Anda di halaman 1dari 22

TUGAS STUDI ISLAM

“BIRRUL WALIDAIN”

Dosen Pembimbing :

Dra. Biswarni

Disusun oleh kelompok II:

Romy Ferdial

Mutiara Defiska

Sil Sri Juwita

Yuni Elmia Nori

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

PROGSUS S1 KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T, yang mana berkat Rahmad
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “ Birrul Walidain “ pada
mata kuliah Studi Islam. Serta kami juga berterima kasih kepada ibu selaku dosen mata
kuliah Studi Islam di STIKes YARSI SUMBAR Bukittinggi .

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
kita.Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan
kami buat di masa yang akan datang.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan
orang yang membacanya.Sebelumnya kami memohon maaf jika terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, 4 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I ........................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan rumusan .......................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ................................................................................................ 3

2.1 Pengertian birrul walidain .................................................................. 3


2.2 Hukum birrul walidain.......................................................................... 4
2.3 Keutamaan birrul walidain ................................................................... 6
2.4 Melaksanakan birrul walidain dan bentuk-bentuknya ..................... 9
2.5 Sifat para nabi dan orang-orang shaleh terhadap orang tua ........... 14
2.6 Pahala bagi orang berbakti pada orang tua ....................................... 16

BAB III Penutup ...................................................................................................... 18

Kesimpulan .................................................................................................. 18
Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rasulullah saw adalah perantara hidayah dari Alloh swt, yang dimana
hidayah tersebut disampaikan kepada umatnya, sehingga umatnya dapat
melaksanakan tugasnya dimuka bumi ini sebagai khalifah, serta menegakkan
kalimat tauhid.

Sama halnya dengan kedua orang tua, mereka merupakan perantara yang
Allah swt ciptakan untuk melahirkan kita di dunia ini, dengan demikian sangatlah
tinggi derajat orang tua di sisi anak-anaknya. Maka dari itu merupakan suatu
perbuatan dzolim apa bila kita tidak menghargai, menghormati serta tidak berbuat
baik kepadanya.

Birrulwalidain ( ‫) بِ ُّر ْال َوا ِلدَي ِْن‬, berbakti, mematuhi, dan merawat kedua orang
tua, menjamin hak-hak mereka, memenuhi kebutuhan mereka adalah sudah
merupakan hal yang seharusnya di lakukan seseorang anak. Al-Qur’an dan sunnah
menegaskan ini sebagai kewajiban. Hal ini menjelaskan betapa besarnya perhatian
Islam terhadap kedua orang tua.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis


makalah yang kaitannya dengan berbakti kepada orangtua dengan judul ”Birrul
Walidain”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam pembahasan makalah ini akan


membahas tantang:
a. Apa pengertian dari birrul walidain?
b. Apa hukum birrul walidain?
c. Apa saja keutamaan dari birrul walidain?
d. Apa saja bentuk-bentuk pelaksanaan birrul walidain?

1
e. Bagaimana sifat para nabi dan orang-orang shaleh terhadap orang tua?
f. Apa pahala bagi orang berbakti pada orang tua?
1.3 Tujuan rumusan
Setelah pembahasan makalah ini,maka akan diketahui tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mampu menjelaskan bagaimana pengertian dan konsep birrul walidain
b. Mampu menjelaskan hukum birrul walidain
c. Mampu menjelaskan keutamaan birrul walidain
d. Mampu menjelaskan bentuk-bentuk pelaksanaan birrul walidain
e. Mampu menjelaskan sifat para nabi dan orang-orang shaleh terhadap
orang tua
f. Mampu menjelaskan pahala bagi orang yang berbakti pada orang tua.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Birrul Walidain

Islam memandang, berbakti kepada kedua orang tua adalah ibadah yang
sangat besar pahalanya. Sebab merekalah yang mengasuh, membesarkan, mendidik,
dan menghidupi anak-anaknya. Bahkan dalam salah satu riwayat Rasulullah
menegaskan : “ Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua orang tua dan
kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan keduanya .” Bergaul dengan keduanya
dengan cara yang baik. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah
lembut. Tawadlu ( rendah diri ). Tidak boleh Kibir ( sombong ) bila sudah meraih
sukses atau mempunyai jabatan di dunia.
Firman Allah SWT dalam Al Quran:

‫ين‬
ِ ‫س ِك‬ َ َٰ ‫سنا َوبِذِي ۡٱلقُ ۡربَ َٰى َو ۡٱليَ َٰتَ َم َٰى َو ۡٱل َم‬ َ َٰ ‫ٱَّللَ َو ََل ت ُ ۡش ِر ُكواْ بِِۦه ش َۡي ۖا َوبِ ۡٱل َٰ َو ِلدَ ۡي ِن ِإ ۡح‬
‫ٱعبُدُواْ ه‬
ۡ ‫َو‬
‫سبِي ِل َو َما َملَ َك ۡت أ َ ۡي َٰ َمنُ ُك ۡ ۗۡم‬ ‫ب َو ۡٱب ِن ٱل ه‬ِ ‫ب بِ ۡٱل َج ۢن‬ ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ ‫ب َوٱل ه‬ ِ ُ‫ار ۡٱل ُجن‬ ِ ‫ار ذِي ۡٱلقُ ۡربَ َٰى َو ۡٱل َج‬
ِ ‫َو ۡٱل َج‬
ً ‫ٱَّللَ ََل ي ُِحبُّ َمن َكانَ ُم ۡختَاَل فَ ُخ‬
٣٦ ‫ورا‬ ‫ِإ هن ه‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri”.(An Nisa: 4/ 36)

‫سنً ۚا ِإ هما َي ۡبلُغ هَن ِعندَ َك ۡٱل ِك َب َر أ َ َحد ُ ُه َما ٓ أ َ ۡو‬


َ َٰ ‫َل ِإيهاهُ َو ِب ۡٱل َٰ َو ِلدَ ۡي ِن ِإ ۡح‬
ٓ ‫ض َٰى َرب َُّك أ َ هَل تَعۡ بُد ُٓواْ ِإ ه‬َ َ‫َوق‬
‫ض َل ُه َما َجنَا َح‬ ۡ ‫ٱخ ِف‬ ۡ ‫ َو‬٢٣ ‫ف َو ََل ت َ ۡن َه ۡر ُه َما َوقُل له ُه َما َق ۡوَل َك ِريما‬ ّٖ ُ ‫ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُل له ُه َما ٓ أ‬
َ ‫ب ۡٱر َح ۡم ُه َما َك َما َربهيَانِي‬
٢٤ ‫ص ِغيرا‬ ‫ٱلذُّ ِل ِمنَ ه‬
ِ ‫ٱلر ۡح َم ِة َوقُل هر‬
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah
melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia

3
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang
baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana
mereka berdua telah menyayangiku pada waktu kecil.’”
(QS : Al-Isro: 17/ 23-24)
ۡ ‫عا َم ۡي ِن أ َ ِن‬
‫ٱش ُك ۡر ِلي‬ َ ‫صلُ ۥهُ فِي‬ َ ‫سنَ ِب َٰ َو ِلدَ ۡي ِه َح َملَ ۡتهُ أ ُ ُّم ۥهُ َو ۡهنًا‬
َ َٰ ِ‫علَ َٰى َو ۡه ّٖن َوف‬ ِ ۡ ‫ص ۡينَا‬
َ َٰ ‫ٱۡلن‬ ‫َو َو ه‬
١٤ ‫ير‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫ي ۡٱل َم‬ ‫َو ِل َٰ َو ِلدَ ۡي َك ِإ َل ه‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.”
(QS : Luqman :31/ 14)

Pengertian birrul walidain:


 menurut sabda Rasulullah SAW :
“al-birr adalah baiknya akhlak”.(H.R.Muslim)
 Al-birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka
perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan
AL-‘uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.
 Birrul walidain: kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak
kepada kedua orang tuanya. Lawannya adalah durhaka kepada kedua orang
tua, berbuat kejelekan dan menyianyiakan hak.

2.2 Hukum Birrul Walidain

Kata Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada
kedua orang tua hukumnya adalah wajib selain terhadap perkara yang haram.

4
Syari’at Islam meletakkan kewajipan birrul walidain menempati ranking ke-
dua setelah beribadah kepada Allah SWT. dengan mengesakan-Nya. Dalil-dalil
Shahih dan Sharih (jelas) banyak sekali, diantaranya terdapat tiga ayat yang
menunjukkan kewajipan yag khusus untuk berbuat baik kepada kedua orang tua:

‫س ٰـ ً۬ٔنا‬
َ ‫ٱَّللَ َو ََل ت ُ ۡش ِر ُكواْ بِِۦه ش َۡي ً۬ٔـاۖ َوبِ ۡٱل َوٲ ِلدَ ۡي ِن إِ ۡح‬
‫ٱعبُدُواْ ه‬
ۡ ‫َو‬

“Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu


sekutukan Dia dengan sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada kedua ibu bapa“. (QS. An Nisa’ : 36).

‫ڪ َب َر‬ِ ‫س ٰـناۚ ِإ هما يَ ۡبلُغ هَن ِعندَ َك ۡٱل‬


َ ‫ض ٰى َرب َُّك أ َ هَل تَعۡ بُد ُٓواْ ِإ هَّل ِإيهاهُ َو ِب ۡٱل َوٲ ِلدَ ۡي ِن ِإ ۡح‬
َ َ‫َوق‬
ًٔ۬
َ ‫أ َ َحد ُ ُه َمآ أ َ ۡو ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُل له ُه َمآ أ ُ ً۬ٔف َو ََل ت َ ۡن َہ ۡر ُه َما َوقُل له ُه َما قَ ۡوَل‬
‫ڪ ِر ً۬ٔيما‬

“Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah


melainkan kepadaNya semata-mata dan hendaklah engkau berbuat baik
kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya
sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu,
maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar)
sekalipun perkataan “Ha” dan janganlah engkau menengking menyergah
mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang
bersopan santun).“. (QS. Al Isra’: 23).

ۡ ‫عا َم ۡي ِن أ َ ِن‬
‫ٱشڪ ُۡر‬ َ ‫ص ٰـلُهُ ۥ فِى‬ َ ‫س ٰـنَ ِب َوٲ ِلدَ ۡي ِه َح َملَ ۡتهُ أ ُ ُّمهُ ۥ َو ۡهنا‬
َ ِ‫علَ ٰى َو ۡه ً۬ٔن َوف‬ ِ ۡ ‫ص ۡينَا‬
َ ‫ٱۡلن‬ ‫َو َو ه‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ ِ ‫ى ۡٱل َم‬ ‫ِلى َو ِل َوٲ ِلدَ ۡي َك ِإلَ ه‬

“Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya;
ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi
kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya) dan tempoh
menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun; (dengan yang demikian)
bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu; dan (ingatlah),
kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan).”

5
(QS. Luqman : 14).

Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoinya, “Tiga ayat dalam


Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang
lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman Allah SWT.:
“bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu“, Berkata beliau. “Maka,
barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada
kedua ibubapanya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu.”

Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda: “Keridhaan Rabb (Allah)


ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan
orang tua” (HR. Tirmidzi).

Al Mughirah bin Syu’bah – mudah-mudahan Allah meridhainya –


meriwayatkan daripada Nabi SAW. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah
mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak
perempuan, dan tidak mahu memberi tetapi meminta-minta (bakhil) dan Allah
membenci atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan berkata begitu
(tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan
membuang-buang harta“. (HR Muslim).

2.3 Keutamaan Birrul Walidain


1. Termasuk Amalan Yang Paling Mulia

Disebutkan dalam hadis sebagai berikurt:

‫ سآلت النبي‬: ‫وعن ابي عبد الرمن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه قال‬
‫ الصَل ة على‬: ‫ اي العمل احب الى هللا تعلى ؟ قال‬: ‫صلى هللا عليه وسلم‬
‫ الجهاد في سبيل‬:‫ ثم اي ؟ قال‬:‫ قلت‬,‫ برالولدين‬: ‫ ثم اي ؟ قال‬: ‫ قلت‬,‫وقتها‬
(‫هللا)متفق عليه‬
Artinya:

Dari Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata: “ Saya bertanya
kepada Nabi saw.: “Apakah amal yang paling disukai Allah Ta’ala?” Beliau
menjawab: “ Shalat pada waktunya.” Saya bertanya: “Kemudian apa?”

6
Beliau menjawab:“ Berbuat baik keapada kedua orang tua.” Saya bertanya:
“Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Berjuang pada jalan Allah”. (H.R
Bukhori dan Muslim).

( ‫ص َيةُ ْال َولَدِز )رواه الطبرانى‬ ِ ‫ َو َم ْع‬,ِ‫عةُ ْال َولَد‬


ِ ‫ص َيةُ هللاِ َم ْع‬ ِ ُ ‫عة‬
َ ‫هللا‬
َ ‫طا‬ َ
َ ‫طا‬
Taat kepada orang tua berati taat kepada Allah juga, dan durhaka kepada
Orangtua berati durhaka pada Allah juga.

:‫رسوَلهلل صلى هللا عليه وسلم‬ُ ‫ع ْبدُهللا بن َع ْمرورضياهلل عنهماقال قال‬ َ ‫عن‬
(‫الوا ِلدَي ِْن ) اخرجهالترمذيو‬ ُ ‫س َخ‬
َ ‫ط‬ ُ ‫س َخ‬
َ ‫طاهلل فى‬ َ ‫ضىا َلوا ِلدَي ِْن و‬
َ ‫فىر‬
ِ ُ‫ضى هللا‬
َ ‫ِر‬
Dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. )

Taat kepada orangtua berarti menaati perintah Allah dan durhaka terhadap
orangtua berarti durhaka terhadap perintah Allah. Dalam hadis lain disebutkan
bahwa ridha Allah bergantung kepada ridha kedua orang tua. Karna kita
ketahui bahwa orangtua merupakan jalan menuju hal yang diridhai oleh Allah
swt. Dan tidak ada hal apapun yang dapat kita lakukan hanya kecuali dengan
ridha Allah swt.
2. Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga

ُ ‫ف ث ُ هم َر ِغ َم ا َ ْن‬
‫ف َم ْن اَد َْر َك ا َ َب َو ْي ِه‬ ُ ‫ف ت ُ هم َر ِغ َم ا َ ْن‬
ُ ‫ َر ِغ َم ا َ ْن‬: ‫ع ِن الن ِبي قَا َل‬
َ ُ‫ع ْنه‬
َ ‫َو‬
‫ رواه مسلم‬.َ‫ِع ْندَ ْال ِك َب ِر ا َ َحدَ ُه َما ا َ ْو ِكَلَ ُه َما فَلَ ْم َي ْد ُخ ِل ْال َجنهة‬
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “ Sungguh rugi,
sungguh rugi, sungguh rugi dan sungguh rugi orang yang mendapatkan kedua
orang tuanya, baik salah satu atau kedua-duanya lanjut usia tetapi tidak
masuk surga. ( Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah dia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda:


“Celakalah dia, celakalah dia”, Rasulullah ditanya : Siapa wahai
Rasulullah`?, Bersabda Rasulullah : “Orang yang menjumpai salah satu atau

7
kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga”.
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1758 ).
Dari Mu’awiyah bin Jaahimah, Bahwasannya Jaahimah datang kepada
Rasulullah kemudian berkata : ” Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat)
untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda.
Maka Rasulullah bersabda : ” Apakah kamu masih memiliki Ibu ? ” Berkata
dia : ” Ya “. Rasulullah bersabda: ” Tetaplah dengannya karena sesungguhnya
surga itu dibawah telapak kakinya “.

3. Dipanjangkan usia
Dari Anas bin Malik ra dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw
bersabda: barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan
rezekinya, maka hendaklah ia berbakti kepada orangtuanya dan menyambung
tali silaturrahmi.( HR. al-Bukhori no.2067)

4. Doa’nya Dikabulkan
Dari Umar bin Khottob ra, dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw
: “ Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan dari
Yaman, dari Murad, kemudian Qaran. Dia pernah berpenyakit sopak putih,
lalu sembuh darinya kecuali bagian tubuh sebesar dirham. Dia memiliki
seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya, sekiranya dia bersumpah
atas Nama Alloh swt, niscaya Alloh swt akan mengabulkannya. Jika kalian
bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampunan kepada Alloh swt,
maka lakukanlah”

5. Termasuk amal yang paling dicintai Allah SWT

‫صَلَةِ بَ ْعدَ هللاِ ِإلَى أ َ َحبُّ اْأل َ ْع َما ِل‬


‫ال ه‬
(amal yang paling dicintai disisi Allah SWT selepas Solat)
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah
Ibni Mas’ud ra “Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang
paling di cintai disisi Allah ?” Rasulullah bersabda “Solat tepat pada
waktunya”. Kemudian aku tanya lagi “Apa lagi selain itu ?” bersabda

8
Rasulullah “Berbakti kepada kedua orang tua” Aku tanya lagi “ Apa lagi ?”.
Jawab Rasulullah “Jihad dijalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini tidak berarti jika melakukan Solat tepat pada waktu dan jihad fisabilillah
menafikan kewajipan birrul walidain kerana Rasulullah SAW. pernah
menolak permohonan salah seorang sahabat untuk jihad fisabilillah kerana
masalah hubungan dengan kedua ibu bapanya. Lantas Rasulullah SAW.
memerintahkan beliau segera pulang menyelesaikan permasalahan tersebut
dahulu.
6. Al ummu hiya ahaqu suhbah (Prioriti untuk mendapat perlakuan yang lebih
dekat dari kedua orang tua ialah ibu)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‟anhu ia berkata, “Datang seseorang kepada
Rasulullah SAW. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus
berbakti pertama kali? Nabi SAW. menjawab, ‟Ibumu! Orang tersebut
kembali bertanya, ‟Kemudian siapa lagi ? Nabi SAW. menjawab, ‟Ibumu! Ia
bertanya lagi, ‟Kemudian siapa lagi?‟ Nabi SAW. menjawab, ‟Ibumu!, Orang
tersebut bertanya kembali, „Kemudian siapa lagi, ‟Nabi SAW. menjawab,
Bapakmu” (HR. Bukhari dan Muslim)6.Taat kepada orang tua adalah salah
satu penyebab masuk Syurga.
2.4 Melaksanakan birrul walidain dan bentuk-bentuknya
1. Semasa Mereka Masih Hidup
a. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya – menerapkan


bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad
memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam
sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada
orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari
Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-
kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan kau lakukan hal itu
wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau
apapun gantinya atau risikonya”.

9
Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku


sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya…”(QS. Luqman: 15)

Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik


kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai
suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya.

b. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:


“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua
orang tua ibu bapanya…” (QS. Al-Ahqaaf: 15)

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa…” (QS.
An-Nisaa’: 36)

Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua
semakin tua dan lanjut hingga keadaan mereka melemah dan sangat
memerlukan bantuan dan perhatian daripada anaknya.

Abu Bakar As Siddiq ra. adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut
ditauladani dalam berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya
telah memasuki usia yang sangatudzur, beliau masih melayan bapanya
dengan lemah lembut dan tidak pernah putus asa untuk mengajak ayahnya
beriman kepada Allah. Penantian beliau yang cukup lama berakhir apabila
ayahnya menerima tawaran untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Allah berfirman dalam QS. 14 : 40 – 41 ayat yang do’a agar anak, cucu
dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas
Solat (mendirikan Solat) dan diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan

10
suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada kelurga Abu Bakar As
Siddiq ra.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai, Rabb-ku, kasihilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’”
(QS. Al-Israa’: 23-24)

c. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka


Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam mempunyai ayah yang bernama Azar
yang aqidah-nya menyalahi dengan Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam tetapi tetap
menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada
bapaknya. Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang
mulia dan ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-
kata yang lembut sebagaimana dikisahkan Allah pada QS. 19 : 41-45.

d. Menyediakan Makanan Untuk Mereka


Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari
sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu
Mas’ud datang membawa air minum, ternyata si Ibu sudah tidur. Akhirnya
Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang bekas berisi
air tersebut hingga pagi. (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu
Jauzi)

11
e. Membahagiakan Orang Tua
َ ‫ط ِوا ِلدَ ْي ِه فَقَدْ ا َ ْس َخ‬
( ‫ط الل َهز ) روته بخاري عن انس‬ َ ‫ َو َم ْن ا َ ْس َخ‬,َ‫ضى هللا‬
َ ‫ضى َوا ِلدَ ْي ِه فَقَدْ ا َ ْر‬
َ ‫َم ْن اَر‬
Barang siapa membuat suka kedua orang tuanya, berarti ia telah membuat
Allah rela (kepadanya); Dan barang siapa membuat kedua orang tuanya
murka, berarti ia telah membuat murka Allah kepadanya. (Riwayat Bukhari
melalui Anas ra. )
Dapat disimpulkan dari Hadis ini bahwa ridha Allah berkaitan dengan ridha
kedua orang tua, dan murka Allah berkaitan dengan murka orangtua. Dapat
dikatakan demikian karena barang siapa yang berbakti kepada kedua
orangtuanya sehingga keduanya merasa puas kepadanya, berarti ia benar-
benar menjalankan perintah Allah SWT. Yang menganjurkannya agar
berbakti dan berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Dan barang siapa
yang durhaka kepada kedua orang tuanya berarti ia durhaka kepada Allah
SWT. Karena tidak menuruti peritahnya. Hal ini selama kedua orangtua
tidak memerintahkan kepada kedurhakaan. Akan tetapi, apabila kedua
orangtua memerintahkan kepada kedurhakaan atau kemaksiatan, maka
tidak ada ketaatan terhadap siapapun bila diperintahkan untuk maksiat
kepada Allah.
f. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka
Inginkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada
seorang laki-laki ketika ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik
ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir)
terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya
ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.

g. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang
Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk
salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para

12
Sahabat bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang
tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian
orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu
orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
h. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
i. Menjaga, merawat ketika mereka sakit,tua dan pikun.
2. Apabila Mereka Meninggal Dunia (‫) َب ْعدَ َوفَاتِ ِه َما‬
a. Mensolati/Berdo’a terhadap Keduanya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda,
“Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali
tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang
mendo’akan dirinya.” (HR. Muslim)
b. Mengurus jenazah dengan sebaik-baiknya
c. Melunasi semua hutang-hutangnya
d. Melaksanakan wasiatnya
e. Memuliakan sahabat-sabatannya
f. Mendoakannya
g. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam
dalamAl-Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” (QS.
Ibrahim: 41)
h. Memuliakan Rakan-Rakan Kedua Orang Tua
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang
anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya
setelah ayahnya tersebut meninggal.” (HR. Muslim)
i. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
“Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di
kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara
ayahnya setelah ia meninggal.”(HR. Ibnu Hibban)

13
Rasulullah SAW. yang telah ditinggal ayahnya Abdullah kerana meninggal
dunia saat Rasulullah SAW. masih dalam kandungan ibunya Aminah.
Dalam pendidikan birrul walidain ibunya mengajak Rasulullah ketika
berusia enam (6) tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan
perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh
sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah itu
Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap
yang mulia kepada pamannya walaupun aqidah pamannya berbeda dengan
Rasulullah. Dan Rasulullah SAW. berbakti pula kepada pengasuhnya yang
bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.
2.5 Sifat para nabi dan orang-orang shaleh terhadap orang tua
1. Sifat para nabi

Berbakti kepada orangtua adalah akhlak para Nabi dan orang-orang saleh, hal
ini sebagaimana yang telah Allah kabarkan sendiri di dalam al-Qur’an, di
antaranya adalah: Allah menceritakan tentang permohonan ampun
Nabi Ibrahim kepada Allah untuk ayahnya meskipun ayahnya adalah seorang
yang kafir: “Dia (Ibrahim) berkata, ”Semoga keselamatan dilimpahkan
kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku” (Maryam: 47).

Firman Allah yang memuji Nabi Yahya; “…dan sangat berbakti kepada kedua
orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang
durhaka” (Maryam: 14).

Allah juga bercerita tentang Nabi Isa: “…dan berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka” (Maryam: 32)

2. Sifat orang shaleh

Seorang anak memberi minum ibunya yang telah tua.

Diceritakan bahwa sahabat Nabi Abu Hurairah menempati sebuah rumah,


sedangkan ibunya menempati rumah yang lain. Apabila Abu Hurairah ingin
keluar rumah, maka dia berdiri terlebih dahulu di depan pintu rumah ibunya

14
seraya mengatakan, “Keselamatan untukmu, wahai ibuku, dan rahmat Allah
serta barakahnya.” Ibunya menjawab, “dan untukmu keselamatan wahai
anakku, dan rahmat Allah serta barakahnya.” Abu Hurairah kemudian berkata,
“Semoga Allah menyayangimu karena engkau telah mendidikku semasa aku
kecil.” Ibunya pun menjawab, “dan semoga Allah merahmatimu karena engkau
telah berbakti kepadaku saat aku berusia lanjut.” Demikian pula yang
dilakukan oleh Abu Hurairah ketika hendak memasuki rumah.”

Suatu hari, Ibnu Umar melihat seorang yang menggendong ibunya sambil
thawaf (beribadah) mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lalu berkata kepada
Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu apakah aku sudah
membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar
satu erangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi engkau sudah berbuat
baik. Allah akan memberikan balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit
amal yang engkau lakukan.”

Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, dia bercerita, suatu malam ibu dari sahabat
nabiIbnu Mas’ud meminta air minum kepada Ibnu Mas’ud. Setelah Ibnu
Mas’ud datang membawa air minum, ternyata ibunya sudah tertidur. Akhirnya
Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang wadah berisi air
tersebut hingga pagi (menunggu ibunya terbangun untuk memberikan
minumnya, melaksanakan perintah ibunya).”

Haiwah binti Syuraih adalah seorang ulama besar, suatu hari ketika dia sedang
mengajar (yang dihadiri banyak jamah), ibunya memanggil. “Hai Haiwah,
berdirilah! Berilah makan ayam-ayam dengan gandum.” Mendengar panggilan
ibunya dia lantas berdiri dan meninggalkan pengajiannya.

Hafshah binti Sirin mengatakan, “Aku tidak pernah melihat Muhamad bin
Sirinbersuara keras di hadapan ibunya. Apabila dia berkata-kata dengan
ibunya, maka dia seperti seorang yang berbisik-bisik.

Dari Asir bin Jabir dia mengatakan, “Jika para gubernur Yaman menemui
khalifah Umar Ibnul Khatthab, maka khalifah selalu bertanya, “Apakah di

15
antara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir”, sampai suatu hari dia
bertemu dengan Uwais, dia bertanya, “engkau Uwais bin Amir?”, “Betul”
Jawabnya. Khalifah Umar bertanya, “Engkau dahulu tinggal di Murrad
kemudian tinggal di daerah Qarn?”, “Betul,” sahutnya. Dia bertanya, “Dulu
engkau pernah terkena penyakit belang lalu sembuh akan tetapi masih ada
belang di tubuhmu sebesar uang dirham?”, “Betul.” Dia bertanya, “Engkau
memiliki seorang ibu.” Khalifah Umar mengatakan, “Saya mendengar
rasulullah bersabda, “Uwais bin Amir akan datang bersama rombongan orang
dari Yaman dahulu tinggal di Murrad kemudian tinggal di daerah Qarn. Dahulu
dia pernah terkena penyakit belang, lalu sembuh, akan tetapi masih ada belang
di tubuhnya sebesar uang dirham. Dia memiliki seorang ibu, dan dia sangat
berbakti kepada ibunya. Seandainya dia berdoa kepada Allah, pasti Allah akan
mengabulkan doanya. Jika engkau bisa meminta kepadanya agar memohonkan
ampun untukmu kepada Allah maka usahakanlah.” Maka mohonkanlah ampun
kepada Allah untukku, Uwais Al-Qarni lantas berdoa memohonkan ampun
untuk Umar Ibnul Khaththab. Setelah itu Umar bertanya kepadanya, “Engkau
hendak pergi ke mana? “Kuffah,” jawabnya. Dia bertanya lagi, “Maukah ku
tuliskan surat untukmu kepada gubernur Kuffah agar melayanimu? Uwais Al-
Qarni mengatakan, “Berada di tengah-tengah banyak orang sehingga tidak
dikenal itu lebih ku sukai.

2.6 Pahala bagi orang berbakti kepada orang tua


Allah telah menjanjikan orang-orang yang berbakti kepada kedua orang
tuanya dengan kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat dan dia akan
mendapatkan pahala yang besar di akhirat, dan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pahala di Dunia
a. Dipanjangkan umurnya dan diperbanyak rizkinya

‫سله َم َيقُو ُل‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬ َ ِ‫َّللا‬ ‫سو َل ه‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ‫َع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكٍ قَا َل‬
ُ‫ص ْل َر ِح َمه‬ ِ َ‫سأ َ فِي أَث َ ِر ِه فَ ْلي‬َ ‫ط َعلَ ْي ِه ِر ْزقُهُ أ َ ْو يُ ْن‬
َ ‫س‬َ ‫س هرهُ أ َ ْن يُ ْب‬
َ ‫َم ْن‬

16
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah
SAW bersabda, 'Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim" . Silaturahmi di
sini juga termasuk silaturahmi kepada orang tua.
Dosa memutus silatu rahim

َ‫ب أ َ هن ُم َح همد‬
ٍ ‫عقَ ْي ٍل َع ْن اب ِْن ِش َها‬ ُ ‫ْث َع ْن‬ ُ ‫َحدهثَنَا يَ ْحيَى ب ُْن بُ َكي ٍْر َحدهثَنَا اللهي‬
‫صلهى‬ َ ‫ي‬ ْ ‫ط ِع ٍم قَا َل ِإ هن ُج َبي َْر بْنَ ُم‬
َ ُ‫ط ِع ٍم أ َ ْخ َب َرهُ أَنهه‬
‫س ِم َع النه ِب ه‬ ْ ‫بْنَ ُجبَي ِْر ب ِْن ُم‬
ِ َ‫سله َم يَقُو ُل ََل يَ ْد ُخ ُل ْال َجنهةَ ق‬
‫اطع‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ه‬

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan


kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Muhammad bin
Jubair bin Muth'im berkata; bahwa Jubair bin Muth'im telah mengabarkan
kepadanya bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturrahmi."
b. Dikabulkan doanya
c. Anak dan cucunya akan berbakti kepadanya
d. Dicintai keluarganya dan tetangganya
e. Dijauhkan dari mati dalam keburukan
f. Dipuji oleh manusia dan mereka akan berterima kasih padanya
g. Allah akan meridhainya

2. Pahala di akhirat
a. Berbakti adalah salah satu penyebab utama masuk surga
b. Dimasukan surga dengan orang-orang yang pertama kali dimasukkan
surga.

17
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Islam memandang, berbakti kepada kedua orang tua adalah ibadah yang
sangat besar pahalanya.Birrul walidain: kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan
oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya. Lawannya adalah durhaka kepada
kedua orang tua, berbuat kejelekan dan menyianyiakan hak.

Kata Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada
kedua orang tua hukumnya adalah wajib selain terhadap perkara yang haram.Syari’at
Islam meletakkan kewajipan birrul walidain menempati ranking ke-dua setelah
beribadah kepada Allah SWT.

Berbakti kepada orang tua banyak sekali keutamaan nya seperti dimasukkan
ke syurga dan mendapat ridho Allah.Bentuk-bentuk berbakti pada orang tua ada
semasa hidup dan setelah kehidupannya.

saran

18
DAFTAR PUSTAKA

https://muhammadmftkhddn.wordpress.com/2016/11/03/birul-walidain-berbakti-kepada-
orangtua/

http://khoirinnisai.blogspot.com/2016/03/makalah-birrul-walidain.html

19

Anda mungkin juga menyukai