha kuat, Allah yang Maha Besar dan Allah segalanya.

Jangan pernah meminta bantuan kepada jin, bahkan mereka sedang


mencari teman untuk bersama mereka di neraka Allah di akhirat nanti.
Jadi misalnya kita meminta bantuan kepada jin berarti alat ukur kita
sudah tidak sama dengan yang seharusnya yaitu meminta bantuanlah kepada
Allah yang menciptakan seluruh alam semesta dan ke hidupan ini.

Qs.An-Nisa Ayat 76

‫ٱَّلِذ يَن َء ا ُنو۟ا ُيَٰق ِتُلوَن ِفى َس يِل ٱِهَّللۖ َو ٱَّلِذ يَن َكَفُرو۟ا ُيَٰق ِتُلوَن ِفى َس يِل ٱلَّٰط ُغ وِت َفَٰق ِتُلٓو ۟ا‬
‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫َم‬
‫َأْو ِلَيٓاَء ٱلَّش ْيَٰط ِن ۖ ِإَّن َكْيَد ٱلَّش ْيَٰط ِن َك اَن َض ِع ي اًف‬

"Orang -orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang -


orang yang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan -
kawan setan itu, ( karena ) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah".

Janganlah kita memerangi teman -teman kita, saudara - saudara


kita, istri, anak atau orang tua kita, apabila kita ada masalah dengan
teman, saudara, istri, anak atau orang tua kita maka cepatlah di
selesaikan.

Memohonlah kepada Allah, Allah berikan banyak cara untuk kita


merubah takdir yang sedang berjalan, berikut contohnya :

Dari Abu Hurairah, Rasul shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

‫ َفْل َيِص ْل َر ِح َمُه‬، ‫ َو َأْن ُيْن َس َأ َلُه ِفى َأَثِر ِه‬، ‫َمْن َسَّر ُه َأْن ُيْبَس َط َلُه ِفى ِر ْز ِقِه‬

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya


hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan
Muslim no. 2557)

Ibnu "Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:


‫ َو َأَح َّبُه َأْه ُلُه‬،‫ ُنّسىَء ِفي َأَج ِله َو َثَر ى َماَلُه‬،‫ َو َو َص َل َر ِح َمُه‬،‫َم ِن اَّتَقى َر َّبُه‬

“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi


niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta
keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul
Mufrod no. 58, hasan)

Memang terjadi salah kaprah mengenai istilah silaturahmi di


tengah-tengah kita sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadits-hadits di
atas. Yang tepat, menjalin tali silaturahmi adalah istilah khusus untuk
berkunjung kepada orang tua, saudara atau kerabat. Jadi bukanlah
istilah umum untuk mengunjungi orang sholeh, teman atau tetangga.
Sehingga yang dimaksud silaturahmi akan memperpanjang umur adalah untuk
maksud berkunjung kepada orang tua dan kerabat. Ibnu Hajar dalam Al
Fath menjelaskan, “Silaturahmi dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang
punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula
masih ada hubungan mahrom ataukah tidak.” Itulah makna yang tepat.

Wallahu waliyyut taufiq.

Maka dari itu kita lihat bagaimana dengan ibadah kita dan
silaturahmi kepada saudara kita, ibu kita atau jangan - jangan kita
lupa akan kabar ke dua orang tua kita naudzubillah, mari mulai sekarang
buka HP dan telfon orang tua kita tanya kabar dari beliau, bagaimana
kondisi beliau minta doa ke orang tua kita agar di mudahkan urusan di
dunia ini, sering - sering lah kita meminta doa kepada orang tua kita
dan doa kan lah orang tua kita dan saudara - saudara kita.

QS. Ar-Ra'd Ayat 39

‫َيْم ُحو۟ا ٱُهَّلل َم ا َيَش ٓاُء َو ُيْثِبُت ۖ َو ِع نَد ٓۥُه ُأُّم ٱْلِكَٰت ِب‬

“Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki dan di


sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)”.

Kita memohon kepada Allah untuk di rubah takdir yang sedang


berjalan ini agar menjadi lebih baik lagi. Allah mampu menghapus takdir
yang sudah tertulis dan menetapkan ketentuan menjadi lebih baik lagi.

QS. Al-Baqarah Ayat 257

‫ٱُهَّلل َو ِلُّى ٱَّلِذ يَن َء ا ُنو۟ا ُيْخ ُجُهم ِّم َن ٱلُّظُلَٰم ِت ِإَلى ٱلُّنو ۖ َو ٱَّلِذ يَن َكَفُر ٓو ۟ا‬
‫ِر‬ ‫ِر‬ ‫َم‬
‫َٰٓل‬ ‫ُأ‬ ‫َّٰط‬
‫َأْو ِلَيٓاُؤُهُم ٱل ُغ وُت ُيْخ ِر ُجوَنُهم ِّم َن ٱلُّنوِر ِإَلى ٱل َٰم ِتۗ ۟و ِئَك ْص ُب ٱلَّناِر ۖ ُهْم ِفيَها‬
‫َٰح‬ ‫َأ‬ ‫ُل‬ ‫ُّظ‬
‫َٰخ ِلُد وَن‬
“Allah pelindung orang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan kepada cahaya ( iman ). Dan orang - orang yang kafir,
pelindung - pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari
cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya”.

Maka dari itu alat ikur kita harus benar - benar Allah dan Rosul-
Nya, maka Insyaa Allah, Allah akan melindungi kita dari kesesatan dan
keburukan dunia ini. Allah mengininkan kita di jalan yang sama yaitu
beribadah ke pada Allah yang sesuai dengan sunnah - sunnah nabi
Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam.

Kita sepakati bahwa hidup ini ada yang mengatur ada yang
menciptakan dan ada yang mengeksekusi setiap kejadiannya itulah yang di
sebut dengan takdir.

Kita pintar atas ilmu yang sudah Allah tuliskan dengan pena-Nya
dan kita akhirnya bisa mengambil ilmu yang sudah tertulid tersebut,
namun tidak akan lebih kata Allah dari tetes air yang di teteskan pada
lautan dari ilmu yang pernah kita pelajari seumur hidup kita, saking
luasnya ilmu Allah.

Maka jadikanlah ilmu yang singkat dan sedikit tersebut menjadi


buah yang bisa menjadi manfaat untuk orang di sekitar kita atau di
dunia ini, maka dengan begitu ilmu kita akan bermanfaat. Sebaik - baik
kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada manusia
lainnya.

Ilmu yang di dapat bukan hannya sekedar bacaan, tapi gunakanlah


ilmu tersebut untuk menolong orang dan ajarkanlah kepada orang
lain.Kita sebagai seorang praktisi pengobatan ajarkanlah kepada pasien
tentang indikator kesembuhan dari sakit yang di rasakan dan jika sudah
sembuh apa yang mau di perbuat dan ingatkanlah kepada pasien tersebut
kalo yang menyembuhkan itu adalah Allah.

Biasanya impian orang - orang yang sakit berat saat ia mau sembuh
dari sakitnya akan berkata seperti ini :

 Saya kalo sudah sembuh mau lebih giat beribada kepada


Allah

 Pengen bisa tambah deket kepada Allah

 Ternyata sakit itu tidak enak ya pengen mensyukuri nikmat


sehat yang di berikan.

Tetapi kalo ada orang sakit berat masih berfikir kalo sudah
sembuh pengen jalan - jalan keliling dunia, pengen makan enak, pengen
bangun bisnis baru, maka artinya orang tersebut masih sakit di jiwanya
karena masih cinta dunia, maka sembuhkan juga jiwa yang sakit tersebut.
Sesungguhnya dunia ini hanya tempat senda gurau saja kata Allah
Subhanahu Wa Ta'ala.

Allah sebutkan dalam QS.Al-Hadid Ayat 20

‫ٱْع َلُمٓو ۟ا َأَّنَم ا ٱْلَحَيٰو ُة ٱلُّد ْنَيا َلِع ٌب َو َلْهٌو َو ِز يَنٌة َو َتَفاُخ ٌۢر َبْيَنُك ْم َو َتَك اُثٌر ِفى ٱَأْلْم َٰو ِل َو ٱَأْلْو َٰل ِد ۖ َك َم َثِل َغْيٍث‬
‫َأْع َج َب ٱْلُك َّفاَر َنَباُت ۥُه ُثَّم َيِهيُج َفَتَر ٰى ُه ُم ْص َفًّر ا ُثَّم َيُك وُن ُح َٰط ًم اۖ َو ِفى ٱْل َء اِخ َر ِة َع َذ اٌب َش ِد يٌد َو َم ْغ ِفَر ٌة‬
‫َٰت‬
‫ِّم َن ٱِهَّلل َو ِرْض َٰو ٌن ۚ َو َم ا ٱْلَحَيٰو ُة ٱلُّد ْنَيٓا ِإاَّل َم ُع ٱْلُغ ُروِر‬
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu”.

Maka indikator kesembuhan ruqyah syar'iyyah itu adalah saat kita


meyakini rukun iman yang sudah Allah tetapkan, dan kita tambah
meyakininya maka sakit tersebut Insyaa Allah akan menjadi kebaikan,
itulah indikator yang sesungguhnya.

Sembuh adalah bagian dari rukun iman ia masuk ke dalam rukun iman
bagian takdir ketentuan yang sudah Allah tetapkan.

Allah sebutkan dalam QS. Al - Baqarah 155 - 157

‫َو َلَنْبُلَو َّنُك م ِبَش ْى ٍء ِّم َن ٱْلَخ ْو ِف َو ٱْلُجوِع َو َنْقٍص ِّم َن ٱَأْلْم َٰو ِل َو ٱَأْلنُفِس َو ٱلَّثَم َٰر ِتۗ َو َبِّش ِر‬
‫ٱلَّٰص ِبِر يَن‬

‫ٱَّلِذ يَن ِإَذ ٓا َأَٰص َبْتُهم ُّمِص يَبٌة َقاُلٓو ۟ا ِإَّنا ِهَّلِل َوِإَّنٓا ِإَلْيِه َٰر ِج ُعوَن‬
‫َٰٓل‬ ‫َٰٓل‬
‫ُأ۟و ِئَك َع َلْيِهْم َص َلَٰو ٌت ِّم ن َّرِّبِهْم َو َر ْح َم ٌةۖ َو ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلُم ْهَتُد وَن‬

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit


ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-
orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi
wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.
Maka di balik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :

"Tidaklah seseorang muslim tertimpa suatu penyakit dan


sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa - dosanya
seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya". ( HR Bukhari 5660 dan
Muslim : 2571 ).

"Tidaklah seseorang muslim di timpa keletihan, penyakit,


kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah gulanan hingga duri yang
menusuknya melainkan Allah akan menghapus sebagian dari kesalahan-
kesalahanya." (HR Bukhari :5641)

"Sesungguhnya Allah benar - benar akan menguji hamba-Nya dengan


penyakit, sehingga dia menghapuskan setiap dosa darinya." (HR Al-Hakim
1/348)

"tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu,
melainkan di tetepkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan di
hapuskan pula satu kesalahan darinya." (HR Msulim:2572)

Allah berfirman pada QS. Asy-Syams : 9-10

‫َقْد َأْفَلَح َم ن َز َّك ٰى َها‬

‫َو َقْد َخاَب َم ن َد َّس ٰى َها‬


"Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams : 9-10)

JENIS – JENIS JIN

Apakah jin di ciptakan dari api, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َو ٱْلَج ٓاَّن َخ َلْقَٰن ُه ِم ن َقْبُل ِم ن َّناِر ٱلَّس ُم وِم‬


"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas". (
QS. Al-Hijr: 27)

Didalam api yang sangat panas tersebut di dalamnya ada gas dan didalam
api juga terdapat pencampuran warna. Sifat gas ini akan cepat mengisi ruang-
ruang kosong dan juga gas ini bisa mengecil dan membesar, juga sifat gas ini
sangat mendekati dari sifat jin.

Jadi materi penciptaan jin adalah api yang sangat panas yang di
dalamnya terdapat unsur gas.

Apakah jin di ciptakan terlebih dahulu dari pada manusia, jin di


ciptakan terlebih dahulu oleh Allah seperti dalam firman-Nya:
‫َوَما َخَلْقُت اْل ِجَّن َواْل ِإ ْنَس ِإ َّل ا ِلَيْعُبُدوِن‬

“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-
Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)

‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا ٱِإْل نَٰس َن ِم ن َص ْلَٰص ٍل ِّم ْن َح َمٍإ َّم ْس ُنوٍن‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah
menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al Hijr: 26-
27).

Disebutkan dalam hadits riwayat Ath Thobroni dan Al Hakim dengan sanad
shahih, jin itu ada tiga kelompok:

1. Jin yang terbang di udara

Seperti halnya di dunia manusia bahwasannya yang bersaya dan


terbang yaitu adalah burung-burung demikian juga di alam jin yang di maksud
dengan jenis yang memiliki sayap adalah burung-burung mereka berterbangan di
udara.

2. Jin yang berbentuk ular, kalajengking dan anjing

Jin yang berbentuk bintang seperti kalajengking, ular dan anjing.


Jadi Jenis jin pertama dan kedua adalah jenis jin binatang yang tidak di
bebani syariat oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

3. Jin yang berpindah - pindah

Jin jenis ini sama dengan halnya manusia, Allah Subhanahu Wa


Ta'ala berfirman:

‫َوَما َخَلْقُت اْل ِجَّن َواْل ِإ ْنَس ِإ َّل ا ِلَيْعُبُدوِن‬

“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-
Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)

Jadi jenis jin ini sama seperti kita manusia yang dibebani syariat oleh
Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang nantinya di akhirat akan mendapatkan balasan
terhadap apa yang telah kita lakukan di dunia, apakah akan masuk surga atau
masuk neraka.
PERBEDAAN JIN, SETAN IBLIS DAN QARIN

Jin adalah salah satu jenis makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
memiliki sifat fisik tertentu, berbeda dengan jenis manusia atau malaikat.
Makhluk ini dinamakan jin, karena memiliki sifat ijtinan (Arab: ‫)اجتنان‬, yang
artinya tersembunyi dan tidak kelihatan. Manusia tidak bisa melihat jin dan
jin bisa melihat manusia. Allah berfirman,
‫َٰط‬
‫َٰي َبِنٓى َء اَد َم اَل َي ْف ِتَن َّنُك ُم ٱلَّش ْي ُن َك َم ٓا َأْخ َر َج َأَبَو ْي ُك م ِّم َن ٱْلَج َّن ِة َي نِز ُع َع ْن ُهَم ا ِلَب اَس ُهَم ا ِلُيِر َي ُهَم ا َس ْو َٰء ِتِه َم ٓاۗ ِإَّن ُهۥ َيَر ٰى ُك ْم‬
‫ُه َو َو َق ِبيُلُهۥ ِمْن َح ْي ُث اَل َت َر ْو َن ُهْم ۗ ِإَّن ا َج َع ْلَن ا ٱلَّش َٰي ِط يَن َأْو ِلَي ٓاَء ِلَّلِذيَن اَل ُيْؤ ِم ُنوَن‬
“Sesungguhnya ia (iblis) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu di suatu
keadaan yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27)

Setan adalah sifat dan bukan makhluk, segala perilaku yang menentang
Allah dan mengakibatkan murka_Nya adalah sifat setan. Perilaku buruk ini
(setan), bisa dilakukan oleh jin dan manusia.

Iblis adalah nama salah satu jin yang membangkang perintah Allah. Dalil
bahwa iblis dari golongan jin adalah firman Allah,
‫َٰٓل‬
‫َو ِإْذ ُقْلَن ا ِلْلَم ِئَك ِة ٱْس ُج ُد و۟ا ِل َء اَد َم َفَس َج ُد ٓو ۟ا ِإٓاَّل ِإْبِليَس َك اَن ِمَن ٱْلِج ِّن َفَفَس َق َع ْن َأْم ِر َر ِّبِهٓۦۗ َأَفَت َّت ِخ ُذ وَن ُهۥ َو ُذ ِّر َّي َت ُهٓۥ‬
‫َأْو ِلَي ٓاَء ِمن ُد وِنى َو ُه ْم َلُك ْم َع ُد ٌّۢو ۚ ِبْئ َس ِللَّٰظ ِلِميَن َب َد اًل‬

“Ingatlah ketika Kami berkata kepada para maialakt, ‘Sujudlah kalian kepada
Adam!’ maka mereka semua-pun sujud kecuali Iblis. Dia dari golongan jin dan
membangkang dari perintah Allah.” (QS. Al-Kahfi: 50)

Iblis terputus dari rahmat Allah sejak dia tidak mau bersujud kepada
Nabi Adam Alaihi Wa Sallam dan iblis akan mati dalam keadaan kafir di hari
kiamat kelak.

Qorin adalah jin yang ditugasi untuk mendampingi setiap manusia dengan
tugas menggoda dan menyesatkannya. Karena itu, qorin termasuk setan dari
kalangan jin.

Apakah jin menikah dan mempunyai keturunan, Allah berfirman di surat Ar-
Rahman:

‫َلْم َيْط ِم ْثُهَّن ِإْنٌس َقْبَلُهْم َو ال َج اٌّن‬


“Para bidadari itu belum pernah tersentuh oleh manusia dan jin sebelumnya.”
(QS. Ar-Rahman: 56)
Ayat ini menunjukkan bahwa jin juga menikah sebagaimana manusia
menikah. Jin memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis, sebagaimana manusia
juga memiliki hal yang sama.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

“Manusia dan jin itu sama dalam hal sebagai makhluk hidup yang bisa
berbicara, mendapatkan perintah dan larangan. Mereka sama-sama makan, minum,
menikah, memiliki keturunan, dan tumbuh dengan adanya makanan dan minuman.
Ini adalah perkara yang sama-sama dimiliki oleh manusia dan jin. Mereka
(manusia dan jin) terbedakan dari malaikat. Karena malaikat itu tidak makan,
tidak minum, tidak menikah, dan tidak memiliki anak keturunan.” (Majmu’ Al-
Fataawa, 16: 192)

MACAM – MACAM PERKARA GAHAIB

Perkara ghoib itu ada beberapa jenis dan macamnya:

1. Ghoib Mutlaq

Ghoib Mutlaq di bagi menjadi dua:

a. Ghoib Mutlaq Tamm adalah perkara ghoib yang tidak di ketahui oleh
siapapun, tidak oleh Rosul yang di utus tidak pula oleh malaikat
yang dekat dengan Allah, kecuali hanya Allah semata yang
mengetahuinya. Seperti tentang waktu terjadinya hari kiamat, nasib
si fulan apakah kelak akan menjadi ahli neraka atau ahli surga, dan
lainnya. Perkara - perkara tersebut tertulis dalam Lauhul Mahfudz,
Allah berfirman:

‫ُقل اَّل َي ْع َلُم َم ن ِفى ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض ٱْلَغْي َب ِإاَّل ٱُهَّللۚ َو َم ا َي ْش ُعُروَن َأَّياَن ُيْب َع ُثوَن‬
"Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka
akan dibangkitkan". (An-Naml: 65)

Imam Ibnu Utsaimin Rahimahullah menyatakan ketika menjelaskan makna ayat ini:

“Yang dimaksud dengan perkara ghaib adalah sesuatu yang berstatus ghaib, dan
ghaib itu sesuatu yang relatif. Akan tetapi keghaiban mutlak maka ilmunya
khusus milik Allah Ta’ala.” (Syarah Aqidah Wasithiyyah : 158).

Kunci-kunci Perkara Ghaib

Kunci perkara ghaib di sini adalah hal ghaib yang bersifat mutlak yang
hanya diketahui oleh Allah semata, tidak ada penduduk langit dan bumi yang
mengetahui jenis perkara ghaib ini melainkan hanya Allah semata.

Allah Ta'ala berfirman:


‫َو ِع نَد ُهۥ َم َفاِتُح ٱْل َغ ْيِب اَل َي ْع َلُم َه ٓا ِإاَّل ُه َو ۚ َو َي ْع َلُم َم ا ِفى ٱْل َب ِّر َو ٱْل َب ْح ِر ۚ َو َم ا َت ْس ُقُط ِمن َو َر َق ٍة ِإاَّل َي ْع َلُم َه ا َو اَل َح َّبٍة ِفى‬
‫َٰت‬
‫ُظ ُلَٰم ِت ٱَأْلْر ِض َو اَل َر ْط ٍب َو اَل َي اِبٍس ِإاَّل ِفى ِك ٍب ُّم ِبيٍن‬
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri.” (QS Al-An’am : 59)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Kunci-kunci gaib ada lima yang tidak diketahui kecuali hanya oleh
Allah : Tidak ada yang mengetahui apa pun pada esok hari kecuali Allah, dan
tidak ada yang mengetahui apa pun yang diselubungi rahim-rahim kecuali oleh
Allah, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan hujan datang kecuali
Allah, dan tidak ada jiwa yang mengetahui dibumi manakah ia akan mati, dan
tidak ada yang mengetahui kapan kiamat terjadi kecuali Allah.” (HR. Al-
Bukhari no. 4697)

b. Ghaib Mutlaq Ghoir Tamm adalah perkara-perkara ghoib yang


sebagiannya di beritahukan oleh Allah kepada sebagian Rasul-Nya
mengenai kejadian yang akan terjadi.

‫َٰع ِلُم ٱْلَغ ْيِب َف اَل ُيْظ ِه ُر َع َلٰى َغْي ِبِهٓۦ َأَح ًد ا‬
‫ِإاَّل َمِن ٱْر َتَض ٰى ِم ن َّرُس وٍل َفِإَّن ۥُه َيْس ُلُك ِم ۢن َبْيِن َيَد ْيِه َو ِم ْن َخ ْلِفِهۦ َر َص ًدا‬

“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui keghaiban, maka Dia tidak memperlihatkan
kepada seorangpun tentang keghaiban itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-
Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan
di belakangnya”. (QS Jin : 26-27).

Oleh karenanya, terkadang Allah memberitahukan kepada sebagian manusia


(para Rasul) beberapa perkara yang ghaib, seperti tanda-tanda kiamat yang
banyak disampaikan oleh Rasulullahain sebagainya. Namun demikian, ilmu ghaib
yang Allah beri tahukan pada utusan-Nya tersebut hanyalah sebatas yang Allah
beritahukan sehingga tidak mencakup seluruh ilmu ghaib yang ada.

Kedua pembagian jenis ghoib diatas tidak boleh dimasuki, artinya


manusia dan jin tidak boleh menyelidikinya dengan sarana apapun untuk
mengetahuinya. Apabila kedua makhluk ini melanggar dengan masuk kedalamnya,
maka hukumannya sangat besar.

2. Ghaib Nisbi

Ghaib Nisbi (relatif) adalah perkara ghaib yang diketahui sebagian


makhluk dan tidak diketahui oleh sebagian yang lain. Contohnya, jin itu
mengetahui sesuatu yang kadang tidak kita ketahui, atau sebagian kita ada
yang mengetahui keberadaan suatu benda dan tidak diketahui oleh orang lain.

Jadi jin masuk kedalam ghaib nisbi, karena bisa di lihat oleh sebagian
orang. Ghaib nisbi di bagi menjadi tiga:
1. Nisbi yang berhubungan dengan zaman (waktu): Perkara ghoib ini
adalah apa saja yang sebelumnya ghaib bagi kita, dan terjadi pada
zaman dahulu kala, tetapi setelah diberitahukan oleh Allah melalui
firman-firman-Nya yang mulia di dalam Al Quran barulah kita
mengetahuinya.

"Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di


sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan)
ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". (QS. Ali-Imran: 37)

ۖ‫َفَت َقَّب َلَه ا َر ُّب َه ا ِبَقُبوٍل َح َس ٍن َو َأۢن َب َت َه ا َن َب اًت ا َح َس ًن ا َو َك َّفَلَه ا َز َك ِر َّياۖ ُك َّلَم ا َد َخ َل َع َلْي َه ا َز َك ِر َّيا ٱْلِمْح َر اَب َو َج َد ِع نَد َه ا ِر ْز ًقا‬
‫َق اَل َٰي َم ْر َي ُم َأَّن ٰى َلِك َٰه َذ اۖ َق اَلْت ُه َو ِمْن ِع نِد ٱِهَّللۖ ِإَّن ٱَهَّلل َي ْر ُز ُق َم ن َي َش ٓاُء ِبَغْي ِر ِحَس اٍب‬
2. Nisbi yang berhubungan dengan tempat : Perkara ghaib yang sebelumnya
kita tidak ketahui dari sesuatu, atau seseorang yang berada ditempat
yang terlihat, setelah kita menggunakan sarana tertentu, maka
sesuatu, atau seseorang itu bisa kita lihat :

{ ‫) َقاَل ِع ْفريٌت ِم َن‬38( ‫َقاَل َيا َأُّيَها اْلَم أل َأُّيُك ْم َيْأِتيِني ِبَع ْر ِشَها َقْبَل َأْن َيْأُتوِني ُم ْس ِلِم يَن‬
‫) َقاَل اَّلِذ ي ِع ْنَد ُه ِع ْلٌم‬39( ‫اْلِج ِّن َأَنا آِتيَك ِبِه َقْبَل َأْن َتُقوَم ِم ْن َم َقاِم َك َو ِإِّني َع َلْيِه َلَقِوٌّي َأِم يٌن‬
‫ِم َن اْلِكَتاِب َأَنا آِتيَك ِبِه َقْبَل َأْن َيْر َتَّد ِإَلْيَك َطْر ُفَك َفَلَّم ا َر آُه ُم ْسَتِقًّر ا ِع ْنَد ُه َقاَل َهَذ ا ِم ْن َفْض ِل َر ِّبي‬
)40( ‫} ِلَيْبُلَو ِني َأَأْشُك ُر َأْم َأْكُفُر َو َم ْن َشَك َر َفِإَّنَم ا َيْشُك ُر ِلَنْفِس ِه َو َم ْن َكَفَر َفِإَّن َر ِّبي َغ ِنٌّي َك ِر يٌم‬
“Sulaiman berkata, "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian
yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri?” 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan
jin berkata, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat
untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” Berkatalah seorang yang mempunyai
ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku,
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatNya). Dan barang siapa yang
bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri;
dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi
Mahamulia”. (QS.An-Naml: 39-40)

3. Nisbi yang berhubungan dengan hawas (pancaindra): Perkara ghaib ini


yang sebelumnya tidak bisa dilihat, atau didengar, tetapi setelah
kita menggunakan sarana tertentu kita bisa mendengar, atau
melihatnya. Bintang yang jaraknya jauh sekali tidak bisa kita lihat,
tetapi setelah menggunakan teleskop, atau teropong, maka kita bisa
melihatnya. Rentang pendengaran menggambarkan rentang frekuensi yang
dapat di dengar oleh manusia atau hewan lain, meskipun dapat juga
merujuk pada rentang tingkatan. Jangkauan manusia umumnya di
berikan sebagai 20 hingga 20.000 Hz, lebih dari ini manusia tidak
akan mampu mendengarnya. Setelah menggunakan alat tertetu kita bisa
mendengar suara yang bersumber lirih dari tersebut di atas. Lalu jin
masuk dalam jenis ghaib yang mana..? Allah berfirman:
‫َٰط‬
‫َٰي َبِنٓى َء اَد َم اَل َي ْف ِتَن َّنُك ُم ٱلَّش ْي ُن َك َم ٓا َأْخ َر َج َأَبَو ْي ُك م ِّم َن ٱْلَج َّن ِة َي نِز ُع َع ْن ُهَم ا ِلَب اَس ُهَم ا ِلُيِر َي ُهَم ا َس ْو َٰء ِتِه َم ٓاۗ ِإَّن ُهۥ َيَر ٰى ُك ْم‬
‫ُه َو َو َق ِبيُلُهۥ ِمْن َح ْي ُث اَل َت َر ْو َن ُهْم ۗ ِإَّن ا َج َع ْلَن ا ٱلَّش َٰي ِط يَن َأْو ِلَي ٓاَء ِلَّلِذيَن اَل ُيْؤ ِم ُنوَن‬
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya
auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak
beriman". (QS. Al-A'raf: 27)

Didalam ayat diats ada dua gabungan jenis ghaib muqayyad :

Kata " ‫ َح ْيُث‬artinya dari suatu tempat". Ini masuk kedalam ghaib nisbi
yang berhubungan dengan tempat. Lalu kata " ‫ ۗ اَل َتَر ْو َنُهْم‬artinya tidak bisa melihat
mereka". Ini masuk kedalam ghaib nisbi yang berhubungan dengan hawas (panca
indra)

Kesimpulannya bahwa jin itu masuk kedalam ghaib muqayyad (nisbi) dan
boleh kita masuk kedalamnya dalam arti menyelidiki bagaimana keberadaan
meraka, bagaimana asal penciptaan mereka dengan tujuan untuk mengetahui
mudharat yang mereka timbulkan kepada manusia. Jadi wajib kita mempelajari
seluk beluknya.

MUKASYAFAH

Terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu mukasyafah...?

Mukasyafah secara bahasa berarti : "Terbukanya tirai atau hijab"

Asal katanya kasyafa, berarti tersingkap, sedangkan secara istilah


mukasyafah adalah : "Menyingkap apa yang ada di belakang tirai (hijab)
mengenai makna -makna ghoib dan masalah - masalah yang nyata."

Mukasyafah di bagi menjadi dua :

1. Mukasyafah sahihah : ini terjadi pada wali - wali Allah

2. Mukasyafah bathilah : ini terjadi pada wali - wali setan

Di sini kita akan membahas masalah mukasyafah bathilah yang sering


terjadi pada wali - wali setan yang mereka anggap itu adalah dari Allah.
Dengan membahas mukasyafah bathilah, nanti akan mengerti perbedaan mukasyafah
sahihah dan mukasyafah bathilah.

Mukasyafah bathilah terjadi dengan dua keadaan :


1. Ketika terjaga, dan ini juga mempunyai lima cara :

Pertama : Bisikan melalui pendengaran (Clairaudience)

Dari 'Urwah, dia mengatakan : 'Aisyah berkata : " Orang - oang


bertanaya kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam tentang para kabin,
maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata kepada mereka : "Mereka
tidak benar atau batil". Para Sahabat mengatakan : "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya para kabin itu terkadang menceritakan sesuatu yang menjadi
kenyataan". Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam berssabda : "Itu adalah
satu kalimat jin, jin mencopet kalimat itu lalu membisikkannya pada telinga
wali (kekasih)nya seperti berkoteknya ayam. Kemudian para kabin itu mencampur
pada kalimat itu lebih dari seratus kedustaan."

Jadi Jin berbicara kepada seseorang yang ingin dia ketahi tentang
masalah ghoib, dan di dengar oleh orang ini. Cara ini biasannya berulan -
ulang seperti suara ayam yang sedang mematuk makanannya.

Seperti misalnya seseorang mendengar suara mengatakan. "Saya Imam


Mahdi, saya sunan kali jaga dan lain - lainnya."

Kedua : melalui Penglihatan (Clairvoyance)

"Dari Abu Sa'id berkata : Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, Abu


Bakar dan Umar berpapasan dengan (Ibnu Shayyad) di salah satu jalan Madinah
lalu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam bertanya kepadanya : "Apa kau
bersaksi bahwa aku utusan Allah?" ia balik bertanya: Apa kau bersaksi bawhwa
aku utusan Allah? Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam: "Aku beriman
kepada Allah, Malaikat, dan Kitab - Kitab-Nya." Beliau bertanya : Apa yang
kau lihat?" ia menjawab: Aku melihat singgasana di atas air. Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : "Kau melihat singgasana iblis di atas
laut." Beliau bertanya : "Apa yang kau lihat?" ia menjawab : Dua orang yang
jujur dan seorang pendusta, atau dua orang pendusta dan seorang yang jujur.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : "Ia dikaburkan, biarkanlah
dia."

jadi ini terjadi seperti seorang Jin yang memberitahu walinya tentang
masalah ghaib dengan gambaran nyata seperti : Jin menampakan diri dan mengaku
sebagai seorang nabi, abu bakar atau orang - orang shalih. Biasanya juga
terjadi pada seseorang yang bertapa di kuburan orang shaleh. Jinnya
menampakan dirinya seperi orang shaleh yang di kubur dengan tiba - tiba
jinnya keluar dari kuburnya. Jin juga akan memberitahu dengan menggambarkan
siapa pencuri dari harta yang di curi dan memperlihatkan tempat hartanya.

Ketiga : Melalui pendengaran dan penglihatan

Dengan melalui pendengaran dan gambran yang nyata dari yang ghaib.
Disini setan menampakkan dirinya seperti nabi Khidhir atau menampakkan diri
seperti seorang yang telah meninggal dunia.
Keempat : Melalui jiwa seseorang

Setan membisikkan dalam jiwa seseorang tentang apa saja yang dia
inginkan. Carannya bisa jelas seperti; seseorang sudah merasakan bahwa
sesuatu akan terjadi, misal ada yang ketok pintu dan tuan rumah langsung
mengatakan: "Itu Ahmad yang datang". Atau seseoran sudah merasa akan terjadi
kecelaan dan kecelakaan terjadi. Bisa caranya tidak jelas seperti; seseorang
sudah merasa dadanya olong sebelum datangnya sesuatu yang menggembirakan,
atau sudah merasa sessak sebelum datangnya sesuau yang membuatnya sedih.

Kelima : Melalui Fisik

Seseorang melihat perubahan fisiknya kemudian di sangkut pautkan pada


sesuatu yang akan terjadi, baik sesuatu yang akan terjadi itu baik maupun
yang buruk. Misal seseorang gatal hidungnya, lalu dia berkata : "Saya akan
kedatangan tamu sekarang". Bila tangan kanannya gatal dia bilang: "Saya akan
dapat rizki hari ini". Atau misalakan mata kanan kedutan, dia bilang saya di
bicarakan baik dan kalo mata kirinya yang keduan dia bilang saya di gosipin.
Keyakinan diatas sudah menyebar di masyarakat, hinga hal itu di jadikan suatu
kepercayaan. Keyakinan tersebut kadang menyebabkan seseorang gagal dalam
berpergian, atau melakukan sesuatu. Ini masuk pada tathayyur yang dilarang.

Mukasyafah di atas kadang juga terjadi pada seseorang yang sedang ada
gangguan non medis ketika sedang di ruqyyah. Hal ini terjadi di sebabkan oleh
tidak mampunnya jin di dalam tubuhnya untuk hadir ketika di bacakan ayat
ruqyyah. Dlam keadaan seperti ini, pasien menyadari apa yang terjadi di
sekelilingnya, bahkan mendengar semua pertanyaan peruqyahnya, disinilah
pasien ini mendapatkan salah satu cara mukasyafah untuk menjawab setiap
pertannyaan peruqyyah.

Sebagian pasien, ketika di suruh memejamkan matanya, mereka melihat


letak shir atau tempat sihirnya di tanam.

2. Ketika Tidur, mempunyai dua cara :

1. Seseorang yang bermimpi di malam hari dan paginya menjadi kenyataan,


misalnya seseorang bermimpi di ruqyah oleh seseorang tertentu, lalu pagi
harinya orang yang di mimpinya benar - benar meruqyah. Bisa juga seseorang
bermimpi di cukur dan pagi harinya benar - benar sudah di cukur, ini memang
terjadi karena jinlah yang sudah mencukurnya. Ini terjadi pada orang yang
jauh dari Al Qur'an dan sunnah, jin yang mencukurnya juga dari golongan jin
yang jauh dari Al-Qur'an dan sunnah tau orang tersebut memiliki mazhab yang
sama dengan orang tersebut.

2. Mimpi batiniyah yaitu seseorang merasa kejadian yang sekarang


diaalami sudah pernah terjadi atau sudah ia lewati atau terjadi berulan
(dejavu)
Apa tujuan mukasyafah ini ada dua :

Pertama : Untuk Pemberitahuan

Cara ini terjadi dengan permintaan jin kepada manusia, dan ini sama
dengan seorang dukun. Jin yang merasuki tubuh menampakkan diri, baik dalam
keadaan terjaga maupun tidur, dan berkata: "Saya ingin membantumu untuk
mengobati orang atau saya ingin mengobati orang melalui engkau atau saua
ingin menunjukkan engkau tempat harta karun atau tempat keris atau cincin
yang bagus.

Semua ini masuk pada istidraj dan membuat hati bergantng pada jin ini.
Diantara bentuk istidraj seperti : bila engkaumenginginkan kehadiranku maka
bacalah surah ini dengan jumlah sekian-sekian, atau bacalah shalawt dengan
jum'ah sekian dan pada waktu tertentu maka aku akan datang. Bentuk lain dari
istidraj adalah jin ini membangunkan anda untuk shalat subuh.

Kadang jin ini menyakii anda bila malas dalam shalat, jin ini juga
kadang memberikan anda nasehat agar tidak berbuat kemungkaran. Yang di
inginkan setan adalah bagaimana agar hati terus bergantung kepadannya.

Mukasyafah ini terjadi pada orang - orang yang kesurupan, yang


tersihir, yang terkena hasad, dan yang terkena gangguan jin. Sebagian orng
yang tersebut di atas dapat terjadi beberapa mukasyafah dari jin yang sedang
merasukinnya baik waktu terjada maupun waktu tidur, diantarannya bermimpi
sesuatu da besoknua mimpi itu terjadi atau merasa sesuatu yang di alami saat
ini pernah terjadi sebelumnya, atau tiba - tiba dia bisa menafsirkan mimpi.

Kadang orang ini menganggap hal itu sekedar mimpi, tapi sebenarnya itu
adalah mukasyafah dari setan, karena seringnya hal tersebut terjadi, orang
ini menganggap kejadian tersebut merupakan suatu kebaikan, atau tanda
dekatnya orang ini kepada Allah, semua ini adalah tanda bencana, dan tubuh
orang ini benar - benar telah di kuasai oleh setan.

Kedua : Untuk Mengajar

Jin ini mengajarkan kepada manusia beberapa kalimat, atau mengajarkan


agar seseorang melakukan suatu perbuatan jika di ucapkan atau jika di
kerjakan akan terjadi suatu tujuan, ini masuk kedalam sihir dan ini terjadi
dengan melakukan kurban. Lalu apa perbedaan antara mimpi yang baik dengan
mukasyafah bathilah dan kasyf bathil?

Ada daa hal yang perlu kita cermati untuk mengetahi perbedaannya:

a. Melihat keadaan orang yang mendapatkan mukasyafah atau mimpi. Jika


yang mendapatkan mukasyafah atau mimpi ini adalah ulama, atau orang-orang
shalih yang bermanhaj salafus sholih maka sebeagian besar yang terjadi pada
mereka adalah mukasyafah atau mimpi dari Allah atau mukasyafah rahmaniyah
atau ru'ya shodiqah. Adapun jika seseorang fasik, ahli bid'ah, atau tidak
bermanhaj salafus sholih, maka ini mukasyafahatau mimpi dari setan.
b. Keadaan mukasyafahdan mimpi itu sendiri. Mukasyafahdari Allah itu
jarang terjadi, jadi terjadi pada seseorang beberapa kali saja dalam
hidupnya, adapun mukasyafah dari setan terus terjadi dan berhenti terjadi
bila setan ini keluar dari tubuh, atau orangnya sembuh dari gangguan jin.
Bila seseorang bermimpi dan keesokan harinnya, atau beberapa hari saja
mimpinya menjadi kenyataan, maka ini adalah mimpi atau mukasyafah dari setan,
tapi bila mimpi atau mukasyafah itu terjadi setelah beberapa tahun, maka ini
mukasyafah atau mimpi dari Allah.

Lihat kisah Nabi Yusuf 'Alaihi wa sallam, beliau bermimpi waktu masih
kecil dan terjadi mimpinya setelah dewasa. Mukasyafah dan mimpi dari Allah
pasti di awali oleh kejadian - kejadian, tapi mukasyafah dan mimpi dari setan
terjadi seperti secepat membalikkan tanggan. Mimpi yang baik kebanyakan
adalah menjajikan suatu kebaikan dan membenarkan yang hak, tapi mimpi atau
mukasyafah setan itu adalah menjanjikan keburukan sehingga yang terjadi
adalah mimpi yang burruk - buruk saja. Mimpi dari Allah itu di impikan pada
waktu turunnya malaikat seperti waktu sahur, tapi mimpi dari setan itu
biasanya datang pada waktu awa malam (bertebarannya setan), awal siang, atau
waktu terbit dan tenggelamnya matahari.

Mimpi dan mukasyafah dari setan inilah yang sering di anggap karomah
oleh orang - orang sufi, dan ahli bid'ah, sehingga mereka sesat, dan
menyesatkan.

Kesimpulan dari pembahasan ini adalah membedakan antara mukasyafahatau


mimpi dari Allah dan dari setan sangatlah gampang. Lihat keadaan agama orang
ini dan lihat cara kerja mimpi dan mukasyafah yang terjadi padanya. Bila
orang yang mendapat mukasyafahdan mimpi adalah orang shalih yang bermanhaj
salafus sholih dan datangnya di waktu sahur, dan jarang sekali terjadi maka
itu dari Allah dan sebaliknya bila mimpi dan mukasyafah itu terjadi pada ahli
bid'ah, terjadinya berulang - ulang atau sering sekali terjadi maka ini
adalah mukasyafah dan mimpi dari setan.

KHAWARIQUAL ‘ADAH

Agar kita lebih memahami apa itu khawriqul 'adah ini, maka alangkah
baiknya kita mengetahui baik secara bahasa maupun istilah. Secara bahasa
"khawariq" artinya melanggar, atau menembus, sedangkan "'adah" secara bahasa
adalah kebiasaan.

Jadi "khawariq 'adah" secara istilah adalah setiap perkara atau


kejadian yang menyalahi atau melanggar kebiasaan, atau setiap sesuatu yang
terjadi di luar jangakauan adat (kebiasaan) yang hasilnya tampak, namun
sebabnya tidak ada, atau sebaliknya sebabnya ada namun hasilnya tidak ada.
Lebih jelasnya bahwa khawariq 'adah itu adalah sesuatu yang biasa didapatkan
manusia yang di dahului oleh adannya sebab - akibat dan bisa di rasakan oleh
panca indra.
Contohnya seperti : adatnya api itu panas maka dengan khawariq'adah api
menjadi tidak panas atau adatnya pisau itu bisa melukai seseorang namun
dengan khawariq 'adah menjadi pisau tersebut tidak bisa melukai orang.

Ahlu Sunnah sepakat bahwa khawariq 'adah atau kemampuan yang terjadi
diluar akal manusia itu ada dan benar yang Allah berikan kepada para Nabi dan
Rasul, dan juga para wali - wali Allah yang di kehendakiinya, baik itu berupa
mu'jizat, karamah, maunah, irhash atau yang lainnya.

Khawariqul 'adab di bagi menjadi lima:

1. Mu'jizat

Yaitu sebuah kekuatan atau keistimewaan diluar akal yang hanya dimiliki
oleh Rosul yang memiliki mandat kenabian yang mana dengan muji'zat inilah
Rasul menghadapi musu - musuhnya. Jadi mu'jizat adalah perkara di luar
kebiasaan yang diberikan oleh Allah langsung kepada para Nabi dan Rosul-Nya
dan mu'kizat ini adalah sebuah anugerah kekuatan yang di miliki tanpa adanya
proses usaha (ritual) serta tanpa adanya proses belajar dahulu, atau dipinta.

Mu'jizat ini terjadi karena di awali oleh adanya tantangan dari musuh -
msuh para Rosul untuk membuktikan kebenaran kenabian dan keabsahan
risalahnya. Sebenarnya istilah mu'jizat tidak ditemui baik dalam Al-Quran
maupun dalam hadist-hadist Rasul, kata ini adalah ungkapan yang di pakai para
ulama pada akhir abad kedua dan awal abad ketiga setelah maraknya pembukuan
berbagai disiplin ilmu, di antrannya adalah ilmu aqidah.

Dalam Al-Quran sendiri untuk menyebut kata lain dari mu'jizat adalah
ayat bayyinah, burhan dan sulthan. sebagaimana yang tercantum pada ayat-ayat
berikut ini:

"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh
jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, pastilah mereka beriman kepada-
Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi
Allah". Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang
mereka tidak akan beriman". (QS. Al-An’am: 109)

"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu.
Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi
Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang
karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih". (QS. Al-A'raf: 73)

"Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat


bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila
ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan
kamu hadapkan kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang fasik". (QS. Al-Qashash: 32)

"Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah,


Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu
dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?"
Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu
menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu
disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang
nyata". ( QS. Ibrahim: 10)

Lebih jelasnya mu'jizat adalah perkara atau kejadian luar biasa yang di
sertai dengan penentangan dan selamat dari perlawanan yang di berikan
langsung oleh Allah kepada para Rasul.

Bisa juga kita tarik kesimpulannya bahwa mu'jizat aalah perkara luar
biasa yang terjadi di luar sunnatullah sehingga tidak ada sngkut pautnya
dengan sebab-musabab, dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh makhluk baik
dengan cara latihan ataupun uji cob, karena itu semua datang dari Allah yang
di turunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya.

Adapun mu'jizat itu sendiri mempunyai syarat-syarat di antarannya:

a. Mu'jizat haruslah perkara luar biasa, maksudnya adalah


mu'jizat haruslah perkara yang luar biasa baik perkataan, seperti; Al-
Quran Al-Karim, dan terbelahnya bulan. Adapun seperti; tasbihnya batu
kerikil, ratapan batang kurma, atau berupa perbuatan seperti
memancarnya air dari sela-sela jari Rasulullah, maka ini masuk kedalam
karomah, karena terjadinya bukan diawali oleh suatu tantangan.

b. Perkara luar biasa tersebut berasal dari Allah sebagai


penunaian janji-Nya. Hal ini sebagaimana yang Allah firmankan:

"Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada
(pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul
membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah
datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu
rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil". (QS. Al-Ghaafir: 78)

c. Selamat dari perlawanan. Hal ini terjadi apabila musuh


melakukan perlawanan yang serupa, maka mu'jizat Rasul ini sebagai
hujjah dan pembaal dari perlawanan musuhnya.
d. Mu'jizat yang terjadi sesuai dengan pengakuan orang yang
mengklaimnya, dan tidak bertentangan dengannya.

e. Mu'jizat adalah sebai tantangan

Inilah syarat pokok terjadinnya sebuah mu'jizat, sebagai tantangan bagi


yang menentang dakwah para Rasul-Nya.

2. Karomah

Yaitu keistimewaan yang di berikan kepada wali-wali Allah yang mampu


meneladani perintah syari'at Nabinya. Karomah ini adalah sebuah anugerah
kekuata yang dimiliki tanpa adanya proses belajar serta tanpa adanya proses
ritual-ritual amalan tertentu, dan karomah ini di bagi menjadi dua yaitu :
Irhash dan Mau'unah

Irhash adalah sebuah keistimewaan yang di abugerahkan kepada calon Nabi


sebelum beliau menerima wahyu kenabiannya. Jadi irhash adalah kejadian luar
biasa atau hal-hal yang istimewa pada diri calon Nabi atau Rasul ketika masih
kecil atau ketika mereka belum menjadi Nabi atau Rasul, contohnya; Nabi
Muhammad Shalallahu'Alaihi Wa Sallam selalu di naungi oleh awan sehingga
beliau tidak kepanasan saat beliau melakukan perjalanan ke negri Syam untuk
berdagang.

Atau Peristiwa yang terjadi pada diri Nabi Isa 'Alaihi Wa Sallam ketika
beliau masih bayi dalam bauaian ibunya, Maryam. Pada saat masih bayi, Nabi
Isa dapat berbicara kepada orang-orang yang melecehkan ibunya.

Pembicaraan nabi Isa 'Alaihi Wa Sallam ketika beliau masih bayi di


abadikan oleh Allah dalam Al-Quran surat Maryam ayat 29-33,

"Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?" Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di
mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Dalih inilah yang menunjukan bahwasannya irhash itu terdapat pada diri
calon seorang Nabi. Kalau kemampuan di luar nalar manusia yang di bawa para
Nabi adalah mu'jizat, dan apabila yang membawanya adalah orang-orang shalih
di sebut karomah, yang tentunya semua ini datang dari Allah dan atas
kehendak-Nya sebagai pertolongan dan bukti kebenaran para wali-wali Allah
dalam mengemban kebenaran, namun disana ternyata ada kemampuan di liar
kebiasaan manusia, sehingga orang tersebut bisa terbang di udara, berjalan di
atas air, meramalkan masa depan, melihat hal-hal yang ghaib, atau kemampuan
luar biasa lainnya yang hadirnya dengan cara menentang syariat; seperti
pesugihan, bertapa sekian hari di tempat-tempat keramat lainna, atau
berkorban kepada selain Allah dengan cara-cara yang bathil yang tujuannya
adalah ingin mendapatkan khawariqul 'adah yaitu kemampuan di luar kebiasaan
manusia pada umumnya dan mendapatkan sanjungan dan pujian di hadapan manusia.

Ma'unah yaitu anugerah spiritual yang di berikan kepada hamba yang


beriman yang tidak melakukan kefasikan serta tidak terjerumus dalam ghurur.
Jadi Ma'unah adalah pertolongan yang di berikan oleh Allah kepada orang
mukmin untuk mengatasi kesulitan yang menurut akal sehat itu melebihi
kemampuannya. Ma'unah terjadi kepada orang biasa berkat perolongan Allah,
misalnya orang yang terjebak dalam kobaran api yang sangat dahsyat kemudian
berkat ma'unah atau pertolongan Allah ia selamat dari kobaran api tersebut.

Lebih jelasnya Karomah dalam terminologi ulama ilmu tauhid adalah


perkara atau suatu kejadian yang luar biasa yang terjadi di luar nalar dan
kemampuan manusia awam yang terjadi pada diri seorang wali Allah dengan
campur tangan Malaikat.

Abu Muin An-Nisfi pernah berkata tentang definisi karomah yaitu


"munculnya kejadian-kejadian di luar kebiasaanmanusia tanpa adanya latihan,
persiapan sebelum serta tidak ada sangkut pautnya dengan kenabian.

Dari sekilas definisi di atas bahwa karomah adalah kejadian luar biasa
yang di alami seorang hamba tanpa adanya kesenjangan sebelumnya dan bukan
sebagai tanda dari kenabian, hal ini biasanya di alami oleh pawa wali (orang-
orang shalih) sebagai ta'yyid (dukungan), I'anah (pertolongan), tasbit
(peneguhan), atau pertolongan atas agamanya. Adapun wali-wali Allah adalah
orang-orang mukmin yang bertakwa dan setiap mukmin yang bertakwa adalah
mereka yang termasuk para wali Allah sesuai kadar keimanan dan ketakwaan yang
mereka miliki, yang kemudian dengan keimanan dan ketakwaannya, Allah memberi
mereka suatu hal yang luar biasa yang secara akal manusia tidak akan bisa di
lakukan kecuali dengan pertolongan-Nya dan ini di sebut Karomah.

Apabila kejadian luar biasa ini terjadi bukan kepada wali melainkan
pada orang berdosa dan sesat maka itu bukan termasuk karomah melainkan
istidraj (penghinaan) Allah kepada agar semakin dalam ia terjerumus ke
kubangan kemaksiatannya atau kesesatannya. Seperti kisa Musailamah Al Kadzab
yang mampu menyembuhkan penyakit orang buta dengan usapan tangannya maka ini
bukan bentuk karomah.

Contoh karamah yang dialami para wali adalah kisah Maryam binti Imran
yang telah Allah abadikan dalam Al Quran :

"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya
pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia
dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu
memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah".
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab". (QS. Al Omran: 37)

Dalam ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan tentang karamah walinya
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab:

"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk
kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An-Naml: 40)

Kisah Shilah bin Asyim yang Allah hidupkan kembali kudanya setelah
mati, sehingga dengan kudanya ini iya mampu kembali pada keluarganya, ketika
ia sampai di rumah shilah berkata kepada anaknya "Pasakan di atasnya pelana
sungguh ia tidak memakainya" maka tatkala sang anak mengenakan pelana kuda,
tersungkurlah sang kuda (mati). Inilah yang dinamakan karamah yang di berikan
Allah kepada Shilah bin Asyim karena bentuk ketaatannya kepada Allah sehingga
kuda yang tadinya sudah tiada kembali hidup dengan izin Allah.

Perbedaan antara mu'jizat dan karamah :

1. Mu'jizat sangat berkaitan erat dengan kenabian dan tantangan kepad


musuh-musuhnya, sedangkan karamah tidak demikian.

2. Terjadinya mu'jizat itu dengan sepengetahuan Nabi, adapun karamah


bukan kehendak wali dan tanpa sepengetahuannya.

3. Mu'jizat sengaja ingin di munculkan oleh seorang Nabi dengan izin


Allah sebagai tantangan, sedangkan karamah sang wali berusaha menyembunyikan
serta khawatir bila itu adalah istidraj, dan sangat takut bilamana karamah
yang ia dapatkan sebagai tipu daya yang menyebabkan ia terkenal.

4. Kemunculan karamah sangat berkaitan erat dengan amal shalih,


keyakinan yang benar, kesungguhan dalam ibadah, serta dampak dari menjauhi
kejelekan.
Persamaan antara mu'jizat dan karamah

1. Baik mu'jizat maupun karamah keduannya tidak bisa di pelajari secara


alamiyah atau di wariskan kepada anak keturunan, semuannya adalah murni
anugrah dari Allah namun berbeda subtansi dan tujuannya.

2. Kemunculannya mutlak atas izin dari Allah serta bentuk dan wujudnya
pun Allah yang menentukan baik dengan di utusnya malaikat atau dengan cara
lainnya yang banyak di sebukan dalam nash yang shahih.

3. Istidraj

Yaitu sebuah kekuatan spiritual yang di miliki orang fasik atau orang
yang terjerumus dalam ghurur, jadi Istidraj adalah suatu jebakan berupa
kelapangan riski padahal yang di beri dalam keadaan terus menerus bermaksiat
kepada Allah. Dari 'Uqbah bin 'Amir Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wa Sallam bersabda:

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka
(ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang
disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam
berputus asa". (QS. Al-An'am: 44)

4. Sihir

Yaitu sebuah kekuatan spiritual yang diperoleh dengan cara ritual-


ritual tertentu dan dikuasakan pada diri orang yang fasiq atau orang kafir
dengan bantuan setan. Lebih jelasnya sihir adalah sebuah ikatan atau ucapan -
ucapan yang bisa mempengaruhi hati dan anggota badan, dan bisa menyebabkan
seseorang sakit, terbunuh atau bercerainya seorang suami dengan istrinya
dengan sebab perjanjian antara tukang sihir dengan sebab kekafirannya yang
masih dalam batas kemampuan makhluk dengan takdir Sang Pencipta.

5. Hasad

Adalah jiwa yang kotor yang menginginkan nikmat yang ada pada orang
lain itu rusak.

Khawariqul 'adab yang diakibatkan oleh sihir dan hasad itu murni akan
adanya campur tangan dari setan sedangkan untuk mu'jizat dan karamah itu
murni campur tangan dari Allah.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kita sebagai seorang praktisi ruqyah syar’iyyah harus memiliki


pedoman sebagai berikut :

1. Mengobati seseorang tidak di pandang dari sisi materinya saja.

2. Mempunyai alat ukur atau pedoman kita adalah Allah dan Rasul-
Nya.

3. Memahami jenis – jenis jin

4. Kita juga harus memahami apa itu mu’jizat, karamah, dan


istidraj agar kita tidak terjerumus dalam ajaran yang
menyesatkan.

Anda mungkin juga menyukai