Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PENAFSIRAN AYAT-AYAT AL-QURAN TENTANG PEREMPUAN"


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Muamalah

Dosen Pengampu:
Dr. H. Mahfudz Masduki, M.A

Disusun Oleh:

Ahmad Labib Nuruzzaman 19105030010

Sopian Kamil Muttaqin 19105030012

Arya Persada Setiawan 19105030013

Shofwatul Insani 19105030011

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah Allah swt yang telah membimbing manusia
dengan petunjuk-petunjuk-Nya, sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Al-
Sunnah, petunjuk menuju jalan yang lurus dan jalan yang diridhoi-Nya. Shalawat bertangkai
salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw (Allahumma sholli
„alaa sayyidinaa muhammad) dan keluarga beliau, para sahabat, serta semua umat yang turut
terhadap ajaran yang dibawanya, sampai hari kiamat nanti.
Makalah ini dapat di susun dengan harapan dapat membantu memahami bagaimana
sebenarnya Tafsir Ayat-Ayat Tentang Perempuan. Dan berkat partisipasi dari semua teman-
teman makalah ini dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa
pula kami menghanturkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Tafsir Ayat Muamalah yang
terhormat Bapak Dr. H. Mahfudz Masduki, M.A serta berbagai sumber baik itu media cetak
maupun media elektronik yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, Ananda minta kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
perbaiki makalah-makalah berikutnya. Wassalamu‟alaikum warahmatullahI Wabarakatuh.

Yogyakarta, 20 Oktober 2020

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1


A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................2
A. Ayat-ayat al-Qur‟an Tentang Perempuan ................................................................. 2
1. Q.S An-Nisa Ayat 1 ............................................................................................ 2
2. Q.S Ali Imran Ayat 195 ...................................................................................... 5
3. Q.S An-Nisa Ayat 32 .......................................................................................... 10
4. Q.S At-Taubah Ayat 71 ....................................................................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 16
B. Saran dan Kritik ........................................................................................................ 16
C. Penutup ...................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembahasan tentang perempuan yang memiliki peran penting dalam
perkembangan kehidupan di dalam maupun di luar rumah memang nyaman
diperbincangkan. Tidak sedikit yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga sekaligus
wanita karier bahkan menjadi pemimpin. Tidak perlu menjadi tabu lagi sebab wanita
yang berkarier atau tidak, Ummina Siti Khadijah Binti Khuwailid Radhiallahu 'Anha
adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW yang berprofesi sebagai pedagang sukses,
disamping cerdas, cantik, serta teguh pendirian, beliau juga memiliki perangai luhur.
Perempuan dan laki-laki mempunyai perbedaan yang mereka bawa sejak lahir.
Perbedaan yang merupakan pemberian Allah SWT ini kemudian melahirkan pembedaan
atau perlakuan masyarakat yang berbeda terhadap keduanya, perbedaan perempuan dan
laki-laki sesungguhnya bukanlah masalah, namun cara pembedaan masyarakat pada
keduanya kerap dilakukan dengan cara yang tidak adil sehingga merugikan salah satu
pihak, terutama perempuan.
Dalam Agama pun memberikan peluang kepada dua manusia laki-laki dan
perempuan untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki secara optimal, perintah
tersebut mengandung pemahaman bahwa kita harus meluruskan dan menghilangkan
segala faktor yang dapat menghambat perwujudan aktualisasi potensi baik pada laki-laki
ataupun perempuan sebagaimana yang telah ditegaskan dalam hadist Rasulullah SAW:
‫ضخٌ َعهَٗ ُك ِّم ُي ْع ِه ٍى َّٔ ُي ْع ِه ًَ ٍخ‬
َ ‫طهَتُ ان ِع ْه ِى فَ ِس ْي‬
َ Artinya : “Mencari ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan
muslim perempuan”.
Dengan uraian diatas, dalam makalah yang singkat ini kami akan menjelaskan
ayat-ayat dan juga tafsirnya menurut beberapa ulama mengenai persoalan peran
perempuan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Al-Quran memandang perempuan?
2. Bagaimana Allah memuliakan perempuan?
3. Bagaimana peran wanita dalam islam?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan wanita menurut Islam yang dikaji
dari ayat-ayat al-Quran
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang kedudukan dan
keistimewaan perempuan dalam Islam
3. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Muamalah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat-Ayat Tentang perempuan

 Surah An-Nisa Ayat 1

ِٖ‫عب ٓ اء ۚ َٔٱرَّقُٕا ٱ َّّللَ ٱنَّر‬ َّ َ‫بض ٱرَّقُٕا َز َّث ُك ُى ٱنَّرِٖ َخهَقَ ُكى ِ ّيٍ ََّ ْف ٍط َٰ َٔ ِحدَحٍ َٔ َخ َهقَ ِي ُْ َٓب شَ ْٔ َج َٓب َٔث‬
‫ث ِي ُْ ُٓ ًَب ِز َج ابًل َكثِ ا‬
َ ََِٔ ‫يسا‬ ُ َُّ‫يبأَيُّ َٓب ٱن‬
َ ‫عب ٓ َءنٌَُٕ ثِ ِّۦ َٔٱ ْْل َ ْز َح‬
‫بو ۚ ِِ ٌَّ ٱ َّّللَ َكبٌَ َعهَ ْي ُك ْى َزقِيجاب‬ َ َ‫ر‬

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An-Nisa ayat 1).

a. Tafsir Mufrodat

‫ ٱرَّقُٕا َزثَّ ُكى‬: Bertakwalah kepada Rabb kalian, yakni hendaklah kalian taat kepada
Allah.

‫ِّيٍ ََّ ْف ٍط‬ : Dari satu diri, yakni dari Adam AS saja, karena Hawa juga berasal dari
Adam AS.

‫ َٔ َخهَقَ ِي ُْ َٓب‬: Dan Allah Menciptakan darinya, yakni dari Adam AS.

‫ َٔٱ ْْل َ ْز َحبو‬: Dan silaturahmi, Apabila huruf mim (pada lafazh wal arhām) diberi
harakat kasrah (dibaca wal arhāmi), maka artinya “dan atas nama hak
kekerabatan dan silaturahmi.” Namun, jika diberi harakat fathah (dibaca
wal arhāma), mengikuti lafazh wattaqullāha, maka artinya “dan
hendaklah kalian memelihara hubungan silaturahmi, dan janganlah
memutuskannya”.

b. Tafsir At-Thabari

Abu Ja‟far berkata: Makna firman Allah, ‫بض ٱرَّقُٕا َزثَّ ُك ُى ٱ َّنرِٖ َخ َه َق ُكى ِ ّيٍ ََّ ْف ٍط‬
ُ َُّ‫يبأَيُّ َٓب ٱن‬
ٍ‫“ َٰ َٔ ِحدَح‬Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri. Adalah “Janganlah kalian manusia menyalahi perintah dan

2
larangan Tuhan kalian, sehingga kalian akan tertimpa hukuman-Nya yang tidak
mampu kalian tanggung.”
Allah menyifati Dzat-Nya dengn mengatakan bahwa Dialah satu-satunya Dzat
yang menciptakan seluruh manusia dari sosok yang satu. Dan memberitakan bahwa
asal manusia itu dari keturunan dari laki-laki dan perempuan, bahwa sebagian mereka
berasal dari sebagian yang lain, dan hak sebagian mereka berasal dari sebagian yang
lain, layaknya seorang saudara yang merupakan kewajiban bagi saudara yang lain.
Selain itu kewajiban diantara mereka adalah, sebagian dari mereka memelihara hak
sebagian yang lain, meskipun kesatuan garis keturunan mereka pada nenek moyang
yang menyatukan mereka sangatlah jauh, sebagaimana dalam konteks keluarga ( garis
keturunan yang dekta ).
Firman Allah, ٍ‫“ ٱنَّرِٖ َخهَقَ ُكى ِّيٍ ََّ ْف ٍط َٰ َٔ ِحدَح‬yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri.” Maknanya adalah Adam AS. sebagaimana ada beberapa riwayat yang
menjelaskan;
1. Bisyr Ibn Muadz menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid Ibn Zurai
menceritakan kepada kami, ia berkata: Said menceritakan kepada kami dari
Qatadah, tentang firman ‫“ ٱنَّرِٖ َخهَقَ ُكى ِ ّيٍ ََّ ْف ٍط َٰ َٔ ِحدَح‬yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri.” Ia berkata: “Maknanya adalah Adam AS.”1
2. Sufyan Ibn Waki‟ menceritakan kepada kami, ia berkata: ayahku menceritakan
kepadaku dari Sufyan, dari Mujahid, tentang firman ini, ia berkata: “Maknanya
adalah Adam AS.”2

Firman Allah, ‫عب ٓ اء‬ ‫ث ِي ُْ ُٓ ًَب ِز َج ابًل َكثِ ا‬


َ َِ َٔ ‫يسا‬ َّ َ‫“ َٔ َخ َهقَ ِي ُْ َٓب شَ ْٔ َج َٓب َٔث‬dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak.” Kemudian Abu Ja‟far meneruskan bahwa makna
dari potongan ayat ini adalah Allah menciptakan manusia dari jiwa yang satu yaitu
az-zauj yang artinya sosok kedua bagi jiwa yang satu itu, dan menurut ahli takwal itu
adalah seorang perempuan (istrinya) bernama Hawa. Riwayat-riwayat yang sesuai
dengan makna tersebut diantaranya;

1. Muhammad Ibn Amir menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu Ashim


menceritakan kepada kami, ia berkata: Isa menceritakan kepada kami dari Ibnu
Abi Najih, dari Mujahid, tentang firman Allah ‫“ َٔ َخهَقَ ِي ُْ َٓب شَ ْٔ َج َٓب‬dan dari
padanya Allah menciptakan isterinya” ia berkata: “Maknanya adalah Hawa,
yang dibentuk dari dua tulang rusuk Adam AS saat beliau tertidur, lalu beliau
terjaga dan berkata: “Atsa”, dengan bahasa Nibhti yang berarti istri.”3

1
Ibnu Abi Hatim dalam tafsir (3/851), Al Baghawi dalam Ma‟alim At-Tanzil (2/3), dan Ibnu Jauzi dalam Zad Al-
Masir (2/1).
2
Ibid
3
Ibnu Abi Hatim dalam tafsir (3/853), Al MAwardi dalam An-Nukat wa Al „Uyun (1/446), dan Ibnu Jauzi dalam
Zad Al-Masir (2/2).

3
2. Musa Ibn Harun menceritakan kepada kami, ia berkata: Amr Ibn Hammad
menggambarkan kepada kami, ia berkata: Asbath menveritakan kepada kami
dari As-Suddi, ia berkata: “Adam ditempatkan di surge. Ia berjalan-jalan di
surge dengan perasaan yang terasing serta tidak ada istri yang dapat
menentramkan jiwa dan raganya. Setelah itu ia tertidur dengan keadaan terjaga,
di dekat kepadalnya telah ada seorang wanita yang sedang duduk, yang
diciptkana Allah dari tulang rusuknya. Adam pun bertanya kepada wanita itu, ;
„Sieapa engkau?‟ wanita itu menjawab, „Istrimu‟. Adam bertanya, „Untuk apa
engkau diciptakan?‟ Wanita itu menjawab, „Agar engkau merasa tentram
bersamaku‟.”4

Firman Allah ‫“ وٱتَّقُوا ٱ َّّلل ٱ َّلذِى تسا ٓءلُون ِب ِهۦ وٱ أْل أرحام‬Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim.” Abu Ja‟far berkata: terjadi perbedaan qiraat
dalam membaca kalam allah ini, mayoritas membacanya dengan bacaan penduduk
Madinah, yaitu ٌَُٕ‫عب ٓ َءن‬ َ َ‫ ر‬dengan tsydid pada huruf sin, yang maknanya adalah ٌَُٕ‫عب ٓ َءن‬ َ َ ‫رز‬
(saling meminta). Sementara itu, sebagian orang membacanya dengan bacaan orang
kufah, ٌَُٕ‫عب ٓ َءن‬
َ َ‫ ر‬tanpa tasydid layaknya seperti kata ٌٕ‫رفبعه‬. Ada beberapa riwayat yang
menjelaskan potongan ayat diatas diantaranya;

1. Al-Hasan Ibn Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrazaq


menggambarkan kepada kami, ia berkata: Ma‟mar menggambarkan kepada
kami dari Al-Hasan, tentang firman ‫بو‬ َ ‫عب ٓ َءنٌَُٕ ثِ ِّۦ َٔٱ ْْل َ ْز َح‬
َ َ‫“ َٔٱرَّقُٕا ٱ َّّللَ ٱنَّرِٖ ر‬Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” Ia
berkata: “Maknanya adalah, itu adalah ucapan seseorang, aku mendesakmu
dengan mempergunakan nama Allah dan hubungan silaturrahim.”5
2. Sufyan menceritakan kepada kami, ia berkata: Ayahku menceritakan kepada
kami dari Sufyan, dari Khushaif, dari Ikrimah, tentang firman Allah ٌَُٕ‫عب ٓ َءن‬ َ َ ‫ٱنَّرِٖ ر‬
َ ‫“ ِث ِّۦ َٔٱ ْْل َ ْز َح‬yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
‫بو‬
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim” ia berkata:
“Maknanya adalah, „Takutlah kalian untuk memutuskan hubungan
silaturrahim‟.”6
3. Ali Ibn Daud menceritakan kepadaku, ia berkata: Abdullah Ibn Shalih
menceritakan kepada kami, ia berkata: Muawwiyah Ibn Shalih menceritakan
kepadaku dari Ali Ibn Abi Thalhah dari Ibnu Abbas, tentang firman ini, ia
berkata: “Maknanya adalah, „Bertakwalah kalian kepada Allah yang

4
Ibid
5
Al Mawardi dalam An Nukat wa Al „uyun (1/447) dan Abdurrazaq dalam tasir (1/431).
6
Sufyan Ats-Tsauri dalam tafsir (hal.85), Ibnu Abi Hatim dalam Tafsir (3/854), dan Ibnu Jauzi dalam Zad Al-Masir
(2/3).

4
mempergunakan nama-Nya kalian saling meminta, dan bertakwalah kepada
Allah dalam silaturrahim, yaitu dengan membinanya‟.”7

Firman Allah ‫“ إِنَّ ٱ َّّلل كان عل أي ُك أن ر ِقيبًا‬Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” Abu Ja‟far mengatakan bahwa itu maknanya adalah “Allah
senantiasa mengawasi kalian.” Ungkapan kata ‫( َزقِيجاب‬Maha Mengawasi) maknanya
adalah Maha Memperhitungkan amal perbuatan kalian. Riwayat-riwayat lain yang
sesuai dengan potongan ayat diatas diantaranya:

1. Al-mutsanna menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Hudzaifah


menceritakan kepada kami, ia berkata: Syibil menceritakan kepada kami dari
Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, tentang firman ‫عهَ ْي ُك ْى َزقِيجاب‬ َ ٌَ‫“ ِِ ٌَّ ٱ َّّللَ َكب‬Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” Bahwa maknanya adalah Allah
Maha Memelihara.8
2. Yunus menceritakan kepadaku, ia berkata: Ibnu Wahhab menggambarkan
kepada kami, ia berkata: “Aku mendengan Ibnu Zaid berbicara tentang firman
‫عهَ ْي ُك ْى َزقِيجاب‬
َ ٌَ‫ ِِ ٌَّ ٱ َّّللَ َكب‬ia berkomentar, bahwa „Maknanya adalah Allah Maha
Mengawasi‟.”

c. Kontekstualisasi Ayat
Dari ayat tadi terdapat pelajaran yang dapat dipetik:

1. Islam adalah agama sosial. Oleh karenanya ia menaruh perhatian tentang


hubungan manusia antara satu dengan lainnya dalam keluarga dan masyarakat.
Kelaziman takwa dan tauhid adalah menjaga hak orang lain.
2. Manusia harus bersatu. Karena segala bentuk diskriminasi antara mereka
berdasarkan warna, etnis, bahasa dan kawasan adalah dilarang Allah Swt.
Allah menciptakan semua manusia dari satu jenis.
3. Semuan anak Adam adalah satu keluarga. Karena semua dari satu ayah dan
satu ibu. Untuk itu semuanya harus saling menghormati seperti keluarga
sendiri.
4. Keistimewaan seorang wanita adalah ia diciptakan dari tulang rusuk (yang
bengkok) suaminya. Ini menunjukkan keharusan berlaku lembut kepada
wanita, bersikap baik terhadap mereka, bersabar atas kebengkokan akhlak dan
lemahnya akal mereka. Seorang lelaki juga tidak bisa berambisi agar si wanita
terus lurus dengan cara paksa, tapi rangkulah ia dengan lemah lembut.

 QS. Ali Imran Ayat 195

7
Ibnu Abi Hatim dalam Tasfir (3/854).
8
Ibid

5
‫َبج ُسٔا َٔأ ُ ْخ ِس ُجٕا‬
َ ْ ٍَ‫ض فَٱنَّرِي‬ ُ ‫ضي ُع َع ًَ َم َٰ َع ًِ ٍم ِ ّيُ ُكى ِ ّيٍ ذَك ٍَس أَ ْٔ أَُثَ َٰٗ َث ْع‬
ٍ ‫ض ُكى ِ ّي ٍۢ َث ْع‬ ِ ُ ‫ًل أ‬
ٓ َ ََِّٗ‫بة نَ ُٓ ْى َزثُّ ُٓ ْى أ‬ َ ‫فَٱ ْظز َ َج‬
‫ِيٍ ِد َٰ َي ِس ِْ ْى‬

ٍ ََُّٰ ‫ظ ِيّـب ِر ِٓ ْى َٔ َْلُد ِْخهَ َُّ ُٓ ْى َج‬


َّ ‫ذ رَجْ ِسٖ ِيٍ رَحْ زِ َٓب ْٱْل َ َْ َٰ َٓ ُس ثَ َٕاثاب ِّي ٍْ ِعُ ِد‬
ِ‫ٱّلل‬ َ ‫ظ ِجي ِهٗ َٔ َٰ َقزَهُٕا َٔقُزِهُٕا َْل ُ َك ِفّ َس ٌَّ َع ُْ ُٓ ْى‬
َ ِٗ‫َٔأُٔذُٔا ف‬
ِ ‫ٱّللُ ِعُدَ ۥُِ ُح ْعٍُ ٱنث َّ َٕا‬
﴾٥٩١﴿ ‫ة‬ َّ َٔ

Artinya; “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan


berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu
adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan
yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah
Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,
sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik” (QS. Ali
Imran Ayat 195)

a. Tafsir Mufrodat
‫بة نَ ُٓ ْى‬
َ ‫فَٱ ْظزَ َج‬ : Maka tahun mereka memperkkenankan permohonannya,
yakni doa mereka dikabulkan sebagaimana yang
dijanjikan.
ِ ُ ‫ًل أ‬
‫ضي ُع َع ًَ َم َٰ َع ًِ ٍم ِ ّيُ ُكى‬ ٓ َ َِّٗ َ ‫أ‬ : Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-
orang yang beramal di antara kamu yakni dengan tidak
memberi pahala.
َٰٗ َ ‫ِّيٍ ذَك ٍَس أ َ ْٔ أَُث‬ : Dari jenis laki-laki dan perempuan.
‫ض‬ ٍ ‫ض ُكى ِ ّي ٍۢ ثَ ْع‬ ُ ‫ثَ ْع‬ : (Sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain)
Yakni laki-laki dari kalian sebagaimana perempuan dari
kalian dalam ketaatan, begitu pula perempuan dari kalian
sebagaimana laki-laki dari kaliandalam hal tersebut.
‫َٔأ ُ ْخ ِس ُجٕا ِيٍ د َِٰي ِس ِْ ْى‬ : (Yang diusir dari kampung halamannya) Disebabkan
ketaatannya kepada Allah.

6
َ ِٗ‫َٔأُٔذُٔا ف‬
ٗ‫ظ ِجي ِه‬ : (Yang disakiti pada jalan-Ku) Yakni siksaan yang mereka
dapatkan dari kaum musyrik disebabkan keimanan meraka
kepada Allah.9

b. Asbabun Nuzul
Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa sebab turunnya ayat ini adalah ketika
Ummy Salamah berkata pada Rasulullah : “Ya Rasuluulah, saya tidak pernah
mendengar Allah menyebutkan perempuan sedikitpun yang berkenaan dengan
hijrah”. Maka turunlah ayat ini atas ketekunan mereka beramal baik, penuh
keikhlasan dan disertai dengan doa yang bersungguh-sunggu, maka Allah
memperkenankan permohonan mereka10

c. Tafsir Ath-Thabari
َٗ‫ضي ُع َع ًَ َم َٰ َع ًِ ٍم ِ ّيُ ُكى ِ ّيٍ ذَك ٍَس أَ ْٔ أَُث‬
ِ ُ ‫ًل أ‬
ٓ َ َِّٗ َ ‫بة نَ ُٓ ْى َزثُّ ُٓ ْى أ‬
َ ‫فَٱ ْظز َ َج‬
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
„Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara
kamu, baik laki-laki atau perempuan‟.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menjawab orang-orang yang
memohon kepada-Nya dengan permohonan yang telah digambarkan-Nya. Hal ini
dipertegas melalui firmannya “Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan.”. Dalam sebuah hadis
disebutkan bahwa “Ar-Rabi‟bin Sulaiman menceritakan kepda kami, ia berkata;
Asad bin Musa menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan menceritakan kepada
kami dari Amr bin dinar, dari seseorang, dari putrid Ummu Salamah, dari Ummu
Salamah, bahwa dia bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, kami tiak
mendengarkannn kaum wanita disebut-sebut dalam hijrah sedikitpun?” Allah SWT
ُ ‫ضي ُع َع ًَ َم َٰ َع ًِ ٍم ِ ّيُ ُكى ِ ّيٍ ذَك ٍَس أ َ ْٔ أَُث َ َٰٗ ثَ ْع‬
lalu menurunkan firmannya : ‫ض ُكى‬ ِ ُ ‫ًل أ‬
ٓ َ ََِّٗ‫بة نَ ُٓ ْى َزثُّ ُٓ ْى أ‬
َ ‫فَٱ ْظز َ َج‬
‫” ِ ّي ٍۢ ثَ ْعض‬

9
https://tafsirweb.com/1327-quran-surat-ali-imran-ayat-195.html
10
http://makalahzieza.blogspot.com/2015/10/tafsir-surat-ali-imran-ayat-195.html?m=1, Di akses 17 oktober 2020,
Pukul 19.49 WIB.

7
ٍ ‫ض ُكى ِ ّي ٍۢ َث ْع‬
‫ض‬ ُ ‫ ( َث ْع‬sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain)
Maksudnya adalah wahai orang-orang beriman yang berdzikir sambil berdiri, duduk,
dan berbaring, masing-masing dari kalian adalah sama dalam pertolongan, agama,
dan keyakinan. Demikian pula hukum yang Allah berikan, Allah tidak akan
mengabaikan amal perbuatan kalian, baik itu laki-laki maupun perempuan11.
Dalam ayat ini juga sungguh sangat jelas bahwa Allah Swt tidakmembedakan
laki-laki dan perempuan dalam menilai amal perbuatan mereka, artinya Allah SWT
hanya memandang kualitas dari amal perbuatan tersebut. Jika baik akan dibalas
dengan pahala dan jika buruk akan diganjar dengan dosa. Allah Swt memposisikan
laki-laki dan perempuan secara adil.
ٍ ‫ض ُكى ِّي ٍۢ ثَ ْع‬
Al-Maraghi menyatakan bahwa tafsiran dari ‫ض‬ ُ ‫ ثَ ْع‬adalah laki-laki
dilahirkan dari perempuan dan perempuan dilahirkan dari laki-laki, oleh karena itu
tidak ada perbedaan mereka sebagai manusia, yangmembedakan mereka adalah amal
perbuatan mereka. Sedangkan Quraish Shihab menyatakan ayat tersebut
mengandung arti bahwa baik laki-laki dan perempuan lahir dari perpaduan sperma
laki-laki dan indung telur perempuan.12

ٍ ََُّٰ ‫ظيِّـبرِ ِٓ ْى َٔ َْلُد ِْخهََُّ ُٓ ْى َج‬


ٖ‫ذ رَجْ ِس‬ َ ‫ظجِي ِهٗ َٔ َٰقَزَهُٕا َٔقُزِهُٕا َْل ُ َك ِفّ َس ٌَّ َع ُْ ُٓ ْى‬
َ ِٗ‫فَٱنَّرِيٍَ َْب َج ُسٔا َٔأ ُ ْخ ِس ُجٕا ِيٍ ِد َٰيَ ِس ِْ ْى َٔأُٔذُٔا ف‬

ِ ‫ٱّللُ ِعُدَ ۥُِ ُح ْعٍُ ٱنث َّ َٕا‬


﴾٥٩١﴿ ‫ة‬ َّ ‫ِيٍ رَحْ زِ َٓب ٱ ْْل َ َْ َٰ َٓ ُس ثَ َٕاثاب ِ ّي ٍْ ِعُ ِد‬
َّ َٔ ِ‫ٱّلل‬

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang muslim yang berhijrah, di usir


dari kampung halamannya, disakiti karena mereka tetap berada dijalan allah bukan
pada tujuan yang lain, yang berperang dan dibunuh dijalan Allah. Maka Allah akan
menghapus dosa mereka dan memberikan kasih sayangnya kepada mereka. Sebagai
bentuk balasan dari Allah untuk mereka atas amal perbuatan yang mereka lakukan
dan pengorbanan yang mereka Persembahkan di jalan Allah SWT. Dan balasan disisi
Allah itu berbagai ragamnya, yang tidak bisa tergambarkan, tidak bisa dibayangkan
mata, tidak bisa dibayangkan telinga dan tidak bisa dibayangkan oleh hati.

11
Tafsir Ath-Thabari, jilid 6, Hlmn.321-321
12
https://www.academia.edu/36891985/ALQURAN_MENJAWAB_STEREOTIP_TERHADAP_PEREMPUAN_Re
interpretasi_Surat_Ali_Imran_Ayat_195_

8
Menurut Abu Ja'far yang dimaksud dengan firman Allah; ‫ فَٱنَّرِيٍَ َْب َج ُسٔا‬adalah
orang-orang yang meninggalkan kaum mereka dari kalangan kafir dan yang sebangsa
dengan mereka, pergi menuju kawan-kawan mereka dari kalangan beriman yang
َ ِٗ‫ َٔأُٔذُٔا ف‬maknanya adalah orang-
membenarkan Rasul-Nya. Dan firman Allah; ٗ‫ظجِي ِه‬
orang yang disakiti karena taat kepada Tuhan mereka dan Hanya beribadah kepada
Allah secara ikhlas. Inilah yang dimaksudkan dengan jalan Allah, yang karena
demikian mereka disakiti oleh orang-orang musyrik Makkah.
Ada beberapa riwayat yang bersesuain dengan makna ayat tersebut,
diantaranya adalah: Ahmad bin Abdurrahman Ibn Wahb menceritakan kepada kami,
ia berkata : Pamanku Abdullah Ibn Wahb menceritakan kepada kami, ia berkata:
Amr' Ibn Harits menceritakan kepada kami, Abu Aisyah Mu'afari menceritakan
kepadanya bahwa ia mendengar Abdullah Ibn Amr Ash berkata : “Aku pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya kelompok yan pertma masuk
surga adalah orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin, yakni mereka yang
beryahan dalam kehidupan yang pedih. Jika mereka diperintah maka mereka
mendengar dan taat, kalau pun salah seorang dianatara mereka memiliki hajat
kepada seorang pemimpin, sehingga hajat tersebut tidak pernah terpenuhi hingga ia
mati dalam keadaan demikian. Sesungguhnya Allah memanggil surge, lalu dia
datang dengan berbagai keindahan dan perhiasannya. Allah SWT lalu berfirman,
„Makanan hamba-hambaku yang berperang dan terbunuh di jalan-ku, mereka
disakiti di jalan-Ku, dan mereka berjuang dijalan-Ku? Masuklah kalian dalam surge
tanpa siksa dan hisab, kemudian malaikat datang dan bersujud, mereka berkata „Ya
tuhan kami, kami bertasbuh siang dan malam, dan selalu menyucikan-Mu. Siapakah
mereka sehingga lebih diutamakan dari pada kami?‟ Allah menjawab, „ Mereka
adalah hamba0hambaku yang berperang dan disakiti di jalanku. Semua malaikat
lalu datang kepadanya dari setiap pintu, dengan berkata; ٗ‫ظهى عهيكى ثًب صجسرى فُعى عقج‬
‫ انداز‬Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Qs. Ar-Ra‟d:13)13

d. Kontekstualisasi Ayat

13
Tafsir Ath-Thabari, jilid 6 Hlmn.325-327

9
Dalam QS. Ali Imron ayat 195 menjelaskan perintah Allah untuk berhijrah.
Hijrah yang dimaksud bukan hanya dalam arti berpindah dari suatu daerah yang
buruk ke daerah yang lebih baik, tetapi secara hakiki adalah berpindah dari keburukan
kepada kebaikan. Ayat ini juga menegaskan bahwa Allah akan memberikan
perlindungan kepada setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan yang
menggunakan ilmunya untuk kebaikan dan keimanan kepada Allah secara total.
Menururt Prof.Quraisy shihab dalam tafsirnya Al-misbah kata-kata ٍۢ ‫ض ُكى ِّي‬
ُ ‫َث ْع‬
‫ض‬
ٍ ‫ َث ْع‬pada ayat tersebut merupakan satu istilah yang digunakan untuk menunjukkan
kebersamaan atau kemitraan, laki-laki dan perempuan yang berasal dari satu
keturunan, dihimpun oleh satu ayah dan ibu, karena itu keadaan mereka sama dalam
menerima permohonan mereka. Dengan ini jelas bahwa antara laki-laki dan
perempuan sama dihadapan Allah yang membedakan diantara keduanya hanyalah
amal dan taqwa. Alquran bahkan menegaskan perempuan memiliki hak-hak
sebagaimana yang dimiliki oleh laki-laki seperti hak memperoleh pendidikan dan hak
berpartisipasi dalam politik dan persoalan publik lainnya.14
Inti dari beragam penafsiran diatas adalah, bahwa tidak ada hal-hal yang
dapat menolerir tindakan diskriminasi, subordinasi dan stereotip terhadap perempuan.
hal ini mengandung makna perbedaan jenis kelamin jangan sampai digunakan untuk
mendeskreditkan salah satunya atau mengkotak-kotakkan salah satunya dalam sektor
domestic maupun public.

 Surah An-Nisa Ayat 32


ّ ْ‫عجٍَْ َٔا ْظأَنُٕا‬
َ‫ّللا‬ َ َ ‫صيتٌ ِّي ًَّب ا ْكز‬ َ ُِّ‫عجُٕاْ َٔ ِنه‬
ِ ََ ‫عبء‬ َ َ ‫َصيتٌ ِ ّي ًَّب ا ْكز‬ ّ ِ ّ‫ض ِن‬
ِ َ ‫هس َجب ِل‬ ٍ ‫ض ُك ْى َعهَٗ ثَ ْع‬
َ ‫ّللاُ ِث ِّ ثَ ْع‬ َّ َ‫ًَٔلَ رَزَ ًََُّ ْٕاْ َيب ف‬
ّ ‫ض َم‬
َ ‫ّللاَ َكبٌَ ِث ُك ِّم‬
‫ش ْيءٍ َع ِهي اًب‬ ْ َ‫ِيٍ ف‬
ّ ٌَّ ِِ ِّ ‫ض ِه‬
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian
dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang
mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” ( QS. An-Nisa Ayat 32).

14
Dadang mahdar “Kedudukan Akal Dalam al-Quran Dan Fungsinya Dalam Pendidikan Hukum Islam”, Vol.8
No.1 2014

10
a. Tafsir Mufrodat

‫رَزَ ًََُّ ٕۡاْ َٔ ًَل‬ : Dan janganlah kamu iri hati, fahrur razi dalam tafsirnya
menjelaskan bahwasanya tamanni adalah menginginkan
sesuatu yang nantinya kita sangka tidak akan terjadi,
abdurrahman menjelaskan tamanni adalah keinginan dan
angan untuk mendapatkan sesuatu, dan kata-kata yang
sering digunakan adalah „andai‟ atau „jikalau‟. Jikalau
angannya itu bersamaan dengan hilangnya hal yang
diinginkannya dari orang yang mempunyai, maka disebut
dengan hasad (iri).15

َّ َ‫ٱّلل ُ ف‬
‫ض َم َيب‬ َّ ِّ ِ‫ث‬ : Karunia yang telah Allah berikan, yaitu berupa kenikmatan.

‫َصيت‬ َ َ‫ۡٱكز‬
ِ َ ‫عجُٕاْ ِّي ًَّب‬ : Bagian dari apa yang mereka usahakan (pahala)

َّ ٍ‫ض ِه ۚ ِٓۦّ ِي‬


ْ‫ٱّللَ َٔ ۡظـهُٕا‬ ۡ َ‫ف‬ : Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya

b. Asbabun Nuzul
Ayat ini turun karena menjawab pertanyaan seorang perempuan yang
bernama ummu salamah kepada Nabi, “ya rasullullah, para laki pergi berperang, kami
perempuan tidak, mereka mendapatkan kelipatan dari warisan, maka jadikanlah kami
perempuan menjadi laki-laki” Kemudian turunlah ayat ini untuk menjawab
pertanyaan mereka. Mereka para perempuan seakan protes dengan perbedaan hak dan
bagian yang mereka dapatkan dibanding laki-laki pada saat itu yaitu tentang hak
untuk berperang dan hak mendapatkan harta warisan.16

c. Tafsir Ibnu Katsir


Setelah pada ayat sebelumnya Allah menerangkan larangan memakan harta
yang haram, membunuh tanpa ada sebab, kemudian pada ayat ini Allah melarang
kepada hambanya untuk menentang apa yang telah di syariatkan, serta
memerintahkan untuk menerima dengan apa yang telah menjadi ketentuannya. Dan
konsekuensinya jika kita tidak menerima dan tidak ridha dengan apa yang menjadi
ketentuannya maka nantinya akan timbul rasa dengki, setelah ada rasa dengki maka
akan timbul firasat untuk melakukan tindakan kejahatan agar keinginannya
terkabulkan. Maka karena inilah Allah melarang sifat hasud dan dengki kepada para
makhluknya.

15
ibid
16
Tafsir Ar-Razi Jilid 9 Hal 84

11
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul
Qasim ibnu Atiyyah, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah
menceritakan keadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Asy'as ibnu Ishaq,
dari Ja'far (yakni Ibnu Abul Mugirah), dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan ayat ini, bahwa seorang wanita datang kepada Nabi Shollallohu
alaihi wa sallam, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, seorang lelaki mendapat warisan
dua kali lipat seorang wanita, dan kesaksian dua orang wanita sebanding dengan
kesaksian seorang lelaki, padahal kami dalam beramal sama saja. Tetapi jika seorang
wanita melakukan suatu kebaikan, maka yang dicatatkan baginya adalah separo
pahala kebaikan (yang dilakukan oleh seorang lelaki).”
Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan apa kandungan yang dimaksud ‫هس َجب ِل‬ ّ ِ ّ‫ِن‬
َ َ‫عب ٓ ِء ۡٱكز‬
ِ َ ‫عجُٕاْ ِّي ًَّب‬
‫َصيت‬ ِ َ ‫ع ۡج ٍَۚ ِ ّي ًَّب‬
َ ُِّ‫َصيت َٔ ِنه‬ َ َ ‫ ۡٱكز‬Ada dua kemungkinan makna yang terkandung
yaitu;
1. Makna yang diinginkan berupa perkara duniawi, yaitu berupa harta yang
didapatkan dari hasil berperang dan harta warisan. Jika yang dimaksud
demikian maka sebaiknya untuk menerima dengan apa yang diberikan oleh
Allah, karena itu sudah menjadi ketentuannya.
2. Makna yang dingingkan adalah berupa perkara ukhrowi, yaitu berupa pahala
yang diberikan, maka sebaiknya untuk senantiasa berdoa agar diberikan pahala
yang dilipatkan gandakan.

Dan dalam tafsirnya At-Thabari menafsirkan ketika mereka para perempuan


tidak diberi hak untuk melakukan perang dan hanya mendapatkan sebagian kecil
warisan, maka memintalah kepada Allah atas taufiq dan pertolongannya supaya dapat
melakukan ibadah yang diridhoi Allah dan dijauhkan dari sifat dengki.

d. Kontekstualisasi Ayat
Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwasanya Allah melarang untuk berharap
pada sesuatu yang berlawanan dengan ketentuan Allah, baginya telah disiapkan
karunia yang lebih besar dari apa yang telah dinginkan, dan larangan untuk berangan
angan kepada sesuatu yang dimilik orang lain. Hal ini tentunya menjadi cambukan
bagi siapa saja yang menganggap hukum Allah tidak adil, terutama pada masalah
harta warisan, mereka menggangap adanya prioritas pada golongan tertentu, padahal
hal itu salah besar.sesungguhnya hal yang terpuji adalah berusaha menjalankan
dengan amanah menjalankan apa yang menjadi kemampuannya, kemudian
memasrahkan kepada Allah hasil apa yang telah diusahaninya.
Memang dalam kehidupan manusia itu tidak lepas dari keinginan angan-
angan yang tinggi. Maka dari itulah setiap orang diharapkan bisa mengendalikan dan
memahami tentang apa yang diinginkan dan diangankan. Di dalam surat an-Nisa ayat
32 secara singkat menyatakan adanya kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam
berkarier. Jangan ada rasa iri karena segala usaha yang dilakukan laki-laki memang

12
sudah ditetapkan oleh Allah dan apa yang didapatnya memang setara dengan apa
yang diusahakan. Perempuan pun demikian.

 Surat At-Taubah Ayat 71

َّ ٌَُٕ‫صالح َ َٔيُؤْ ر‬
َ‫انصكَبح‬ ِ ‫ض يَأ ْ ُي ُسٌَٔ ثِ ْبن ًَ ْع ُس‬
َّ ‫ٔف َٔ َي ُْ َٓ ٌَْٕ َع ٍِ ْان ًُ ُْك َِس َٔيُ ِقي ًٌَُٕ ان‬ ُ ‫َٔ ْان ًُؤْ ِيٌَُُٕ َٔ ْان ًُؤْ ِيَُبدُ ثَ ْع‬
ٍ ‫ض ُٓ ْى أ َ ْٔ ِنيَب ُء ثَ ْع‬
ٌ ‫ّللاَ َع ِص‬
‫يص َح ِكي ٌى‬ َّ ٌَّ ِِ ُ‫ّللا‬
َّ ‫ظيَ ْس َح ًُ ُٓ ُى‬ َ َ‫ظٕنَُّ أُٔنَئِك‬ ُ ‫ّللاَ َٔ َز‬ َّ ٌَُٕ‫َٔي ُِطيع‬

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah swt. Sungguh,
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah Ayat 71).

a. Tafsir Mufrodat
‫َي ْع ُسٔف‬ : Secara bahasa berasal dari kata 'arafa - ya'rifu yang berarti tahu. Para
ulama mengaitkan kata ma'ruf dengan 'urf yang berarti adat istiadat.
Seolah-olah al-ma'ruf adalah suatu amal kebajikan yang telah menjadi
kebiasaan manusia dan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan
Hadits.
ْ
‫ُيُك َِس‬ : Dipahami oleh para ulama sebagai segala sesuatu, baik ucapan
maupun perbuatan yang bertentangan dengan berbagai amal kebajikan
dari tuntunan agama (al-khair), akal dan adat istiadat.
َ ‫انصكَبح‬ َّ : Memiliki arti ukuran dari harta tertentu untuk diberikan kepada orang-
orang tertentu pula dengan memenuhi beberapa syarat.
‫َح ِكي ٌى‬ : Berarti Allah Yang Maha Bijaksana. Al-Hakim adalah yang memiliki
hikmah, yakni yang paling tahu diantara segala yang utama, baik
dalam hal pengetahuan maupun dalam hal perbuatan.

b. Tafsir Kementrian Agama RI


Menurut Tafsir Kementrian Agama RI, pada Surat At-Taubah ayat 71 ini
menjelaskan bahwa umat Islam baik laki-laki maupun perempuan saling menjadi
pembela di antara mereka. Selaku mukmin ia membela mukmin lain sebab
hubungan seagama dan lebih-lebih lagi apabila mukmin tersebut adalah
saudaranya sendiri karena hubungan darah.
Wanita pun selaku mukminah juga ikut serta membela saudara-saudaranya
dari kalangan laki-laki mukmin sebab terdapat hubungan segala sesuatu dengan
fitrah kewanitaannya sebagaimana istri-istri Rasulullah dan juga istri-istri para
sahabat juga ikut serta turun ke medan perang bersama-sama tentara Islam dengan
tugas menyediakan air minum serta menyiapkan makanan sebab hal ini mampu

13
membangkitkan rasa persaudaraan, kesatuan, tolong menolong dan saling
mengasihi dengan dasar keimanan.
Kesemuanya itu didorong oleh semangat setia kawan yang menjadikan
mereka sebagai satu tubuh atau satu bangunan tembok yang saling menguatkan
satu sama lain dalam hal menegakkan keadilan dan meninggikan kalimat Allah.
Sifat mukmin yang seperti itu banyak dinayatakan oleh hadits-hadits Nabi
Muhammad SAW antara lain, seperti dalam sabda beliau: “Perumpamaan orang-
orang mukmin dalam hal saling mengasihi, saling menyantuni dan saling
membantu seperti satu jasad, apabila salah satu anggota menderita seluruh jasad
itu saling merasakan demam dan tidak tidur”.17
Sebagai agama yang ajarannya sempurna, Islam mendudukkan laki-laki
dan perempuandalam posisi yang setara baik sebagai hamba (`Abid) maupun
posisinya sebagai penguasa bumi (kholifatullah fil ardh). Kepemimpinan
perempuan menurut Islam diperbolehkan selama kepemimpinan itu baik dan bisa
dipertanggungjawabkan. Namun Islam memberikan batasan terhadap perempuan
disebabkan karena beberapa kendala kodrati yang dimilikinya seperti menstruasi,
mengandung, melahirkan dan menyusui. Dimana hal itu menyebabkankondisi
perempuan saat itu lemah, sementara seorang pemimpin membutuhkan
kekuatanfisik maupun akal.
Dalam ayat tersebut Allah SWT mempergunakan kata „Auliya‟
(pemimpin), itu bukan hanya ditujukan kepada pihak laki-laki saja, tetapi
keduanya secara bersamaan. Berdasarkanayat ini, perempuan juga bisa menjadi
pemimpin, yang penting dia mampu memenuhikriteria sebagai seorang pemimpin,
karena menurut tafsir al-Maraghi dan tafsir al-Manar, bahwa kata „Auliya‟
mencakup wali dalam arti penolong solidaritas dan kasih sayang.
Dari surat at-Taubah ayat 71 tersebut dapat disimpulkan, bahwa al-Qur‟an
tidak melarang perempuan untuk memasuki berbagai profesi sesuai dengan
keahliannya, sepertimenjadi guru, dosen, pengusaha, menteri, hakim bahkan
kepala Negara. Akan tetapi dalam tugasnya tetaplah memperhatikan hukum-
hukum atau aturan-aturan yang telah ditetapkanoleh al-Qur‟an dan as-Sunnah,
misalnya tidak terbengkalai urusan rumah tangganya, haruslah ada izin dan ridho
suaminya bila ia sudah bersuami, guna menghindari efek negative terhadap diri
dan agama.

c. Kontekstualisasi Ayat
Ayat ini kalau dikaitkan dengan perempuan maka akan mengarah kepada
sebuah kepemimpinan. Berbicara tentang kepemimpinan perempuan sampai saat
ini dikalangan masyarakat masih menimbulkan perbedaan pendapat. Hal ini
dimungkinkan karena latar belakang budaya, kedangkalan agama, peradaban dan

17
Arif Setiawan dalam artikel TQP Rahmatul Insan “Tafsir At-Taubah Ayat ke-71 Tentang Kepemimpinan”.

14
kondisi sosial kehidupan manusia sehingga menyebabkan terjadinya benturan dan
perbedaan persepsi dikalangan masyarakat. Namun tidak ada salahnya jika
perempuan menjadi seorang pemimpin dengan catatan mampu menerapkan sikap
adil, amanah, amar ma‟ruf nahi munkar, dan sikap positif lainnya dalam
memimpin.

15
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam juga merupakan rahmat bagi wanita.
Oleh karena itu tidak ada ketentuan agama yang dapat dipahami sebagai larangan
keterlibatan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Islam yang norma-normanya
berasal dari wahyu Ilahi, telah menempatkan perempuan pada posisi yang sangat
terhormat dan mulia sesuai dengan kodrat dan tabiatnya, setara dengan kaum laki-laki
dalam masalah kemanusiaan.
Selain itu perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki dari sudut
penciptaan, kemuliaan, dan hak mendapat balasan atas amal usahanya perempuan
memiliki kesetaraan dengan laki-laki. Setelah Islam hadir dengan segala revolusi
moralnya, derajat seorang perempuan diangkat setinggi-tingginya hingga tidak ada pilih
kasih antara laki-laki dan perempuan. Al-Quran pun menghormati kaum perempuan
sebagai manusia, anak perempuan, istri, ibu, dan elemen masyarakat di khalayak luas.
Hukum Islam sebagai pedoman hidup adalah untuk mengimplementasikan nilai-
nilai keislaman senantiasa bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang baik dan benar,
penuh kemaslahatan yang indikasinya antara lain berupa keselamatan, kesehatan,
ketentraman, kesejahteraan, kebahagiaan dan tentu saja kemajuan.

B. Kritik dan Saran


Dengan adanya pembahasan tentang perempuan berdasarkan berbagai penafsiran
surah dan ayat di dalam al-Qur‟an yang kami cantumkan, Kami berharap agar kita semua
bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta bisa mengambil pelajaran
dari ayat-ayat yang telah kami paparkan terkhusus masalah peranan perempuan. Kami
menyadari banyak kekurangan pada makalah kami. Untuk itu, kami sangat membuka
lebar kritik dan saran dari para pembaca agar dijadikan sebagai pedoman dalam membuat
makalah yang lebih baik dan benar kedepannya.

C. Penutup
Demikian makalah kami yang bertema “Tafsir Ayat-Ayat Tentang Perempuan”.
Semoga dengan paparan singkat kami diatas, dapat bermanfaat dan menambah wawasan
keilmuan kita semua. Amiin. Wassalamu‟alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Kariim
Syakir, Syeikh Ahmad Muhammad. Tafsir Ath-Thabari Jilid 6.

Purwanti, Sri. 2009. Hak dan Kewajiban Perempuan Menurut Perspektif Al-Quran.
Skripsi. Tidak DIterbitkan. Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Al Baghawi dalam kitab Ma‟alim At-Tanzil.

Tafsir kementrian Agama RI

Tafsir Ar-Razi Jilid 9 Hal 84.

Setiawan, Arif. Tafsir At-Taubah Ayat ke-71 Tentang Kepemimpinan.

https://tafsirweb.com/1327-quran-surat-ali-imran-ayat-195.html

http://makalahzieza.blogspot.com/2015/10/tafsir-surat-ali-imran-ayat-195.html?m=1

Sufyan Ats-Tsauri dalam tafsir (hal.85), Ibnu Abi Hatim dalam Tafsir (3/854), dan Ibnu Jauzi
dalam Zad Al-Masir (2/3).

17

Anda mungkin juga menyukai