Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEWAJIBAN TERHADAP DIRI DAN KELUARGA

SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM MASYARAKAT


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Hadits

Dosen Pengampu : Dr. Romlah Askar, MA

Disusun oleh :

Ni’mah Nur Habibah (11200163000058)

Salma Anditha (11200163000063)

Muftia Jihan Irbah (11200163000065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat ,hidayah, karunia-Nya, sehingga dapat merampungkan makalah ini
guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Tafsir Hadits, dengan judul : “makalah
kewajiban terhadap diri dan keluarga serta tanggung jawab dalam masyarakat.”

Kami mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada Ibu Dr. Romlah Askar,
MA selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Hadits yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk membimbing serta memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kami. Tugas
yang telah diberikan ini semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terhadap
bidang yang dipelajari.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan ataupun kritik yang membangun
dari para pembaca. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para
pembaca.

Tangerang Selatan, 04 September 2021

Penulis.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana dalam Q. S Al zalzalah ayat 7 – 8 :

)8( ٓ‫ ََّس‬ٝ ‫َّعۡ ََ ۡو ٍِ ۡثقَب َه ذَ َّز ٍة ش ًَّسا‬ٝ ِۡ ٍَ َٗ )7( ٓ‫ ََّس‬ٝ ‫ ًسا‬َٞۡ ‫َّعۡ ََ ۡو ٍِ ۡثقَب َه ذَ َّز ٍة خ‬ٝ ِۡ ََ َ‫ف‬
Artinya :”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Tanggung jawab adalah salah satu pokok ajaran pokok dari agama. Bahwa
tuhan maha adil. maka setiap orang pasti akan mempertanggung jawabkan
perbuatannya, sekecil apapun itu dan akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Balasan bisa di terima kelak di akhirat atau sekarang di dunia atau bahkan dua-
duanya dibalas di dunia dan akhirat. Prilaku tanggung jawab hars diterapkan
dimana saja kita berada karena ini merupakan sifat yang terpuji oleh karena itu kita
wajib bertanggung jawab atas segala bentuk apa pun yang kita perbuat baik ataupun
tidak. Bertanggung jawab bararti kita juga telah berlaku jujur. Dalam makalah ini
akan di bahas tentang ayat dan hadis mengenai tanggung jawab terhadap diri
sendiri dan keluarga.

B. Rumusan masalah
1. Pada ayat berapa sajakah yang dapat menjadi pokok bahasan kewajiban diri
terhadap keluarga ?
2. Dalam hadits apa saja yang memuat tentang kewajiban diri terhadap keluarga ?

C. Tujuan
1. Mengetahui ayat dalam al Quran yang menjadi pokok bahasan kewajiban diri
terhadap keluarga.
2. Memahami hadits tentang kewajiban diri terhadap keluarga.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat Pokok Tentang Kewajiban Diri Dan Keluarga serta Tanggung Jawab
terhadap Masyarakat

1. Q.S At-Tahrim : 6
Allah SWT berfirman:

ٌ ‫ َٖب ٍَ ٰيٰٓئِ َنتٌ ِغ ََل‬ْٞ َ‫عي‬


‫ظ‬ َ ‫بس َٗ ْاى ِح َج‬
َ ُ ‫بزة‬ ُ َّْ‫َبزا َّٗقُ ْ٘دَُٕب اى‬ َ ُ‫َِْ ٰا ٍَْ ُ ْ٘ا قُ ٰۤ ْ٘ا ا َ ّْف‬ٝ‫ُّ َٖب اىَّ ِر‬َٝ‫ب‬ٰٰٝۤ
ً ّ ٌْ ‫ْ ُن‬ٞ‫س ُن ٌْ َٗا َ ْٕ ِي‬
َُْٗ ‫ُؤْ ٍَ ُس‬ٝ ‫َفْعَي ُ َُْ٘ ٍَب‬َٝٗ ٌْ ُٕ‫ّٰللاَ ٍَ ٰۤب ا َ ٍَ َس‬
‫ص َُْ٘ ه‬ ُ ‫َ ْع‬ٝ ‫ِشدَاد ٌ ََّّل‬
Artinya :"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang
Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 6).
Asbababun nuzul ayat ini adalah : Diriwayatkan bahwa nabi
mengunjungi para istri, ketika tiba giliran Hafshah, maka dia meminta izin
berkunjung kepada orang tuanya dan nabi memberi izin. Ketika hafshah keluar, nabi
memanggil seorang budak perempuan beliau yang bernama Mariyah al- Qibtiyah dan
berbincang-bincang dengannya di kamar Hafshah. Ketika Hafshah kembali, dia
melihat Mariyah di kamarnya dan sangat cemburu seta berkata, “Anda memasukkan
dia ke kamarku ketika kami pergi dan bergaul dengannya di atas ranjangku ? kami
hanya melihatmu berbuat demikian karena hinaku di mata mu”. Nabi bersabda untuk
menyenangkan Hafshah, “sesungguhnya aku mengharamkannya atas diriku dan
jangan seorangpun kamu beritahu hal itu.” Namun ketika nabi keluar dari sisinya,
Hafshah mengetuk tembok pemisah antara dirinya dan Aisyah, dan memberitahukan
rahasia tersebut. Maka nabi marah dan bersumpah bahwa beliau tidak akan
mengunjungi para istri selama sebulan. Maka Allah menurunkan ayat, “Hai Nabi
mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkan bagimu.”1

1
M. Ali ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir jil. 5, …, hlm. 402
Kemudian setelah ayat 6 ini turun terjadi peristiwa seperti berikut : Telah
diriwayatkan, bahwa Umar berkata : ketika ayat itu turun, “Wahai Rasulullah, kita
menjaga diri kita sendiri. Tetapi bagaimana kita menjaga keluarga kita?” Rasulullah
saw. menjawab, “Kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah
untukmu, dan kamu perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah
kepadamu. Itulah penjagaan diri mereka dengan neraka.”2
Penafsiran Quraish Shihab: Dalam suasana peristiwa yang terjadi di rumah
tangga Nabi SAW, seperti diuaraikan oleh ayat-ayat yang lalu, ayat di atas memberi
tuntunan kepada kaum beriman bahwa: “hai orang-orang yang beriman, peliharalah
diri kamu,” antara lain dengan meneledani Nabi, “dan” pelihara juga “keluarga
kamu”, yakni istri, anak-anak, dan seluruh yang berada di bawah tanggungjawab
kamu, dengan membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar “dari
api” neraka “yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia” yang kafir ”dan” juga
“batu-batu” antara lain yang dijadikan berhala-berhala. “di atasnya” yakni yang
menangani neraka itu dan bertugas menyiksa penghuni-penghuninya, adalah
“malaikat-malaikat yang kasar-kasar” hati dan perlakuannya, “yang keras-keras”
perlakuannya dalam melaksanakan tugas penyiksaan, “yang tidak mendurhakai Allah
menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka” sehingga siksa yang mereka
jatuhkan, kendati mereka kasar, tidak kurang dan tidak juga berlebih dari apa yang
diperintahkan Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan masing-masing
penghuni neraka, “dan mereka” juga senantiasa dan dari saat ke saat “mengerjakan
dengan mudah “apa yang diperintahkan” Allah kepada mereka.3
Semakna dengan ayat ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
Imam Abu Daud, dan Imam Turmuzi melalui hadis Abdul Malik ibnur Rabi' ibnu
Sabrah, dari ayahnya, dari kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

"

2
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz XXVIII, …, hlm. 261
3
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: 2003, Lentera hati), cet-1, hlm176
Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya mencapai
tujuh tahun; dan apabila usianya mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia karena
meninggalkannya.

Ini menurut lafaz Abu Daud. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
hasan. Imam Abu Daud telah meriwayatkan pula melalui hadis Amr ibnu Syu'aib,
dari ayahnya, dari kakeknya, dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam hal yang
semisal. Ulama fiqih mengatakan bahwa hal yang sama diberlakukan terhadap anak
dalam masalah puasa, agar hal tersebut menjadi latihan baginya dalam ibadah, dan
bila ia sampai pada usia balig sudah terbiasa untuk mengerjakan ibadah, ketaatan,
dan menjauhi maksiat serta meninggalkan perkara yang mungkar.

2. Q.S Thaha : 132

ٰٙ َ٘ ْ‫ِْ ّ َْس ُشقُلَ ۗ َٗ ْٱى ٰعَ ِقبَت ُ ِىيخَّق‬


ُ ‫ َٖب ۖ ََّل َّسْـَٔيُلَ ِز ْشقًب ۖ َّّح‬ْٞ َ‫عي‬ َ ‫ص‬
َ ‫طبِ ْس‬ َّ ‫َٗأْ ٍُ ْس أ َ ْٕيَلَ بِٲى‬
ْ ‫صيَ ٰ٘ةِ َٗٱ‬

Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan


shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu.
dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Q.S
Thoha : 132)
Ayat diatas memerintahkan keluarga didalam seagama untuk melakukan sholat
supaya tidak prihatin dengan masalah kehidupan dunia, Istiqamah dan bersabar atas
beratnya melakukan sholat , Allah tidak membebani seseorang untuk memberikan
rizqi kepada dirinya dan keluarganya, tapi Allahlah yang member rizqi kepadanya
dan keluarganya, Sebagaimana Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad Al-
Qatrani, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami
Ja'far, dari Sabit, bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam apabila mengalami suatu
kesusahan, maka beliau menyeru kepada keluarganya: Hai keluargaku, kerjakanlah
salat, kerjakanlah salat oleh kalian!"4

4
Katsir,Ibnu.Tafsir Alquran Al-Karim.Mesir.
:
:
:" ".
Sabit mengatakan bahwa para nabi itu apabila tertimpa suatu kesusahan,
maka mereka bersegera mengerjakan salat.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis
Imran ibnu Zaidah, dari ayahnya, dari Abu Khalid Al-Walibi, dari Abu Hurairah
yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

ُ َ ‫ َٗأ‬،ًْٚ‫صدْ َزكَ ِغ‬


ٌْ َ‫ َٗإِ ُْ ى‬، َ‫سدَّ فَ ْق َسك‬ َ ‫ أ ٍْأل‬ِٜ‫َب ابَِْ آدَ ًَ حَفَ َّسغ ِى ِعبَبدَح‬ٝ :َٚ‫ّٰللاُ حَعَبى‬
َّ ‫َقُ٘ ُه‬ٝ
ُ َ ‫ش ْغ ًَل َٗىَ ٌْ أ‬
َ‫سدَّ فَ ْق َسك‬ َ ُ‫" ح َ ْفعَ ْو ٍألث‬
ُ َ‫صدْ َزك‬

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Hai anak Adam, tekunilah beribadah


kepada-Ku, tentu Aku akan memenuhi rongga dadamu dengan kecukupan dan Aku
akan menutupi kefakiranmu. Jika kamu tidak melakukannya, tentu Aku penuhi
dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutupi kafakiranmu.

ٌْ ‫َّ ُن‬ِٞ‫س َِ ْعجُ َّب‬َ :‫ع ِِ اب ِِْ ٍَ ْسعُ٘ ٍد‬ َ ،ِ‫ع ِِ ْاْلَس َْ٘د‬ َ ،‫بك‬ ِ ‫ض َّح‬ ِ ِٝ‫ اب ُِْ ٍَب َج ْٔ ٍِ ِْ َحد‬َٙٗ ‫َٗ َز‬
َّ ‫ث اى‬
َّ ُٓ‫احدًا َٕ ٌَّ ْاى ََعَب ِد َمفَب‬
.ُ ٓ‫َب‬ّْٞ ُ ‫ّٰللاُ َٕ ٌّ د‬ ِ َٗ ‫ً٘ َٕ ًَّب‬َ َُ ُٖ ‫ " ٍَ ِْ َجعَ َو ْاى‬:‫َقُ٘ ُه‬ٝ ٌَ َّ‫سي‬ َ َٗ ِٔ ْٞ َ‫عي‬ َّ َّٚ‫صي‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ
َ‫َخِ ِٔ َٕيَل‬ٝ‫ ِ أ َ ْٗ ِد‬ٛ
ّ َ ‫ أ‬ِٜ‫ّٰللاُ ف‬
َّ ‫به‬ِ َ‫ُب‬ٝ ٌْ َ‫َب ى‬ّْٞ ُّ ‫اه اىد‬
ِ ْ٘‫ح‬َ َ ‫ أ‬ِٜ‫ج ِب ِٔ اىْ ُٖ َُ٘ ًُ ف‬
ْ َ‫شعَّب‬َ َ ‫" َٗ ٍَ ِْ ح‬

Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Ad-Dahhak, dari Al-Aswad, dari Ibnu
Mas'ud yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda: Barang siapa yang semua kesusahannya hanya satu, yaitu
memikirkan kesusahan di hari kemudian, niscaya Allah akan memberinya kecukupan
dalam kesusahan dunianya. Dan barang siapa kesusahannya bercabang-cabang,
hanya memikirkan susahnya keadaan di dunia, maka Allah tidak mempedulikannya
lagi di lembah mana pun ia binasa.

ِِ ‫ع‬َ ،ُ‫ب‬ ٍ َ‫اىس ْح ََ ِِ ب ِِْ أَب‬ َ ِْ ‫ع‬


َّ ‫ع ْب ِد‬ َ َُ‫ ََب‬ْٞ َ‫سي‬
ُ ِِْ ‫ع ََس ب‬ َ ،َ‫ش ْعبَت‬
ُ ِْ ‫ع‬ ُ ‫ث‬ِ ِٝ‫ضب ٍِ ِْ َحد‬ ً ْٝ َ ‫ أ‬ٛ
َ ِٗ ‫َٗ ُز‬
ِ َّ‫ " ٍَ ِْ َمب‬:‫َقُ٘ ُه‬ٝ ٌَ َّ‫سي‬
‫ج‬ َ َٗ ِٔ ْٞ َ‫عي‬ َّ َّٚ‫صي‬
َ ُ‫ّٰللا‬ ِ َّ ‫س٘ َه‬
َ ‫ّٰللا‬ ُ ‫س َِ ْعجُ َز‬ ٍ ‫ ِد ب ِِْ ثَب ِب‬ْٝ َ‫ع ِْ ش‬
َ :‫ج‬ َ ،ِٔ ٞ‫أ َ ِب‬
َ ‫َب إِ ََّّل ٍَب مُ ِخ‬ّْٞ ُّ ‫َأْحِ ِٔ ٍَِِ اىد‬ٝ ٌْ َ‫ َٗى‬،ِٔ ْٞ َْْٞ‫ع‬
‫ب‬ َ ََِْٞ‫ َٗ َجعَ َو فَ ْق َسٓ ُ ب‬،ُٓ‫ ِٔ أ َ ٍْ َس‬ْٞ َ‫عي‬ َّ ‫فسق‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َّ ََّٔ َٕ ‫َب‬ُّّْٞ‫اىد‬
َٜ ِٕ َٗ ‫َب‬ُّّْٞ‫ َٗأَحَخُْٔ اىد‬،ِٔ ‫ قَ ْي ِب‬ِٜ‫ َٗ َجعَ َو ِغَْبُٓ ف‬،ُٓ‫ َج ََ َع ىَُٔ أ َ ٍْ َس‬،ٔ‫َّخ‬ّٞ ُ ‫ ِخ َسة‬ٟ‫ج ْا‬ ِ َّ‫ َٗ ٍَ ِْ َمب‬.َُٔ‫ى‬
ٌ ‫" َزا ِغ ََت‬

Telah diriwayatkan pula melalui hadis Syu'bah, dari Umar ibnu Sulaiman, dari Abdur
Rahman ibnu Aban, dari ayahnya, dari Zaid ibnu Sabit, bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Barang siapa yang kesusahannya
hanya memikirkan dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan
menjadikan kefakirannya di depan matanya, serta tiada yang datang dari dunia
kepadanya kecuali hanya apa yang telah ditakdirkan baginya. Dan barang siapa yang
perhatiannya tercurahkan kepada akhiratnya, maka Allah akan menghimpunkan
baginya semua urusannya dan menjadikan kecukupannya di dalam kalbunya, serta
dunia datang kepadanya dalam keadaan terpaksa.

3. Q.S An nisa : 9

‫َخَّقُييييي٘ا ه‬ٞ‫ ِٖ ٌۡ ۖفَ ۡي‬ٞ‫يييي‬


َ‫ّٰللا‬ ۡ ‫عيَي‬َ ‫تيييييعٰ فًب َخيييييبفُ ۡ٘ا‬ ۡ ‫ييييِ خ َۡي ِف ِٖي‬
ِ ً‫َّيييييت‬ٝ‫ييييٌ ذ ُ ِ ّز‬ ۡ ‫يييي٘ا ٍِي‬
ۡ ‫يييي٘ ح َ َس ُمي‬ َ ‫َ ۡا‬ٞ‫َٗ ۡىييييي‬
ۡ ‫َِ ىَي‬ِٝۡ ‫َّ اىَّييييير‬
َ ‫َقُ ۡ٘ىُ٘ا قَ ۡ٘ ًَّل‬ٞ‫َٗ ۡى‬
‫دًا‏‬ِٝۡ ‫سد‬
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. Annisa : 9)

Ayat di atas menjelaskan tentang seseorang yang mau meninggalkan dunia


tidak boleh mewasiatkan hartanya untuk orang lain melebihi dari sepertiga hartanya
dan kewajiban memberikan warisannya kepada ahli waris. Ali ibnu Abu Talhah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini berkenaan dengan seorang lelaki yang
sedang rnenjelang ajalnya, lalu kedengaran oleh seorang lelaki bahwa dia
mengucapkan suatu wasiat yang menimbulkan mudarat terhadap ahli warisnya. Maka
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada orang yang mendengar wasiat
tersebut. hendaknya ia bertakwa kepada Allah, membimbing si sakit serta
meluruskannya ke jalan yang benar. Hendaknya si sakit memandang kepada keadaan
para ahli warisnya. sebagaimana diwajibkan baginya berbuat sesuatu untuk ahli
warisnya, bila dikhawatirkan mereka akan terlunta-lunta.5

Sementara bila Surat An-Nisa ayat 9 ini turun setelah pembatasan wasiat,
maka maksud ayat adalah ia tetap boleh berwasiat dengan batas maksimal sepertiga
harta, dan bila mengkhawatirkan nasib anak keturunannya maka hendaknya ia
mengurangi wasiatnya. Riwayat dari para sahabatpun menunjukkan bahwa mereka
hanya mewasiatkan sedikit hartanya karena pertimbangan tersebut. Mereka berkata:
“Seperlima lebih utama daripada seperempat, dan seperempat lebih utama daripada
sepertiga.” Hal ini selaras dengan petunjuk Nabi SAW saat menjenguk Sa’d bin Abi
Waqqash RA di Makkah dan bersabda:

َ َّْ‫َخ َ َنفَّفَُُ٘ اى‬ٝ ً‫عبىَت‬


‫بس‬ َ َ‫ ٌْس ٍِ ِْ أ َ ُْ حَد‬ٞ‫َب َء َخ‬ِْٞ‫ع َٗ َزثَخ ََل أ َ ْغ‬
َ ٌْ ُٖ ‫ع‬ َ َ‫ ِإَّّ َل أ َ ُْ حَد‬.‫س‬ٞ ُ ُ‫ َٗاىثُّي‬.‫ث‬
ٌ ِ‫ث َمث‬ ُ ُ‫فَبىثُّي‬
ٛ‫ (زٗآ اىبابز‬.ٌْ ِٖ ِٝ‫د‬ْٝ َ ‫ أ‬ِٜ‫ف‬

Artinya, “Maka sepertiga. Sepertiga itu sudah banyak. Sungguh Kamu


tinggalkan ahli warismu dalam kondisi kuat secara finansial itu lebih baik daripada
Kamu tinggalkan mereka dalam kondisi fakir meminta-minta orang lain dengan tangan
mereka.” (HR. Al-Bukhari).6

Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya
seorang. Di dalam sebuah hadis dalam kitab Sahihain disebutkan seperti berikut:

‫هللا‬
: :
" ". : : " ". : :" ".
: "‫ك‬ ‫ك‬ ‫ء‬ ‫غ‬
"

Ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam masuk ke dalam rumah Sa’d


ibnu Abu Waqqas dalam rangka menjenguknya, maka Sa'd bertanya, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai harta, sedangkan tidak ada orang yang
mewarisiku kecuali hanya seorang anak perempuan. Maka bolehkah aku
5
Ibid’
6
https://islam.nu.or.id/post/read/125766/tafsir-surat-an-nisa--ayat-9
menyedekahkan dua pertiga dari hartaku?" Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam
menjawab, Tidak boleh. Sa'd bertanya.”Bagaimana kalau dengan separonya?
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Jangan." Sa'd bertanya,
"Bagaimana kalau sepertiganya?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab,
"Sepertiganya sudah cukup banyak." Kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda: Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan berkecukupan adalah lebih baik daripada kamu membiarkan mereka dalam
keadaan miskin meminta-minta kepada orang.

Di dalam kitab sahih dari Ibnu Abbas mengatakan,

‫غ‬
:" "

"Seandainya orang-orang menurunkan dari sepertiga ke seperempat, maka


sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, 'Sepertiganya sudah
cukup banyak'."

Para ahli fiqih mengatakan, "Jika ahli waris si mayat adalah orang-orang yang
berkecukupan, maka si mayat disunatkan berwasiat sebanyak sepertiga dari hartanya
secara penuh. Jika ahli warisnya adalah orang-orang yang miskin. maka wasiatnya
kurang dari sepertiga."

4. Q.S Al an’am ayat 70

ۖ ْ‫سجَذ‬ َ ‫س ًَ َٔ ْفس ِث َّب َو‬ َ ‫ رَ ِ ّو ْش ِثٗ ا َ ْْ ر ُ ْج‬َٚ ‫َب‬١ْٔ ‫حُ اٌ ُّذ‬ٛ١ٰ ‫ ُُ ا ٌْ َح‬ُٙ ْ‫غ َّشر‬
َ َّٚ ‫ا‬ًٛ ْٙ ٌََّٚ ‫ ُْ ٌَ ِعجًب‬ُٙ َٕ٠ْ ‫ا ِد‬ْٚ ُ‫ َٓ ار َّ َخز‬٠ْ ‫رَ ِس اٌَّ ِز‬َٚ
ِ ‫َٓ ا ُ ْث‬٠ْ ‫ٌٰٓئِهَ اٌَّ ِز‬ٚ
‫ا‬ْٛ ٍُ‫س‬ ٰ ُ ‫ب ۖ ا‬َٙ ِِْٕ ‫ُؤْ َخ ْز‬٠ ‫عذْي َّّل‬ َ ًَّ ‫اِ ْْ ر َ ْع ِذ ْي ُو‬َٚ ۖ ‫ع‬١ْ ‫ َّل شَ ِف‬َّٚ ٌِٟ َٚ ِ‫ّللا‬ ٰ ِْ ُْٚ ‫ب ِِ ْٓ د‬َٙ ٌَ ‫س‬ َ ١ْ ‫ٌَـ‬
َْ ْٚ ‫َ ْىفُ ُش‬٠ ‫ا‬ْٛ ُٔ ‫ُْ ِث َّب وَب‬١ٌِ َ ‫عزَا ة ا‬
َ َّٚ ُ١ْ ِّ ‫ ُْ ش ََشا ة ِ ِّ ْٓ َح‬ُٙ ٌَ ۖ ‫ا‬ْٛ ُ‫سج‬
َ ‫ِث َّب َو‬
Artinya : "Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai
permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia.
Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur'an agar setiap orang tidak terjerumus (ke
dalam neraka), karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan
pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan
segala macam tebusan apa pun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-
orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka), disebabkan perbuatan mereka sendiri.
Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih disebabkan
kekafiran mereka dahulu."

Menurut tafsir Kementrian Agama RI, penafsiran pada Surat Al-An'am ayat 70 ini
Allah SWT memerintahkan agar Rasulullah SAW bersama dengan orang-orang beriman
lainnya meninggalkan dan memutuskan hubungan terhadap orang-orang yang suka
bersenda gurau terhadap agamanya seperti mengolok-olok agama, mengerjakan apa
yang dilarang dan juga meninggalkan apa yang sudah diperintahkan. Harus diakui
bahwa tindakan seperti itu memang sudah keterlaluan, oleh karenanya Nabi SAW
menegaskan agar umatnya tidak sampai melakukan hal semacam itu. 7
Uqbah bin Abi Al-Muith adalah contoh seseorang yang dihukum mati oleh
Rasulullah SAW sebab melecehkan agama dan pribadi Nabi SAW. Sementara
penduduk Yahudi Bani Qainuqa pernah di usir oleh Rasulullah SAW dari kota Madinah
padahal penyebab awalnya adalah pelecehan terhadap seorang muslimah.
Kebanyakan dari mereka telah terpedaya oleh kesenangan duniawi dan juga lupa akan
kehidupan sebenarnya, yakni di akhirat kelak.

5. Q.S An – Nisa ayat 36


ِٓ ١ْ ‫ ا ٌْ َّ ٰس ِى‬َٚ ّٰٝ ‫َ ٰز‬١ٌْ ‫ا‬َٚ ٝ‫ ا ٌْمُ ْش ٰث‬ِٜ‫ ِثز‬َّٚ ‫سب ًٔب‬َ ‫ ِٓ اِ ْح‬٠ْ ‫ا ٌِ َذ‬َٛ ٌْ ‫ ِثب‬َّٚ ۖ ‫ـئ ًـب‬١ْ ‫ش‬َ ٗ‫ا ِث‬ُْٛ ‫ َّل رُش ِْشو‬َٚ َ‫ّللا‬
ٰ ‫ا‬ُٚ‫ا ْعجُذ‬َٚ
‫ َّب‬٠ْ َ ‫ َِب ٍََِـىَذْ ا‬َٚ ۖ ًِ ١ْ ‫س ِج‬
َّ ٌ‫ا ْث ِٓ ا‬َٚ ‫ت‬ِ ْٕ ‫ت ِثب ٌْ َجـ‬
ِ ‫بح‬ ِ ‫ص‬
َّ ٌ ‫ا‬َٚ ‫ت‬ ِ ُٕ‫ـبس ا ٌْ ُجـ‬
ِ ‫ا ٌْ َج‬َٚ ٝ‫ ا ٌْمُ ْش ٰث‬ِٜ‫ـبس ر‬
ِ ‫ا ٌْ َج‬َٚ
ۖ ‫ َسا‬ْٛ ‫ت َِ ْٓ وَب َْ ُِ ْخزَب ًّل فَ ُخ‬ ٰ َّْ ِ‫ُٔ ُى ُْ ۖ ا‬
ُّ ‫ُ ِح‬٠ ‫ّللاَ َّل‬
Artinya :"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat,
ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang sombong dan membanggakan diri,"(QS. An-Nisa' 4: Ayat 36)
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar menyembah Dia semata,
tiada sekutu bagi Dia. Karena sesungguhnya Dialah Yang Maha Pencipta, Maha
Pemberi rezeki, Yang memberi nikmat, Yang memberikan karunia kepada makhluk-
Nya dalam semua waktu dan keadaan. Dialah Yang berhak untuk disembah oleh
mereka dengan mengesakan-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun dari makhluk-Nya.

7
Departemen Agama RI. 1989. Al Qur’an Karim dan terjemahnya, Semarang: Toha Putra
6. Q. S Hud 117 – 119

‫احدَة ۖ َو َل‬ ِ ‫اس أ ُ َّمة َو‬ َ َّ‫ َولَ ْو شَا َء َربُّكَ لَ َجعَ َل الن‬. ‫ص ِل ُحو َن‬ ْ ‫ظ ْلم َوأ َ ْهلُ َها ُم‬
ُ ‫َو َما كَا َن َربُّكَ ِليُ ْه ِلكَ ا ْلقُ َرى ِب‬
‫ ِإ َّل َم ْن َر ِح َم َربُّكَ ۖ َو ِلذَ ِلكَ َخلَقَ ُه ْم ۖ َوت َ َّمتْ َك ِل َم ُة َر ِبّكَ ََل َ ْم ََلَنَّ َج َهنَّ َم ِم َن ا ْل ِجنَّ ِة‬. ‫يَ َزالُو َن ُم ْخت َ ِل ِفي َن‬
َ ‫اس أَجْ َم ِع‬
‫ين‬ ِ َّ‫َوالن‬

Artinya : “Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama
penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu
Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat),
kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan
mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, Aku pasti akan memenuhi Neraka
Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya."
(QS. Hud 11: Ayat 117 - 119)
Ayat sebelumnya (11:116) menjelaskan bahwa kerusakan kaum terdahulu ialah
karena tidak ada yang mencegah terhadap orang-orang yang berbuat kerusakan dimuka
bumi, mereka hanya mementingkan kemewahan untuk diri sendiri. Pada ayat ini (11:117)
Allah Swt bahwa la tidak akan membinasakan suatu negeri bila di dalamnya masih ada
orang yang berbuat baik.
Ayat 117 surat Hud ini menjelaskan bahwa Allah Swt tidak akan membinasakan
suatu negeri jika penduduknya berbuat kebaikan. pada ayat ini disebut kata dzalim atau
dengan cara dzalim, yang dimaksud menurut Wahbah ialah perbuatan syirik. Dan kalimat
muslihun yaitu orang yang senantiasa berbuat kebaikan atau kemaslahatan, ia
bertanggungjawab tidak hanya kepada dirinya, tetapi juga bertanggung jawab kepada
masyarakat, dengan menjalankan amar ma'ruf nahi munkar sebagai bentuk kepedulian
dan perhatian kepada masyarakatnya.
Dan masyarakat terdiri dari beberapa keluarga, keluarga terdiri dari individu-
individu. Jika individu-individu ini baik maka insya Allah masyarakatnya akan baik,
sebaliknya jika buruk maka masyarakatnya juga akan ikut buruk. Baik-buruknya suatu
masyarakat akan nampak dari sikap dan prilaku mereka. Oleh karena jika suatu penduduk
negeri berbuat baik akan mencegah turunnya kebinasaan, baik berupa bentuk musibah
atau peperangan dan sebagainya. Terutama kebaikan tersebut ialah nilai-nilai tauhid,
nilai-nilai ini mampu meredam kemurkaan Allah Swt.
Ayat 118 menjelaskan seandainya Allah Swt menghendaki agar manusia menjadi
umat yang satu niscaya mereka menjadi umat yang satu, akan tetapi manusia senantia
berada dalam perselisihan. Wahbah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan umat
yang satu ialah semua manusia masuk Islam, sehingga mereka semua berada dalam satu
agama yang diridhai oleh Allah Swt. Huruf lau mempunyai makna pengandaian yang
sebenarnya tidak akan terjadi karena Allah Swt tidak menghendakinya.
Ayat 119 memberikan takhsis atau pengkhususan dari ayat sebelumnya (118) yaitu
manusia yang senantiasa berselisih. Pada ayat ini Allah mengkhususkan bahwa terdapat
umat yang tidak berselisih yaitu orang-orang yang diberi Rahmat oleh Allah Swt, mereka
tidak berselisih. Tetapi antara mereka saling menasehati dengan kesabaran dan
kebenaran, serta mengamalkan amar ma'ruf nahyi munkar (lihat surat Al-'Asr).
Lalu pada akhir ayat 119 Allah Swt menutup dengan fiman yang artinya Kalimat
Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka
Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. Ketetapan tersebut telah
sempurna dalam qadha dan qadarnya Allah Swt, sehingga aspek qadha dan qadar ini
masuk dalam rukun iman sebagai aspek penting dalam keimanan kepada Allah Swt. Dan
jin manusia ialah yang akan memenuhi neraka jahanam, sebagaimana telah disebutkan
dalam QS.At-Tahrim:6 dan Al-Baqarah:24 bahwa manusia ialah salah satu bahan bakar
neraka. Jin dan manusia yang memenuhi neraka ini ialah meraka yang durhaka kepada
Allah Swt dengan kafir, mengingkarinya, berbuat dosa dan sebagainya 8

B. Hadits Kewajiban Terhadap Diri dan Keluarga serta Tanggung Jawab dalam
Masyarakat

Selain hadist-hadist yang disebutkan di atas, adapula hadist-hadist lainnya mengenai


kewajiban terhadap diri dan keluarga, sebagai berikut;

:ُ‫َق ُ ْ٘ه‬ٝ ٌَ َّ‫سي‬ َ ُ‫ هللا‬َّٚ‫صي‬


َ َٗ ِٔ ْٞ َ‫عي‬ َ ِ‫س ْ٘ َه هللا‬ َ ‫ع ْْ ُٖ ََب قَب َه‬
ُ ‫س َِ ْعجُ َز‬ َ ُ‫ هللا‬ٜ
َ ‫ت‬
ِ ‫ع ََ َس َز‬ َ ِْ ‫ع‬
ُ ِِْ ‫ع ْب ِد هللاِ ب‬ َ

َّ َٗ ِٔ ِ‫َّخ‬ٞ‫ع ِْ َز ِع‬
ٍ ‫اىس ُج ُو َز‬
ِٚ‫اع ف‬ َ ‫اع َٗ ٍَ ْسؤ ُْٗ ٌه‬
ٍ ‫اإل ٍَب ًُ َز‬ َ ‫اع َٗ َميُّ ُن ٌْ ٍَ ْسؤ ُْٗ ٌه‬
ِ َٗ ِٔ ِ‫َّخ‬ٞ‫ع ِْ َز ِع‬ ٍ ‫ًميُّ ُن ٌْ َز‬

ًُ ‫َّخِ َٖب َٗاىْاَب ِد‬ٞ‫ع ِْ َز ِع‬ ِ ْٞ َ‫ ب‬ِٚ‫َتٌ ف‬ٞ‫َّخِ ِٔ َٗ ْاى ََ ْسأَة ُ َزا ِع‬ٞ‫ع ِْ َز ِع‬
َ ٌ‫ج شَ ْٗ ِج َٖب َٗ ٍَ ْسؤ ُْٗىَت‬ َ ‫أ َ ْٕ ِي ِٔ َٗ ٍَ ْسؤ ُْٗ ٌه‬

ِٔ ْٞ ‫به ا َ ِب‬
ِ ٍَ ٚ‫اع ِف‬ َّ َٗ : ‫َّ ِخ ِٔ َٗقَب َه َح ِسبْجُ أ َ ُْ قَب َه‬ٞ‫ع ِْ َز ِع‬
ٍ ‫اىس ُج ُو َز‬ َ ‫ّ ِد ِٓ َٗ ٍَ ْسؤ ُْٗ ٌه‬ِٞ ‫س‬
َ ‫به‬
ِ ٍَ ٚ‫اع ِف‬
ٍ ‫َز‬

8
ibid
َ ‫اع َٗ َميُّ ُن ٌْ ٍَ ْسؤ ُْٗ ٌه‬
ٍُ‫ِس‬ٚ ٜ‫اٖ اٌجخبس‬ٚ‫َّخِ ِٔ س‬ٞ‫ع ِْ َز ِع‬ ٍ ‫َّخِ ِٔ َٗ ًميُّ ُن ٌْ َز‬ٞ‫ع ِْ َز ِع‬
َ ‫َٗ ٍَ ْسؤ ُْٗ ٌه‬

ٜ‫اٌزشِز‬ٚ

Artinya : “Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata : Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda : "Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa
yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas
rakyatnya. Lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab
atas anggota keluarganya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin dalam
rumah tangga suaminya, dan ia bertanggung jawab atas semua anggota
keluarganya. Seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya, dan ia
bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan hartanya". Abdullah berkata :
'Aku mengira Rasulullah mengatakan pula bahwa seseorang adalah pemimpin
bagi harta ayahnya dan bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan
hartanya itu. Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas segala
yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari Muslim dan Tirmidzi)
Hadits di atas menjelaskan bahwa pada hakikatnya semua manusia itu
adalah pemimpin bagi segala hal yang ada di bawah wewenangnya sesuai dengan
tingkat dan kedudukan masing-masing, mulai dari pemimpin formal sampai
dengan pemimpin yang non-formal. Dengan demikian, semua orang harus
mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.
Disebutkan dalam hadits tadi umpamanya seorang pembantu adalah pemimpin
bagi harta majikannya dan ia bertanggung jawab atas keutuhan dan keselamatan
harta majikannya itu. Ini artinya bahwa seorang pembantu tugasnya bukan hanya
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan kepadanya, tetapi ia juga harus
bertanggung jawab dan berusaha untuk menjaga kekayaan majikannya dari
kerusakan atau kehilangan, apakah itu diakibatkan oleh pencurian, kebakaran, dan
sebagainya. Hadist diatas juga menjelaskan bahwa pada hakikatnya semua
manusia itu adalah pemimpin. Dengan demikian, semua orang mempertanggung
jawabkan segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.
Banyak hadis juga yang menganjurkan berbuat baik kepada tetangga, sebagai berikut :
Hadis pertama.

‫س ِّ َع أَثَبُٖ ُِ َح َّّذًا‬ ُ َْٓ ‫ ع‬،ُ‫ش ْعجَخ‬


َ ََُّٗٔ‫ أ‬:‫ذ‬٠ْ ‫ع َّ َش ْث ِٓ ُِ َح َّّ ِذ ْث ِٓ َص‬ ُ ‫ َح َّذصََٕب‬،‫ َح َّذصََٕب ُِ َح َّّ ُذ ْث ُٓ َج ْعفَش‬:ُ‫اْل َِب َُ أ َ ْح َّذ‬
ِ ْ ‫لَب َي‬
ِ ُ٠ ً٠‫ " َِب َصا َي ِج ِجش‬:‫سٍَّ َُ لَب َي‬
‫ ثب ٌْ َج ِبس‬ِٟٕ١‫ص‬ٛ َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬ ُ ‫ع َّ َش أ َ َّْ َس‬
ِ َّ ‫ َي‬ٛ‫س‬ ُ ِٓ ‫ّللاِ ْث‬ َ َْٓ ‫ ع‬،‫ِس‬
َّ ‫ع ْج ِذ‬ ُ ‫ُ َح ّذ‬٠
َ ََُّٗٔ‫ظَٕ ْٕذُ أ‬
."ُٗ‫ ِسص‬َٛ ُ١‫س‬ َ ّٝ ‫َح ِز‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Umar ibnu Muhammad ibnu Zaid,
bahwa ia pernah mendengar Muhammad menceritakan hadis berikut dari Abdullah ibnu
Umar, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Jibril masih terus berwasiat kepadaku
mengenai tetangga, hingga aku menduga bahwa Jibril akan memberinya hak mewaris.
Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab
sahihnya masing-masing dengan melalui Muhammad ibnu Zaid ibnu Abdullah ibnu Umar
dengan lafaz yang sama.

Hadis kedua.

‫ لَب َي‬:‫ لَب َي‬ٚ‫ّللاِ ْث ِٓ ع َّْش‬ َ َْٓ ‫ ع‬،‫ ع َْٓ ُِ َجب ِ٘ذ‬،‫س‬ُٛ‫ثٓ شَبث‬
َّ ‫ع ْج ِذ‬ ِ ‫ َد‬ٚ‫ ع َْٓ دا‬،ُْ‫َب‬١‫س ْف‬ ُ ‫ َح َّذصََٕب‬:ُ‫لَب َي اْلِب َُ أحّذ‬
"ُُٗ‫ ِ ّسص‬َٛ ُ١‫س‬
َ َّٗٔ‫ ظٕ ْٕذُ أ‬ٝ‫ ثب ٌْ َج ِبس حز‬ِٟٕ ١‫ص‬ٛ
ِ ُ٠ ًُ ٠‫ " َِب صا َي ِج ْج ِش‬:َُ ٍَّ‫س‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬
ِ َّ ‫ ُي‬ٛ‫س‬
ُ ‫َس‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Daud ibnu
Syabur, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Jibril masih terus berwasiat kepadaku mengenai tetangga sehingga aku
menduga bahwa Jibril akan memberinya hak mewaris.
Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hal yang semisal melalui hadis Sufyan
ibnu Uyaynah, dari Basyir Abu Ismail.
Imam Turmuzi menambahkan Daud ibnu Syabur, keduanya (yakni Abu Ismail dan Daud
ibnu Syabur) dari Mujahid dengan lafaz yang sama.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib bila ditinjau dari
sanadnya. Hadis ini diriwayatkan pula dari Mujahid, Aisyah, dan Abu Hurairah, dari Nabi
Saw.
Hadis ketiga.
َ ‫س ِّ َع أَثَب‬
‫ع ْج ِذ‬ َ ََُّٗٔ‫ه أ‬٠‫ ًُ ث ُٓ ش َُش‬١‫ أ َ ْخجَ َشَٔب ش َْش َح ِج‬،ُ‫ح‬ٛ١ْ ‫ أ َ ْخجَ َشَٔب َح‬،‫ذ‬٠‫َ ِض‬٠ ُٓ ‫ّللا ْث‬ َ ‫ َح َّذصََٕب‬:‫ضًب‬٠ْ َ ‫لَب َي أ َ ْح َّ ُذ أ‬
ِ َّ ‫ع ْج ُذ‬
:‫سٍَّ َُ أٔٗ لَب َي‬ َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬
ِ َّ ‫ ِي‬ٛ‫س‬ ُ ‫ ع َْٓ َس‬،‫بص‬ ِ َ‫ثٓ ا ٌْع‬
ِ ٚ‫ع ّْ ِش‬ َ ِٓ ‫ّللا ْث‬ َ َْٓ ‫ِس ع‬
ِ َّ ‫ع ْج ِذ‬ ُ ‫ُ َح ّذ‬٠ ٍُٟ‫اٌش ْح َّ ِٓ اٌ ُحج‬ َّ
."ِٖ‫ ُش ُ٘ ُْ ٌِ َج ِبس‬١ْ ‫شاْ ِع ْٕ َذ هللاِ َخ‬١
ِ ‫اٌج‬ِ ‫ْ ُش‬١‫ َخ‬ٚ ،ِٗ ‫بح ِج‬
ِ ‫ص‬َ ٌِ ُُ٘ ‫ ُش‬١ْ ‫ة ِعٕ َذ هللاِ َخ‬ ْ ‫ ُش األ‬١ْ ‫" َخ‬
ِ ‫ص َحب‬
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid,
telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Syurahbil ibnu
Syarik, bahwa ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman Al-Jaili menceritakan hadis
berikut dari Abdullah ibnu Amr ibnul As, dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda: Sebaik-baik teman di sisi Allah ialah orang yang paling baik kepada temannya,
dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah orang yang paling baik kepada tetangganya.
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnul
Mubarak, dari Haiwah ibnu Syuraih dengan lafaz yang sama. Ia mengatakan bahwa hadis
ini garib.

Hadis keempat.
َْٓ ‫َخَ ْث ِٓ ِسفَبعَخَ ع‬٠‫عجَب‬
َ َْٓ ‫ ع‬،ِٗ ١‫ ع َْٓ أ َ ِث‬،ُْ ‫َب‬١‫ َح َّذصََٕب سُ ْف‬،ِٞ
ّ ‫ذ‬ْٙ َِ ُٓ ْ‫اٌش ْح َّ ِٓ ث‬ َ ‫ َح َّذصََٕب‬:ُ‫اْل َِب َُ أ َ ْح َّذ‬
َّ ‫ع ْج ُذ‬ ِ ْ ‫لَب َي‬
."ِٖ‫َْ َج ِبس‬ٚ‫اٌش ُج ًُ ُد‬َّ ‫شجَ ُع‬ ْ َ٠ ‫"ّل‬ َ :َُ ٍَّ‫س‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬
َّ ‫ ُي‬ٛ‫س‬ ُ ‫ لَب َي َس‬:‫ع َّش لَب َي‬ ُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi,
telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari ayahnya, dari Abayah ibnu Rifa'ah, dari
Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Seorang lelaki tidak
boleh kenyang tanpa tetangganya.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (menyendiri).

Hadis kelima.
‫س ْعذ‬ َ ُٓ ‫ َح َّذصََٕب ُِ َح َّّ ُذ ْث‬،ْ‫ا‬ٚ‫غ ْض‬ َ ُ‫ َح َّذصََٕب ُِ َح َّّ ُذ ْث ُٓ ف‬،‫ّللا‬
َ ِٓ ‫ ًِ ْث‬١ْ ‫ض‬ َ ‫ َح َّذصََٕب‬:ُ‫اْل َِب َُ أ َ ْح َّذ‬
َ ُٓ ‫ ْث‬ُّٟ ٍِ ‫ع‬
ِ َّ ‫ع ْج ِذ‬ ِ ْ ‫لَب َي‬
ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬
ِ َّ ‫ ُي‬ٛ‫س‬ ْ َ ‫س ِّ ْعذُ اٌّمذا َد ْث َٓ ْاأل‬
ُ ‫ لَب َي َس‬:‫ ُي‬ُٛ‫َم‬٠ ‫ ِد‬َٛ ‫س‬ َ ،ّٟ ‫خ اٌىَال ِع‬١‫ظ ْج‬ َ ‫س ِّ ْعذُ أ َ َثب‬
َ ،ٞ ُّ ‫ص ِبس‬ َ ْٔ َ ‫ْاأل‬
َِ ْٛ َ٠ ٌَِٝ‫ َح َشاَ إ‬َٛ ُٙ َ‫ ف‬،ٌُٗٛ‫س‬ ُ ‫س‬ٚ ُ‫ َح َشاَ َح َّش َُِٗ هللا‬:‫ا‬ٌُٛ‫اٌضَٔب؟ " لَب‬ ّ ِ ِٟ‫ َْ ف‬ٌُُٛٛ‫ [" َِب رَم‬:ِٗ ِ‫ص َحبث‬ ْ َ ‫سٍَّ َُ ِأل‬َ َٚ
ٟٔ‫ض‬٠
َ َْ‫ ِٗ ِِ ْٓ أ‬١ْ ٍَ‫ع‬ َ ٠ْ َ ‫ أ‬،‫ح‬َٛ ‫س‬
َ ‫س ُش‬ ْ ِٔ ‫اٌش ُج ًُ ثِعَش ِْش‬
َّ ٟٔ‫َض‬٠ ْ‫أل‬ ْ ]َُ ٍَّ‫س‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ ِ َّ ‫ ُي‬ٛ‫ سس‬:‫ فَمَب َي‬.‫َب َِ ِخ‬١‫ا ٌْ ِم‬
َ ‫ّللا‬
‫ق‬ ْ َ٠ ْْ َ ‫"أل‬
َ ‫س ِش‬ َ ‫ لَب َي‬.َ‫ َح َشا‬َٟ ِٙ َ‫ٌُُٗ ف‬ٛ‫س‬ َّ ٌ‫ ا‬ِٟ‫ َْ ف‬ٌُُٛٛ‫ َِب رَم‬:‫ لَب َي‬."ِٖ‫ثبِشأ َ ِح َج ِبس‬
ُ ‫ َس‬َٚ ُ‫ب هللا‬َٙ َِ ‫ َح َّش‬:‫ا‬ٌُٛ‫س ِشلَخ؟ لَب‬ َ
."ِٖ‫ق ِِ ْٓ َج ِبس‬ ِ ْْ َ ‫ ِٗ ِِ ْٓ أ‬١ْ ٍَ‫ع‬
َ ‫سش‬٠ َ ٠ْ َ ‫ أ‬،‫َبد‬١‫اٌش ُج ًُ ِِٓ عَش َْش ِح أ َ ْث‬
َ ‫س ُش‬ َّ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail ibnu Gazwan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Sa'd Al-Ansari yang mengatakan bahwa ia mendengar dari
Abu Zabyah Al-Kala'i yang telah mendengarnya dari Al-Miqdad ibnul Aswad yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada sahabat-sahabatnya: "Bagaimanakah
menurut kalian perbuatan zina itu?" Mereka menjawab, "Perbuatan haram yang telah
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, zina tetap diharamkan sampai hari kiamat."
Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya bila seseorang lelaki berbuat zina dengan
sepuluh orang wanita, hal ini lebih ringan baginya daripada ia berbuat zina dengan istri
tetangganya." Rasulullah Saw. bertanya pula, "Bagaimanakah menurut kalian perbuatan
mencuri itu?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya, dan ia
tetap haram sampai hari kiamat." Rasulullah Saw. menjawab, "Sesungguhnya bila
seseorang lelaki mencuri dari sepuluh rumah, hal ini lebih ringan baginya daripada ia
mencuri dari rumah tetangganya."
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (menyendiri). Tetapi hadis ini
mempunyai syahid yang memperkuatnya di dalam kitab Sahihain melalui hadis Ibnu
Mas'ud yang mengatakan:
ْْ َ ‫ "أ‬:‫؟ لَب َي‬ٞ
ُّ َ ‫ ص ُ َُّ أ‬: ُ‫ لُ ٍْذ‬." َ‫ َخٍَمَه‬َٛ ُ٘ ٚ ‫ّلِل ِٔذًّا‬
ِ َّ ِ ًَ َ‫ "أ َ ْْ ر َ ْجع‬:‫ظ ُُ؟ لَب َي‬َ ‫ اٌزَّ ْٔت أ َ ْع‬ٞ‫أ‬
ُّ ،‫ّللا‬
ِ َّ ‫ َي‬ٛ‫س‬ُ ‫َب َس‬٠ : ُ‫لًُ ْۖد‬
" َ‫ٍخَ َج ِبسن‬١ٍ‫ َح‬ٟٔ‫ "أ َ ْْ ر ُ َضا‬:‫؟ لَب َي‬ٞ‫أ‬ ُّ َُّ ُ ‫ ص‬: ُ‫ لٍُذ‬." َ‫ُ ْطعَُ َِعَه‬٠ َْ‫َخَ أ‬١‫ش‬
ْ ‫ٌَذَنَ َخ‬َٚ ًَ ُ ‫ر َ ْمز‬
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?" Nabi Saw. menjawab,
"Bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia Yang menciptakan kamu." Aku
bertanya, Kemudian apa lagi? Nabi Saw. menjawab.”Bila kamu membunuh anakmu
karena khawatir dia akan makan bersamamu." Aku bertanya, "Kemudian apa lagi?" Nabi
Saw. menjawab, "Bila kamu berzina dengan istri tetanggamu."

Hadis keenam.
:‫ص ِبس لَب َي‬ َ ْٔ َ ‫ ع َْٓ َس ُجً ِِ َٓ ْاأل‬،‫خ‬١ٌ‫ ا ٌْعَب‬ٟ‫ ع َْٓ أ ِث‬،َ‫صخ‬ َ ‫ ع َْٓ َح ْف‬،َُ ‫ أ َ ْخجَ َشَٔب ِ٘شَب‬،ُ‫ذ‬٠‫َ ِض‬٠ ‫ َح َّذصََٕب‬:ُ‫لَب َي اْلِب َُ أ َ ْح َّذ‬
‫ َّب‬ُٙ ٌَ ََّْ‫ظَٕ ْٕذُ أ‬ َ َ‫ ف‬،ٗ١ٍَ‫ َس ُجً َِعَُٗ ُِ ْم ِجً ع‬َٚ ُِ‫ فئرَا ِث ِٗ لَبئ‬،َُ ٍََّ‫س‬َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َ َّٟ ‫ ُذ إٌَّ ِج‬٠‫ أس‬ٍِٟ ْ٘ َ ‫َخ َشجْذُ ِِ ْٓ أ‬
َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬
َّ ٍَّٝ‫ص‬
ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ ِي هللا‬ٛ‫س‬ ُ ‫ ٌِ َش‬ِٟ‫ َجعَ ٍْذُ أ َ ْسص‬ٝ‫سٍَّ َُ حز‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬ِ َّ ‫ ُي‬ٛ‫س‬ ُ ‫ ٌَمَ ْذ لَب ََ َس‬:ٞ ُّ ‫ص ِبس‬َ ْٔ ‫لَب َي األ‬- ‫َحبجخ‬
ِٟ‫ َجعَ ٍْذُ أ َ ْسص‬َّٝ ‫اٌش ُج ًُ َحز‬
َّ ‫ ٌَمَ ْذ لَب ََ ِثهَ َ٘زَا‬،‫ّللا‬
ِ َّ ‫ َي‬ٛ‫س‬ ُ ‫َب َس‬٠ : ُ‫شف لُ ٍْذ‬َ ‫ص‬ َ ْٔ ‫ فٍَ َّّب ا‬،َ‫َ ِب‬١‫ ِي ا ٌْ ِم‬ٛ‫ط‬ ُ ْٓ ِِ َُ ٍَّ‫س‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬
َ
َ‫ "رَان‬:‫ لَبي‬.‫ َّل‬: ُ‫؟ " لُ ٍْذ‬َٛ ُ٘ َِٓ ٞ‫ "أَرَذ ِْس‬:‫ لَب َي‬.ُْ َ‫ َٔع‬: ُ‫زَٗ؟ " لٍُذ‬٠َ‫ٌَمَ ْذ َسأ‬ٚ"
َ :‫ لَب َي‬.َ‫َ ِب‬١‫ ِي ا ٌْ ِم‬ُٛ‫ٌَه ِِ ْٓ ط‬
َ‫ه‬١ْ ٍَ‫ع‬
َ ‫ َس َّد‬،ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َ ٌَٛ ‫ أ َ َِب إَِّٔه‬:‫ ص ُ َُّ لَب َي‬.ُٗ‫سص‬ُٛ١‫س‬
َ َ‫سٍَّ ّْذ‬ َ ََّٗٔ‫ظَٕ ْٕذُ أ‬
َ َّٝ‫بٌج ِبس َحز‬ ِ ُ٠ ‫ َِب َصا َي‬،ًُ ِ٠‫ِج ْج ِش‬
ِ ِ‫ ث‬ِٟٕ١‫ص‬ٛ
"ََ ‫س َال‬
َّ ٌ‫ا‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan
kepada kami Hisyam, dari Hafsah, dari Abul Aliyah, dari seorang lelaki dari kalangan
Ansar yang telah menceritakan hadis berikut: Aku keluar dari rumah keluargaku menuju
rumah Nabi Saw. Tiba-tiba aku jumpai beliau sedang berdiri menghadapi seorang lelaki
yang ada bersamanya. Aku menduga bahwa keduanya sedang dalam suatu keperluan.
Lelaki Ansar melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. terus berdiri dalam waktu
yang cukup lama sehingga aku merasa kasihan kepadanya. Ketika lelaki itu pergi, aku
bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya lelaki ini sangat lama berdiri denganmu,
sehingga aku merasa kasihan kepadamu karena lama berdiri melayaninya." Rasulullah
Saw. bersabda, "Apakah kamu melihatnya?" Aku menjawab, "Ya." Rasulullah Saw.
bertanya, "Tahukah kamu siapakah dia?" Aku menjawab, "Tidak." Nabi Saw,
bersabda: Dia adalah Jibril, dia terus-menerus mewasiatkan kepadaku mengenai tetangga,
hingga aku menduga bahwa dia akan memberinya hak mewaris. Kemudian Rasulullah
Saw. bersabda pula: Ingatlah, sesungguhnya kamu seandainya mengucapkan salam
kepadanya, niscaya dia menjawab salammu.

Hadis ketujuh.
Abdu ibnu Humaid mengatakan di dalam kitab musnadnya.
ٌِٟ ‫ا‬َٛ َ‫ َجب َء َس ُجً ِِ َٓ ا ٌْع‬:‫ّللاِ لَب َي‬ َ ِٓ ‫ع َْٓ َجب ِث ِش ْث‬-َٟٔ
َّ ‫ع ْج ِذ‬ ّ ‫ ا ٌّْذ‬ِٟٕ‫َ ْع‬٠- ‫ ثَىْش‬ُٛ‫ َح َّذصََٕب أَث‬،‫ذ‬١ْ َ‫عج‬
ُ ُٓ ْ‫ ث‬ٍَٝ‫َ ْع‬٠ ‫َح َّذصََٕب‬
‫ فٍََ َّّب‬،‫ ا ٌْ َجٕبئِض‬ٍَٝ‫ع‬َ ٍَّٝ‫ص‬َ ُ٠ ‫ش‬ ُ ١ْ ‫بْ َح‬١ ِ ٍِّ ‫ص‬ َّ ٌ‫ ِٗ ا‬١ْ ٍَ‫ع‬
َ ُ٠ َُ ‫س َال‬ ِ َُ ٍَّ‫س‬
َ ًُ ٠‫ج ْج ِش‬ٚ َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬
ِ َّ ‫ ُي‬ٛ‫س‬ ُ ‫ َس‬َٚ
َ :‫ْذُ َِعَهَ ؟ لَب َي‬٠َ‫ َسأ‬ِٞ‫اٌش ُج ًُ اٌَّز‬
.ُْ َ‫ َٔع‬:‫زَٗ؟ " لَب َي‬٠ْ ‫لَ ْذ سأ‬ٚ" َّ ‫ َِ ْٓ َ٘زَا‬،‫ّللا‬ ِ َّ ‫ َي‬ٛ‫َب سس‬٠ :ًُ ‫اٌش ُج‬ َّ ‫ف لَب َي‬ َ ْٔ ‫ا‬
َ ‫ص َش‬
."ُٗ‫سص‬ُٛ١‫س‬ َ ََّٗٔ‫ذ أ‬١ِ‫ ُسئ‬َّٝ‫ ِثب ٌْ َج ِبس َحز‬ِٟٕ١‫ص‬ٛ ً ِ‫ ًشا َوض‬١ْ ‫ْذَ َخ‬٠َ‫ "ٌَمَ ْذ سأ‬:‫لَب َي‬
ِ ُ٠ ‫ ًُ َِب َصا َي‬٠‫ َ٘زَا ِج ْج ِش‬،‫شا‬١
telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar (yakni Al-Madani), dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa seorang
lelaki dari pegunungan datang ketika Rasulullah Saw. dan Malaikat Jibril sedang salat,
yaitu pada saat Nabi Saw. sedang menyalatkan jenazah. Ketika Nabi Saw. menyelesaikan
salatnya, lelaki tersebut bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah lelaki yang kulihat ikut
salat bersamamu itu?" Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apakah kamu melihatnya?" ia
menjawab, "Ya." Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya engkau telah melihat kebaikan yang
banyak. Orang ini adalah Jibril. Dia terus-menerus berwasiat kepadaku mengenai
tetangga, hingga aku berpendapat bahwa dia akan memberinya hak mewaris.
Ditinjau dari segi ini hadis diriwayatkan oleh Abdu ibnu Humaid secara munfarid, tetapi
hadis ini mengukuhkan hadis sebelumnya.

Hadis kedelapan.
ٟ‫ ًَ ْثٓ أ َ ِث‬١‫س َّب ِع‬ْ ِ‫ َح َّذصََٕب ُِ َح َّّ ُذ ْثُٓ إ‬،ّٟ ‫ع ا ٌْ َح ِبس ِص‬١ َّ ُٛ‫ّللاِ ْث ُٓ ُِ َح َّّذ أَث‬
ِ ‫اٌش ِث‬ ُ ‫ َح َّذصََٕب‬:‫اس‬
َّ ‫ ُذ‬١ْ َ‫عج‬ ُ ‫ ثَىْش ا ٌْجَ َّض‬ُٛ‫لَب َي أَث‬
:‫ّللا لَب َي‬
ِ َّ ‫ع ْج ِذ‬
َ ٓ‫ث‬ِ ‫ ع َْٓ َجبثِ ِش‬،ِٓ ‫س‬ َ ‫ ع َِٓ ا ٌْ َح‬،ٟٔ‫عطَبء اٌ َخشاسب‬ َ َْٓ ‫اٌشحّٓ ث ُٓ ا ٌْفَضً ع‬ َ ِٟٔ‫ أ َ ْخجَ َش‬،‫ه‬٠ْ ‫فُ َذ‬
َّ ‫ع ْج ُذ‬
،‫شاْ َحمًّب‬١‫اٌج‬
ِ َٝٔ‫ أ َ ْد‬َٛ َُ٘ٚ ،‫احذ‬
ِ َٚ ‫ َجبس ٌُٗ َحك‬:‫شا ُْ صَالصَخ‬١‫"اٌج‬ ِ :َُ ٍَّ‫س‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ َّ ‫ ُي‬ٛ‫لَب َي سس‬
َ ِ‫ّللا‬
‫احذ فَ َجبس ُِش ِْشن‬
ِ َٚ ‫ ٌَُٗ َحك‬ِٞ‫ فَأ َ َِّب اٌَّز‬،‫شاْ َحمًّب‬١‫اٌج‬
ِ ًُ ‫ أفض‬َٛ َُ٘ٚ ،‫ق‬ُٛ‫ َجبس ٌَُٗ صالصخُ ُحم‬ٚ ،ْ‫ َجبس ٌَُٗ حمَّب‬َٚ
ِٞ‫أ َ َِّب اٌَّز‬ٚ ،‫اس‬ٛ
ِ ‫ك ا ٌْ ِج‬
ُّ ‫ َح‬َٚ َِ ‫س َال‬ ِْ ‫ك‬
ْ ‫اْل‬ ْ ُِ ‫حمبْ فَ َجبس‬
ُّ ‫ ٌَُٗ َح‬،ٍُِ ‫س‬ ِ ٌَُٗ ِٞ‫أ َِّب اٌَّز‬ٚ .‫اس‬ٛ‫ك اٌ َج‬ ُّ ‫ ٌَُٗ َح‬،ٌَُٗ َُ ‫َّل َسح‬
."ُِ ‫اٌشح‬
ِ ‫ك‬ ُّ ‫ َح‬ٚ َِ ‫س َال‬ ِْ ‫ك‬
ْ ‫اْل‬ ُّ ‫ َس ِحُ ٌَُٗ َح‬ُٚ‫س ٍُِ ر‬
ُّ ‫ َح‬َٚ ‫ ِاس‬َٛ ‫ك ا ٌْ ِج‬ ْ ُِ ‫ فَ َجبس‬،‫ق‬ُٛ‫ٌَُٗ صَالصخُ ُحم‬
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu
Muhammad alias Abur Rabi' Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Ismail ibnu Abu Fudail, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnul Fadl, dari
Ata Al-Khurrasani, dari Al-Hasan, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tetangga itu ada tiga macam, yaitu tetangga yang
mempunyai satu hak; dia adalah tetangga yang memiliki hak paling rendah. Lalu tetangga
yang mempunyai dua hak, dan tetangga yang mempunyai tiga hak, dia adalah tetangga
yang memiliki hak paling utama. Adapun tetangga yang mempunyai satu hak, maka dia
adalah tetangga musyrik yang tidak mempunyai hubungan kerabat baginya; dia
mempunyai hak tetangga. Adapun tetangga yang mempunyai dua hak, maka dia adalah
tetangga muslim; dia mempunyai hak Islam dan hak tetangga. Adapun tetangga yang
mempunyai tiga hak ialah tetangga muslim yang masih mempunyai hubungan kerabat; dia
mempunyai hak tetangga, hak Islam, dan hak kerabat.
Al-Bazzar mengatakan, "Kami tidak mengetahui ada seseorang yang meriwayatkan dari
Abdur Rahman ibnul Fadl kecuali hanya Ibnu Abu Fudail."

Hadis kesembilan.
َْٓ ‫ ع‬،ِ‫ع ْجذ هللا‬
َ ٓ‫ث‬ ِ َ‫ط ٍْ َحخ‬ َ ٓ‫ع‬ ْ ،َْ‫ ِع ّْ َشا‬ِٟ‫ ع َْٓ أَث‬،ُ‫ش ْعجَخ‬ ُ ‫ حذصٕب‬،‫ َح َّذصََٕب ُِ َح َّّ ُذ ْث ُٓ َج ْعفَش‬:ُ‫اْل َِب َُ أ َ ْح َّذ‬
ِ ْ ‫لَب َي‬
:‫؟ لَب َي‬ِٞ‫ َّب أ ُ ْ٘ذ‬ِٙ ّ٠ِ ‫ أ‬ٌَٝ‫ فَ ِئ‬،ِٓ ٠ْ ‫بس‬
َ ‫ َج‬ٌِٟ َّْ‫ "إ‬: ْ‫سٍَّ َُ فَمَبٌَذ‬
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬ َ ِ‫ َي هللا‬ٛ‫سأٌََذْ سس‬
َّ ٍَّٝ‫ص‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ب‬َٙ ََّٔ‫عَبئِشَخَ؛ أ‬
"‫ َّب ِِ ْٕه ثَبثًب‬ِٙ ِ‫ أ ْل َشث‬ٌَِٝ‫"إ‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Imran, dari Talhah ibnu Abdullah, dari
Aisyah, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. Untuk itu ia mengatakan:
"Sesungguhnya aku mempunyai dua orang tetangga. maka kepada siapakah aku akan
mengirimkan hadiah (kiriman) ini?" Nabi Saw. bersabda, "Kepada tetangga yang pintunya
lebih dekat kepadamu."
Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang sama.

Hadis kesepuluh.
Imam Tabrani dan Abu Na'im meriwayatkan dari Abdur Rahman yang di dalam
riwayatnya ditambahkan bahwa Rasulullah Saw. melakukan wudu, lalu orang-orang
berebutan mengusapkan bekas air wudunya. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah
gerangan yang mendorong kalian berbuat demikian?" Mereka menjawab, "Cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah Saw. bersabda:
»ّٓ‫ؤد األِبٔخ إرا ائز‬١ٌٚ ،‫ش إرا حذس‬٠‫صذق اٌحذ‬١ٍ‫ٌٗ ف‬ٛ‫سس‬ٚ ‫حت هللا‬٠ ْ‫«ِٓ سشٖ أ‬
Barang siapa yang menginginkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaklah ia berkata
benar apabila berbicara, dan hendaklah ia menunaikan amanat bila dipercaya, (dan
hendaklah ia berbuat baik dengan tetangga).

Hadis kesebelas.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Luhai'ah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
ْ ‫ ُي َخ‬َّٚ َ ‫«إْ أ‬
َ ‫َب َِ ِخ َج‬١‫ ََ ا ٌْ ِم‬ْٛ َ٠ ِٓ ١ْ َّ ‫ص‬
» ِْ ‫بسا‬
Sesungguhnya mula-mula dua seteru yang diajukan di hari kiamat nanti adalah
dua orang yang bertetangga.

Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari ayat – ayat dan hadits di atas :

1. Perintah Taqwa Kepada Allah SWT dan berdakwah


2. Mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah
Allah, seperti sholat puasa dsb,..
3. Jangan berwasiat yang menimbulkan mudharat terhadap ahli warisnya.
4. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang mewarisi nilai-nilai Ketuhanan
berdasar keteladannya terhadap Rasulullah SAW, sangat tidak wajar jika
manusia melakukan sifat munkar. Jika itu adalah pilihannya tentu Allah
akan mendatangkan adzab kepadanya.
5. Allah tidak menjadikan manusia sebagai umat yang satu, mengandung
banyak hikmah bahwa Allah memberi keluasan dalam mengembangkan
potensinya demi kemaslahatan umat.
6. Atas Kasih dan Sayang Allah serta penghormatan yang tinggi terhadap
manusia yang yang berbuat kebajikan, Allah akan membalasnya dengan
menghindarkan suatu kaum dari kehancuran peradaban/tatanan yang telah
dibangun
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tanggung jawab adalah salah satu
ajaran pokok dari agama. Bahwa Tuhan Maha Adil, maka setiap orang pasti akan
mempertanggung jawabkan perbuatannya, sekecil apapun itu, dan akan mendapatkan
balasan yang setimpal. Balasan bisa di terima kelak di akhirat, atau sekarang di dunia, atau
bahkan dua-duanya, dibalas di dunia dan diakhirat. pada hakikatnya semua manusia itu
adalah pemimpin. Dengan demikian, semua orang harus mempertanggung jawabkan segala
sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.

B. Saran
Kami menyadari banyaknya kesalahan dan kekeliruan dalam makalah ini,maka dari
itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan sebagai sarana evaluasi
kesempurnaan dalam penulisan tugas makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan bagi seluruh pembaca Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi,Ahmad Mushthafa.1986.Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz XXVIII.Yogyakarta:


Sumber Ilmu
Departemen Agama RI. 1989. Al Qur’an Karim dan terjemahnya.Semarang: Toha Putra
Katsir,Ibnu.Tafsir Alquran Al-Karim.Mesir.
Katsir,Ibnu.2001. Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Abdul Ghoffar, Jilid. V Cet.I, Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi‟i.
Kementrian Agama RI.2011. Al-Qur'an & Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan Jilid
10.Jakarta: Widya Cahaya.
M. Ali ash-Shabuni.2011.Shafwatut Tafasir jil. 5. Jakarta:Pustaka Al-Kautsar.

Shihab,M.Quraish.2003.Tafsir Al-Misbah ce-1.Jakarta: Lentera hati.

https://islam.nu.or.id/post/read/125766/tafsir-surat-an-nisa--ayat-9 diunduh pada tanggal


06/09/2021 pukul 08.25 WIB

Anda mungkin juga menyukai