Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS MANDIRI MAHASISWA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Metodologi penelitian I

Dosen pengampu:

Dr. Nopriadi, SKM.,MKM

Disusun oleh:

Fathira Mutiara Makaminan (1911110419)

Fauziyah Wahyu (1911111890)

Kelompok 1

A 2019 2

FAKULTAS KEPERAWATAN

PRODI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
1. Konsep Populasi dan Sampel
A. Populasi
Sugiyono (2001: 55) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.
populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.
Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi (Margono, 2004: 118). Ia
menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri
dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes,
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu
di dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat
dibedakan berikut ini.
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki
batas kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas.
Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan
karakteristik; masa kerja 2 tahun, lulusan program Strata 1, dan lain-
lain.
2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang
tidak dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Kegiatan
Belajar 1 Konsep Dasar Populasi dan Sampel Indonesia, yang berarti
jumlahnya harus dihitung sejak guru pertama ada sampai sekarang dan
yang akan datang.
Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat
digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang
bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang dan yang akan menjadi guru.
populasi seperti ini disebut juga parameter.
Selain itu, menurut Margono (2004: 119) populasi dapat dibedakan ke
dalam hal berikut ini:
1. Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang
batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil
penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan
terdiri dari guru; berumus 25 tahun sampai dengan 40 tahun, program
S1, jalur skripsi, dan lain-lain.
2. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi
yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru
sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki
karakteristik yang telah ditetapkan dalam populasi teoretis.

Margono (2004: 119-120) pun menyatakan bahwa persoalan populasi


penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya
secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat
golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah
saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah,
hasilnya akan sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsurunsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan
batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala
dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.
B. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109;
Furchan, 2004: 193). Pendapat yang senada pun dikemukakan oleh Sugiyono
(2001: 56). Ia menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul representative.

2. Alasan Pemilihan Sampel


Nawawi (Margoino, 2004: 121) mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu:
1. Ukuran populasi Dalam hal populasi ta terbatas (tak terhingga) berupa
parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya
bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan
data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan
data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar di seluruh
pelosok Indonesia, misalnya.
2. Masalah biaya Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya
objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya
yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas.
Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang
tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian
sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan
pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak
mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk
diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan
agar kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini
meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap
populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti;
apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga
yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian?
Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis
daripada penelitian populasi.

3. Karakteristik Sampel Yang Baik


1. Memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan  yang berhubungan dengan
besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang dikehendaki.
2. Mengidentifikasi probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel.
3. Memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh (misalnya kesalahan) dalam
pemilihan sampel daripada harus melakukan sensus.
4. Memungkinkan peneliti menghitung derajat kepercayaan yang diterapkan dalam
estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika

4. Kesalahan Yang Biasa Terjadi


1. Sampling Frame Error, yaitu kesalahan yang terjadi bila elemen sampel tertentu tidak
diperhitungkan, atau bila seluruh populasi tidak diwakili secara tepat oleh kerangka
sampel.
2. Random Sampling Error, yaitu kesalahan akibat adanya perbedaan antara hasil sampel
dan hasil sensus yang dilakukan dengan prosedur yang sama.
3. Nonresponse Error, yaitu kesalahan akibat perbedaan statistic antara survey yang
hanya memasukkan mereka yang merespon dan juga mereka yang gagal (tidak)
merespon

5. Teknik Pengambilan atau Penentuan Sampel

Terdapat beragam teknik pengambilan sampel. Macam teknik pengambilan


sampel ini kita gunakan tergantung dari jenis penelitian yang kita pilih. Meski begitu,
secara garis besar metode pengambilan sampel terbagi menjadi dua yaitu: probability
sampling (random sampel) yaitu teknik pengambilan sampel secara acak serta non-
probability sampling (non-random sampel) teknik pengambilan tidak acak.

Masing-masing dari keduanya masih memiliki macam jenis pengambilan sampel


lainnya seperti purposive sampling, cluster sampling, snowball sampling, dan lain
sebagainya yang akan lebih lanjut kita bahas di bawah ini. 

Probability sampling merupakan jenis dalam teknik pengambilan sampel yang


melakukan pengambilan sampelnya dengan random atau acak. Metode ini memberikan
seluruh anggota populasi kemungkinan (probability) atau kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel terpilih.

Teknik jenis ini sesuai digunakan untuk populasi yang besaran anggotanya dapat kita
tentukan terlebih dahulu. Metode ini menggunakan analisis statistik untuk membantu
penentuan sampel terpilihnya. Terdapat beberapa model atau  jenis lain dari teknik
random, yaitu:

1. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling)

Jenis ini melakukan pengambilan sampel secara acak melalui cara yang
sederhana seperti pengundian atau menggunakan pendekatan bilangan acak.
Kelebihan penggunaan metode ini yaitu dapat mengurangi bias atau kecenderungan
berpihak pada anggota populasi tertentu dan dapat mengetahui adanya kesalahan
baku (standard error) dalam penelitian. Sementara itu kelemahan dalam
penggunaan metode ini yaitu rendahnya jaminan mengenai sampel yang terpilih
dapat bersifat representatif atau dapat mewakili populasi yang dituju.  
Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:

Dibutuhkan 15 sampel dari populasi penelitian dengan jumlah 90 orang.  Peneliti


terlebih dahulu membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama dari 90 populasi
tersebut.

Setelah sampel pertama didapatkan, nama yang terpilih sebagai sampel tersebut
dikembalikan lagi agar populasi tetap utuh, berjumlah 90 orang.

Mengembalikan sampel terpilih  memungkinkan responden berikutnya akan tetap


sama dengan responden yang sudah dipilih pertama. Hal ini dilakukan terus menerus
hingga jumlah 15 sampel terpenuhi.

2. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic radom sampling)

Pengambilan sampel pada teknik ini menetapkan sampel awal secara acak
kemudian sampel selanjutnya dipilih secara sistematis berdasarkan pola tertentu. Pola
umum dari teknik ini adalah mengambil bilangan kelipatan dari jumlah anggota
populasi dengan jumlah sampel yang akan diambil.

Misalnya, diambil sampel dari populasi dengan jumlah 40 orang yang akan masuk
ke sebuah ruangan. Setiap orang yang masuk ke urutan dari kelipatan 4 akan diambil
sebagai sampel, artinya orang ke-4, 8, 12, 16 dan seterusnya akan dijadikan sampel
penelitian hingga 40 populasi.

Kelebihan dari  penggunaan metode ini adalah cara ini lebih cepat, lebih mudah dan
lebih mudah pelaksanaannya dibanding cara lainnya.Cara ini juga memudahkan
peneliti karena  memungkinkan kita untuk mengambil sampel di lapangan tanpa harus
menggunakan kerangka sampel.

Kekurangan Metode ini adalah kita tidak dapat memprediksi variasi dari populasi jika
urutan yang dilakukan tidak sepenuhnya acak. Selain itu, jika populasi memiliki
pengulangan karakteristik yang relatif tetap maka sampel akan cenderung sama atau
bersifat seragam.

3. Pengambilan sampel acak berstrata (stratified random sampling)


Teknik pengambilan sampel ini melakukan penentuan sampel penelitian dengan
menetapkan pengelompokan anggota populasi dalam kelompok-kelompok tingkatan
tertentu seperti tingkat tinggi, sedang, dan rendah.

Misalnya penelitian masyarakat terhadap partisipasi pemilihan umum yang


dikelompokkan berdasarkan usia pemilih. Tingkatan dari kelompok tersebut akan
ditentukan dari usia yang paling rendah hingga ke yang paling tinggi atau sebaliknya.

4. Pengambilan sampel acak berdasar area atau wilayah (cluster random sampling)

Teknik pengambilan sampel ini menentukan sampel berdasar kelompok wilayah


dari anggota populasi penelitian. Pada teknik ini subyek penelitian akan
dikelompokkan menurut area atau tempat domisili anggota populasi. 

Tujuannya antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang
berbeda di dalam suatu wilayah tertentu. Misalnya peneliti ingin mengetahui tingkat
partisipasi masyarakat kota Yogyakarta terhadap program pemerintah daerah. Peneliti
akan menentukan sampel dari wilayah-wilayah yang tersebar di kota Yogyakarta.
Baik pada tingkat kecamatan, desa, hingga dusun.

Non probability

Teknik pengambilan sampel non-probability berkebalikan dengan


teknik probability sampling. Teknik ini melakukan pengambilan sampel dengan tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang
dipilih menjadi sampel.

Menurut Supardi (1993) teknik sampling jenis ini sesuai apabila dipilih untuk
populasi yang sifatnya infinit atau besaran anggota populasinya belum atau tidak dapat
ditentukan terlebih dahulu sebelumnya.  Macam dari teknik pengambilan sampel jenis
ini antara lain adalah:

1. Purposive Sampling

Teknik purposive sampling  adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan


pada pertimbangan peneliti mengenai sampel-sampel mana yang paling sesuai,
bermanfaat dan dianggap dapat mewakili suatu populasi (representatif). 
Teknik pengambilan sampel ini cenderung lebih tinggi kualitas sampelnya.
Karena peneliti telah membuat kisi atau batas berdasarkan kriteria tertentu
yang akan dijadikan sampel penelitian. Misal seperti didasarkan pada ciri
demografi, gender, jenis pekerjaan, umur dan lain sebagainya. Teknik ini
termasuk teknik pengambilan sampel yang cukup sering digunakan dalam
penelitian. 

Kelebihan dari metode ini di antaranya tujuan dari penelitian dapat dengan
mudah terpenuhi, sampel dapat bersifat lebih relevan dengan desain penelitian,
cara ini cenderung lebih murah dan mudah untuk dilaksanakan. Sementara itu
kekurangannya sama dengan teknik pengambilan sampel secara acak yaitu
tidak adanya jaminan bahwa sampel dapat mewakili populasi yang ditentukan.

2. Snowball Sampling

Biasa dikenal juga dengan teknik pengambilan sampel bola salju. Teknik ini
menentukan sampel berdasarkan wawancara dengan sampel sebelumnya atau
dengan cara korespondensi. 

Melakukan pengambilan sampel dengan teknik ini artinya kita bisa meminta
informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya,
demikian secara terus menerus hingga akhirnya seluruh kebutuhan sampel
penelitian dapat terpenuhi. 

Teknik pengambilan sampel dengan metode bola salju ini sangat cocok untuk
penelitian mengenai hal-hal yang sifatnya cukup sensitif dan membutuhkan
privasi tingkat tinggi dari respondennya. Misal penelitian tentang penyintas
kekerasan seksual, penderita HIV, kelompok waria serta kelompok-kelompok
khusus lainnya.

3. Accidental Sampling

Sesuai dengan namanya, teknik pengambilan sampel jenis ini menentukan


sampel secara tidak sengaja (accidental).  Peneliti akan mengambil sampel
pada orang yang kebetulan ditemuinya pada saat itu.
Misalnya penelitian dilakukan pada populasi pelanggan toko A, peneliti cukup
menunggu di depan toko A lalu menetapkan sampel kepada siapapun orang
yang melakukan transaksi jual-beli di toko A tanpa melihat umur, gender,
profesi, dan lain sebagainya.

4. Quota Sampling

Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan menentukan kuota atau


jumlah dari sampel penelitian terlebih dahulu. Prinsip penentuannya sama
dengan accidental sampling. Tetapi peneliti menetapkan terlebih dahulu
jumlah sampel yang akan diperlukan. 

Misal peneliti menetapkan penelitian dilakukan setiap hari selama satu minggu
dengan menetapkan jumlah sampel penelitian sebanyak 100 orang. Apabila
peneliti pada hari itu telah memenuhi kuota dengan memperoleh 100 orang
maka selesai tugas peneliti untuk mencari sampel penelitian.

Kelebihan menggunakan teknik ini dalam pengambilan sampel yaitu bersifat


praktis karena sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya. Sementara
kekurangannya yaitu bias penelitian yang cenderung cukup tinggi dapat terjadi.

6. Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Jumlah Sampel


• tingkat presisi yang diinginkan (level of precisions)
• derajat keseragaman (degree of homogenity).
• Banyaknya variabel yang diteliti dan rancangan analisis
• biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia . (Singarimbun dan Effendy, 1989)

7. Menghitung Besar Sampel (Sampel Size)

Rumus Besar Sampel Penelitian: Dalam statistik inferensial, besar sampel sangat


menentukan representasi sampel yang diambil dalam
menggambarkan populasi penelitian. Oleh karena itu menjadi satu kebutuhan bagi setiap
peneliti untuk memahami kaidah-kaidah yang benar dalam menentukan sampel minimal
dalam sebuah penelitian.
Cara menghitung rumus besar sampel penelitian suatu penelitian sangat
ditentukan oleh desain penelitian yang digunakan dan data yang diambil. Jenis penelitian
observasional dengan menggunakan disain cross-sectional akan berbeda dengan case-
control study dan khohor, demikian pula jika data yang dikumpulkan adalah proporsi
akan beda dengan jika data yang digunakan adalah data continue. Pada penelitian di
bidang kesehatan masyarakat, kebanyakan menggunakan disain atau pendekatan cross-
sectional atau belah lintang, meskipun ada beberapa yang menggunakan case control
ataupun khohor.

Rumus Sampel Penelitian Cross-sectional

Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai menggunakan


proporsi binomunal (binomunal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui, maka
dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Rumus Sampel Cross Sectional


 

Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan
pengambilan sampel secara acak).

Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

= derajat kepercayaan

p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif

q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif

d = limit dari error atau presisi absolut

Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2

Contoh Rumus Rumus Besar Sampel Penelitian

Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu penelitian mencari
faktor determinan pemberian ASI secara eksklusif. Untuk mendapatkan nilai p, kita
harus melihat dari penelitian yang telah ada atau literatur. Dari hasil hasil
penelitian Suyatno (2001) di daerah Demak-Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang
diberi makanan ASI eksklusif sekitar 17,2 %. Ini berarti nilai p = 0,172 dan nilai q = 1
– p. Dengan limit dari error (d) ditetapkan 0,05 dan nilai Alfa = 0,05, maka
jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar:

Contoh Rumus Sampel Cross Sectional


 

= 219 orang (angka minimal)

Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain, maka dapat dilakukan
maximal estimation dengan p = 0,5. Jika ingin teliti teliti maka nilai d sekitar 2,5 %
(0,025) atau lebih kecil lagi. Penyederhanaan Rumus diatas banyak dikenal dengan istilah
Rumus Slovin.

Rumus Sampel Penelitian Case Control dan Kohort

Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case control maupun kohort
adalah sama, terutama jika menggunakan ukuran proporsi. Hanya saja untuk penelitian
khohor, ada juga yang menggunakan ukuran data kontinue (nilai mean).

Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk mencari sampel
minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kadang
kadang peneliti membuat perbandingan antara jumlah sampel kelompok kasus
dan kontrol tidak harus 1 : 1, tetapi juga bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan tujuan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik

Rumus Sampel minimal Besar Sampel Penelitian Case Control

Adapun rumus yang banyak dipakai untuk mencari sampel minimal penelitian case-
control adalah sebagai berikut:

Besar Sampel Penelitian


 

Rumus Sampel minimal Besar Sampel Penelitian Kohort


Pada penelitian khohor yang dicari adalah jumlah minimal untuk kelompok exposure dan
non-exposure atau kelompok terpapar dan tidak terpapar. Jika yang digunakan adalah
data proporsi maka untuk penelitian khohor nilai p0 pada rumus di atas sebagai proporsi
yang sakit pada populasi yang tidak terpapar dan p1 adalah proporsi yang sakit pada
populasi yang terpapar atau nilai p1 = p0 x RR (Relative Risk).

Jika nilai p adalah data kontinue (misalnya rata-rata berat badan, tinggi badan, IMT dan
sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi, maka penentuan besar sampel untuk
kelompok dilakukan berdasarkan rumus berikut:

Contoh Kasus Rumus Besar Sampel Penelitian

Contoh kasus, misalnya kita ingin mencari sampel minimal pada penelitian tentang
pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan terhadap berat badan bayi.
Dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95 % atau Alfa = 0,05, dan tingkat
kuasa/power 90 % atau ß=0,10, serta kesudahan (outcome) yang diamati adalah berat
badan bayi yang ditetapkan memiliki nilai asumsi SD=0,94 kg, dan estimasi selisih antara
nilai mean kesudahan (outcome) berat badan kelompok tidak terpapar dan kelompok
terpapar selama 4 bulan pertama kehidupan bayi (U0 – U1) sebesar 0,6 kg (mengacu
hasil penelitian Piwoz, et al. 1994), maka perkiraan jumlah minimal sampel yang
dibutuhkan tiap kelompok pengamatan, baik terpapar atau tidak terpapar adalah:
Contoh Hitung Sampel
Case Control dan Kohort
 

= 51,5 orang atau dibulatkan: 52 orang/kelompok

Pada penelitian khohor harus ditambah dengan jumlah lost to follow atau akalepas selama
pengamatan, biasanya diasumsikan 15 %. Pada contoh diatas, maka sampel minimal yang
diperlukan menjadi n= 52 (1+0,15) = 59,8 bayi atau dibulatkan menjadi sebanyak 60 bayi
untuk masing-masing kelompok baik kelompok terpapar ataupun tidak terpapar atau total
120 bayi untuk kedua kelompok tersebut.

8. Desain Sampel : Probability dan Non Probability Sampling


1. Probablity Sampling
Probability Sampling ialah teknik untuk memberikan peluang yang sama pada
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dengan kata lain cara
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada
setiap elemen populasi. Probability sampling terbagi menjadi beberapa cara yaitu :

1. Simple Random Sampling ( Sampel Random Sederhana )


Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi
dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota
populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen
(sejenis). Cara pengambilan sampel melalui beberapa cara yaitu undian,
kalkulator, table angka acak, computer.

2. Sample Random Systematic ( Sampel Random Sistematik )


Metode pengambilan sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu
antar sampel yang terpilih. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih
unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel
adalah yang “keberapa”.

3. Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling)


Metode pengambilan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-
kelompok yang homogen (disebut strata), dan dari tiap stratum tersebut diambil
sampel secara acak.pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan
berstrata tetapi sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya. Dilakukan
sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).

4. Sample Random Berkelompok ( Cluster Sampling )


Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya
terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang
terpilih akan diambil sebagai sampel.

5. Sample Random Bertingkat ( Multi Stage Sampling )


Metode pengambilan sampel yang proses pengambilan sampelnya dilakukan
dalam dua tahap (two-stage sampling) atau lebih. Proses pengambilan sampel
dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih.

2. Non-Probability Sampling
Non-Probability Sampling merupakan teknik pengambilan sampel tidak dipilih
secara acak. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena
kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
Macam-macam Non-Probability Sampling sebagai berikut:

1. Purposive Sampling (Sampel Pertimbangan)


Prposive Sampling merupakan Satuan sampling yang dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang
memiliki karakteristik yang dikehendaki. Teknik ini digunakan terutama apabila
hanya ada sedikit orang yang mempunyai keahlian (expertise) di bidang yang
sedang diteliti.

2. Accidental Sampling (Sampel tanpa sengaja)


Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor
sponantanitas, artinya siapa saja yang tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan
sesuai dnegan karakteistik maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel
(responden).

3. Quota Sampling (Sampel Kuota)


Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya disini
besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu.

4. Saturation Sampling (Sampel Jenuh)


Teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel, ini syaratnya populasi tidak banyak, atau peneliti ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan sangat kecil.

5. Snowball Sampling (Sampel Bola Salju)


Sampel diambil secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil semakin
menjadi besar. Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang
populasi hanya tahu satu atau dua orang berdasarkan penilaian biasa dijadikan
sebagai sampel

Anda mungkin juga menyukai