Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki.

Dalam makalah ini, kami memberi informasi tentang beberapa perang yang terjadi

ketika Nabi Muhammad menyiarkan agama Islam, diantaranya yaitu perang badar, uhud dan

perang khandaq. Semoga informasi yang kami berikan dapat menambah pengetahuan kami

dan pembaca mengenai sejarah islam.

Kami meyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, namun

sesungguhnya kami telah berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan makalah dengan

baik dan sesuai harapan. Maka dari itu saran dan kritikan sangat kami butuhkan agar kami

dapat memperbaiki kesalahan kami dalam makalah kedepannya.

Jeunieb, 06 Nopember 2017

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI .......................................................................................................... `

BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................
D. Manfaat .........................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................................................
A. Latar Belakang Terjadinya Perang Badar .....................................................
B. Pertempuran ..................................................................................................
C. Setelah Pertempuran .....................................................................................
D. Hikmah ..........................................................................................................

BAB III
PENUTUP ................................................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I
PENDAHLUAN

A. Latar Belakang

Pertempuran Badar (bahasa Arab: , ghazwt badr), adalah

pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini

terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum

Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari

Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua

jam, pasukan

Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur

dalam kekacauan.

Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat

dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan

awal 624, dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi.

Meskipun demikian, Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama

yang terjadi antara kedua kekuatan itu. Muhammad saat itu sedang memimpin

pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang

baru saja pulang dariSyam, ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy

yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju

terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan

pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy,

antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.

Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena

merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk

mengalahkan musuh mereka di Mekkah. Mekkah saat itu merupakan salah satu kota
terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga

memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah

bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas

Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang

sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan

membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah; dengan demikian,

ekspansi agama Islam pun dimulai

Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk

membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran

Uhud.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi terjadinya Perang Badar ?
2. Bagaimana rencana pasukan muslim dan rencana pasukan mekkah
menghadapi perang tersebut ?
3. Apa dampak yang terjadi setelah pertempuran selesai ?
4. Hikmah apa saja yang dapat diambil dari perang tersebut ?

C. Tujuan
1. Memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam.
2. Mengetahui dampak yang terjadi setelah pertempuran.
3. Mengetahui hikmah apa saja yang dapat di ambil dari perang tersebut

D. Manfaat
1. Dapat menjadi refrensi siswa/siswi MAN 4 Bireuen .
2. Pembaca dapat mengetahui proses terjadinya Perang Badar.
3. Dapat dijadikan media penyampaian pesan keagamaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Terjadinya Perang Badar
1. Muhammad
Pada awal peperangan, Jazirah Arab dihuni oleh suku-suku yang berbicara dalam

bahasa Arab. Beberapa diantaranya adalah suku Badui; bangsa nomad

penggembala yang terdiri dari berbagai macam suku; beberapa adalah suku petani

yang tinggal di oasis daerah utara atau daerah yang lebih subur di bagian selatan

(sekarang Yaman dan Oman). Mayoritas bangsa Arab menganut kepercayaan

politeisme. Beberapa suku juga memeluk agama Yahudi, Kristen (termasuk

paham Nestorian), dan Zoroastrianisme.

Nabi Muhammad lahir di Mekkah sekitar tahun 570 dari keluarga Bani Hasyim

dari suku Quraisy. Ketika berumur 40 tahun, ia mengalami pengalaman spiritual

yaitu menerima wahyu ketika sedang menyepi di suatu gua, yakni Gua Hira di

luar kota Mekkah. Ia mulai berdakwah kepada keluarganya dan setelah itu baru

berdakwah kepada umum. Dakwahnya ada yang diterima dengan baik tapi lebih

banyak yang menentangnya. Pada periode ini, Muhammad dilindungi oleh

pamannya Abu Thalib. Ketika pamannya meninggal dunia sekitar tahun 619,

kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan kepada salah seorang musuh Muhammad,

yaitu Amr bin Hisyam, yang menghilangkan perlindungan kepada Muhammad

serta meningkatkan penganiayaan terhadap komunitas Muslim.

Pada tahun 622, dengan semakin meningkatnya kekerasan terbuka yang dilakukan

kaum Quraisy kepada kaum Muslim di Mekkah, Muhammad dan banyak

pengikutnya hijrah ke Madinah. Hal ini menandai dimulainya kedudukan

Muhammad sebagai pemimpin suatu kelompok dan agama.


2. Ghazawat
Setelah kejadian hijrah, ketegangan antara kelompok masyarakat di

Mekkah dan Madinah semakin memuncak dan pertikaian terjadi pada tahun 623

ketika kaum Muslim memulai beberapa serangan (sering disebut ghazawt dalam

bahasa Arab) pada rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah terletak

di antara rute utama perdagangan Mekkah. Meskipun kebanyakan kaum Muslim

berasal dari kaum Quraisy juga, mereka yakin akan haknya untuk mengambil

harta para pedagang Quraisy Mekkah tersebut; karena sebelumnya telah menjarah

harta dan rumah kaum muslimin yang ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah) dan

telah mengeluarkan mereka dari suku dan kaumnya sendiri, sebuah penghinaan

dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung tinggi kehormatan. Kaum

Quraisy Mekkah jelas-jelas mempunyai pandangan lain terhadap hal tersebut,

karena mereka melihat kaum Muslim sebagai penjahat dan juga ancaman terhadap

lingkungan dan kewibawaan mereka.

Pada akhir tahun 623 dan awal tahun 624, aksi ghazawt semakin sering

dan terjadi di mana-mana. Pada bulan September 623, Muhammad memimpin

sendiri 200 orang kaum Muslim melakukan serangan yang gagal terhadap

rombongan besar kafilah Mekkah. Tak lama setelah itu, kaum Quraisy Mekkah

melakukan "serangan balasan" ke Madinah, meskipun tujuan sebenarnya hanyalah

untuk mencuri ternak kaum Muslim. Pada bulan January 624, kaum Muslim

menyerang kafilah dagang Mekkah di dekat daerah Nakhlah, hanya 40 kilometer

di luar kota Mekkah, membunuh seorang penjaga dan akhirnya benar-benar

membangkitkan dendam di kalangan kaum Quraisy Mekkah. Terlebih lagi dari

sudut pandang kaum Quraisy Mekkah, penyerangan itu terjadi pada bulan Rajab;

bulan yang dianggap suci oleh penduduk Mekkah. Menurut tradisi mereka, dalam
bulan ini peperangan dilarang dan gencatan senjata seharusnya dijalankan.

Berdasarkan latar-belakang inilah akhirnya Pertempuran Badar terjadi.

B. Pertempuran
Di musim semi tahun 624, Muhammad mendapatkan informasi dari mata-matanya

bahwa salah satu kafilah dagang yang paling banyak membawa harta pada tahun itu,

dipimpin oleh Abu Sufyan dan dijaga oleh tiga puluh sampai empat puluh pengawal,

sedang dalam perjalanan dari Suriah menuju Mekkah. Mengingat besarnya kafilah

tersebut, atau karena beberapa kegagalan dalam penghadangan kafilah sebelumnya,

Muhammad mengumpulkan pasukan sejumlah lebih dari 300 orang, yang sampai saat

itu merupakan jumlah terbesar pasukan Muslim yang pernah diterjunkan ke medan

perang.

1. Pergerakan Menuju Badar

Muhammad memimpin pasukannya sendiri dan membawa banyak panglima

utamanya, termasuk pamannya Hamzah dan para calon Kalifah pada masa depan,

yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib. Kaum

Muslim juga membawa 70 unta dan 3 kuda, yang berarti bahwa mereka harus

berjalan, atau tiga sampai empat orang duduk di atas satu unta Namun, banyak

sumber-sumber kalangan Muslim pada awal masa itu, termasuk dalam Al-Qur'an

sendiri, tidak mengindikasikan akan terjadinya suatu peperangan yang serius, dan

calon khalifah ketiga Utsman bin Affan juga tidak ikut karena istrinya sakit.

Ketika kafilah dagang Quraisy Mekkah mendekati Madinah, Abu Sufyan mulai

mendengar mengenai rencana Muhammad untuk menyerangnya. Ia mengirim

utusan yang bernama Damdam ke Mekkah untuk memperingatkan kaumnya dan

mendapatkan bala bantuan. Segera saja kaum Quraisy Mekkah mempersiapkan

pasukan sejumlah 900-1.000 orang untuk melindungi kelompok dagang tersebut.


Banyak bangsawan kaum Quraisy Mekkah yang turut bergabung, termasuk di

antaranya Amr bin Hisyam, Walid bin Utbah, Syaibah bin Rabi'ah, dan Umayyah

bin Khalaf. Alasan keikut-sertaan mereka masing-masing berbeda. Beberapa ikut

karena mempunyai bagian dari barang-barang dagangan pada kafilah dagang

tersebut, yang lain ikut untuk membalas dendam atas Ibnu al-Hadrami, penjaga

yang tewas di Nakhlah, dan sebagian kecil ikut karena berharap untuk

mendapatkan kemenangan yang mudah atas kaum Muslim. Amr bin Hisyam juga

disebutkan menyindir setidak-tidaknya seorang bangsawan, yaitu Umayyah ibn

Khalaf, agar ikut serta dalam penyerangan ini.

Di saat itu pasukan Muhammad sudah mendekati tempat penyergapan yang telah

direncanakannya, yaitu di sumur Badar, suatu lokasi yang biasanya menjadi

tempat persinggahan bagi semua kafilah yang sedang dalam rute perdagangan dari

Suriah. Akan tetapi, beberapa orang petugas pengintai kaum Muslim berhasil

diketahui keberadaannya oleh para pengintai kafilah dagang Quraisy tersebut dan

Abu Sufyan kemudian langsung membelokkan arah kafilah menuju Yanbu.

2. Rencana Pasukan Muslim

"Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua

golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan

bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah

menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan

memusnahkan orang-orang kafir". Al-Anfal: 7

Pada saat itu telah sampai kabar kepada pasukan Muslim mengenai keberangkatan

pasukan dari Mekkah. Muhammad segera menggelar rapat dewan peperangan,

disebabkan karena masih adanya kesempatan untuk mundur dan di antara para

pejuang Muslim banyak yang baru saja masuk Islam (disebut kaum Anshar atau
"Penolong", untuk membedakannya dengan kaum Muslim Quraisy), yang

sebelumnya hanya berjanji untuk membela Madinah. Berdasarkan pasal-pasal

dalam Piagam Madinah, mereka berhak untuk menolak berperang serta dapat

meninggalkan pasukan. Meskipun demikian berdasarkan tradisi Islam (sirah),

dinyatakan bahwa mereka pun berjanji untuk berperang. Sa'ad bin Ubadah, salah

seorang kaum Anshar, bahkan berkata "Seandainya engkau (Muhammad)

membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya,

niscaya kami pun akan mengikutimu." Akan tetapi, kaum Muslim masih berharap

dapat terhindar dari suatu pertempuran terbuka, dan terus melanjutkan

pergerakannya menuju Badar.

Pada tanggal 15 Maret, kedua pasukan telah berada kira-kira satu hari perjalanan

dari Badar. Beberapa pejuang Muslim (menurut beberapa sumber, termasuk Ali

bin Abi Thalib) yang telah berkuda di depan barisan utama, berhasil menangkap

dua orang pembawa persedian air dari pasukan Mekkah di sumur Badar. Pasukan

Muslim sangat terkejut ketika mendengar para tawanan berkata bahwa mereka

bukan berasal dari kafilah dagang, melainkan berasal dari pasukan utama Quraisy.

Karena menduga bahwa mereka berbohong, para penyelidik memukuli kedua

tawanan tersebut sampai mereka berkata bahwa mereka berasal dari kafilah

dagang. Akan tetapi berdasarkan catatan tradisi, Muhammad kemudian

menghentikan tindakan tersebut. Beberapa catatan tradisi juga menyatakan bahwa

ketika mendengar nama-nama para bangsawan Quraisy yang menyertai pasukan

tersebut, ia berkata "Itulah Mekkah. Ia telah melemparkan kepada kalian

potongan-potongan hatinya." Hari berikutnya Muhammad memerintahkan

melanjutkan pergerakan pasukan ke wadi Badar dan tiba di sana sebelum pasukan

Mekkah.
Sumur Badar terletak di lereng yang landai di bagian timur suatu lembah yang

bernama "Yalyal". Bagian barat lembah dipagari oleh sebuah bukit besar bernama

"'Aqanqal". Ketika pasukan Muslim tiba dari arah timur, Muhammad pertama-

tama memilih menempatkan pasukannya pada sumur pertama yang dicapainya.

Tetapi, ia kemudian tampaknya berhasil diyakinkan oleh salah seorang

pejuangnya, untuk memindahkan pasukan ke arah barat dan menduduki sumur

yang terdekat dengan posisi pasukan Quraisy. Muhammad kemudian

memerintahkan agar sumur-sumur yang lain ditimbuni, sehingga pasukan Mekkah

terpaksa harus berperang melawan pasukan Muslim untuk dapat memperoleh

satu-satunya sumber air yang tersisa.

3. Rencana Pasukan Mekkah

"Semua suku Arab akan mendengar bagaimana kita akan maju ke depan dengan

segala kemegahan kita, dan mereka akan mengagumi kita untuk selama-lamanya."

- Amr bin Hisyam

Di sisi lain, meskipun tidak banyak yang diketahui mengenai perjalanan pasukan

Quraisy sejak saat mereka meninggalkan Mekkah sampai dengan kedatangannya

di perbatasan Badar, beberapa hal penting dapat dicatat: adalah tradisi pada

banyak suku Arab untuk membawa istri dan anak-anak mereka untuk memotivasi

dan merawat mereka selama pertempuran, tetapi tidak dilakukan pasukan Mekkah

pada perang ini. Selain itu, kaum Quraisy juga hanya sedikit atau sama sekali

tidak menghubungi suku-suku Badui sekutu mereka yang banyak tersebar di

seluruh Hijaz. Kedua fakta itu memperlihatkan bahwa kaum Quraisy kekurangan

waktu untuk mempersiapkan penyerangan tersebut, karena tergesa-gesa untuk

melindungi kafilah dagang mereka.


Ketika pasukan Quraisy sampai di Juhfah, sedikit di arah selatan Badar, mereka

menerima pesan dari Abu Sufyan bahwa kafilah dagang telah aman berada di

belakang pasukan tersebut, sehingga mereka dapat kembali ke Mekkah. Pada titik

ini, menurut penelitian Karen Armstrong, muncul pertentangan kekuasaan di

kalangan pasukan Mekkah. Amr bin Hisyam ingin melanjutkan perjalanan, tetapi

beberapa suku termasuk Bani Zuhrah dan Bani 'Adi, segera kembali ke Mekkah.

Armstrong memperkirakan suku-suku itu khawatir terhadap kekuasaan yang akan

diraih oleh Amr bin Hisyam, dari penghancuran kaum Muslim. Sekelompok

perwakilan Bani Hasyim yang juga enggan berperang melawan saudara

sesukunya, turut pergi bersama kedua suku tersebut. Di luar beberapa kemunduran

itu, Amr bin Hisyam tetap teguh dengan keinginannya untuk bertempur, dan

bersesumbar "Kita tidak akan kembali sampai kita berada di Badar". Pada masa

inilah Abu Sufyan dan beberapa orang dari kafilah dagang turut bergabung

dengan pasukan utama.

4. Hari Pertempuran

Di saat fajar tanggal 17 Maret, pasukan Quraisy membongkar kemahnya dan

bergerak menuju lembah Badar. Telah turun hujan pada hari sebelumnya,

sehingga mereka mereka harus berjuang ketika membawa kuda-kuda dan unta-

unta mereka mendaki bukit 'Aqanqal (beberapa sumber menyatakan bahwa

matahari telah tinggi ketika mereka berhasil mencapai puncak bukit). Setelah

menuruni bukit 'Aqanqal, pasukan Mekkah mendirikan kemah baru di dalam

lembah. Saat beristirahat, mereka mengirimkan seorang pengintai, yaitu Umair bin

Wahab, untuk mengetahui letak barisan-barisan Muslim. Umair melaporkan

bahwa pasukan Muhammad berjumlah kecil, dan tidak ada pasukan pendukung

Muslim lainnya yang akan bergabung dalam peperangan. Akan tetapi ia juga
memperkirakan akan ada banyak korban dari kaum Quraisy bila terjadi

penyerangan (salah satu hadits menyampaikan bahwa ia melihat "unta-unta

(Madinah) yang penuh dengan hawa kematian"). Hal tersebut semakin

menurunkan moral kaum Quraisy, karena adanya kebiasaan peperangan suku-

suku Arab yang umumnya sedikit memakan korban, dan menimbulkan perdebatan

baru di antara para pemimpin Quraisy. Meskipun demikian, menurut catatan

tradisi Islam, Amr bin Hisyam membungkam semua ketidak-puasan dengan

membangkitkan rasa harga diri kaum Quraisy dan menuntut mereka agar

menuntaskan hutang darah mereka.

Pertempuran diawali dengan majunya pemimpin-pemimpin kedua pasukan untuk

berperang tanding. Tiga orang Anshar maju dari barisan Muslim, akan tetapi

diteriaki agar mundur oleh pasukan Mekkah, yang tidak ingin menciptakan

dendam yang tidak perlu dan menyatakan bahwa mereka hanya ingin bertarung

melawan Muslim Quraisy. Karena itu, kaum Muslim kemudian mengirimkan Ali,

Ubaidah bin al-Harits, dan Hamzah. Para pemimpin Muslim berhasil menewaskan

pemimpin-pemimpin Mekkah dalam pertarungan tiga lawan tiga, meskipun

Ubaidah mendapat luka parah yang menyebabkan ia wafat.

Selanjutnya kedua pasukan mulai melepaskan anak panah ke arah lawannya. Dua

orang Muslim dan beberapa orang Quraisy yang tidak jelas jumlahnya tewas.

Sebelum pertempuran berlangsung, Muhammad telah memberikan perintah

kepada kaum Muslim agar menyerang dengan senjata-senjata jarak jauh mereka,

dan bertarung melawan kaum Quraisy dengan senjata-senjata jarak pendek hanya

setelah mereka mendekat. Segera setelah itu ia memberikan perintah untuk maju

menyerbu, sambil melemparkan segenggam kerikil ke arah pasukan Mekkah;

suatu tindakan yang mungkin merupakan suatu kebiasaan masyarakat Arab, dan
berseru "Kebingungan melanda mereka!" Pasukan Muslim berseru "Ya manshur,

amit!!" dan mendesak barisan-barisan pasukan Quraisy. Besarnya kekuatan

serbuan kaum Muslim dapat dilihat pada beberapa ayat-ayat al-Qur'an, yang

menyebutkan bahwa ribuan malaikat turun dari Surga pada Pertempuran Badar

untuk membinasakan kaum Quraisy. Haruslah dicatat bahwa sumber-sumber

Muslim awal memahami kejadian ini secara harafiah, dan terdapat beberapa hadits

mengenai Muhammad yang membahas mengenai Malaikat Jibril dan peranannya

di dalam pertempuran tersebut. Apapun penyebabnya, pasukan Mekkah yang

kalah kekuatan dan tidak bersemangat dalam berperang segera saja tercerai-berai

dan melarikan diri. Pertempuran itu sendiri berlangsung hanya beberapa jam dan

selesai sedikit lewat tengah hari.

C. Setelah Pertempuran
1. Korban dan Tawanan
Imam Bukhari memberikan keterangan bahwa dari pihak Mekkah tujuh puluh

orang tewas dan tujuh puluh orang tertawan. Hal ini berarti 15%-16% pasukan

Quraisy telah menjadi korban. Kecuali bila ternyata jumlah pasukan Mekkah yang

terlibat di Badr jauh lebih sedikit, maka persentase pasukan yang tewas akan lebih

tinggi lagi. Korban pasukan Muslim umumnya dinyatakan sebanyak empat belas

orang tewas, yaitu sekitar 4% dari jumlah mereka yang terlibat peperangan.

Sumber-sumber tidak menceritakan mengenai jumlah korban luka-luka dari kedua

belah pihak, dan besarnya selisih jumlah korban keseluruhan antara kedua belah

pihak menimbulkan dugaan bahwa pertempuran berlangsung dengan sangat

singkat dan sebagian besar pasukan Mekkah terbunuh ketika sedang bergerak

mundur.
Selama terjadinya pertempuran, pasukan Muslim berhasil menawan beberapa

orang Quraisy Mekkah. Perbedaan pendapat segera terjadi di antara pasukan

Muslim mengenai nasib bagi para tawanan tersebut. Kekhawatiran awal ialah

pasukan Mekkah akan menyerbu kembali dan kaum Muslim tidak memiliki

orang-orang untuk menjaga para tawanan. Sa'ad dan Umar berpendapat agar

tawanan dibunuh, sedangkan Abu Bakar mengusulkan pengampunan. Muhammad

akhirnya menyetujui usulan Abu Bakar, dan sebagian besar tawanan dibiarkan

hidup, sebagian karena alasan hubungan kekerabatan (salah seorang adalah

menantu Muhammad), keinginan untuk menerima tebusan, atau dengan harapan

bahwa suatu saat mereka akan masuk Islam (dan memang kemudian sebagian

melakukannya). Setidak-tidaknya dua orang penting Mekkah, Amr bin Hisyam

dan Umayyah, tewas pada saat atau setelah Pertempuran Badar. Demikian pula

dua orang Quraisy lainnya yang pernah menumpahkan keranjang kotoran

kambing kepada Muhammad saat ia masih berdakwah di Mekkah, dibunuh dalam

perjalanan kembali ke Madinah. Bilal, bekas budak Umayyah, begitu

berkeinginan membunuhnya sehingga bersama sekumpulan orang yang

membantunya bahkan sampai melukai seorang Muslim yang ketika itu sedang

mengawal Umayyah.

Beberapa saat sebelum meninggalkan Badar, Muhammad memberikan perintah

agar mengubur sekitar dua puluh orang Quraisy yang tewas ke dalam sumur

Badar. Beberapa hadits menyatakan kejadian ini, yang tampaknya menjadi

penyebabkan kemarahan besar pada kaum Quraisy Mekkah. Segera setelah itu,

beberapa orang Muslim yang baru saja ditangkap sekutu-sekutu Mekkah dibawa

ke kota itu dan dibunuh sebagai pembalasan atas kekalahan yang terjadi.
Berdasarkan tradisi Mekkah mengenai hutang darah, siapa saja yang memiliki

hubungan darah dengan mereka yang tewas di Badar, haruslah merasa terpanggil

untuk melakukan pembalasan terhadap orang-orang dari suku-suku yang telah

membunuh kerabat mereka tersebut. Pihak Muslim juga mempunyai keinginan

yang besar untuk melakukan pembalasan, karena telah mengalami penyiksaan dan

penganiayaan oleh kaum Quraisy Mekkah selama bertahun-tahun. Akan tetapi

selain pembunuhan awal yang telah terjadi, para tawanan lainnya yang masih

hidup kemudian ditempatkan pada beberapa keluarga Muslim di Madinah dan

mendapat perlakuan yang baik; yaitu sebagai kerabat atau sebagai sumber

potensial untuk mendapatkan uang tebusan.

2. Dampak Selanjutnya
Pertempuran Badar sangatlah berpengaruh atas munculnya dua orang tokoh yang

akan menentukan arah masa depan Jazirah Arabia pada abad selanjutnya. Tokoh

pertama adalah Muhammad, yang dalam semalam statusnya berubah dari seorang

buangan dari Mekkah, menjadi salah seorang pemimpin utama. Menurut Karen

Armstrong, "selama bertahun-tahun Muhammad telah menjadi sasaran

pencemoohan dan penghinaan; tetapi setelah keberhasilan yang hebat dan tak

terduga itu, semua orang di Arabia mau tak mau harus menanggapinya secara

serius." Marshall Hodgson menambahkan bahwa peristiwa di Badar memaksa

suku-suku Arab lainnya untuk "menganggap umat Muslim sebagai salah satu

penantang dan pewaris potensial terhadap kewibawaan dan peranan politik yang

dimiliki oleh kaum Quraisy." Kemenangan di Badar juga membuat Muhammad

dapat memperkuat posisinya sendiri di Madinah. Segera setelah itu, ia

mengeluarkan Bani Qainuqa' dari Madinah, yaitu salah satu suku Yahudi yang

sering mengancam kedudukan politiknya. Pada saat yang sama, Abdullah bin

Ubay, seorang Muslim pemimpin Bani Khazraj dan penentang Muhammad,


menemukan bahwa posisi politiknya di Madinah benar-benar melemah.

Selanjutnya, ia hanya mampu memberikan penentangan dengan pengaruh terbatas

kepada Muhammad.

Tokoh lain yang mendapat keberuntungan besar atas terjadinya Pertempuran

Badar adalah Abu Sufyan. Kematian Amr bin Hisyam, serta banyak bangsawan

Quraisy lainnya telah memberikan Abu Sufyan peluang, yang hampir seperti

direncanakan, untuk menjadi pemimpin bagi kaum Quraisy. Sebagai akibatnya,

saat pasukan Muhammad bergerak memasuki Mekkah enam tahun kemudian, Abu

Sufyan menjadi tokoh yang membantu merundingkan penyerahannya secara

damai. Abu Sufyan pada akhirnya menjadi pejabat berpangkat tinggi dalam

Kekhalifahan Islam, dan anaknya Muawiyahkemudian melanjutkannya dengan

mendirikan Kekhalifahan Umayyah.

Keikutsertaan dalam pertempuran di Badar pada masa-masa kemudian menjadi

amat dihargai, sehingga Ibnu Ishaqmemasukkan secara lengkap nama-nama

pasukan Muslim tersebut dalam biografi Muhammad yang dibuatnya. Pada

banyak hadits, orang-orang yang bertempur di Badar dinyatakan dengan jelas

sebagai sebentuk penghormatan, bahkan kemungkinan mereka juga menerima

semacam santunan pada tahun-tahun belakangan. Meninggalnya veteran

Pertempuran Badar yang terakhir, diperkirakan terjadi saat perang saudara Islam

pertama. Menurut Karen Armstrong, salah satu dampak Badar yang paling

berkelanjutan kemungkinan adalah kegiatan berpuasa selama Ramadan, yang

menurutnya pada awalnya dikerjakan umat Muslim untuk mengenang

kemenangan pada Pertempuran Badar. Meskipun demikian pandangan ini

diragukan, karena menurut catatan tradisi Islam, pasukan Muslim saat itu sedang

berpuasa ketika mereka bergerak maju ke medan pertempuran.


D. Hikmah Dalam Peperangan Badar

Peperangan Badar ini amat besar ertinya bagi agama Islam. Andai kata

tentera Islam kalah dalam peperangan ini maka tamatlah riwayat orang-orang Islam

malah agama Islam itu sendiri. Kemenangan ini juga menguatkan lagi kedudukan

Islam di Madinah dan menambahkan keyakinan bahwa mereka adalah pihak yang

benar. Mereka telah mula disegani dan ditakuti oleh kabilah-kabilah Arab lain dan

digeruni oleh orang Yahudi dan Munafiqin Madinah. Sebaliknya pengaruh orang

Quraisy Makkah mula lemah dan merosot. Orang yang ditawan oleh tenters Islam

pula, apabila mereka balike ke Makkah setelah dilepaskan telah menceritakan kepada

sahabat-sahabat dan keluarga tentang kebaikan orang Islam. Cerita ini dengan tidak

secar langsung telah memberi pertolongan yang besar kepada perkembangan agama

Islam di Makkah. Mereka yang selalunya menerima layanan buruk dari orang

Quraisy secara diam telha berhijrah ke Madinah dan memeluk agama Islam. Dengan

ini tentera Islam bertambah dar masa ke masa. Perang Badar telah memperkuatkan

lagi kepercayaan orang Islam kepada nabi Muhammad S.A.W. dan ajaran Islam.

Mereka sanggup berkorban jiwa untuk kepentingan Baginda dan agama Islam.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rasulullah pernah sekali membulatkan tekad menghadang salah satu kafilah dagang

quraisy. Beliau keluar diiringi 313 orang yang hanya dibekali 2 ekor unta dan 70 ekor

unta. Sementara kafilah quraisy terdiri dari 1000 ekor unta dipimpin oleh abu sufyan

bersama 40 orang bersamanya. Hanya saja abu sufyan sudah mengetahui keluarnya

kaum muslimin. Lalu ia mengirim utusan ke makkah untuk memberitahukan hal

ini,sekaligus meminta bantuan mereka. Abu sufyan mengalihkan jalanya dan pergi

dari jalan lain, sehingga ia tidak berjumpa dengan kaum muslimin. Sedangkan kaum

quraisy telah keluar dengan membawa 1000 tentara, namun utusa Abu sufyan telah

sampai pada mereka dengan mengabarkan keselamatan kafilah dan meminta merekan

kembali ke makkah. Akan tetapi abujahal menolaknya, dan ia memerintahkan

pasukanya untuk tetap melanjutkan perjalanan ke badar.

Setelah mengetahui kaum Quraisy keluar, Rasulullah bermusyawarah kepada para

sahabat, dan mereka semua sepakat untuk menemui dan memerangi kaum Quraisy. Di

pagi hari Jumat tanggal 17 Ramadhan tahun ke 2 H, kedua kelompok ini saling

berhadapan dan terjadilah perang yang dahsyat. Peperangan ini di akhiri dengan

kemenangan kaum muslimin dengan 14 gugur sebagai syahid. Sedangkan dari kaum

musyrikin tewas 70 orang dan 70 orang lainya ditawan.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Pertempuran Badar From https://ms.wikipedia.org/wiki/Perang_Badar diakses tanggal 15

Maret 2016

Definisi Kota Badar From https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Badar diakses tanggal 23

Maret 2016

Definisi Perang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia From https://kbbi.web.id/perang

diakses tanggal 23 Maret 2016

Hikmah di dalam peperangan badar From

http://www.comp.nus.edu.sg/~siti/personal/pergas/PerangBadar.htm di akses tanggal 23

Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai