Metodologi penelitian I
Dosen pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 1
A 2019 2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
1. Konsep Populasi dan Sampel
A. Populasi
Sugiyono (2001: 55) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.
populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.
Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi (Margono, 2004: 118). Ia
menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri
dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes,
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu
di dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat
dibedakan berikut ini.
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki
batas kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas.
Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan
karakteristik; masa kerja 2 tahun, lulusan program Strata 1, dan lain-
lain.
2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang
tidak dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Kegiatan
Belajar 1 Konsep Dasar Populasi dan Sampel Indonesia, yang berarti
jumlahnya harus dihitung sejak guru pertama ada sampai sekarang dan
yang akan datang.
Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat
digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang
bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang dan yang akan menjadi guru.
populasi seperti ini disebut juga parameter.
Selain itu, menurut Margono (2004: 119) populasi dapat dibedakan ke
dalam hal berikut ini:
1. Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang
batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil
penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan
terdiri dari guru; berumus 25 tahun sampai dengan 40 tahun, program
S1, jalur skripsi, dan lain-lain.
2. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi
yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru
sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki
karakteristik yang telah ditetapkan dalam populasi teoretis.
Teknik jenis ini sesuai digunakan untuk populasi yang besaran anggotanya dapat kita
tentukan terlebih dahulu. Metode ini menggunakan analisis statistik untuk membantu
penentuan sampel terpilihnya. Terdapat beberapa model atau jenis lain dari teknik
random, yaitu:
Jenis ini melakukan pengambilan sampel secara acak melalui cara yang
sederhana seperti pengundian atau menggunakan pendekatan bilangan acak.
Kelebihan penggunaan metode ini yaitu dapat mengurangi bias atau kecenderungan
berpihak pada anggota populasi tertentu dan dapat mengetahui adanya kesalahan
baku (standard error) dalam penelitian. Sementara itu kelemahan dalam
penggunaan metode ini yaitu rendahnya jaminan mengenai sampel yang terpilih
dapat bersifat representatif atau dapat mewakili populasi yang dituju.
Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:
Setelah sampel pertama didapatkan, nama yang terpilih sebagai sampel tersebut
dikembalikan lagi agar populasi tetap utuh, berjumlah 90 orang.
Pengambilan sampel pada teknik ini menetapkan sampel awal secara acak
kemudian sampel selanjutnya dipilih secara sistematis berdasarkan pola tertentu. Pola
umum dari teknik ini adalah mengambil bilangan kelipatan dari jumlah anggota
populasi dengan jumlah sampel yang akan diambil.
Misalnya, diambil sampel dari populasi dengan jumlah 40 orang yang akan masuk
ke sebuah ruangan. Setiap orang yang masuk ke urutan dari kelipatan 4 akan diambil
sebagai sampel, artinya orang ke-4, 8, 12, 16 dan seterusnya akan dijadikan sampel
penelitian hingga 40 populasi.
Kelebihan dari penggunaan metode ini adalah cara ini lebih cepat, lebih mudah dan
lebih mudah pelaksanaannya dibanding cara lainnya.Cara ini juga memudahkan
peneliti karena memungkinkan kita untuk mengambil sampel di lapangan tanpa harus
menggunakan kerangka sampel.
Kekurangan Metode ini adalah kita tidak dapat memprediksi variasi dari populasi jika
urutan yang dilakukan tidak sepenuhnya acak. Selain itu, jika populasi memiliki
pengulangan karakteristik yang relatif tetap maka sampel akan cenderung sama atau
bersifat seragam.
4. Pengambilan sampel acak berdasar area atau wilayah (cluster random sampling)
Tujuannya antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang
berbeda di dalam suatu wilayah tertentu. Misalnya peneliti ingin mengetahui tingkat
partisipasi masyarakat kota Yogyakarta terhadap program pemerintah daerah. Peneliti
akan menentukan sampel dari wilayah-wilayah yang tersebar di kota Yogyakarta.
Baik pada tingkat kecamatan, desa, hingga dusun.
Non probability
Menurut Supardi (1993) teknik sampling jenis ini sesuai apabila dipilih untuk
populasi yang sifatnya infinit atau besaran anggota populasinya belum atau tidak dapat
ditentukan terlebih dahulu sebelumnya. Macam dari teknik pengambilan sampel jenis
ini antara lain adalah:
1. Purposive Sampling
Kelebihan dari metode ini di antaranya tujuan dari penelitian dapat dengan
mudah terpenuhi, sampel dapat bersifat lebih relevan dengan desain penelitian,
cara ini cenderung lebih murah dan mudah untuk dilaksanakan. Sementara itu
kekurangannya sama dengan teknik pengambilan sampel secara acak yaitu
tidak adanya jaminan bahwa sampel dapat mewakili populasi yang ditentukan.
2. Snowball Sampling
Biasa dikenal juga dengan teknik pengambilan sampel bola salju. Teknik ini
menentukan sampel berdasarkan wawancara dengan sampel sebelumnya atau
dengan cara korespondensi.
Melakukan pengambilan sampel dengan teknik ini artinya kita bisa meminta
informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya,
demikian secara terus menerus hingga akhirnya seluruh kebutuhan sampel
penelitian dapat terpenuhi.
Teknik pengambilan sampel dengan metode bola salju ini sangat cocok untuk
penelitian mengenai hal-hal yang sifatnya cukup sensitif dan membutuhkan
privasi tingkat tinggi dari respondennya. Misal penelitian tentang penyintas
kekerasan seksual, penderita HIV, kelompok waria serta kelompok-kelompok
khusus lainnya.
3. Accidental Sampling
4. Quota Sampling
Misal peneliti menetapkan penelitian dilakukan setiap hari selama satu minggu
dengan menetapkan jumlah sampel penelitian sebanyak 100 orang. Apabila
peneliti pada hari itu telah memenuhi kuota dengan memperoleh 100 orang
maka selesai tugas peneliti untuk mencari sampel penelitian.
Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan
pengambilan sampel secara acak).
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
= derajat kepercayaan
Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu penelitian mencari
faktor determinan pemberian ASI secara eksklusif. Untuk mendapatkan nilai p, kita
harus melihat dari penelitian yang telah ada atau literatur. Dari hasil hasil
penelitian Suyatno (2001) di daerah Demak-Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang
diberi makanan ASI eksklusif sekitar 17,2 %. Ini berarti nilai p = 0,172 dan nilai q = 1
– p. Dengan limit dari error (d) ditetapkan 0,05 dan nilai Alfa = 0,05, maka
jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar:
Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain, maka dapat dilakukan
maximal estimation dengan p = 0,5. Jika ingin teliti teliti maka nilai d sekitar 2,5 %
(0,025) atau lebih kecil lagi. Penyederhanaan Rumus diatas banyak dikenal dengan istilah
Rumus Slovin.
Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel baik case control maupun kohort
adalah sama, terutama jika menggunakan ukuran proporsi. Hanya saja untuk penelitian
khohor, ada juga yang menggunakan ukuran data kontinue (nilai mean).
Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk mencari sampel
minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kadang
kadang peneliti membuat perbandingan antara jumlah sampel kelompok kasus
dan kontrol tidak harus 1 : 1, tetapi juga bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan tujuan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik
Adapun rumus yang banyak dipakai untuk mencari sampel minimal penelitian case-
control adalah sebagai berikut:
Jika nilai p adalah data kontinue (misalnya rata-rata berat badan, tinggi badan, IMT dan
sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi, maka penentuan besar sampel untuk
kelompok dilakukan berdasarkan rumus berikut:
Contoh kasus, misalnya kita ingin mencari sampel minimal pada penelitian tentang
pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan terhadap berat badan bayi.
Dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95 % atau Alfa = 0,05, dan tingkat
kuasa/power 90 % atau ß=0,10, serta kesudahan (outcome) yang diamati adalah berat
badan bayi yang ditetapkan memiliki nilai asumsi SD=0,94 kg, dan estimasi selisih antara
nilai mean kesudahan (outcome) berat badan kelompok tidak terpapar dan kelompok
terpapar selama 4 bulan pertama kehidupan bayi (U0 – U1) sebesar 0,6 kg (mengacu
hasil penelitian Piwoz, et al. 1994), maka perkiraan jumlah minimal sampel yang
dibutuhkan tiap kelompok pengamatan, baik terpapar atau tidak terpapar adalah:
Contoh Hitung Sampel
Case Control dan Kohort
Pada penelitian khohor harus ditambah dengan jumlah lost to follow atau akalepas selama
pengamatan, biasanya diasumsikan 15 %. Pada contoh diatas, maka sampel minimal yang
diperlukan menjadi n= 52 (1+0,15) = 59,8 bayi atau dibulatkan menjadi sebanyak 60 bayi
untuk masing-masing kelompok baik kelompok terpapar ataupun tidak terpapar atau total
120 bayi untuk kedua kelompok tersebut.
2. Non-Probability Sampling
Non-Probability Sampling merupakan teknik pengambilan sampel tidak dipilih
secara acak. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena
kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
Macam-macam Non-Probability Sampling sebagai berikut: