SUNNAH NABI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan
Matakuliah Hadist Tarbawi
Disusun Oleh:
Zainal Abidin
4002213031
Moderator
Fauzi Ahmad Syawaluddin
Pembanding
Ruwaidah
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji kami hantarkan kehadirat Pencipta dan Pemilik alam semesta
Allah SWT. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada manusia
paling sempurna Nabi Muhammad SAW para sahabat dan seluruh umatnya.
Berkat pertolongan Allah SWT kami mampu menyelesaikan penyusunan tugas
tentang Pendidikan Keluarga Persfektif Sunnah Nabi, yang saya susun untuk
memenuhi tugas pada Mata Kuliah Hadits Tarbawi.
Saya berharap tugas ini bisa membantu teman – teman untuk mengenal
dan dapat untuk mendalaminya lebih jauh. Saya menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, Oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca dan teman teman sangat saya harapkan demi perbaikan
penyusunan makalah yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
PENDAHULUAN............................................................................................iii
PEMBAHASAN
KESIMPULAN.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................14
iii
PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSFEKTIF HADIST NABI
PENDAHULUAN
Banyak problema yang dihadapi oleh generasi muda masa kini. Problema
yang dihadapi tersebut merupakan peringatan dini yang akibatnya akan membawa
kefatalan yang mengerikan. Mereka adalah para penanggung-jawab dari generasi
yang akan datang sesudah mereka.
Maka dari itu agar kesalahan yang fatal tidak terjadi, kita harus membina
sejak dari sekarang dimulai dari keluarga kita sendiri tentang pentingnya
pendidikan keluarga. Sebagai rujukan kita dapat mengambil dari berbagai nasehat
yang telah Rasulullah sampaikan dalam hadits-haditsnya.
Oleh sebab itu, dari beberapa uraian di atas penulis ingin membahas terkait
tentang pendidikan keluarga berdasarkan hadits Rasulullah SAW.
1
PEMBAHASAN
: َاْقَبَل َر ُجٌل ِاَلى َر ُسْو َل ِهللا َص َّل ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَل: َع ْن َاِبى ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهللَا َع ْنُه َقاَل
. َنَعْم: َهْل ِم ْن َو اِلَد ْيَك َاَح ٌد َحٌّي ؟ َقاَل: ُاَباِيُعَك َع َلى الِهْج َر ِة َو اْلِج َهاِد َاْبَتِغ ى اآلْج َر ِم َن ِهللا َقاَل
)مسلم َفاْر ِج ْع ِاَلى َو اِلَد ْيَك فَاْح ِس ْن ُصْح َبَتُهمَا (رواه: َقاَل
Artinya: “Dari Abu Hurairota r.a. berkata: Ada seorang laki-laki menghadap
kepada Rasulullah SAW lalu ia berkata : Saya berjanji kepada engkau, wahai
Rasulullah untuk berhijrah dan berjuang agar mendapatkan pahala dari Allah.
Beliau bersabda: Apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih hidup?
Laki-laki itu menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda pula: Pulanglah kamu
kepada kedua orang tuamu dan dampingilah keduanya dengan baik.” (H.R.
Muslim)2
َو َقٰض ى َر ُّبَك َااَّل َتْعُبُد ْٓو ا ِآاَّل ِاَّياُه َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح ٰس ًنۗا ِاَّم ا َيْبُلَغَّن ِع ْنَدَك اْلِكَبَر َاَح ُدُهَم ٓا َاْو ِكٰل ُهَم ا َفاَل
َتُقْل َّلُهَم ٓا ُاٍّف َّو اَل َتْنَهْر ُهَم ا َو ُقْل َّلُهَم ا َقْو اًل َك ِر ْيًم ا
1
M. Ali Hasan, Mengamalkan Sunnah Rasulullah (Jakarta: Siraja, 2003), hal. 180.
2
Romdoni Muslim, 300 Hadits Akhlak (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal. 58
2
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’:23).
Dan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya:
“Peliharalah kasih sayang orangtuamu, janganlah engkau putuskan jika engkau
putuskan, maka Allah akan memadamkan cahayamu.”
Maksud hadits di atas berbuat baik pada orangtua itu diwajibkan oleh
Allah SWT kepada setiap manusia, dan barang siapa tidak mengacuhkan
orangtuanya (putus hubungan) maka dikemudian hari Allah menghapuskan
cahaya dari mereka atau mereka tidak dapat petunjuk dan tidak mendapat
pertolongan Allah SWT.
Perhatian, sikap lemah lembut dan sopan santun lebih diutamakan. Sebab,
materi, bukan segala-galanya. Walaupun kedua orang tua kaya raya, tetapi
pemberian anaknya sangat tinggi nilainya dimata ibu-bapaknya. Orang tua tidak
melihat harga barang yang diterimanya dan tidak pula melihat besar kecilnya.
Keiklasan anaknya yang paling utama.3
Perlu diketahui bahwa berbakti kepada ibu adalah lebih berlipat pahalanya
dari kebaktian terhadap ayah. Begitulah maksud dari sebuah riwayat hadits. Hal
ini disebabkan karena sang ibu telah mangalami kesusahan dan kepayahan
mengandung yang diikuti dengan sakitnya melahirkan anak, menyusui dan
mengasuhnya hingga menjadi besar, dan seterusnya senantiasa memberikan penuh
perhatian, belas kasih dan kasih sayang.
3
Ibid. Mengamalkan Sunnah Rasulullah hal. 183-184.
3
Sebagaimana seseorang itu wajib berbakti kepada kedua orang tua semasa
mereka masih hidup, maka wajib pula berbakti kepada keduanya sesudah mereka
mininggal dunia. Mendoakan orang yang sudah mati, dengan istighfar dan
memohon ampunan bagi mereka, bersedekah bagi pihak mereka adalah
terkandung faedah dan manfaat yang besar bagi orang-orang yang sudah mati.
Maka, hendaknya setiap orang tidak melalaikan perkara-perkara itu khususnya
bagi kedua ibu-bapaknya, kemudian kepada keluarga dan orang-orang yang telah
berbaik budi terhadap kita, dan sesudah itu kepada kaum muslimin sekalian.4
ِاَذ ا َاْنَفَق الَّرُجُل َع َلى َاْهِلِه َيْح َتِس ُبَها: َع ْن َأِبى َم ْس ُعْو ٍد الَبْد ِر ِّي َر ِض َى ُهللا َع ْنُه َع ْن الَّنِبي َص لَّى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل
)َفُهَو َلُه َص َد َقٌة (رواه متفق عليه
Artinya: “Dari Abu Mas’ud Badri r.a. dari Nabi SAW bersabda: apabila
seorang lelaki memberikan nafkah kepada keluarganya dengan rela maka yang
demikian itu suatu sedekah baginya.” (HR. Mutafaq ‘Alaih).9
Tugasnya yang lain ialah, memberi nama yang baik kepada anaknya,
memilihkan istri dari keturunan orang-orang yang berbudi pekerti yang baik dan
4
Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman (Semarang: CV Toha
Putra: 1993), hal. 296.
4
sholih, agar menjadi ibu yang diberkati oleh anaknya kelak. Hendaklah seorang
ayah berlaku adil dalam pemberiannya kepada anak-anaknya. Tidak boleh
melebihkan seorang atas lainnya, karena membedakan kasih sayang dan
mengikuti kehendak hawa nafsunya sendiri.
Di zaman ini, terlalu banyak anak-anak yang durhaka dan tidak mau
mendengar perkataan ibu-bapaknya tersebar dimana-mana. Apabila kita teliti,
penyebabnya tidak lain karena kelalaian ibu-bapaknya yang telah menyia-nyiakan
pemeliharaan anak-anak itu sejak kecil.5
َد َخ َلْت ِهْنٌد ِبْنُت ُع ْتَبِة ِاْمَر َأُة َأِبى ُس ْفَياَن َع َلى َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى: َع ِن َعاِئَش ٍة َر ِض َي هللاُ َع ْنَها َقاَلْت
َيا َر ُسْو َل ِهللا َاْن َأَبا ُس ْفَياَن َر ُجٌل َش ِح ْيٌح اَل ُيْع ِط ْيِنْي ِم َن الَنَفَقِة َم ا َيْك ِفْيِنى: ُهللا َع َلْيِه َو َس َلَم َفَقاَلْت
ُخ ِذ ى ِم ْن: َفَه ْل َعلَّى ِفى َذ ِل َك ِم ْن ُج َن اِح؟ َفَق اَل,َو َيْك ِفى ِاْبِنى ِااَّل َم اَأَخ َذْت ِم ْن َم اِلِه ِبَغْيِر َع َّلَم ُه
) (متفق عليه. َم اِلِه ِبالْمَع ْر ُو ْفِي َم ا َيْك ِفْيَك َو َم ا َيْك ِفي َبِنْيَك
Agama Islam secara jelas mengingatkan para orang tua untuk berhati-hati
dalam memberikan pola asuh dan memberikan pembinaan keluarga sakinah,
seperti yang termaktub dalam QS Lukman ayat 12 sampai 19.
5
Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman, hal. 298.
6
Romdoni Muslim, 300 Hadits Akhlak (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal. 59
5
Dan apabila kita kaji isi ayat di atas, maka kita akan menemukan beberapa
point-point penting di antaranya adalah :
6
terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang patut diutamakan.”7
Seorang istri memiliki tanggung jawab besar dalam rumah suaminya, istri
memiliki peran penting dalam perkembangan anak-anak nya sebagaimana yang di
jelaskan dalam hadits berikut;
) َو ِهَى َم ْسُؤ ْو َلٌة َع ْن َر اِعَيِتَها (رواه البخاري ومسلم,َو ْاِالْمَر َأُة ِفى ْالَيْيِت َز ْو ِج َها َر اِعَيٌة
Tugas-tugas istri ialah fardhu’ain. Para ulama dalam hal ini sepakat,
Syaikh Al Ghazali ulama Mesir kontemporer yang sering membela hak-hak
perempuan menyatakan: ”Betapapun juga, prinsip dasar yang harus kita ikuti atau
kita upayakan agar selalu dekat padanya ialah “rumah”. Saya benar-benar merasa
gelisah pada kebiasaan para ibu rumah tangga yang meninggalkan (membiarkan)
anak-anaknya tinggal dan diasuh oleh para pembantu atau diserahkan pada tempat
penitipan anak. Nafas seorang ibu memiliki pengaruh yang luar biasa dalam
menumbuhkan dan memelihara perilaku kebajikan dalam diri anak-anaknya.9
Tugas seorang ibu yang paling utama adalah melahirkan, menyusui hingga
membesarkan anak. Setelah melahirkan peran ibu sangat dibutuhkan oleh bayi
yaitu pemberian ASI yang cukup. Mulai dari mengandung hingga proses
7
Zarkasih. Monday, 26 April 2010 09:40 (mahardhikazifana.com, diakses 24 mei 2022)
8
Husein Muhammad, Fiqih Perempuan (Yogyakarta: LKiS, 2001), hal. 126
9
Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman (Semarang: CV Toha
Putra: 1993), hal. 296.
7
menyusui, pendidikan sudah mulai diajarkan. Berdasarkan pandangan yang
diteliti, bahwa bayi yang baru lahir khususnya pada hari-hari dan bulan-bulan
pertama, akan ditemukan sosok tubuh yang tulangnya masih lemah dan urat-
uratnya masih lemas. Dia ibarat adonan roti yang terhidang di hadapan kita, siap
dipolakan sesuai dengan keinginan kita. Setiap aspek kesehatan yang berkaitan
dengan pertumbuhannya secara wajar, wajib diikuti dan harus diperhatikan,
khususnya mengenai kebersihan dan kesucian, waktu musim, pergantian udara
dan lain sebagainya.
Bayi bukanlah hanya sekedar badan, akan tetapi bayi itu tersusun atas
badan wadak (tubuh) serta badan halus (ruh). Pengembangan potensi yang
dimiliki keduanya sangat dipengaruhi oleh bentuk perlakuan dan kebiasaan
keseharian. Yakni sebagaimana dilukiskan dalam sebuah syair:
“Jiwa, bagaikan bayi mungil. Jika engkau biarkan menyusu, cenderung untuk
menyusu hingga dewasa. Dan andaikan engkau sapih, niscaya dia akan
tersapih.”
Anak adalah amanah dan anugerah yang Allah berikan dalam hidup untuk
setiap masing-masing keluarga. Kehadiran anak didalam kehidupan keluarga
bertujuan untuk diasuh, di besarkan, dididik agar anak mampu mengabdi kepada
sang pencipta, sehingga mampu menjadi anak-anak yang sholeh sholehah
10
Aba Firdaus Al-Halwani, Melahirkan Anak Saleh (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 1999), hal. 57-58
8
bertaqwa berakhlakul karimah serta sehat jasmani dan rohani. Selain itu, anak
juga merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia,
karena pada masa anak-anak sesungguhnya karakter dasar seseorang dibentuk.
Dengan demikian masih harus diberikan taraf perkembangan dan diberikan
bimbingan serta pembinaan dari kedua orang tuanya.
، " َم ا ِم ْن َم ْو ُلوٍد ِإاَّل ُيوَلُد َع َلى اْلِفْطَر ِة: َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا: َقاَل،َأَّن َأَبا ُهَر ْيَر َة َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه
َأْو ُيَم ِّج َس اِنِه،َفَأَبَو اُه ُيَهِّو َداِنِه َأْو ُيَنِّص َر اِنِه
Meski begitu Pendidikan harus bermula dari rumah, dalam hal ini ayah
dan ibu kepada anak-anaknya. Kemudian, kedua orang tua bertanggung jawab
terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-
masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah dan ibu itu sendiri tidak lah
cukup untuk menciptakan satu keluarga yang diliputi oleh nilai-nilai agama, akan
11
Muslim Nurdin, dkk., Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 1993), hal.262
9
tetapi juga disertai dengan menciptakan hubungan keluarga yang harmonis. Oleh
karena itu, penanaman nilai-nilai agama merupakan bagian yang tak terpisahkan
juga dari pendidikan anak yang dibarengi oleh keteladanan orangtua. Dengan
demikian, menurut quraish shihab bahwa pemberian pendidikan untuk anak-anak
keturunannya meliputi pemberian pendidikan akidah, ibadah, akhlak, al-qur’an,
puasa dan haji, dan fiqih.
َو ْأُم ْر َأْهَلَك ِبالَّص اَل ِة َو اْص َطِبْر َع َلْيَها اَل َنْس َأُلَك ِر ْز ًقا َنْح ُن َنْر ُز ُقَك َو اْلَع اِقَبُة ِللَّتْقَو ى
Secara rasional, ibadah berupa shalat, puasa maupun yang lain, berperan
mendidik pribadi manusia hingga kesadaran dan pikirannya terus-menerus
berfungsi dalam semua pekerjaan. Pada hakikatnya semua pekerjaan yang
dilakukan oleh manusia, apabila tidak ditimbang dengan neraca keridhaan Allah,
maka perbuatan tersebut akan berubah menjadi malapetaka bagi yang
melakukannya.[13]
12
Moh. Rifa’i, Terjemah/ Tafsir Al Qur’an, (Semarang: CV Wicaksana, 1997), hal. 571.
10
Dengan demikian, diharapkan ia punya kepribadian dan semangat
keagamaan yang tinggi. Tujuan mengajarkan wudhu dan menunaikan shalat
fardhu pada waktunya, pada dasarnya adalah mengajarkan ketaatan, disiplin,
kesucian dan kebersihan. Demikian pula dengan membiasakan anak-anak kecil
menunaikan puasa, adalah dalam rangka supaya mereka sabar dalam beribadah
dan dalam menghadapi beban-beban kehidupan.
َح َّد َثَنا ُم َؤ َّم ُل ْبُن ِه َش اٍم َيْع ِني اْلَيْشُك ِر َّي َح َّد َثَنا ِإْس َم ِع يُل َع ْن َس َّواٍر َأِبي َحْم َزَة َقاَل َأُبو َداُو د َو ُهَو َس َّواُر ْبُن َداُوَد َأُبو
َق اَل َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم, َحْم َزَة اْلُم َز ِنُّي الَّصْيَرِفُّي َع ْن َع ْم ِر و ْبِن ُش َع ْيٍب َع ْن َأِبيِه َع ْن َج ِّد ِه َق اَل
ُم ُروا َأْو اَل َد ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو ُهْم َأْبَناُء َس ْبِع ِسِنيَن َو اْض ِر ُبوُهْم َع َلْيَها َو ُهْم َأْبَناُء َع ْش ٍر َو َفِّر ُقوا َبْيَنُهْم ِفي اْلَم َض اِج ِع
Artinya: “Berkata Mu’ammal ibn Hisyam Ya’ni al Asykuri, berkata Ismail dari
Abi Hamzah, berkata Abu Dawud dan dia adalah sawwaru ibn Dawud Abu
Hamzah Al Muzanni Al Shoirofi dari Amru ibn Syu’aib dari ayahnya dari
kakeknya berkata, berkata Rasulullah SAW: Suruhlah anakmu melakukan sholat
ketika berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena mereka meninggalkan
sholat ketika berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah mereka (anak laki-laki dan
perempuan) dari tempat tidur.” (H.R. Abu Dawud)13
Adapun tujuan pendidikan anak dalam Islam dapat dilihat dari kesimpulan
Muhammad Fadllil al-Jamali. Ia menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan anak
berdasarkan al-Qur’an dan sunah adalah:14
11
keluarga oleh orang tuanya, bertujuan untuk membentuk anak menjadi
manusia yang bertaqwa kepada Allah dan memperoleh keridhaan-Nya
KESIMPULAN
Maka dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa, keluarga
adalah suatu komponen terkecil dalam suatu bangsa. Apabila dalam
bangsa itu terdapat satu keluarga saja yang lemah atau rusak maka bangsa
itu akan lemah juga.
Kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga
pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab
12
atas kelakuannya. Ayah dan ibu itu sendiri tidak lah cukup untuk
menciptakan satu keluarga yang diliputi oleh nilai-nilai agama, akan tetapi
juga disertai dengan menciptakan hubungan keluarga yang harmonis. Oleh
karena itu, penanaman nilai-nilai agama merupakan bagian yang tak
terpisahkan juga dari pendidikan anak yang dibarengi oleh keteladanan
orangtua.
Anak merupakan bagian dari keluarga yang sangat membutuhkan
pembinaan dari kedua orang tuanya. Pembinaan itu mencakup:
1. Pembinaan jiwa orang tua
2. Pembinaan tauhid kepada anak
3. Pembinaan akidah kepada anak
4. Pembinaan sosial pada anak
DAFTAR PUSTAKA
13
Haddad, Imam Habib Abdullah, 1993.Nasehat Agama dan Wasiat Iman,
Semarang: CV Toha Putra:
Mahfudz, M. Jalaluddin, Psikologi Anak dan Remaja, t.t.: Pustaka Al-Kautsar, t.t.
Syahid, Mahmud, 1990. Akidah dan Syariah Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
14