Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN ANAK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Tafsir Tarbawi “

Dosen pengampu: DR.KH.Muchtar Nuhung,M.Ag

DISUSUN OLEH:

Muhammad qalbi (21228620875)

Ahmad adam firmansyah (21228620867)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL- FURQAN MAKASAAR

2023 - 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Filsafat Pendidikan Sebagai

Sistem,Subtansi dan Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan” ini tepat pada

waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada

matakuliah Filsafat Pendidikan Islam . Selain itu, makalah ini juga untuk menambah

wawasan tentang konsep Filsafat pendidikan Sebagai Sistem,Subtansi dan Hubungan

Filsafat dengan Filsafat Pendidikan bagi para pembaca dan juga penulis. Kami

mengucapkan terima kasih kepada bapak Sahabuddin S.pd M.pd , selaku dosen Filsafat

Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan

dan wawasan sesuai dengan bidang. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membagi sebagian pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini. Kami menyadari,makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.

Makassar 09 Maret 2023

penulis

2
KATA PENGANTAR............................................................................................2

BAB I........................................................................................................................3

PENDAHULUAN................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

Surat Al-Isra’ ayat 23-25....................................................................................4

Surah Al-Luqman ayat 12-19.............................................................................9

Surah An-Nisaa’ ayat 9.....................................................................................15

BAB III..................................................................................................................18

Kesimpulan.........................................................................................................18

Saran...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi setiap anak, dipengaruhi dan
berpengaruh terhadap lingkungan. Lingkungan yang paling utama adalah keluarga,
bagaimana orang tua terutama ibu membimbing anaknya agar siap untuk menghadapi
kehidupan di zaman sekarang dan zaman yang akan datang. Disinilah kecakapan hidup
seorang anak harus di bimbing dan di arahkan agar tidak menyimpang dalam norma-norma
agama yang sesuai dengan Al-Qur’an, agar mampu menghasilkan generasi-generasi muda
yang beriman, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab.
Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan karakter menjadi tugas bagi keluarga,
masyarakat,dan pemerintah. Mempesiapkan generasi muslim yang tangguh merupakan
harapan Al-Qur’an. Setiap muslim, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas, harus
berupaya mewujudkan generasi yang berkualitas dalam semua aspek kehidupan manusia.
Salah satu firman Allah swt yang mengharuskan setiap umat tidak meninggalkan dibelakang
mereka generasi yang lemah tak berdaya dan tak memiliki daya saing dalam kompetisi
kehidupan dapat dibaca dalam surat An-Nisa ayat 9.
Selain itu pendidikan anak dapat dilihat dari moral dan tingkah lakunya sehari-hari dalam
berucap ataupun bersikap kepada orang tua (brebakti kepada kedua orang tua/ birul
walidaini) serta karib kerabat sebagaimana tertera dalam Qs. Al-Isra ayat 23-25 . Selain itu
dalam bersikap hendaknya kita dapat membantu sesama serta menjauhi sikap boros,
sebagaimana Alloh berfirman dalam Qs. Al-Isra’ ayat 26-28.

4
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ANAK

Surat Al-Isra’ ayat 23-25


Surat Al Isra’ ayat 23-25 ini menerangka tentang keterkaitan antara dasar-
dasar prilaku, etika dan kewajiban individu serta masyarakat tentang aqidah
keesaan Alloh, yang dengannya terkait semua hubunghan pada tingkat keluarga,
masyarakat dan sektor-sektor kehidupan lainnya.
Pada ayat ini akan dipaparkan tentang beberapa diantara perintah dan
larangan Alloh yang memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus.
1. Bunyi Ayat

2. Terjemahan
 Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada

5
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra’ 23)
 Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Al-Isra’ 24)
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-
orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang
yang bertobat. (Al- Isra’ 25)
3. Arti Kata
َ ‫َق‬
‫ض‬ : Perintah
)‫َعبَدَا ـ يَ ْعبُدُوا ( تَ ْعبُدُوا‬ : Menyembah
) ‫سنًا‬
َ ‫سنُ ( اِ ْح‬
َ ‫سنَ – يَ ْح‬
َ ‫َح‬ : Baik
‫ص‬ َ َ‫َخف‬
ُ ِ‫ض – يَ ْخف‬ : Rendah
‫َعلَ َم – يُ َعلِّ ُم‬ : Mengetahui
َ‫اب (ج) اَ َّوبِيْن‬ َ ‫آ َّو‬ : Orang-orang yang kembali kepada kebaikan
)‫ (تَ ْب ِد ْي ًرا‬-‫ يُبَ ِّد ُر‬-‫بَ ّد َر‬ : Menghambur-hamburkan

4. Tafsir fi Jalalain, fi zhilalil, fi Ibnu Katsir dan Al-fatih.


023. (Dan telah memutuskan) telah memerintahkan (Rabbmu supaya janganlah)
lafal allaa berasal dari gabungan antara an dan laa (kalian menyembah selain Dia
dan) hendaklah kalian berbuat baik (pada ibu bapak kalian dengan sebaik-baiknya)
yaitu dengan berbakti kepada keduanya. (Jika salah seorang di antara keduanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu) lafal ahaduhumaa adalah fa`il
(atau kedua-duanya) dan menurut suatu qiraat lafal yablughanna dibaca
yablughaani dengan demikian maka lafal ahaduhumaa menjadi badal daripada alif
lafal yablughaani (maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan ah kepada
keduanya) dapat dibaca uffin dan uffan; atau uffi dan uffa; lafal ini adalah
mashdar yang artinya adalah celaka dan sial (dan janganlah kamu membentak
mereka) jangan kamu menghardik keduanya (dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia) perkataan yang baik dan sopan.1

1
Jalaluddin Asy-Syuyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy, Tafsir Jalalain, Pesantren
Persatuan Islam 91, 2010. ..

6
Ayat ini memerintahkan untuk mengesakan Allah dalam menyembahnya
َ َ‫ ق‬dalam arti ini memberikan frame pada
setelah larangan berlaku syirik. Kata ‫ضى‬
perintah yang ada berupa penekanan, disamping penekanan khusus atas masalah
ini, yang dapat dilihat pada kata nafi (peniadaan) dan istisnaa ‘pengecualian’,
yaitu pada firman-Nya ُ‫ َآالَّ تَ ْعبُدُوا ِآالَّ ِآيَّاه‬. Dengan begitu tampak jelas pada ungkapan
ayat ini nuansa keseriusan dan penekanan masalah tauhid didalam kehidupan. 2
Demikian pula Ubay bin Ka’ab, Ibnu Masud dan dh-Dhahhak bin Muzahim
membaca ayat tersebut dengan bacaan
ُ‫صى َربُّكَ َآالَّ تَ ْعبُدُوا ِآالَّاِيَّاه‬
َّ ‫“ َو َو‬Rabbmu berwasiat agar kamu tidak beribadah kecuali
kepadanya semata”.3 Oleh karena itu Alloh meyertakan perintaah beribadah
kepada-Nya dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua, dimana ia
َ ‫“ َوبِـــا ْل َوالِــ َد ْي ِن ِأ ْح‬Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
berfirman, ‫ســـانًا‬
bapakmu dengan sebaik-baiknya.” Maksudnya, Dia menyuruh hamba-Nya untuk
berbuat baik kepada kedua orang tua, yang demikian itu seperti firman-Nya dalam
ِ ‫أشــ ُك ْرلِي َولِ َوالِــ َد ْي َك ِآلَ ّى ال َم‬
surat lain, dimana Dia berfirman “ ‫صــ ْي ُر‬ ْ ‫“ آن‬Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku tempat kembalimu
(Qs.Luqman : 14.)
“... Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali kamu
mengatakan kepadanya suatu perkataan ‘ah’.” Maksudnya, jangan engkau
memperdengarkan kata-kata buruk, bahkan sampai kata ‘ah’ sekalipun itu
merupakan tingkatan ucapan yang paling rendah. Ayat ini memberikan keteduhan
suasana dalam mengungkap kesadaran nurani sang anak. penyebutn usia lanjut
kedua orang tua tentu menimbulkan rasa hormat, dan kondisi yang lemah dimasa
tua, mereka akan membawa inspirasi tersendiri disini.
“……..Maka, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka….” Inilah awal tingkatan
dalam memelihara kedua orang tua dan dengan penuh tata krama. “….. Dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”, ini merupakan sikap positif
yang sangat tinggi tingkatannya. Yakni hendaknya ucapan sang anak kepada
orang tuanya menunjukkan sikap hormat dan cinta.
2
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 14, Gema Insani, 2004, Hal. 81.

3
Dr.Abdulloh bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, Pustaka Imam Asy-syafi’i,2003, hal 152-153.

7
“…… Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan”, sebuah ungkapan lembut yang mampu menembus inti hati nurani.
Yaitu rasa kasih saying nan penuh kelembutan.
024. (Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua) artinya berlaku sopanlah
kamu terhadap keduanya (dengan penuh kesayangan) maksudnya, bertawadhulah
kamu kepada keduanya melalui tindakanmu dengan sikap lemah lembutmu
kepada keduanya (dan ucapkanlah, "Wahai Rabbku! Kasihanilah mereka
keduanya, sebagaimana) keduanya mengasihaniku sewaktu (mereka berdua
mendidik aku waktu kecil."). yakni diusia tuanya dan padasaat wafatnya. Sebuah
kenangan masa lalu yang penuh kelembutan, dan masa kanak-kanak yang masih
lemah dibawah asuhan kedua orang tua. Kini mereka berdua (orang tua) seperti
pada masa kanak-kanak itu, perlu perhatian, dan rasa kasih sayang. Setidaknya
dengan kesediaan sang anak untuk menengadahkan doa kepada Alloh agar ia
berkenan memberikan kasih sayang-Nya kepada keduanya, karena kasih sayang
Alloh lebih luas dan perhatian serta perlindungan-Nya lebih besar.
Al-Hafidz Abu Bakar al-Bazzar meriwayatkan dari Buraidah daaribapaknya,
bahwa ada seorang laki-laki sedang melakukan thawaf sambil menggendong
ibunya. Maka laki-kali itu bertanya kepada Rosullulloh “Apakah aku sudah
memenuhi hak ibuku ini?” Nabi menjawab, “Tidak. bahkan tidak menyamai satu
kalipun tarikan nafasnya.”
Mengenai masalah birrul walidain ini telah banyak hadis yang
membahasnya, diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan melalui jalan Anas
dan juga dan lainya, bahwasannhya Rosululloh SAW pernah menaiki mimbar
kemudian mengucap :
(‫ َآ ِم ْينْ َآ ِم ْين‬, ْ‫ يَأ ُم َح َّم ُد َر ِغ َم اَ ْنــفُ َر ُجـ ٍل )َآ ِم ْين‬:‫ (َآتَا نِى ِج ْب ِر ْي ُل فَقَا َل‬: ‫س ْو َل هللا َعالَ َما اَ َم ْنتَ ؟ قَا َل‬ ُ ‫ يَا َر‬: ‫ِق ْي َل‬
‫ضـا نَ ثُ َّم َخـ َر َج فَلَ ْم‬ َ ُ‫ُذك ِرتَ ِع ْن َدهُ فَلَ ْم ي‬
َ ‫ َر ِغ َم اَ ْنــفُ َر ُجـ ٍل د ََخـ َل َعلَ ْيـ ِه‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬, ْ‫ َآ ِم ْين‬: ‫ قُ ْل‬, ‫ص ِّل َعلَ ْي َك‬
َ ‫شـ ْه ُر َر َم‬
: ‫ قُـ ْل‬, َ‫ َر ِغ َم اَ ْنفُ َر ُج ٍل اَ ْد َر َك َوالِ َد ْيـ ِه َآ ْو اَ َحـ َد ُه َما فَلَ ْم يُ ْد ِحلَـهُ ا ْل َجنَّة‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬, ْ‫ َآ ِم ْين‬: ُ‫ َآ ِم ْينْ فَقُ ْلت‬: ‫ قُ ْل‬,ُ‫يُ ْغفَ ْر لَه‬
) ْ‫ َآ ِم ْين‬: ُ‫ فَقُ ْلت‬, ْ‫َآ ِم ْين‬
Amin. amin.amin. “ Lalu ditanyakan ‘Ya Rosullalloh, apa yang engkau aminkan
tadi? beliau menjawab : ‘Aku telah didatangi Jibril , lalu ia berkata : ‘Sungguh
hina orang yang (namamu disebut disisinya), namun ia tidak bersholawat
kepadamu. Maka ucapkanlah ammin. ‘Maka aku mengucapkan ammiin. kemudia
ia berkata lagi :’ Sungguh hina orang yang masuk bulan Ramadhan lalu ia keluar

8
darinya dengan tidak mendapat ampunan. maka ucapkanlah ammiin. ‘Maka ku
ucap ammiin. Selanjutnya Jibril berkata : ‘Sungguh hina seseorang yang
mendapatkan kedua atau salah satu orang tuanya, namun (kesempatan bakti
kepada) keduanya tidak memasukkannya ke surga. Maka ucapkanlah ammiin.’
Maka ku ucapkan ammiin.
Imam Ahamad juga meriwayatkan dari Abu Hurairoh ra. yang intinya sama
dengan hadist diatas. Imam ahmad juga meriwayatkan dari Mu’awiyah bin
Jahimah as Sulami, bahwasannya Jahimah pernah datang kepada nabi SAW. dan
berkata : “Yaa Rosulalloh, aku ingin ikut perang dan aku datang kepadamu untuk
meminta saran.” Maka beliau pun menjawab : “Apakah kamu masih mempunyai
ibu? “Ya,masih” jawabnya. Maka beliau berkata “Kalau begitu temanilah ia
karna surga itu terletak di kedua kakinya.”
025. (Rabb kalian lebih mengetahui apa yang ada dalam hati kalian) apa yang
terpendam di dalamnya berupa perasaan berbakti dan menyakiti (jika kalian
orang-orang yang baik) taat kepada Allah (maka sesungguhnya Dia kepada orang-
orang yang bertobat) orang-orang yang kembali kepada Allah dengan berbuat taat
kepada-Nya (Maha Pengampun) terhadap apa yang telah mereka lakukan
sehubungan dengan hak-hak kedua orang tua, yaitu berupa perbuatan yang
menyakitkan lalu dengan segera mereka bertobat dan tidak akan berbuat yang
menyakitkan lagi kepada keduanya.
Penegasan ini dihadirkan disini sebelum pembicaraan tentang tugas,
kewajiban dan prinsip-prinsip moral yang lain, agar dijadikan parameter dalam
setiap ucapan dan perbuatan. Juga untuk membuka pintu tobat dan rahmad bagi
yang bersalah atau kurang dalam melaksanaan tugas atau kewajibannya.
Sa’id bin Jubair mengatakan, yakni orang yang ersegera mengurus kedua
orang tuanya, sedangkan dalam niat dan hatinya tidak ada keinginan untuk
menyakitinya. Dalam riwayat yang lain disebutkan: dengan demikian ia tidak
menghendaki kecuali kebaikan. Dalam hal ini Dia berfirman “Robbmu lebih
mengetahui apa yang ada dalam hatimu, jika kamu orang-orang yang baik.” Dan
firman-Nya yang artiny:”Maka sesungguhnya ia maha pengampun bagi orang-
orang yang bertaubat.” Qatadah mengemukakan : “yakni bagi orang-orang yang
taat dari kalangan orang-orang yang mengerjakan shalat.” sedangkan sebagian
ulama’berkata “Awwabiin ialah orang-orang yang mengerjakan shalat dhuha.”

9
Syu’bah menceritakan dari Yahya bin Sa’id bin Al-Musayyab, mengenai
firman Alloh ta’ala, ia mengatakan bahwa Awwabiin ialah orang-orang
yangberbuat dosa lalu ia bertaubat. Demikian pula yang diriwayatkan oleh
Abdurrazaq dan Mu’amar serta ‘Atha’ bin Yasar, Said bin Jubair dan Mujahid
mengatakan: Awwabiin ialah orang- Nilai-nilai pendidikan dalam Surat Al-
Isra’ ayat 23-25
Adapun beberapa hikmah yangh dapat kita ambil dari Qs. Al-Isra’ ayat 23-25
ini diantaranya adalah :
a. Hendaknya berbakti kepada kedua orang tua
b. Supaya mengucapkan perkataan yangbaik kepada kedua orang tua
c. Tidak berkata buruk bahkan berkata yang sedikit menyinggung seperti
“ah”
d. Selalu merawat kedua orang tua dengan penuh kasih sayang saat mereka
masih ada
e. Membantu ssasama baik maasyarakat sekitar ataupun kaum kerabat
f. Tidak bersikap boros dan Mubadzir

Surah Al-Luqman ayat 12-19


Surah makkiyah ini merupakan salah satu contoh dari metode al-qur’an dalam
berdialog dengan hati manusia.Ia membahas tentang permasalahan aqidah dalam jiwa
orang-orang musyrikin yang telah menyimpang dari aqidah. Permasalahan aqidah
diringkas dalam masalah pengesaan Kholiq beribadah kepada-Nya semata-mata dan
mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Juga meyakini kehidupan akhirat dan segala yang
terjadi didalamnya. Yaitu, hisab yang detail dan balasan yang adil dan dalam
mengikuti apa-apa yang diturunkan oleh Allah dan meninggalkan aqidah dan adat
istiadat lainnya.
Surah al-luqman ini memaparkan permasalahan ini dengan cara yang membangkitkan
pemikiran untuk mengenal metode al-qur’an yang menakjubkan dalam berdialog
dengan fitrah dan hati.
1. Bunyi Ayat

10
2. Terjemahan
 Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".(QS.31:12)
 Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar".(QS.31:13)

11
 Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS.31:14)
 Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS.31:15)
 (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.(QS.31:16)
 Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).(QS.31:17)
 Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.(QS.31:18)
 Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(QS.31:19)4
3. Arti Kata
‫َش َك َر – يَ ْش ُك ُر‬ : Bersyukur
‫َكفَ َر‬ : Ingkar
‫نِيٌّ َغ‬ : Kaya
‫ظَلِ َم‬ : benar-benar kedzaliman

4. Asbabunnuzul Al-Lukman ayat:13 dan 15


 Abdillah mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan nasehat
Rasulullah kepada para sahabat tentang wasiat Lukman kepada anaknya. Saat
turun QS. 6:82, para sahabat keberatan, mereka menghadap Rasulullah dan
4
Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh.2002.Tafsir Ibnu Katsir jilid
6.Pustaka Imam Asy-syafi’i: Jakarta.hal.403

12
bertanya. “Wahai Rasul, siapa diantara kami yang dapat membersihkan
keimanan dari kedzaliman? apa kalian telah mendengar wasiat Luqman kepada
anaknya, ‘Anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, karena hal itu adalah
kedzaliman yang sangat besar.’(HR.Bukhari)5
 Sa’ad bin Malik berkata,”Ayat ini diturunkan berkenaan denganku. Aku sangat
[mencintai dan menghormati ibuku. Saat aku memeluk Islam, ibuku tidak setuju
dan berkata:”Anakku, kamu pilih salah satu kamu tinggalkan Islam atau aku
akan mogok makan dan minum hingga aku mati.’Aku bertekat untuk tetap
dalam Islam. Namun ibuku melaksanakan ancamannya sampai tiga hari tiga
malam. Akupun sedih dan berkata ,”ibu, jika ibu memiliki 1000 jiwa, dan satu
persatu meninggal , aku akan tetap dalam Islam.Karena itu, terserah ibu mau
makan atau tidak.”ibupun luluh dan mau makan kembali.”(HR.Thabrani)
5. Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir fi Zhilalil Qur’an
Sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman.....” Lantas apa tabiat
dari hikmah itu dan apa karakternya yang menonjol dan langka? Sesungguhnya ia
disimpulkan dalam mengarahkan diri agar bersyukur kepada Allah,“...Yaitu,
Bersyukurlah kepada Allah...’’’
Itulah hikmah dan itulah pengarahan yang bijaksana. Langkah berikutnya adalah
pengarahan Luqman terhadap anaknya dengan nasehat, yaitu nasehat seorang yang
bijaksana kepada anaknya. Ia adalah nasehat yang membebaskan orang dari segala aib.
Pemilik dan pemberi nasehat itu pasti telah dianugrahkan hikmah kepadanya. Ia adalah
sebuah nasehat yang tidak mengandung tuduhan, karena itu tidak mungkin nasehat
seorang ayah kepada anaknya mengandung tuduhan.
Nasehat itu mengandung pengikraran terhadap persoalan tauhid yang telah ditetapkan
pada penelusuran pertama. Dan, penyinggungan tentang persoalan akhirat disebutkan
pula dengan disertai pengaruh-pengaruh yang baru.6
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi
pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang benar.”
Cerita yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Abi ‘Arubah dari Qatadah
tentang firman Allah “Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Luqman
hikmah,”yaitu pemahaman tentang islam, padahal dia bukan seorang Nabi dan tidak

5
...2009.The Holy Qur’an Al-fatih.al- fatih:Jakarta
6
Sayyid Quthb.2004.Tafsir fi Zhilalil Qur’an.Gema Insani:Jakarta

13
diberikan wahyu. Dan firmannya ‘Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada
Luqman hikmah,”yaitu pemahaman, pengetahuan dan ta’bir mimpi (‫) ْش``` ُكرْ هّلِل اَ ِن ا‬
hikmah,”yaitu bersyukurlah kepada Allah ,”kami memerintahkan kepadanya untuk
bersyukur kepada Allah atas apa yang diberikan, dianugrahkan dan dihadiahkan oleh-
Nya berupa keutamaan yang hanya dikhususkan kepadanya, tidak kepada orang lain
yang sejenis dimasanya. Kemudian Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Dan barang
siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri, yaitu manfaat dan pahalanya hanya akan kembali kepada orang-orang yang
bersyukur itu sendiri, berdasarkan firman Allah QS.Ar-rum:44 yang artinya “dan
barang siapa yang beramal sholih, maka untuk diri mereka sendirilah, mereka
menyiapkan (tempat yang menyenangkan). Dan firman-Nya yang artinya”Dan barang
siapayang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji,”
yaitu mahakaya dari hamba-hamba-Nya. Tidak ada Illahi (yang berhak diibadahi)
kecuali Allah dan Kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman mengabarkan tentang wasiat luqman kepada
puteranya, yaitu Luqman bin Anqa bin Sadun adapun wasiat tersebut adalah untuk
beribadah kepada Allah SWT yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Kemudian, ia
memperingatkan bahwa mempersekutukan Allah adalah kedzoliman yang besar.
Maksudnya syirik adalah kedzoliman yang besar. Kemudia dia mengiri wasiat
beribadah kepada Allah yang Esa dengan berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana
Allah berfirman dalm QS.Al-Isra’:23.7
Dalam sebuah kitab yang berjudul al-‘asyarah, athabrani berkata dari Abu
Daud bin Hin bahwa saat bin Malik berkata : diturunkannya ayat ini (dahulu jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya) dan ayat
seterusnya. Dahulu aku adalah seorang yang berbakati kepada ibuku, lalu saat aku
masuk islam ibuku berkata:hai Sa’ad apa yang terjadi padamu yang kulihat ini, engkau
akan tinggalkan agamamu ini atau aku tidak akan minum hingga aku mati. Maka
karena aku akan dipanggil hai pembunuh ibunya, lalu aku berkata: jangan engkau
lakukan hai ibu!karena aku tidak akan meninggalkan agamaku karena apapun. Maka
ibuku melakukan benar-benar apa yang ia katakan. Dan aku menyaksikan hal tersebut
lalu aku berkata kepadanya: Wahai ibuku harap engkau ketahui! demi Allah kalau
7
Dr.Abdulloh bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6, Pustaka Imam Asy-syafi’i,2003, hal 414-416.

14
sekiranya engkau memiliki seratus jiwa dan jiwa itu satu persatu meninggalkanmu
agar aku meninggalkan agamaku. Demi Allah aku tidak akan meninggalkan agamaku
ini karena apapun yang terjadi maka makanlah kalau engkau mau makan, kalau tidak
mau ibu terserah ibu lalu diapun makan.
("Hai anakku, sesungguhnya) perbuatan yang buruk-buruk itu (jika ada
sekalipun hanya sebesar biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi)
atau di suatu tempat yang paling tersembunyi pada tempat-tempat tersebut (niscaya
Allah akan mendatangkannya) maksudnya Dia kelak akan menghisabnya.
(Sesungguhnya Allah Maha Halus) untuk mengeluarkannya (lagi Maha Waspada)
tentang tempatnya. (QS.Luqman:16)
(Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah mereka dari perbuatan mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu) disebabkan amar makruf dan nahi mungkarmu itu. (Sesungguhnya
yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (termasuk hal-hal yang ditekankan
untuk diamalkan) karena mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib.
(QS.Luqman:17)
(Dan janganlah kamu memalingkan) menurut qiraat yang lain dibaca wa laa
tushaa`ir (mukamu dari manusia) janganlah kamu memalingkannya dari mereka
dengan rasa takabur (dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh)
dengan rasa sombong. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong) yakni orang-orang yang sombong di dalam berjalan (lagi membanggakan
diri) atas manusia. (QS.Luqman:18)
(Dan sederhanalah kamu dalam berjalan) ambillah sikap pertengahan dalam
berjalan, yaitu antara pelan-pelan dan berjalan cepat, kamu harus tenang dan anggun
(dan lunakkanlah) rendahkanlah (suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara) suara
yang paling jelek itu (ialah suara keledai.") Yakni pada permulaannya adalah
ringkikan kemudian disusul oleh lengkingan-lengkingan yang sangat tidak enak
didengar.(QS.Luqman:19)
6. Nilai-nilai yang terkandung dalam al-Lukman: 12-19
a. Orang tua wajib mengajarkan anak-anaknya dengan pendidikan
agama.
b. Anak harus ditanamkan untuk berbuat baik, dan melarang berbuat
yang tidak baik.

15
c. Melakukan kegiatan sehari-hari seperti ibadah, tabah menghadapi
kesulitan, danm menghindari perbuatan sombong, angkuh serta
memperkuat sifat sederhana dalam bertindak dan bertutur kata.

Surah An-Nisaa’ ayat 9


Surat An-Nisa ayat 9 ini turun sebagai peringatan kepada orang-orang yang
berkenaan dengan pembagian harta warisan agar jangan menelantarkan anak-anak
yatim yang dapat berakibat pada kemiskinan dan ketakberdayaan. Ketidakberdayaan
itu tidak melulu menyangkut soal ekonomi semata, tetapi pada seluruh aspek
kehidupan.

1. Bunyi ayat

2. Terjemahan :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (an-Nisaa: 9)

3. Arti Kata :
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
Dan hendaklah takut ‫ش‬
Bila mereka meninggalkan ‫لَوْ ت ََر ُكوا‬
Anak-anaknya (yang dibelakangnya) ‫خَ ْلفِ ِه ْم‬
Dalam keadaan ً‫ُذ ِّريَّة‬
Lemah ‫ض َعافًا‬
ِ
Mereka khawatirkan (takutkan) ‫خَ افُوْ ا‬
Hendaklah mereka bertakwa ْ‫فَ ْليَتَّقُو‬
Dan mengucapkan ‫َو ْليَقُوْ لُوْ ا‬
Perkataan ً‫قَوْ ال‬
Yang benar ‫َس ِد ْيدً̀ا‬
4. Asbabun Nuzul An-Nisaa’ayat 9

16
Mujahid menjelaskan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan perintah
Saad bin Abi Waqqash yang suatu saat sedang sakit keras, kepada Rasulullah kala
Rasulullah datang menjenguk, Sa’ad berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki
ahli waris kecuali seorang anak perempuan, aku boleh menginfakkan dua pertiga
dari hartaku? ”Tidak boleh, jawab Rasul.Separuh ya Rasul? Tidak boleh, jawab
Rasul lagi.” Jika seper tiga ya Rasul?”Rasul mengizinkan,” ya sepertiga juga sudah
banyak. Rasul lalu bersabda, lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan yang berkecukupan daripada yang miskin yang meminta-minta kepada
manusia.” (HR.Bukhari dan Muslim)
5. Tafsir fi zhilalil dan tafsir Ibnu Katsir
Tafsir fi zhilalil Qur’an:
Dalam ayat tersebut dipesankan kepada mereka (orang-orang yang
mengurus anak yatim) supaya bertakwa kepada Allah di dalam mengurusi anak-anak
kecil yang diserahkan pengurusannya oleh Allah kepada mereka. Dengan harapan,
mudah-mudahan Allah menyediakan orang yang mau mengurusi anak-anak mereka
dengan penuh ketakwaan, perhatian, dan kasih sayang. Dipesankan juga kepada
mereka supaya mengucapkan perkataan yang baik kepada anak-anak yang mereka
didik dan mereka pelihara itu, sebagaimana mereka memelihara harta mereka.8

Tafsir Ibnu Katsir:


﴿‫ش الَّ ِذ ْينَ لَوْ تَ َر ُكوا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم‬
َ ‫“﴾و ْليَ ْخ‬Dan
َ hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka,” (QS. An-Nisaa’:9)

‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari ‘Ibnu ‘Abbas: “ ayat ini berkenaan dengan
seorang laki-laki yang meninggal, kemudian seorang mendengar ia memberikan
wasiat yang membahayakan ahli warisnya, maka Allah SWT memerintahkan orang
yang mendengarnya untuk bertakwa kepada Allah serta membimbing dan
mengarahkannya pada kebenaran. Maka hendaklah ia berusaha menjaga ahli waris
orang tersebut, sebagaimana ia senang melakukannya kepada ahli warisnya sendiri
apabila ia takut mereka disia-disiakan. Demikianlah pendapat Mujahid dan para
ulama lainnya.

8
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 4,Gema Insani Press, 2001. hal 132-133

17
Satu pendapat mengatakan :”Apa yang dimaksudkan dengan ayat (yang
menyatakan) bertakwalah kalian kepada Allah di dalam memelihara harta anak-anak
yatim adalah,
﴿‫“ ﴾ َوالَ تَاْ ُكلُو هَٓا ِٕا ْس َرافًا َوبِدَارًا‬Dan Janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya).”Diceritakan
oleh Ibnu Jarir dari jalan al-‘Aufi dari Ibnu ‘Abbas bahwa itu adalah pendapat yang
baik.9

Pada surat an-Nisaa’:9 tersebut disebutkan tentang keharusan memelihara


harta anak-anak yatim dan menyatakan bahwa pewarisan harta tersebut juga berlaku
bagi anak laki-laki dan perempuan. Ayat tersebut selain menyatakan bahwa kaum
perempuan dan anak-anak diberikan harta warisan, juga diperintahkan agar
mengucapkan perkataan yang baik terhadap anak-anak yati sebagai calon generasi
muda dan pemimpin di masa yang akan datang.10

6. Nilai-nilai pendidikan dalam surat An-Nisaa’ :9


Terdapat beberapa hikmah yang dapat kita ambil pelajarannya dari surat an-Nisaa’ :
9, yaitu:
a. Tidak menelantarkan anak-anak yatim yang dapat berakibat pada kemiskinan dan
ketakberdayaan
b. Supaya mengucapkan perkataan yang baik kepada anak-anak yang dididik dan
dipelihara khususnya anak yatim, sebagaimana mereka memelihara harta anak
yatim.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Al-Qur’an telah memberikan percontohan beberapa cara beradab, mendidik
anak, bersikap dan berbakti kepada kedua orang tua, bersikap kepada karib kerabat
serta masyarakat, mendidik dan menyayangi anak-anak yatim dan juga berderma.
Selain itu hendaknya kita menjauhi sikap boros ataupun tafdzir. sebagaiman telah

9
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, Pustaka Imam Asy-Syafi’I,2003, hal. 241-242
10
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada,2002, hal. 195

18
termaktub didalam Qs. Al-Isra’ ayat: 23-28, Qs. Luqman ayat : 12-19, dan Qs. An-
Nisa’ ayat: 9.
Adapun persamaan dari ketiga surat ini adalah sama-sama menerangkan
bagaimana cara mendidik anak dan bagaimana cara bersikap serta bersifat .Sedangkan
perbedaan dari ketiga surat ini adalah :
 Qs. Al-Isra’ : 23-25 menerangkan tentang bagaimana cara kita berbakti
kepada kedua orang tua dan bagaimana searusnya kita bersikap dan
bersifat.
 Qs. Al-Isra’ : 26-28 menerangkan tentang Perintah membantu sesama
dan larangan boros
 Qs.Al-Luqman : 12-19 menerangkan tentang cara mendidik anak, dan
perintah untuk bersyukur serta larangan menyekutukan Alloh.
 Qs. An-Nisaa’ : 9 menerangkan tentang memelihara anak yatim serta
hartanya.

Saran
Pendidikan anak sebenarnya sudah ada dalam Al-Qur’an, oleh sebab itu
sebagai orang Islam hendaknya mengikuti tuntunan yang ada, yaitu Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Bin Muhammad. 2003. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Bogor: Pustaka Imam Asy-
Syafi’i.

--------------. 2003. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
--------------. 2003. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Abudin Nata.2002. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Anonim. 2009.The Holy Qur’an Al Fatih. Jakarta: Al Fatih.

19
Anonim. 2007. Al-Qur’an dan terjemahnya, Diponegoro.
Jalaluddin Asy-Syuyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy. 2010. Tafsir
Jalalain. Pesantren Persatuan Islam.

Sayyid Quthb. 2001. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 4.Jakarta: Gema Insani.
--------------. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 14.Jakarta: Gema Insani.
--------------. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 17.Jakarta: Gema Insani.
.

20

Anda mungkin juga menyukai