Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa akhlak terhadap
orang tua merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena, orang tua adalah
orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa.Dan setiap orang
tua pun pasti mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang
sukses, berbakti kepada orang tua, serta menjadi lebih baik dan sholeh.
Maka dari itu, jika kita memang seorang muslim yang baik hendaknya kita
selalu berbakti kepada orang tua, melakukan apa yang telah diperintahkan oleh orang
tua, dan pantang untuk membangkang kepada orang tua.
Namun di zaman dewasa ini banyak dari kita seperti lupa terhadap kewajiban
kita terhadap orang tua sebagai muslim yang baik, yaitu adalah kita harus memiliki
akhlak yang sempurna terhadap orang tua kita. Makalah ini mengandung poin-poin
penting bagaimana menjadi seorang anak yang berbakti terhadap orang tuanya. Maka
selain sebagai upaya untuk mengerjakan tugas akhlak, saya berharap bahwa tugas
makalah ini juga dapat dijadikan sebagai pengingat bagi setiap orang muslim yang
membacanya  akan pentingnya akhlak terhadap orang tua.

B.   Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang penulis ambil dari Makalah ini adalah sebagai berikut:
1.  Apa Pengertian Akhlak Kepada Orang Tua ?
2.  Bagaimana Makna Birrul Walidain ?
3.  Bagaimana Keutamaan Birrul Walidain ?

C. Tujuan Masalah
1.  Menjelaskan pengertian Akhlak kepada Orang Tua.
2.  Menjelaskan makna birrul walidain.
3.  Menjelaskan keutamaan birrul walidain.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak Kepada Kepada Kedua Orang Tua


Kata Akhlak. berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut
bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Tabiat atau watak
dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa.
Perkataan ahklak sering disebut kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia;
moral, ethnic. Dalam bahasa Inggris sering disebut ethos sedangkan  ethios dalam
bahasa Yunani. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang
berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Adapaun definisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Senada dengan hal ini Abd Hamid Yunus
mengatakan bahwa akhlak ialah Sikap mental yang mengandung daya dorong untuk
berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan.
Menurut Imam Ghazali, dalam kitab ihya ulumuddin, mengatakan akhlak
dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dengan demikian dari definisi akhlak dan kedua orang tua di atas dapat
disimpulkan bahwa akhlak kepada kedua orang tua adalah kehendak jiwa manusia
yang menimbulkan perbuatan baik karena kebiasaan tanpa pemikiran dan
pertimbangan sehingga menjadi kepribadian yang kuat di dalam jiwa seseorang
untuk selalu berbuat baik kepada orang yang telah mengasuhnya mulai dari di dalam
kandungan maupun setelah dewasa.

B.    Bir Al-Walidain ( Berbakti kepada Kedua orang Tua )


1.     Makna "Al-Birr"
Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah "Al Birr adalah baiknya
akhlaq. Al-Birr merupakan haq kedua orang tua dan kerabat dekat. Sedangkan lawan
dari al-Birr adalah Al-‘Uquuq yaitu kejelekan dan menyia-nyiakan haq. Al Birr
adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka perintahkan
kepada kita semua, selama tidak bermaksiat kepada Allah, sedangkan Al-‘Uquuq
dalam aplikasinya adalah menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.
Menurut Urwah bin Zubair tentang "Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan." (QS. Al Isra’ :24).  Dalam ayat ini
menurut beliau jangan sampai mereka berdua tidak ditaati sedikitpun. Sedangkan
menurut Imam Al Qurtubi yang dimaksud dengan kalimat ‘Uquuq adalah durhaka
kepada orang tua adalah menyelisihi atau menentang keinginan-keinginan mereka
dari perkara-perkara yang mubah, sedsngkan kalimat Al-Birr atau berbakti kepada
keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu,
apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu, maka wajib mentaatinya
selama hal itu bukan perkara maksiat, sekalipun apa yang mereka perintahkan bukan
perkara wajib tapi mubah pada asalnya,begitu pula apabila apa yang mereka
perintahkan adalah perkara yang mandub  yaitu disukai atau disunnahkan maka
diwajibkan juga.
Seiring dengan pernyataan diatas Ibn Taimiyyah yang dikutipnya dari Abu
Bakar di dalam kitab Zaadul Musaafir yaitu barang siapa yang menyebabkan kedua
orang tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya kepada
suasana yang semula agar mereka bisa tertawa dan senang kembali.

2.      Hukum Birrul Walidain


Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik atau berbakti pada
kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-
ibarat atau contoh pengamalannya misalnya mengenai orang anak yang mengatakan
“uh” atau “ah” ketika di suruh oleh kedua orang tua tersebut. Pendapat Ibnu Hazm
menganai hukum birrul walidain, menurutnya birul walidain adalah fardhu a’in yaitu
wajib bagi masing-masing individu. Sedangkan menurut Al-Qadli Iyyad birrul
walidain adalah wajib kecuali terhadap perkara yang haram.
Adapun dalil-dalil Shahih dan Sharih yang mereka gunakan banyak sekali
diantaranya:
a.   Firman Allah Swt. dalam surah An-Nisa’ ayat 36 yaitu "Sembahlah Allah dan
jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua Ibu Bapak". (An Nisa’ : 36).
b.   Firman Allah Swt. Dalam Al-qur’an surah Al-Isra’ ayat 23 yang artinya  "Dan
Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya". (QS.
Al Isra’: 23).
c.   Firman Allah Swt di dalam Al-Qur’an surah Lukman ayat 14 yang artinya "Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya,
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu." (QS. Luqman :14).
d.   Hadits Al Mughirah bin Syu’bah dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam beliau
bersabda "Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu,
mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan tidak mau memberi tetapi meminta-
minta atau bakhil dan Allah membenci atas kalian mengatakan katanya si fulan
begini si fulan berkata begitu tanpa diteliti terlebih dahulu, banyak bertanya yang
tidak bermanfaat, dan membuang-buang harta".

3.      Macam-Macam Bir Al-Walidain dan Hak-Hak Mereka


Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri
seseorang. Allah SWT telah memerintahkan dalam berbagai tempat di dalam Al-
Qur'an agar berbakti kepada kedua orang tua. Hak kedua orang tua merupakan hak
terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Di sini akan dicantumkan
beberapa adab yang berkaitan dengan masalah ini. Antara lain hak yang wajib
dilakukan semasa kedua orang tua hidup dan setelah meninggal.
Hak-hak yang wajib dilaksanakan semasa orang tua masih hidup ialah
sebagai berikut :
a.       Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram
hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai
mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau
mendurhakai-Nya. Allah SWT berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya..." (QS. Luqman: 15).
b.      Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
Allah SWT juga berfirman "Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapaknya..." (QS. Al-
Ahqaaf: 15) "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak..." (QS. An-Nisaa':
36). Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua
dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan
perhatian dari anaknya. Ini juga diperkuat dengan Firman Allah dalan Al-qur’an
Surah Al-Israa’ ayat 23-24.

c.       Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya


Rendahkanlah diri dihadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan
segala urusan mereka, mempersilakan mereka duduk di tempat yang empuk,
menyodorkan bantal, janganlah mendului makan dan minum, dan lain sebagainya.
Hal yang sepele ini kadang bisa kita lupakan, tidak sadar jika hal itu bisa
mendurhakai kepada kedua orang tua kita.

d.      Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka


Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua
orang tua dan merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah
SWT :"...Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia." (QS. Al-Israa': 23).[[16]] Oleh karena itu, berbicaralah
kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan baik serta dengan
lafazh yang bagus.

e.       Menyediakan Makanan Untuk Mereka


Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama
jika ia memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya
disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan
mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan suaminya.
f.  Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang
laki-laki datang menghadap Rasulullah saw dan bertanya: "Ya, Raslullah, apakah aku
boleh ikut berjihad?" Beliau balik bertanya: "Apakah kamu masih mempunyai kedua
orang tua?" Laki-laki itu menjawab: "Masih." Beliau bersabda: "Berjihadlah dengan
cara berbakti kepada keduanya.
Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi saw bertanya
kepadanya: "Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?" Laki-laki itu
menjawab: "Masih, yaitu kedua orang tuaku." Beliau kembali bertanya: "Apakah
mereka berdua mengizinkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Lantas, Nabi
saw bersabda: "Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika
mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka
berbaktilah kepada keduanya.
Pentingya ridha seorang ibu itu mengalahkan keputusan seorang nabi sendiri.
Dapat kita lihat hadist-hadist yang menjelaskan kemulian seorang ibu mengalahkan
kemulian seorang bapak sekalipun mereka sama-sama orang tua kita, alasanya sangat
sederhana ibulah yang mengandung dan melahirkan serta mengasuh kita sampai
dewasa. Mengenai kehamilan seorang ibu di gambarkan di dalam al-Qur’an dengan
kalimat “ wahnan ‘ala wahnin” yaitu derita diatas penderitaan.

g.      Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan
Rasulullah saw pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata:
"Ayahku ingin mengambil hartaku." Nabi saw bersabda: "Kamu dan hartamu milik
ayahmu. Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil atau kikir
terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil
dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.

h.    Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang


.......Dicintai Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik
kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan
memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan
janji-janji orang tua kepada mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang
berkaitan dengan masalah ini.

i.    Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua


Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara
tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang
anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka. Misalnya,
mereka bersumpah jika tanah saya laku dijual denga harga Rp 1M maka saya akan
memberikan 1/3 dari uang saya tersebut tetapi sebelum itu dilaksanakan kedua orang
tua tersebut sudah meninggal dunia, maka sumpah ini harus dipenuhi oleh ahli
warisnya.
Hal ini pernah dilakukan oleh para sahabat ketika Nabi Bersabda “ saya akan
berpuasa pada bulan asyura” tetapi sebelum bulan itu datang Nabi telah wafat
terlebih dahulu, tetapi dengan ijtihad para sahabat tetap melaksankan ritual puasa
tersebut sampai sekarang.

j.  Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk
salah satu dosa besar. Rasulullah saw bersabda: "Termasuk dosa besar adalah
seseorang mencela orang tuanya." Para Sahabat bertanya: "Ya, Rasulullah, apa ada
orang yang mencela orang tuanya?" Beliau menjawab: "Ada. Ia mencela ayah orang
lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain
lalu orang itu membalas mencela ibunya.

k.      Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah


Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah saw: "Siapa yang paling
berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau menjawab: "Ibumu." Laki-laki
itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Laki-
laki itu kembali bertanya: "Lalu siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu."
Lalu siapa lagi?" tanyanya. "Ayahmu," jawab beliau.
Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu, yaitu lebih bersikap
lemah-lembut, lebih berperilaku baik, dan memberikan sikap yang lebih halus
daripada ayah. Hal ini apabila keduanya berada di atas kebenaran. Sebagian salaf
berkata: "Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi."
Di antara hak orang tua setelah mereka meninggal adalah :
a.       Menshalati Keduanya
Maksud menshalati di sini adalah mendo'akan keduanya. Yakni, setelah
keduanya meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena
itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendo'akan kedua orang tuanya setelah
mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila anak itu mendo'akan
keduanya, niscaya kebaikan mereka berdua akan semakin bertambah, berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Apabila manusia sudah meninggal,
maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak shalih yang mendo'akan dirinya.
b.      Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Orang tua adalah orang yang paling utama bagi seorang Muslim untuk
dido'akan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka karena kebaikan
mereka yang besar. Allah Subhanahu wa TA'ala menceritakan kisah Ibrahim
Alaihissalam dalam Al-Qur'an: "Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu
bapakku..." (QS.Ibrahim: 41).
c.       Menunaikan Janji Kedua Orang Tua
Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang tua dan melanjutkan
secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan
keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan
kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.
d.      Memuliakan Teman Kedua Orang Tua
Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik pada orang
tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu Umar r.a pernah berpapasan dengan
seorang Arab Badui dijalan menuju Makkah. Kemudian, Ibnu Umar mengucapkan
salam kepadanya dan mempersilakannya naik ke atas keledai yang ia tunggangi.
Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata:
"Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab Badui dan mereka sudah
biasa berjalan." Ibnu Umar berkata: "Sungguh dulu ayahnya teman Umar bin al-
Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya bakti
anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan
keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.
e.       Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
Hendaknya seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat
yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari
pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak
mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali
silaturahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini
berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau saw: "Barang siapa ingin
menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali
silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.

C.    Keutamaan Birrul Walidain


Adapun keutamaan birrul walidain adalah sebagai berikut :
1.      Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata:
Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang
paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
"Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya: Kemudian apa lagi?, Bersabada
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam "Berbuat baik kepada kedua orang tua".
Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi? Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda : "Berjihad di jalan Allah".(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam
Shahih keduanya).

2.      Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa


Allah SWT berfirman : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat
baik kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka
itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka
kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni
surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf
15-16).

3.      Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga


Dari Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka
berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah saw kemudian berkata :
"Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (kesini)
untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah saw bersabda : "Apakah kamu
masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah saw : "Tetaplah
dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan
diriwayatkan oleh Nasa’I dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini
Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)

4.      Merupakan Sebab keridhaan Allah


Sebagaimana hadits yang terdahulu "Keridhaan Allah ada pada keridhaan
kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua". Allah 
sangat membenci orang yang selalu membuat orang tua cemberut, marah dan lain-
lain. Sebagai seorang anak maka kita berkewajiban untuk selalu membuat mereka
bangga terhadap apa yang akan kita capai. 

5.      Merupakan Sebab Bertambahnya Umur dan Rizki


Diantarnya hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-mudahan
Allah meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
"Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan umurnya,
maka hendaklah dia menyambung silaturrahim". Berbakti kepada kedua orang tua
juga merupakan sebab barokahnya rizki.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan.
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang bererti perilaku,
perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah berkaitan
dengan akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.”
Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan,
keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya
merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.
Menjaga akhlak kepada kedua orang tua dapat dilakukan dengan berbagai
cara salah satunya yaitu menghormati serta berbicara dengan penuh kasih kepada
kedua orang tua, serta berakhlak yang baik diperintahkan oleh Allah SWT baik
dalam Al-Qur’an maupun hadis, Ada 2 dosa yang disegerakan hukumannya di dunia
ini, yaitu zina dan durhaka kepada kedua orangtua. Medurhakai orang tua akan
mendapatkan ganjaran yang amat pedih sebaliknya berbakti kepada orang tua akan
mendapatkan ganjaran yang setimpal baik didunia maupun di akhirat karena
keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua.

B.     Saran
Akhir kata, semoga materi tentang akhlak ini dapat berguna bagi kita semua dan
mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam makalah ini, karena sebagai manusia kita
tak pernah luput dari kesalahan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari Bapak dan kawan semua.
DAFTAR PUSTAKA

A Mustafa,  Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia:  Jakarta, 1999.


Abd. Hamid Yunus, Da.irah al-Ma.arif, II, Asy.syab, t.t : Cairo.
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, Darur Riyan,, Jilid. III, 1987.
Ibrahim Anis, Al-Mu.jam al-Wasith, Darul Ma.arif :  MesirDarul Ma.arif, 1972.
Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Persfektif Hadits, UIN Jakarta Press:
Jakarta, 2005.
Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, Dar al-Fikr : Bairut Lebanon
Hadis Nomor 1794, 2006.
Urwah bin Zubair . Ad-Darul Mantsur, jilid 5.
Al Qurtubi ,Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an. Al-Muassah al-risalah : Lebanon.  Jil
6, 2000.
Ibnu Taimiyah. Ghadzaul Al Baab, jilid 1.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan
penyelenggara penterjemah Al-qur’an, 1984.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang berjudul “SIKAP YANG HARUS DIMILIKI SEORANG MUSLIM
TERHADAP OR ANG TUA”
Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa akhlak terhadap
orang tua merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena, orang tua adalah
orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa. Dan setiap orang
tua pun pasti mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang
sukses, berbakti kepada orang tua, serta menjadi lebih baik dan sholeh.
Namun di zaman dewasa ini banyak dari kita seperti lupa terhadap kewajiban
kita terhadap orang tua sebagai muslim yang baik, yaitu adalah kita harus memiliki
akhlak yang sempurna terhadap orang tua kita. Makalah ini mengandung poin-poin
penting bagaimana menjadi seorang anak yang berbakti terhadap orang tuanya. Maka
selain sebagai upaya untuk mengerjakan tugas akhlak, saya berharap bahwa tugas
makalah ini juga dapat dijadikan sebagai pengingat bagi setiap orang muslim yang
membacanya  akan pentingnya akhlak terhadap orang tua.

Garut, 16 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
A. Pengertian Akhlak Kepada Orang Tua.....................................................2
B. Makna Birrul Walidain.............................................................................2
C. Keutamaan Birrul Walidain .....................................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................11
A. Kesimpulan ............................................................................................11
B. Saran .......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................12
 
MAKALAH
SIKAP YANG HARUS DIMILIKI SEORANG MUSLIM
TERHADAP ORANG TUA

Disusun oleh :
Nizar Nudarory
Kelas : X

SMA PLUS NURUL IMAN LELES


2020 – 2021

Anda mungkin juga menyukai