DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
: AHMAD AFRIZAL
: AKBAR BAIHAQI
: BAYU SAPUTRA
: ALIF ASIROF
: AREL ANUGRAH
: DIMAS PANGESTU
KELAS : XI IPS 4
i
DATAR ISI
ii
BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang berbakti kepada orang tua tidak lepas dari permasalahan berbuat
baik dan mendurhakainya. Mungkin, sebagian orang merasa lebih ‘tertusuk’ hatinya bila
disebut ‘anak durhaka’, ketimbang digelari ‘hamba durhaka’. Bisa jadi, itu karena
‘kedurhakaan’ terhadap Allah, lebih bernuansa abstrak, dan kebanyakannya, hanya diketahui
oleh si pelaku dan Allah saja. Lain halnya dengan kedurhakaan terhadap orang tua, yang jelas
amat kelihatan, gampang dideteksi, diperiksa dan ditelaah,sehingga lebih mudah mengubah
sosok pelakunya di tengah masyarakat, dari status sebagai orang baik menjadi orang jahat.
Pola berpikir seperti itu, jelas tidak benar, karena Allah menegaskan dalam firman-Nya,
(yang artinya) :
“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan
hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)
Patuh terhadap Allah, jelas harus lebih diutamakan. Karena manusia diciptakan
memang hanya untuk tujuan itu. Namun, ketika Allah ‘menggandengkan’ antara kewajiban
menghamba kepada-Nya, dengan kewajiban berbakti kepada orang tua, hal itu menunjukkan
bahwa berbakti kepada kedua orang tua memang memiliki tingkat kewajiban yang demikian
tinggi, dalam Islam. Kewajiban itu demikian ditekankan, sampai-sampai Allah
menggandengkannya dengan kewajiban menyempurnakan ibadah kepada-Nya.
Dibandingkan dengan ajaran yang ada dalam islam fakta atau realita yang terjadi
sangatlah berbeda. Hal itu di karnakan sifat sombong atau angkuh yang dimiliki manusia.
Kebanyakan manusia apabila sudah memiliki kedudukan yang tinggi dimata masyarakat kian
lama mereka akan lupa akan orang tuanya, orang yang mendidiknya sedari kecil hingga
sekarang. Bahkan tidak sedikit pula seorang anak yang menitipkan orang tuanya ke pati
jompo.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian berbakti kepada kedua orang tua?
2. Apa keutamaan berbakti kepada orang tua?
3. Bagaimana cara kita berbakti kepada kedua orangtua?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini kami buat untuk menambah wawasa pengetahuan kita tentang ajaran
islam terutama bagaimana cara kita menykapi atau berperilaku terhadap orang tua kita sehari-hari,
manfaat dari berbakti kepada orang tua dan hukuman bagi anak yang tidak berbakti kepada orang tua.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
Berbakti kepada keduanya merupakan perintah utama ajaran Islam. Allah Ta’ala
sampai mengulang-ulang perintah ini di dalam Al-Qur’an setelah perintah mentauhidkan-
Nya:
Pada ayat yang lain juga Allah Ta’alategaskan. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya” (Al-Isra` [17]: 23).
Dari dua ayat di atas, kita dapat pahami bahwa birrul walidain (berbakti kepada ibu
dan bapak) adalah perkara utama wajib hukumnya bagi seorang anak untuk berbakti kepada
orang tuanya. Berbakti kepada kedua orangtua bisa diwujudkan dengan cara senantiasa
mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh, melakukan hal-hal yang
membahagiakan hati serta menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh mereka. Inilah yang
dimaksud dengan birrul walidain.1
Karena berbakti kepada ibu dan bapak adalah perintah utama, maka hukumnya jelas,
berbaktinya seorang anak kepada Orangtuanya adalah hak yang Allah berikan kepada ibu dan
bapaknya. Jadi, manakala ada seorang anak yang tidak berbakti kepada ibu bapaknya, maka
baginya adalah dosa besar, meskipun alasan tidak berbaktinya itu karena dalam rangka taat
kepada Allah Ta’ala.
Suatu ketika datang seseorang lalu berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, saya
ingin ikut berjihad, tapi saya tidak mampu!” Rasulullah bertanya, “Apakah orangtuamu
masih hidup?” Orang itu menjawab,“Ibu saya masih hidup.”
1
Binongko, bara fereggaso.2011”Berbakti Kepada Orangtua”. Blog.
http://baranakbinongko.blogspot.com/ di akses 28/11/2014
1
B. Keutamaan Berbakti Kepada Orangtua
Artinya, siapa berbakti kepada Orangtuanya dengan sebaik-baiknya, maka jelas surga
ada di hadapannya. Betapa tidak? Lihatlah, hadits ini menunjukkan berbakti kepada orangtua
lebih utama nilainya daripada jihad fii sabilillah (berjihad/berperang di jalan Allah).
Sementara kita tahu, jihad fii sabilillahadalah jalan pintas menuju surga-Nya. Maka tentu saja
berbakti kepada orangtua akan mendapat balasan surga yang lebih baik.
Perlu diketahui pula, kemuliaan untuk orang yang berbakti kepada orangtuanya tidak
hanya saja diberikan kelak di akhirat, namun juga sudah ditampakkan sejak di dunia. Hal ini
bisa dilihat dari kisah Uwais Al-Qarni, seorang Muslim dari Yaman yang sangat taat dan
berbakti kepada ibunya.
Uwais belum pernah berjumpa dengan Rasulullah, namun karena begitu berbaktinya
dia kepada orangtuanya, sehingga Allah mencintai dia, dan kecintaan kemuliaan Uwais
sampai ke telinga Rasulullah. Tapi suatu saat Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu
bertutur bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Telah datang ke negeri ini
Uwais Al-Qarni, dari desa atau kabilah Murad dan Qaran. Semula ia terkena penyakit
belang, lalu sembuh. Ia sangat mencintai dan berbakti kepada ibunya. Kalau bersumpah dan
berdoa kepada Allah pasti dikabulkan. Jika kalian mau, mohonlah kepadanya, agar ia
memintakan ampun buat kalian.” (HR. Muslim).
Bayangkan, sahabat sekelas Umar diberikan anjuran untuk memuliakan seorang Uwais
Al-Qarni. Seorang Muslim yang belum pernah beliau temui dan belum pernah sekalipun
turun ke medan jihad. Tetapi, inilah satu bukti bahwa siapa yang benar-benar berbakti kepada
ibu bapaknya, kemuliaan adalah pakaian yang layak disandangnya.
Secara logika, boleh jadi kita tidak disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sebagaimana Uwais telah disebutkan dihadapan para sahabat utama sebab
Rasulullah telah meninggalkan kehidupan fana ini. Tetapi, bukan tidak mungkin Allah Ta’ala
akan mencatat siapa saja yang berbakti kepada Orangtuanya sebagai seorang Muslim yang
dibanggakan di hadapan para malaikat-Nya, Insya Allah.
Dengan demikian sungguh indah balasan atau keutamaan dari berbakti kepada kedua
Orangtua. Sayangnya, banyak manusia yang melalaikannya. Padahal, ridha Allah Ta’ala ada
pada ridha ibu dan bapak. “Keridhaan Allah seiring dengan/dalam keridhaan ibu bapak, dan
kemurkaan-Nya seiring dengan/dalam kemarahan ibu bapak.” (HR. Turmudzi).
2
http://www.solusiislam.com/ diakses 29/11/2014
2
Jadi, berbaktilah kepada Orangtua dengan sebaik-baiknya. Niscaya ridha Allah Ta’ala
adalah balasan utamanya. Paling tidak, jangan pernah sampai lupa untuk mendoakan
keduanya kala kita berdoa(QS. 17: 24).
Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana Islam-
adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat baik
terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu, dalam
banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah dalam banyak sabdanya, dengan memberikan
‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih saksama. Di antara tumpukan
bukti tersebut adalah sebagai berikut:
“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan
hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)
2. Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang tuanya,
meskipun mereka kafir
“Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak ada
pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya secara
baik di dunia ini.” (Luqmaan : 15)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Ayat di atas menunjukkan diharuskannya memelihara
hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni dengan memberikan apa
yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara
mengajak mereka masuk Islam..”
Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin
berjihad kepada Rasulullah, Beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”
Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah dengan
berbuat baik terhadap keduanya.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.
3
shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama, arti ‘pintu pertengahan’, yakni pintu
terbaik.
Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua),
lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki
nilai-nilai tambah yang semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi
sebuah ‘bakti’. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat
mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan
pelakunya sebagai orang yang bersyukur.
Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap
kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat
membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang
tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:
Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
ا,,ا ُأفٍّ َواَل تَ ْن َه ْر ُه َم,, ْل لَ ُه َم,ُا فَاَل تَق,, ُد ُه َما َأ ْو ِكاَل ُه َم, َر َأ َح,َ َد َك ا ْل ِكب,سانًا ِإ َّما يَ ْبلُ َغنَّ ِع ْن
َ ضى َربُّ َك َأاَّل تَ ْعبُدُوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِا ْل َوالِ َد ْي ِن ِإ ْحَ ََوق
)24( ص ِغي ًرا َ ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِي ُ
ْ اح الذ ِّل ِمنَ ال َّر ْح َم ِة َوق ْل َر ِّب ُّ َ
َ ض ل ُه َما َجنَ ْ ِ) َواخف23( َوقُ ْل ل ُه َما ق ْواًل َك ِري ًما
ْ َ َ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
4
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
(DQ. Al-Isra: 23-24)
Jadi, setelah fondasi diletakkan dan dasar-dasar didirikan, maka disusul kemudian
dengan tugas-tugas individu dan sosial. Tugas-tugas tersebut memperoleh sokongan dari
keyakinan di dalam hati tentang Allah yang Maha Esa. Ia menyatukan antara motivasi dan
tujuan dari tugas dan perbuatan.
Perekat pertama sesudah perekat akidah adalah perekat keluarga. Dari sini, konteks
ayat mengaitkan birrul walidain (bakti kepada kedua orangtua) dengan ibadah Allah, sebagai
pernyataan terhadap nilai bakti tersebut di sisi Allah:
Setelah mempelajari iman dan kaitannya dengan etika-etika sosial yang darinya
lahir takaful ijtima’I (kerjasama dalam bermasyarakat), saat ini kita akan memasuki ruang
yang paling spesifik dalam lingkaran interaksi sosial, yaitu Birrul walidain (bakti kepada
orang tua).
“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
Dengan ungkapan-ungkapan yang lembut dan gambaran-gambaran yang inspiratif inilah Al-
Qur’an Al-Karim menggugah emosi kebajikan dan kasih sayang di dahati anak-anak.
Hal itu karena kehidupan itu terdorong di jalannya oleh orang-orang yang masih hidup;
mengarahkan perhatian mereka yang kuat ke arah depan. Yaitu kepada keluarga, kepada
generasi baru, generasi masa depan. Jarang sekali kehidupan mengarahkan perhatian mereka
ke arah belakang..ke arah orang tua..ke arah kehidupan masa silam..kepada generasi yang
telah pergi! Dari sini, anak-anak perlu digugah emosinya dengan kuat agar mereka menoleh
ke belakang, ke arah ayah dan ibu mereka.
Sebelum masuk ke inti pembahasan, ada catatan penting yang harus menjadi perhatian
bersama dalam pembahasan birrul walidain; ialah Islam tidak hanya menyeru sang anak
untuk melaksanakan birrul walidain, namun Islam juga menyeru kepada para walidain (orang
tua) untuk mendidik anaknya dengan baik, terkhusus dalam ketaan kepada Allah dan Rasulul-
Nya. Karena hal itu adalah modal dasar bagi seorang anak untuk akhirnya menjadi anak
sholih yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Dengan demikian, akan terjalin kerjasama
dalam menjalani hubungan keluarga sebagaimana dalam bermasyarakat.
Gaya bahasa yang digunakan al-Quran dalam memerintahkan sikap bakti kepada orang tua
ialah datang serangkai dengan perintah tauhid atau ke-imanan, “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia“ . Dalam artian setelah manusia
telah mengikrakan ke-imanannya kepada Allah, maka manusia memiliki tanggungjawab
kedua, yaitu “Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”.
5
Jika kita bertanya, mengapa perintah birrul walidain begitu urgen sehingga ia datang setelah
proses penghambaan kepada Allah?? Al-Quran Kembali menjawab
Kedua orang tua secara fitrah akan terdorong untuk mengayomi anak-anaknya;
mengorbankan segala hal, termasuk diri sendiri. Seperti halnya tunas hijau menghisap setiap
nutrisi dalam benih hingga hancur luluh; seperti anak burung yang menghisap setiap nutrisi
yang ada dalam telor hingga tinggal cangkangnya, demikian pula anak-anak menghisap
seluruh potensi, kesehatan, tenaga dan perhatian dari kedua orang tua, hingga ia menjadi
orang tua yang lemah jika memang diberi usia yang panjang. Meski demikian, keduanya
tetap merasa bahagia!
Adapun anak-anak, secepatnya mereka melupakan ini semua, dan terdorong oleh peran
mereka ke arah depan. Kepada istri dan keluarga. Demikianlah kehidupan itu terdorong. Dari
sini, orang tua tidak butuh nasihat untuk berbuat baik kepada anak-anak. Yang perlu digugah
emosinya dengan kuat adalah anak-anak, agar mereka mengingat kewajiban terhadap
generasi yang telah menghabiskan seluruh madunya hingga kering kerontang!
Dari sinilah muncul perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bentuk qadha
dari Allah yang mengandung arti perintah yang tegas, setelah perintah yang tegas untuk
menyembah Allah.
Usia lanjut itu memiliki kesan tersendiri. Kondisi lemah di usia lanjut juga memiliki
insprasinya sendiri. KataدكAAعنyang artinya “di sisimu” menggambarkan makna mencari
perlindungan dan pengayoman dalam kondisi lanjut usia dan lemah. “Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu
membentak mereka…” Ini adalah tingkatan pertama di antara tingkatan-tingkatan
pengayoman dan adab, yaitu seorang anak tidak boleh mengucapkan kata-kata yang
menunjukkan kekesahan dan kejengkelan, serta kata-kata yang mengesankan penghinaan dan
etika yang tidak baik. “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” Ini adalah
tingkatan yang paling tinggi, yaitu berbicara kepada orang tua dengan hormat dan
memuliakan.
ُّ اح
الذ ِّل ِمنَ ال َّر ْح َم ِة َ َض لَ ُه َما َجن ْ َو
ْ ِاخف
6
Itulah kasih sayang yang sangat lembut, sehingga seolah-olah ia adalah sikap merendah, tidak
mengangkat pandangan dan tidak menolak perintah. Dan seolah-olah sikap merendah itu
punya sayap yang dikuncupkannya sebagai tanda kedamaian dan kepasrahan .Itulah ingatan
yang sarat kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara oleh kedua orang
tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah dan membutuhkan
penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati keduanya,
karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh. Allah lebih mampu
untuk membalas keduanya atas darah dan hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak
bisa dibalas oleh anak-anak.
Belaian anak saat orang tua telah berumur lanjut ialah kenikmatan yang tak terhingga.
Wajarlah kiranya al-Quran memberikan pengkhususan dalam birrul walidain ini saat kondisi
mereka tua renta, yaitu:
2. Jangan membentak
Sedimikian pentingnya perintah birrul walidain ini, sehingga keridhoan mereka dapat
menghantarkan sang anak kedalam surga-Nya. Rasulullah saw bersabda
“Barang siapa yang menajalani pagi harinya dalam keridhoan orang tuanya, maka baginya
dibukakan dua pintu menuju syurga. Barang siapa yang menjalani sore keridhoan orang
tuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju syurga. Dan barang siapa menjalani pagi
harinya dalam kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju neraka.
Dan barang siapa menjalani sore harinya dalam kemurkaan orangtuanya, maka baginya
dibukakan dua pintu menuju neraka ”.(HR. Darul Qutni dan Baihaqi)
Dengan demikian merugilah para anak yang hidup bersama orang tuanya di saat tua
renta namun ia tidak bisa meraih surga, karena tidak bisa berbakti kepada keduanya.
Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallammengatakan tentang ihwal mereka
قِي َل.» ُ « َر ِغ َم َأ ْنفُهُ ثُ َّم َر ِغ َم َأ ْنفُهُ ثُ َّم َر ِغ َم َأ ْنفُه-صلى هللا عليه وسلم- ِ سو ُل هَّللا ُ س َه ْي ٍل عَنْ َأبِي ِه عَنْ َأبِى ُه َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر ُ ْعَن
.» َلَ ْم يَد ُْخاِل ْل َجنَّة سو َل هَّللا ِ قَا َل « َمنْ َأ ْد َر َك َوالِ َد ْي ِه ِع ْن َد ا ْل ِكبَ ِر َح َد ُه َما ْو ِكلَ ْي ِه َما ثُ َّم
َأ َأ ُ َمنْ يَا َر
“Dari Suhaili, dari ayahnya dan dari Abu Hurairah. Rosulullah SAWbersabda : ”Merugilah ia
(sampai 3 kali). Para Shahabat bertanya : ”siapa ya Rosulullah?
7
Rosulullah SAWbersabda :“Merugilah seseorang yang hidup bersama kedua orang tuanya
atau salah satunya di saat mereka tua renta, namun ia tidak masuk surga” (HR. Muslim).
Terkait cara berbakti kepada orang tua, memulai dengan perkataan yang baik.
Kemudian diiringi denganmeringankan apa-apa yang menjadi bebannya. Dan bakti yang
tertinggi yang tak pernah dibatasi oleh tempat dan waktu ialah doa. Do’a adalah bentuk bakti
anak kepada orang tua seumur hidup-nya. Do’alah satu-satunya cara yang diajarkan
Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallambagi anak-anak yang pernah menyakiti orangtuanya
namun mereka meninggal sebelum ia memohon maaf kepadanya.
ْ َوقُ ْل َر ِّب
َ ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِي
ص ِغي ًر
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil” (Al-Isra’: 24).
Itulah ingatan yang sarat kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara
oleh kedua orang tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah
dan membutuhkan penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia
merahmati keduanya, karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih
menyeluruh. Allah SWTlebih mampu untuk membalas keduanya atas darah dan hati yang
mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa dibalas oleh anak-anak.
Al Hafizh Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dengan sanadnya dari Buraidah dari
ayahnya:
“Seorang laki-laki sedang thawaf sambil menggendong ibunya. Ia membawa ibunya thawaf.
Lalu ia bertanya kepada NabiSallallahu ’Alaihi Wa Sallam, “Apakah aku telah menunaikan
haknya?” Nabi Sallallahu ’Alaihi Wa Sallammenjawab, “Tidak, meskipun untuk satu tarikan
nafas kesakitan saat melahirkan.”
Dalam ayat lain Al-Quran mengajar doa yang begitu indah, ialah doa yang mencakup
bagi kita, orang tua dan keturunan kita :
ْ ضاهُ َوَأ
َك,,ْصلِ ْح لِي ِفي ُذ ِّريَّتِي ِإنِّي تُبْتُ ِإلَي َ ي َوَأنْ َأ ْع َم َل
َ صالِ ًحا ت َْر َّ ش ُك َر ِن ْع َمتَكَ الَّتِي َأ ْن َع ْمتَ َعلَ َّي َو َعلَى َوالِ َد
ْ َر ِّب َأ ْو ِز ْعنِي َأنْ َأ
َسلِ ِمين ْ ِّ
ْ َوِإني ِمنَ ال ُم
"Ya Allah.., tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri." (Al-Ahqaf : 15).
8
Selain berbakti kepada kedua orang tua yang masih hidup seperti yang di jelaskan di
atas ada juga cara atau perilaku menghormati orangtua yang telah mati diantaranya adalah
1. Memintakan ampun bagi keduanya sesudah meninggal, yaitu apabila meninggal dalam
keadaan Islam. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman menceritakan tentang Nabi Ibrahim
‘alaihissalam :
"Ya Rabbku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan
beriman dan semua orang beriman laki-laki dan perempuan, dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kebinasaan." (Nuh: 28)
9
BAB III
3
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa menaati perintah orang tua adalah wajib, selama bukan untuk maksiat. Bahkan
perintah melakukan yang mubah, bila itu keluar dari mulut orang tua, berubah menjadi wajib
hukumnya. Kita juga tahu, bahwa harta orang tua harus dijaga, tidak boleh dihamburkan
secara percuma, atau bahkan untuk berbuat maksiat. Kita juga meyakini, bahwa bila orang
tua kita kekurangan atau membutuhkan pertolongan, kitalah orang pertama yang
wajib menolong mereka. Namun itu hanya sebatas keyakinan. Bila tidak ada ‘ikatan janji’
dengan sikap kita, semua itu hanya terwujud dalam bentuk wacana saja, tidak bisa terbentuk
menjadi ‘bakti’ terhadap orang tua. Oleh sebab itu, Allah menyebut kewajiban bakti itu
sebagai ‘ketetapan’, bukan sekadar ‘perintah’. Berbuat baik kepada kedua orang tua adalah
suatu bentuk ibadah yang di utamakan dan merupakan salah satu untuk meraih surganya
Allah.
3
http://m.abdullah-syauqi.abatasa.co.id/ diakses 29/11/2014
10
Daftar Pustaka
11