Anda di halaman 1dari 18

METODOLOGI PENELITIAN

“POPULASI DAN SAMPLE”

Dosen Pembimbing :

Ns. Pera Putra Bungsu S.Kep M.Kep

Disusun oleh:

Yuni Elmia Nori

1912142010172

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

PROGSUS S1 KEPERAWATAN

2019/2020
TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian Populasi dan Sample


A. Pengertian Populasi
    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Yang dimaksud dengan
populasi dalam penelitian adalah seluruh sumber data. Jadi bila seseorang
ingin meneliti seluruh sumber data(populasi), maka disebutlah penelitiann itu
penelitian populasi.Uraian tentang populasi dan sample penelitian, amanat
penting dijelaskan dalam usulan/rancangan penelitian yang dimaksudkan
untuk menarik generalisasi (memberlakukan kesimpulan hasil penelitian
terhadap populasi), yaitu pada penelitian format survey dan eksperimen.
Dalam rancanagan penelitian, perlu secara tegas dinyatakan, mana yang
diharapkan menjadi populasi penelitian beserta seberapa besar sampel yang
akan diteliti, dan bagaimana teknik beserta prosedur yang ditempuh didalam
penarikan sample, yang dimana besar sample serta teknik pengambilannya
yang perlu disertai dengan alasan yang jelas sehingga diketahui dasar
pertimbangan peneliti dalam pengambilan  sample.
Pengertian populasi menurut para ahli:
 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan  karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono.
2005 : 90).
 Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108).
 Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti (Nursalam. 2003).
 Populasi ialah semua nilai  baik hasil perhitungan maupun pengukuran,
baik kuantitatif maupun  kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai
sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Husaini Usman.  2006 : 181).
 Populasi adalah seluruh individu yang menjadi wilayah penelitian akan
dikenai generalisasi” (I.B. Netra, 1974 hal 10)
 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi sebenarnya bukan hanya orang tetapi juga objek atau subjek
beserta karakteristik atau sifat-sifatnya.
B. Pengertian Sampel

             Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti oleh
karena tidak dimungkinkan mengambil populasi secara keseluruhan,
maka pada penelitian ini digunakan sampel sebagai subyek.  Sampel atau
contoh adalah sebagian dari populasi yang karateristiknya hendak diteliti.
Sampel yang baik, ialah yang kesimpulannya dapat dikenakan pada
populasi, adalah sampel yang bersifat refresentatif atau yang dapat
mengambarkan karakteristik populasi.
Pengertian sampel menurut para ahli
 Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo. 2005 : 79).  
 Kemudian  menurut Issac dan Michael didapatkan dari tabel penentuan
jumlah  sampel dengan taraf signifikan 5%, bila populasinya sebanyak 25
maka sampel sebanyak 23 orang.  (Sugiyono. 2005 : 98)
 Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan   objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. ( Notoatmojo, 2003 )
 Sampel adalah sebagian atau wakil populasi  yang diteliti ( Suharsimi
Arikunto. 2002 : 109).
        Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti,
dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi
itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya
mewakili keseluruhan gejala yang diamati.
Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik tertentu yang diambil
dari suatu populasi yang akan diteliti secara rinci.49 Sampel yang akan
diambil dalam penelitian ini sesuai dengan metode yang berlaku sehingga
betul- betul representatif. Sampel dari penelitian ini adalah bagian dari
jumlah populasi laporan keuangan bulanan Bank Muamalat Cabang
Semarang yaitu 30 laporan keuangan bulanan. Sedangkan besarnya sampel
diperoleh dengan menggunakan rumus slovin.

Keterangan :
n = Besaran sampel
N = Besaran populasi
e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel).
 Metode pengambilan sampel:adalah suatu teknik dalam penarikan atau
pengambilan sampel penelitian. Metode pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah metode times series design, yaitu desain penelitian yang
bermaksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan suatu keadaan yang
tidak menentu dan tidak konsisten. Sesuai dengan desain sampel di atas, maka
sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah
populasi pada laporan keuangan Bank Muamalat selama 30 bulan terakhir.
pengertian Jenis-jenis Sample:
1. Proporsional Sample, yaitu jika populasi tersebar dalam sub-sub populasi
atau di beberapa daerah populasi, maka tiap-tiap sub atau tiap-tiap daerah
populasi harus ada wakil atau sampelnya. Umpama; populasi tersebar
didaerah-daerah A,B,C maka sampelnya harus mewakili masing-masing
daerah A,B,C tersebut, sehingga hasil penelitiannya akan lebih baik dan
berbobot.
2. Purposive Sample, yaitu pada teknik purposive ini, sub-sub dipilih untuk
dijadikan sample dari populasi. Cara ini didasarkan atas cirri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang terdapat pada populasi. Penelitian seperti ini
didasarkan atas dasar dan tujuan tertentu dar peneliti.
3. Stratified Sampel, yaitu populasi terdiri dari kelompok-kelompok yang
mempunyai susunan bertingkat,sehingga populasi menjadi heterogen oleh
karena terdapat perbedaan strata (lapisan). Apabila tiap-tiap strata itu harus
ada sampel, maka ini disebut Proporsional Stratified Sampling. Tetapi
apabila tidak setiap strata itu ada sampelnya, maka disebut dengan istilah
Purposional Stratified Sampling.
4. Quota Sample, Quota berarti penjatahan. Penjatahan dapat dengan cara
memperhitungkan pertimbangan banyak individu tiap-tiap sub populasi,
kemudian dibuat pertimbangan. Dengan perbandingan itu dapat dilakukan
penjatahan sesuai dengan perimbangan perbandingan. Tetapi bias saja
dengan penjatahan dalam jumlah yang semua sama.
5. Cluster Sample, Cluster Sample berarti bahwa satuan-satuan sample
berarti bahwa satuan-satuan sampel terdiri dari kelompok-kelompok atau
group-group sampel. Tiap-tiap group yang terpilih harus diselidiki
semuanya. Misalnya mempermasalahkan prestasi belajar murid-murid
SMTA dikota madya Padang. Dengaan cara dipusatkan pada group SMTA
Negeri. Maka seluruh murid yang ada di SMTA Negri kotamadya Padang
harus diselidiki seluruhnya.
6. Area Probability Sample, Sampling ini, populasinya terbagi lagi dalam
sub-sub daerah, dan dari sub-sub dibagi lagi kedalam daerah-daerah yang
terkecil. Dengan cara purposive pula, maka kecamatan yang terpilihh akan
dibagi kedalam desa-desa, kemudian di tentukan lagi desa mana yang
dipilih/ ditetapkan secara purposif. Jadi sampelnya hanya akan diambil
semuanya.
7. Double Sampel,  Double Sampling atau sampling kembar, akan dapat
dilakukan dalam cara sejumlah sampel akan digali dengan cara angket dan
sejumlah sampel yang dilakukan wawancara. Biasanya caranya adalah
misalkan jumlah sampel itu 33 orang, mereka diedari angket. Setelah pada
waktu yang ditentukan dijanjikan ternyata yang mengembalikan hanya 25
orang, maka 8 orang yang lain dilakukan wawancara.   

II. Alasan Pemilihan Sample


Digunakannya sampel salam suatu penelitian terutama didasarkan pada
berbagai pertimbangan berikut:

1. Sering kali tidak mungkin mengamati seluruh anggota populasi. 


Terkadang populasi yang dihadapi (misalnya mahasiswa seluruh
Indonesia) sangat besar, sehingga kecil kemungkinannya untuk dapat
diobservasi satu-persatu dan kalaupun dilakukan perlu waktu yang lama
dan/atau tenaga dan biaya yang sangat besar.
2. Pengamatan terhadap seluruh anggota populasi dapat bersifat merusak. 
Misalnya, bila ingin mengeahui rasa dari jeruk yang dijual oleh seorang
pedagang, tentu tidak mungkin mencicipi seluruh jeruk dagangannya.

3. Menghemat waktu, biaya, dan tenaga.  Meneliti seluruh anggota populasi


yang besar memerlukan biaya tinggi, selain itu juga butuh waktu dalam
pengumpulan dan pemprosesannya serta tenaga yang terlatih. 
Penggunaan banyak tenaga manusia dan peralatan cenderung
menyebabkan variasi data menjadi besar akibat adanya variasi
kemampuan dari individu pelaksana serta peralatan yang dipakai.

4. Mampu memberikan informasi yang lebih menyeluruh dan mendalam


(komprehensif).  Suatu sampel yang kecil (jumlahnya sedikit) akan lebih
mudah untuk diteliti secara mendalam sehingga memberikan informasi
yang lebih banyak, daripada keseluruhan populasi yang diteliti. 
Penanganan sejumlah kecil data akan jauh lebih “mudah” dan
memberikan lebih sedikit kesalahan daripada penanganan data yang lebih
besar/banyak.  Sebagai ilustrasi adalah beban kerja mata dalam
melakukan identifikasi hama di bawah mikroskop.  Semakin banyak
hamayang diteliti akan membuat mata semakin cepat lelah mengingat
waktu observasi yang tak boleh ditunda.  Hal ini berakibat semakin besar
kemungkinan kesalahan yang dilakukan.

III. Karakteristik sample yang baik


Agar data yang diambil berguna maka data tersebut haruslah objektif
(sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya), representatif (mewakili keadaan
yang sebenarnya), variasinya kecil, tepat waktu dan relevan untuk menjawab
persoalan yang sedang menjadi pokok bahasan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan penggunaan metode pengambilan sampel yang tepat agar
dari sampel yang diambil dapat diperoleh statistik yang dapat dipergunakan
sebagai penduga bagi parameter populasi. Statistik akan menjadi penduga
(estimator) yang baik jika memenuhi syarat sbb:

1. Tidak Bias Suatu penduga dikatakan tidak bias apabila nilai yang
diharapkan (E=expected value) dari satistik adalah sama dengan nilai
parameternya.

Contoh:

Rata2 sampel = 50, sedang rata2 populasi yang diestimasi ternyata nilainya
= 50, maka dapat dikatakan bahwa rata2 sampel  merupakan penduga yang
baik atau tidak bias karena nilai yang diharapkan dari statistik sama dengan
nilai parameternya. Apabila nilai rata2 populasi ternyata 40, maka terjadi
bias karena nilai yang diharapkan  dari statistik lebih besardari nilai
parameternya, maka disebut over estimate,sebaliknya bila nilai
parameternya 60 disebut under estimate.
2. Efisien Suatu penduga dikatakan efisien apabila penduga tersebut dapat
menghasilkan standart error yang terkecil dibanding dengan standart
error dari penduga yang lain.  Jika kita mempunyai dua penduga yang
berasal dari sampel yang sama dan dicoba untuk memutuskan mana
diantara keduanya yang lebih efisien sebagai penduga, maka dapat
diputuskan sbb:

Seandainya penduga yang digunakan adalah rata2 sampel dengan hasil


perhitungan standard errornya  sebesar 1,05, sedang median sampel
dengan hasil perhitungan standard errornya  sebesar 1, 6. Maka dapat
dikatakan bahwa rata2 sampel lebih efisien sebagai penduga, karena
mempunyai standard error yang lebih kecil dibanding median sampel. 
Artinya bahwa standard error yang kecil (kurang bervariasi) akan
mempunyai kesempatan menghasilkan hasil pendugaan yang lebih dekat
dengan nilai sebenarnya (lebih efisien) dari yang diduga (parameter
populasi).

3. Konsisten Suatu penduga dikatakan konsisten apabila peluang untuk


memperoleh perbedaan antara statistik dengan parameter mendekati
nol jika jumlah individu sampel bertambah.  Artinya jika sampelnya
diperbesar maka suatu nilai statistik tertentu semakin mendekati nilai
parameter yang diestimasi. Beberapa rumus untuk menentukan jumlah
sampel antara lain :

a. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65)

n = N/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan
adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
b. Formula Jacob Cohen (dalam Suharsimi Arikunto, 2010:179)

N = L / F^2 + u + 1
Keterangan :
N = Ukuran sampel
F^2 = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari tabel
Power (p) = 0.95 dan Effect size (f^2) = 0.1
Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah
19.76
maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel
N = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203

c. Rumus berdasarkan Proporsi atau Tabel Isaac dan Michael

Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael


memberikan kemudahan penentuan jumlah sampel berdasarkan
tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat
secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah
populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.

Karakteristik sample yang baik:


a. Memiliki Presisi

Sampel yang diambil harus memiliki presisi, dan hasilnya dapat diestimasi
dengan kesesuaian data sampel yang ada serta memiliki validitas. Presisi
sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ‘ketepatan’.
Artinya, presisi merupakan sebuah ukuran mengenai seberapa dekat
serangkaian pengukuran dari satu sampel dengan sampel lainnya. Sampel
yang diambil harus dapat baik secara kualitas sekaligus kuantitas. Artinya,
jumlah sampel harus benar-benar dapat menggambarkan hasil yang terjadi.
Misalnya, rata-rata uang saku mahasiswa di Universitas X adalah Rp
100.000 berdasarkan hasil penelitian dua sampel yang terdiri dari Izmi
dengan uang saku Rp 170.000 dan Bimo dengan uang saku Rp 200.000.
Hal tersebut dapat dibilang benar, namun tidak cukup untuk mewakili
populasi secara keseluruhan. Maka, sampel harus dibuat presisi, yaitu
dengan menambahkan jumlah sampel, tidak bisa hanya mengandalkan dua
sampel yang sudah ada.

b. Memiliki Akurasi
Akurasi pada sampel berkaitan dengan sifat, karakteristik dan ciri yang
terkandung dalam sampel yang digunakan atau bisa disebut representatif.
Artinya, sampel yang disasar harus tepat dan sesuai dengan populasi yang
sudah diteliti, tidak boleh ada sampel yang tidak sesuai dengan kriteria
yangditentukan.
Misalnya jika peneliti melakukan penelitian mengenai jam belajar sekolah,
populasi yang diambil haruslah spesifik, seperti sekolah negeri atau
sekolah swasta. Pasalnya, jika peneliti mengambil populasi sekolah secara
luas, maka akan terdapat sampel sekolah boarding school atau pesantren
yang tentu saja tidak memiliki karakteristik serupa dengan siswa dari
sekolah negeri atau swasta.

c. Sederhana dan Mudah Dilaksanakan


Sampel harus bersifat sederhana dan mudah untuk didapat serta
dilaksanakan, hal ini juga berhubungan dengan presisi dan akurasi yang
dibutuhkan dalam sebuah pengambilan sampel. Misalnya, jika kita mau
mengambil sampel terhadap Warga Negara Asing (WNA), ada baiknya
kita cukup mengambil sampel WNA yang tinggal di Indonesia
dibandingkan harus melakukan pengambilan sampel di luar negeri. Akan
tetapi, perlu diperhatikan juga kesesuaian karakteristik WNA yang tinggal
di Indonesia dengan karakteristik WNA yang kita butuhkan.

IV. Kesalahan yang biasa terjadi saat pemilihan sample


a. Variasi Acak (Random Variation)
Variasi acak merupakan kesalahan sampling yang paling umum
dijumpai. Sebagai contoh, misalkan seorang pemilik supermarket
tertarik untuk menghitung rata-rata pendapatan per rumah tangga dalam
suatu daerah tertentu. Informasi yang diperoleh akan dijadikan sebagai
dasar pertimbangan bagi penyediaan jenis produk bagi masyarakat di
daerah tersebut. seandainya dalam pelaksanaan pengambilan
sampelnya, yaitu dalam pemilihan suatu sampel acak rumah tangga
diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga sebesar Rp.250 juta per
tahun untuk daerah tersebut, dalam hal ini kita bisa saja bercuriga
bahwa sampel yang diambil mengandung kesalahan pendugaan, yakni
secara kebetulan semua sampel yang dipilih mungkin berada dalam
kelompok yang berpendapatan tinggi. Untuk kasus-kasus yang
demikian hadirnya kesalahaan pendugaan agak mudah terdeteksi bila
informasi yang diperoleh jelas meragukan, namun jika kesalahan
pendugaan tidak begitu besar, tentunya kesalahan yang muncul menjadi
sulit terdeteksi sehingga pada akhirnya informasi yang diperoleh akan
mengarah pada pengambilan kesimpulan yang keliru.

b. Kesalahan spesifikasi (mis-specification of sample subject)


Kesalahan yang diakibatkan oleh kekeliruan spesifikasi sangat
umum dijumpai dalam pengambilan pendapat untuk pemilihan umum.
Sebagai contoh, populasi sebenarnya yang hendak dipelajari untuk
servei pemilihan terdiri dari mereka yang akan memililih pada hari
pemilihan, namun survei pemilihan umum biasanya secara khas
mengambil opini dari pendapat para pemilih yang terdaftar, walaupun
dalam kenyataannya banyak diantara mereka tidak akan memilih pada
hari pemilihan umum. Kesalahan spesifikasi dapat juga muncul karena
daftar unsur populasi (population frame) yang tidak benar, informasi
yang tidak benar pada buku catatan inventori, pemilihan anggota
sampel yang keliru (seperti misalnya melakukan penggantian responden
yang dituju dengan tetangga jika responden yang seharusnya ditemui
tidak berada di tempat), sensivitas pertanyaan, kesalahan dalam
pengumpulan informasi tentang sampel yang disebabkan oleh bias
pewancara yang disengaja atau tidak disengaja, atau kesalahan-
kesalahan dalam memproses informasi sampel. Bila diperhatikan
nampak bahwa semua kasus yang disebutkan tersebut sebenarnya dapat
dikendalikan; namun dalam kasus-kasus lainnya seperti misalnya
kesalahan pengukuran dimensi kayu gelondongan atau kayu papan yang
mengembang bersamaan dengan menumpuknya kelembaban
penyebabnya tidak dapat dikendalikan.

c. Kesalahan penentuan responden


Sumber kesalahan tambahan dalam survei sampel adalah
disebabkan oleh kesalahan penetapan responden dari beberapa anggota
sampel. Pada umumnya para peneliti mengasumsikan bahwa responden
dan nonresponden mewakili lapisan-lapisan serupa dari populasi
padahal sebenarnya ini merupakan kasus yang jarang terjadi. Sebagai
contoh dalam survei konsumen yang menjadi nonresponden umumnya
adalah kaum pekerja dan responden biasanya adalah ibu rumah tangga,
dalam survei pendapat umum nonresponden (mereka yang menyatakan
‘tidak punya pendapat’) biasanya adalah anggota-anggota sampel yang
sudah sangat mapan, yang pada umumnya lebih menyukai hal-hal
seperti apa adanya. Peneliti dapat memiliki efek yang jauh lebih
langsung terhadap keslahan akibat ketidaktepatan penentuan responden.
Usaha-usaha yang berkesinambungan dapat dilakukan untuk mencari
responden yang tepat atau dalam kasus-kasus tertentu responden dapat
digantikan dengan yang lain yang dipilih secara acak.

d. Kesalah karena ketidaklengkan cakupan daftar populasi (coverage


error).
Salah satu kunci sukses dari pemilihan sampel yang baik adalah
ketersediaan daftar unsur populasi (population frame) lengkap yang
relevan. Kesalahan karena ketidaklengkapan cakupan daftar unsur
populasi (coverage error) timbul karena ketidaktersediaan daftar
kelompok tertentu di daftar unsur populasi. Kondisi tersebut
menjadikan individu anggota kelompok tersebut tidak berpeluang untuk
terpilih sebagai sampel dan mengakibatkan bias dalam pemilihan.
Pelaksanaan pengambilan sampel dalam kondisi demikian hanya akan
menghasilkan dugaan karakteristik dari populasi sasaran (target
population), bukannya karakteristik dari populasi yang sebenarnya
(actual population).

e. Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (Non response error)


Tidak setiap responden berkenan merespon suatu survey.
Pengalaman menunjukkan bahwa individu-individu yang berada di
kelas ekonomi atas dan bawah cenderung kurang merespon survey
dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas menengah.
Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (nonresponse error) muncul
dari kegagalan untuk mengumpulkan data dari semua individu dalam
sampel. Dengan pertimbangan bahwa jawaban dari individu sampel
yang tidak merespon belum tentu sama dengan jawaban individu
sampel yang merespon, sangatlah penting untuk menindaklanjuti
tanggapan responden yang tidak member respon atau yang merespon
tetapi tidak secara lengkap setelah suatu priode waktu tertentu.
Beberapa upaya dapat dicoba (misalnya melalui surat atau telepon)
untuk meyakinkan responden yang demikian agar mereka berkenan
merubah pendiriannya. Bila upaya tersebut membuahkan hasil,
informasi tambahan yang diperoleh dapat digabungkan dengan
informasi awal yang mereka berikan untuk meyakinkan validitas hasil
survey.
f. Kesalahan penarikan sampel (sampling error)
Diyakini bahwa sampel yang baik merupakan miniature dari
populasi. Meskipun demikian pengambilan sampel yang berulang-ulang
biasanya menghasilkan besaran suatu karakteristik populasi yang
berbeda-beda antar satu sampel ke sampel lainnya. Dalam hal ini
kesalahan penarikan sampel (sampling error) mencerminkan
keheterogenan tau peluang munculnya perbedaan dari satu
sampel dengan sampel yang lain karena perbedaan individu yg terpilih
dari berbagai sampel tersebut. sampling error dapat diperkecil dengan
memperbesar ukuran sampel meskipun upaya ini mengakibatkan
peningkatan biaya survey.
g. Kesalahan pengukuran (Measurement error)
Pada umumnya kuisioner dirancang dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi yang berguna. Data yang diperoleh harus
valid dan respon yang benar harus terukur. Permasalahan yang sering
timbul adalah ternyata lebih mudah membicarakan bagaimana
memroleh pngukuran yang bermakna daripada melaksanakannya. Fakta
membuktikan bahwa pengukuran seringkali dijalankan dengan banyak
kemudahan. Pokok-pokok yang seharusnya ditanyakan pun sering kali
tidak tercakup secara lengkap. Dengan demikian pengukuran yang
diperoleh seringkali hanya berupa suatu pendekatan dari karakteristik
yang ingin diketahui. Kesalahan pengukuran merujuk pada
ketidakakuratan dalam mencatat respon yang diberikan responden
karena kelemahan instrument dalam meilikih pokok pertanyaan,
ketidakmampuan sipenanya ataupun karena pernyataan yang dibuat
cenderung mengarahkan jawaban responden.

V. Proses pemilihan sample


Prosedur pemilihan sampel :

1. Penentuan Populasi : menentukan apa yang menjadi elemen populasi


(individu, organisasi, produk)
2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel : menentukan kelompok-kelompok
elemen berdasarkan desain sampel yg digunakan.
3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel : menentukan daftar elemen dari
setiap unit pemilihan sampel.
4. Penentuan Desain Sampel : menentukan teknik sampling yang digunakan
(probability sampling atau non probability sampling)
5. Penentuan Jumlah Sampel : menentukan jumlah atau besarnya sampel
yang digunakan dalam penelitian
6. Pemilihan Sampel : menentukan elemen yang akan menjadi sampel dari
penelitian yang dilakukan.
Jenis jenis teknik sampling :
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik sampel probability sampling meliputi:
a. Simple Random Sampling
Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Simple random
sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung
dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit sampling sebagai
unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk
menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik tersebut
dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu populasi
tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random
sampling dapat dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun
tabel bilangan random. Untuk penentuan sample dengan cara ini
cukup sederhana, tetapi dalamprakteknya akan menyita waktu.
Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar

b. Proportionate Stratified Random Sampling


Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan
pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-
lapis. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Kelemahan
dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka
tidak dapat membuat strata.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling


Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang
proporsional.
d. Cluster Sampling (Area Sampling)
Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random
sampling. Teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari
individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok
individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data
sangat luas.

Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error


samplingnya. Jika lebih banyak di bandingkan dengan pengambilan
sampel berdasarkan strata karena sangat sulit memperoleh cluster
yang benar-benar sama tingkat heterogenitasnya dengan cluster yang
lain di dalam populasi.

2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling ini antara lain:
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut.

b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan. Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan
akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel
diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap
kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit
sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data
dihentikan.
Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian
yang menginginkan sedikit sampel dimana setiap kasus dipelajari
secara mendalam. Dan bahayanya, jika sampel terlalu sedikit, maka
tidak akan dapat mewakili populasi.

c. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber
data. Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak
ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data
dari unit sampling yang ditemui.

d. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Pemilihan sekelompok subjek
dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain,
unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria
tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau
permasalahan penelitian.

e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan
bila jumlah populasinya relatif kecil, kurang dari 30 orang. Sampel
jenuh disebut juga dengan istilah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal
mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel. Dan begitu seterusnya, sehingga
jumlah sampel makin lama makin banyak. Ibaratkan sebuah bola
salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada
penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan
snowball.

Anda mungkin juga menyukai