Disusun Oleh
Muhamad Lexsi Pratama
NIM : 2312140038
Agita Naysilla Putri
NIM : 2312140032
Putri Annisa
NIM : 2312140029
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta
alam, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga makalah yang
berjudul “Petunjuk Nabi Muhammad SAW Tentang Etos Kerja” dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan tanpa halangan apapun. Shalawat serta
salam kami sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan umat beliau hingga akhir zaman.
Kami mengucapakan terima kasih kepada bapak Munib, M.Ag. yang telah
membimbing proses penyusunan makalah, dan juga kami selaku penulis dalam
pembuatan makalah ini tentu menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan masukan serta kritik yang membangun dari
pembaca agar nantinya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian kami pun
meminta maaf yang sebesar besarnya apabila terdapat kesalahan pada makalah ini
sebab kesempurnaan hanya milik Allah.
Akhir kata, dengan mengharap ridho Allah SWT kami berharap semoga
makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menaati
perjalanan beraqidah menuju jenjang kehidupan akhirat, dan semoga makalah ini dapat
berperan sebagaimana mestinya. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................12
B. Saran ...............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ajaran Islam, iman seseorang belum tentu memberikan arti penting
bagi kehidupannya jika tidak disertai dengan aktivitas, amal perbuatan, dan kerja.
Sebaliknya, jika aktivitas dan amal perbuatan tidak dilandasi dengan iman, pasti
akan bernilai hampa. Islam melihat bahwa bekerja telah menjadi kodrat hidup
manusia dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain itu, kerja juga
menjadi jalan menuju ridho Allah SWT dengan cara senantiasa mendekatkan diri
kepada-Nya. Bekerja adalah fitrah sekaligus identitas manusia yang didasarkan
pada prinsip-prinsip iman (tauhid). Tidak hanya itu, bekerja dapat meninggikan
derajat manusia yakni; Allah akan menjadikan harga diri manusia berbanding lurus
dengan instrument amaliyahnya di dunia. Seperti yang kita ketahui bahwa bekerja
merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim karena dengan bekerja seorang
muslim dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai umat manusia yaitu makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia. Setiap pekerjaan yang dilakukan
karena Allah sama halnya dengan melakukan Jihãd fî Sabîlillah.
Dasar pemikiran hal tersebut adalah bahwa ketika Islam menjadi suatu
sistem keimanan, maka etos kerja dalam Islam juga mempunyai sudut pandang
yang positif mengenai persoalan dalam etos kerja. Etos kerja yang kuat
memerlukan kesadaran yang kuat pula bagi setiap orang yang bersangkutan atas
pekerjaannya sehingga mampu melihat secara menyeluruh dari pandangan
hidupnya. Etos kerja yang kuat dapat memberi manfaat dan kesadaran akan makna
pekerjaan dan tujuan hidupnya. Untuk itu berdasarkan dari latar belakang diatas,
maka melalui makalah ini penulis akan membahas tentang Petunjuk Nabi
Muhammad Saw tentang Etos Kerja.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa hadis tentang pekerjaan yang paling baik ?
2. Apa hadis tentang larangan meminta-minta ?
3. Apa hadis tentang mukmin yang kuat dan mendapat pujian ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disampaikan diatas, adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pekerjaan yang paling baik.
2. Untuk mengetahui larangan meminta-minta.
3. Untuk mengetahui mukmin yang kuat dan mendapat pujian.
D. Metode Penulisan
Penulisan dalam makalah ini menggunakan metode Normatif dilakukan
melalui library research and internet searching. Sehingga memerlukan berbagai
literature untuk memberikan penjelasan yang lengkap.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Islam itu indah Ia selalu memberi pengajaran yang baik dalam segala aspek
kehidupan termasuk memberi pelajaran kepada umatnya agar senantiasa bekerja
dan berusaha dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Dalam hadits dikatakan:
ْب؟ َم َع هْل الر هج ِْل بِيَ ِدِْه َوهكل ِْ أَيْ ال َكس: للاه َعلَي ِْه َو َسل َْم َسئِ َْل
ب أَطيَ ه ْ ص لى ْ ِاعةَْ ب ِْن َرافِعْ أَنْ الن
َ ب َ ََعنْ ِرف
ْبَي ِْع َمْبهور
Artinya : "Rifa'ah bin Rafi 'I berkata bahwa Nabi SAW ditanya, "Apa mata
pencaharian yang paling baik?" Nabi menjawab, "Seseorang bekerja dengan
tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih." (Diriwayatkan oleh Bazzar dan
disahkan oleh Hakim)1
Dari hadits di atas, dapat dipahami bahwa sangat tidak dianjurkan jika
seseorang ingin memiliki kehidupan yang cukup tapi hanya menadahkan tangan
berharap rezeki turun dari langit tanpa ada usaha. Namun, tidak dibenarkan pula
jika hanya mengandalkan kemampuan usaha tanpa diiringi do'a serta memohon
pertolongan Allah SWT.2 Hal tersebut tidak sedikit terjadi di sekeliling kehidupan
kita, masih banyak yang terlarut dalam pekerjaannya tanpa sadar bahwa ada yang
yang selalu membantunya di balik kemampuannya, atau sebaliknya yang hanya
mengandalkan do'a berharap mendapatkan hasil tanpa mau bekerja keras untuk
mendapatkannya. Padahal, Allah menciptakan segala apa yang ada di bumi ini tidak
1
Muh Faiz Almath, "1100 Hadits Terpilih" (Jakarta : Gema Insani, 2020).
2
Zulfikar Achmad Riyadi, "Etos Kerja Dalam Perspektif Hadis: Kajian Hadis Tematik" (UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, 2022).
3
ada yang sia-sia, semuanya bisa dimanfaatkan oleh manusia, diolah dan dikelola
sebaik mungkin hingga menjadi sumber penghasilan kehidupan atau bahkan
tercipta lapangan pekerjaan untuk orang lain.
QS Al-Jumu’ah : 10
۟ ۟ ۟
ْض َْوٱب تَ غهوا ِْمنْفَض ِلْٱَّللِ َْوٱذ هك هرواْٱَّللَْ َكثِ ًرياْل َعل هكمْتهفلِ هحو َن
ِ تْٱلصلَ ٰوةهْفَٱنتَ ِش هروا ِِْفْٱْلَر
ِ ضي
ِ ِ
َ فَإذَاْقه
Qs An-Naba : 11
ْاشا
ً ار َم َع
َْ و َج َعلنَا الن َه
3
Aziz Taufiqurrahim et al., “Etos Kerja Perspektif Al-Qur’an Dan Hadis,” Jurnal Multidisiplin
Madani 2, (2022): 1093–1108.
4
Siti Maria Ulfah, “Etos Kerja Dalam Perspektif Hadis,” (UIN SMH Banten 2020) 24.
4
dan akhirat harus seimbang, agar di dunia mendapatkan kemakmuran, pun di
akhirat mendapat kesenangan pula serta bebas dari celaka. Menerapkan pola pikir
yang demikian memang tidak mudah, perlu adanya kesadaran dari setiap diri
masing-masing bahwa dalam mencapai sesuatu yang kita inginkan tidak ada yang
instan, semuanya perlu proses dan kerja keras.
Hadits tersebut juga sebagai dalil (bukti) penetapan sesuatu yang disenangi
oleh tabi'at hati manusia di antara usaha-usaha manusia itu. Hanya saja Rasulullah
saw. Ditanya tentang usaha yang paling baik, yaitu usaha yang paling halal dan
paling berkah mengusahakan usaha tangan dari jual beli yang bersih dari tipu daya,
menunjukan bahwa usaha tangan itulah yang paling baik.5
َْ َْي هك هل ِْمن ِ ِِ ِ ِ
ْع َم ِلْيَد َ ْع َم ِلْيَده َْوْإِنْنَِبْاَّلل
َ ْد هاو َدْ َكا َن َ َْي هك َلْمن
َ ْخ ًرياْمنْأَن َ َماْأَ َك َلْأ
َ َح ٌدْقَط
5
Mhd Thoib Nasution, “Etos Kerja Dalam Perspektif Islam,” Ihtiyath: Jurnal Manajemen
Keuangan Syariah 1, (2017).
6
Muhammad Al-Bukhari, “Sahih Al-Bukhari” (Dar Ul-Hadith, 1978).
5
Hadits ini menunjukkan keutamaan bekerja mencari nafkah yang halal dan
berusaha memenuhi kebutuhan diri dan keluarga dengan usaha sendiri. Bahkan ini
termasuk sifat-sifat yang dimiliki oleh para Nabi, sahabat nabi dan orang-orang
yang shaleh. 7
Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar, yang paling tinggi di antara usaha tangan
itu adalah apa yang diperoleh dari harta kekayaan orang kafir melalui jihad dan itu
adalah usaha Nabi Muhammad saw. Itulah seutama-utamanya usaha, karena
usahanya itu demi untuk menegakan Agama Allah.
1) Dalam usaha mencari penghidupan pilihlah usaha atau mata pencaharian yang
paling baik adalah yang halal dan banyak berkahnya.
2) Ada dua usaha yang paling baik, yaitu semua usaha yang baik dilakukan
dengan tangan sendiri, dan semua perdagangan yang bersih dari tipu-menipu
7
Muhammad Ali, “Wawasan Hadis Tentang Etos Kerja,” Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis ,
UIN Alauddin Makassar (2018).
6
3) Dalam hadis tersebut terkandung anjuran untuk rajin bekerja dan dilarang
bermalas-malasan
4) Dalam hadits itu juga tersirat perintah untuk memakan sesuatu yang halal lagi
baik.
B. Larangan Meminta-minta
Dalam hadis dikatakan :
8
Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam, "Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim" (Darul
Falah, 2019).
7
rezeki, jangankan manusia atau hamba-Nya, semut kecil tak terlihat pun telah Allah
tetapkan rizkinya tinggal bagaimana cara kita menjemput rezeki itu.9
ۤ
ْف كِتٰبْ مبِي ْٰ ض اِّلْ َعلَى
ْ ِ ْاَّللِ ِرزقه َها َويَعلَ هْم همستَ َقرَها َوهمستَ وَد َع َهاْ هكل ْ ِ َْما ِمنْ َدابة
ِْ ِف اّلَر
Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah lah yang beri rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat menyimpannya12 . Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh
Mahfuzh).” (QS. Hud : 6)
9
Miftahul Ulum, “Hadis-Hadis Tentang Etos Kerja (Telaah Ma‟ Anil Hadis),” IAIN
Tulungagung (2014).
10
Muhammad Nasir al-Din Albani, "Ringkasan Shahih Bukhari 1" (Jakarta: Gema Insani,
2003).
8
Dalam hadits ini terdapat singgungan mengenai etika memberi sesuatu
kepada orang lain, yakni harus lebih mengutamakan keluarga yang merupakan
tanggungjawabnya, kerabat terdekat, dan seterusnya. Begitupun dengan sesuatu
yang diberikannya, haruslah dari rezeki yang lebih. Maksudnya, jangan sampai
mengedepankan memberi orang lain, sedangkan diri sendiri dan keluarga
kesusahan. Karena kita berada pada zaman modern, yang persaingan pekerjaan
semakin ketat, ternyata masih banyak orang yang lebih senang mengemis daripada
bekerja. Hal ini sangat merajalela di mana-mana, terlebih di tempattempat
penziarahan dan di jalan-jalan. Padahal, Rasulullah sudah sangat tegas dalam hal
ini. Ini sangat menyedihkan jika diperhatikan, orang sehat, kuat, mampu berdiri
tegak, berlari masih kencang, berkata masih lancar, tetapi seringkali berlaga sekan
tidak mampu apa-apa hanya agar dikasihani orang. Na‟udzubilahi min dzalik
Melihat keadaan sebagaimana di atas, dapat kita cerna bahwa mungkin pemulung
lebih mulia daripada peminta.
َْح هد هكمْ هحزَم ًة َْ َْلَنْ ََيطه: للاه َعلَي ِْه َو َسل َْم ِْ ول ْ َب ههَري َرًْة َر ِض َْي
ْ َِعنْ أ
َبأ ْ صل ى
َ للا ْال َر هس ه
َْ َق: ْال
َ َاَّلله َعن ْهه ق
َح ًدا فَيهع ِطيَْهه أَو مينعه َْ َعلَى ظَه ِرِْه َخ ْريٌ ِمنْ أَنْ يهسأ
َ َل أ
Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Jika
seorang itu pergi mencari kayu, lalu diangkat seikat kayu di atas punggungnya
(yakni untuk dijual di pasar), maka itu lebih baik bagimu daripada minta kepada
seseorang baik diberi atau ditolak.” (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab,
“Jual Beli Buyu” bab “Kasab seorang laki-laki dan bekerja dengan tangannya
sendiri.”)11
11
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Hadis Shahih Bukhari–Muslim Bab Haji (Elex Media
Komputindo, 2021).
9
Seseorang yang sebagaimana hadis di atas walaupun seringkali
pekerjaannya dipandang hina di mata manusia serta penghasilannya tidak banyak,
lebih mulia daripada yang mendapat banyak tetapi hasil dari memintaminta, lalu-
lalang di jalanan siang malam mengemis kepada manusia, yang sebenarnya mereka
mampu untuk bekerja mencari nafkah dengan cara yang baik.
Adanya kewajiban bekerja ini tidak berarti bahwa Allah SWT tidak
memiliki kuasa untuk memberikan rezeki begitu saja kepada makhluk-Nya, tetapi
agar manusia memahami dan menghargai dirinya serta kemampuan yang Allah
karuniakan kepadanya agar disyukuri dan dimanfaatkan sebaik mungkin, sekaligus
agar manusia tidak berlaku semena-mena atau melampaui batas.
12
Normaulina Hidayati, “Etos Kerja Dalam Tafsîr Al-Munîr,” (UIN Antasari Banjarmasin 2023).
10
menghendaki aku untuk berbuat karena (kata) "kalau" akan mendorong pada
perbuatan setan." (H. R. Muslim).
1. Memperkuat Iman
Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-"Abbad Al Badr dalam Asbab
Ziyadati al-Imani wa nuqshanihi, yang diterjemahkan oleh Ahmad S Marzuki
mengemukakan bahwa perkara yang paling diinginkan dan disukai serta saling
bermanfaat adalah iman.14 Allah menunjukkan banyak jalan untuk meraih,
memperkuat atau menambah iman seseorang. Jika seorang hamba menjalaninya,
maka keyakinan dan keimanannya akan bertambah dan semakin kuat. Semua itu
telah dijelaskan oleh Allah dalam Kitab-Nya dan oleh Rasul-Nya dalam sunah-
sunnahnya.
13
Sohari Sohari, “Etos Kerja Dalam Perspektif Islam,” Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam 4,
IAIN SMH Banten (2013).
14
Husni Fuaddi, “Etos Kerja Dalam Perspektif Islam,” Al-Amwal 7, STEI Iqra Annisa Pekanbaru
(2018): 20–31.
11
memperbanyak amalan sunnah, dan lain-lain Oleh karena itu, jangan menghambur-
hamburkan waktu membantu kegiatan yang tidak bermanfaat, bermalas-malasan,
melamun, banyak menonton TV yang acarannya kurang bermanfaat, dan lain-lain.
Dalam kehidupan di masyarakat, orang-orang yang sukses dan berhasil dalam
hidupnya adalah mereka yang senantiasa menggunakan waktunya untuk kegiatan
yang bermanfaat dan selalu serius dalam mengerjakan sesuatu, mereka
menganggap bahwa waktu adalah uang (time is money), Sebaliknya, orang-orang
yang suka tidak berguna, tidak akan meraih kesuksesan bahkan ia akan tergilas oleh
zaman.
15
Muchammad Saifulloh, “Etos Kerja Dalam Perspektif Islam,” JURNAL SOSIAL HUMANIORA
(JSH) 3, (2010): 54–69.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hadis tentang pekerjaan yang paling baik memberikan pelajaran untuk kita.
Diantaranya pertama, bekerja semaksimal mungkin agar sejahtera dengan
tangan sendiri. Artinya tidak menjadi beban orang lain. Kedua, kejujuran dalam
segala hal, terutama dalam jual-beli. Karena jika tidak, maka dapat merugikan
diri sendiri dan juga orang lain.
2. Hadis tentang larangan meminta-minta memberikan pelajaran untuk kita.
Diantaranya pertama, anjuran untuk bersedekah. Karena tangan di atas lebih
baik daripada tangan di bawah. Kedua, senantiasa menjaga harga diri sebagai
seorang muslim dengan tidak meminta-minta.
3. Hadis tentang Mukmin yang kuat lebih baik dan mendapat pujian, maksudnya
adalah mukmin yang kuat lebih baik dari mukmin yang lemah karena ia lebih
aktif dalam menjunjung Allah dan berbuat baik, Mukmin yang kuat lebih baik
dan lebih dicintai Allah karena ia memiliki keinginan dan kepercayaan yang
sempurna kepada Allah.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
14
15