Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TRAUMA DADA

DOSEN PEMBIMBING : NS. OLVIN MANENGKEY, S.KEP.,M.KES

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5 (KELAS BI)

1. Sendra Taalempungan 7. Yunita Feronika Lahea


2. Sri Diane Irene Magisa 8. Hardiyanti Astuti Bojoh
3. Stefa A. B. Tombuku 9. Citra Sarie Soleran
4. Villy Noske Rahel Johanis 10. Distancia Crista Laurence Annis
5. Yani Lolon 11. Regina Caelyta Sompotan
6. Yulvira Dolonseda

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

T.A 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-NYA tugas Askep
Keperawatandaruratan II yang berjudul “Trauma Dada” telah selesai dengan baik.

Dalam penyusunan ini kelompok kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun
dengan bimbingan serta pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak , akhirnya tugas kami
dapat terselesaikan dengan baik. Maka dari itu kami kelompok berterima kasih kepada semua
rekan-rekan yang sudah mendukung dan menopang serta memberi semangat pada kelompok
kami.

Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini belum jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami dari kelompok 5 mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun demi kebaikan
kelompok kami selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami kelompok 5 dan bagi para pembaca.

Manado , September 2022

Penyusun kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………….. i
Daftar isi …………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ………………………………………………………….. 1
B. Rumusan masalah ……………………………………………………….. 2
C. Tujuan …………………………………………………………………… 2
D. Manfaat ……………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi fisiologi ………………………………………………………..…. 3
B. Definisi ……………………………………………………………………… 4
C. Etiologi ………………………………………………………………….….. 5
D. Edpidemiologi ………………………………………………………………. 6
E. Patofisiologi …………………………………………………………..……. 7
F. Manifertasi klinis ……………………………………………………..……. 8
G. Pemeriksaan diagnostic ……………………………………………..……… 8
H. Komplikasi ……………………………………………………………….… 10
I. Penatalaksaaan ……………………………………………………………... 11
J. Pencegahan ……………………………………………………………….…. 11
K. Therapy ……………………………………………………………….……. 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA THORAXS
A. Pengkajian ………………………………………………………………………. 13
B. Pemeriksaan fisik ………………………………………………………………. 15
C. Analisa data …………………………………………………………………….. 17
D. Diagnose keperawatan …………………………………………………………. 20
E. Intervensi …………………………………………………………………………. 21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 27
B. Saran ……………………………………………………………………………… 27
DAFTAR PUTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini trauma melanda dunia bagaikan wabah karena dalam
kehidupan modern penggunaan kendaraan automotif dan senjata api semakin luas.
Sayangnya, penyakit akibat trauma sering diterlantarkan sehingga trauma
merupakan penyebab kematian utama pada kelompok usia muda dan produktif
diseluruh dunia. Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok
umur dibawah 35 tahun. Di Indonesia, trauma merupakan penyebab kematian
nomor empat, tetapi pada kelompok umur 15-25 tahun, merupakan penyebab
kematian utama
Trauma merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Secara
global angka kejadian kasus cedera atau trauma masih cukup tinggi. Berdasarkan
laporan dari WHO (Word Health Organitation) setiap harinya, sekitar 16.500
orang meninggal di seluruh dunia disebabkan oleh semua jenis cedera. Cedera
atau trauma mewakili 12% dari beban keseluruhan penyakit, sehingga cedera juga
merupakan bagian dari penyebab penting ketiga dari kematian secara keseluruhan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010)
Trauma dada merupakan salah satu jenis trauma yang sering terjadi.
Trauma dada yang tidak ditangani dengan benar maka akan menyebabkan
kematian. Pada kasus trauma dada, sebanyak 90% merupakan trauma dada tumpul
dan 10% merupakan trauma yang memerlukan tindakan pembedahan. Kejadian
trauma dada mencapai sekitar ¼ dari jumlah kematian akibat trauma dan
merupakan 1/3 penyebab dari kematian yang terjadi di berbagai rumah sakit
(World Health Organization, 2016).
Angka kematian ini dapat diturunkan melalui upaya pencegahan trauma
dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada korbannya.

1
Perlu diingat bahwa penanggulangan trauma bukan hanya masalah di rumah sakit,
tetapi mencakup penanggulangan menyeluruh yang dimulai di tempat kejadian,
dalam perjalanan ke rumah sakit, dan di rumah sakit. (Pusponegoro, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori trauma thorax?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma thorax?
3. Bagaimana Tindakan keperawatan pada pasien trauma thorax?

C. Tujuan
Diharapkan penulis atau pembaca dapat mengetahui serta dapat
mendemonstrasikan penatalaksanaan penderita trauma thorax

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah
lebih besar dari bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada
bagian depan. Rongga berisi paru-paru dan mediastinum. Mediastinum adalah
ruang di dalam rongga dada di akedua paru-paru. Di dalam rongga dada terdapat
beberapa sistem diantaranya yaitu sistem pernafasan dan peredaran darah. Organ
pernafasan yang terletak dalam rongga dada esofagus dan paru, sedangkan pada
sistem peredaran darah yaitu jantung, pembuluh dan saluran limfe. Pembuluh
darah pada sistem peredaran darah terdiri dari arteri membawa darah dari jantung,
vena yang membawa darah ke jantung dan kapiler merupakan jalan lalu lintas
makanan dan bahan buangan.

Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk


kerucut terdiri sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di
anterior dalam segmen turawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga
memisahkan articulasi sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi
3
membentuk tepi kostal sebab menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan
rongga pleura di atas klavicula dan di organ dalam abdomen penting untuk
dievaluasi pada luka tusuk.
Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan
bantuan dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu
muskulus interkos dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar
sehingga udara akan terhirup melalui trakea dan bronkus. Pleura adalah membran
aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. Terdapat pergerakan
cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Visceralis
menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hil mediastinum
Bersama-sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam dan
diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya
tdengan ekspansi paru-paru normal, hanya ruang potensial yang ada. Diafragma
bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam kartilago dari
vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung
membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari interkostal
mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan
di ventilasi paru-paru selama respirasi biasa/tenang sekitar 75%.

B. Definisi Trauma Dada/Thorax


1. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan
sebagainya (FKUI, 1995). Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada
thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler,
2001).

4
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancun.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa trauma
dada /thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul
maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas
(bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma
dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam
rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa
kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax,
Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.

C. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65%
dan trauma tajam 34.9 %. Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan
kendaraan bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima
jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang,
berputar, dan terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk
mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma
yang berbeda.
Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3
berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk, 11
berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada
tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya
tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan
Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam. Trauma toraks dapat
mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga pleura
saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi
tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera.
5
D. Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada/thorax baik dalam bentuk
kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi/akselerasi), biasanya menyebabkan
memar/jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma
tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru.
Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada jantung,
atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax
juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan flail chest, yaitu
suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan
keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel
pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya
semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada
pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi
sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang
serius.
Sedangkan trauma dada/thorax dengan benda tajam seringkali berdampak
lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda tajam
dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek
pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi
tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada
(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan
tekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jika
tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif
dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax, penurunan ekspansi
paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung. Adapun
gambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut dapat dilihat pada skema

6
E. Pathway

Trauma tajam atau tumpul

Thoraks

Cedera jaringan lunak,


cedera/hilangnya kontinuitas struktur

Perdarahan jaringan interstitium,


pendarahan intra alveolar, kolaps arteri
dan arteri-arteri kecil, hingga tahanan
perifer pembuluh darah paru meningkat

Reabsorbsi adarah oleh pleura tidak


memadai/tidak optimal

Ekspansi paru Hemathoraks Akumulasi cairan


dalam kavum pleura

Gangguan ventilasi Merangsang reseptor


Pemasangan WSD
nyeri pada pleura
viseralis dan parietalis
Ketidakefektifan Thorakdrains bergeser
pola nafas
Diskontinuitas jaringan

Merangsang reseptor
Edema
nyeri pada periver
tracheal/faringeal, Nyeri akut
kulit
peningkatan produksi
secret dan penurunan
kemampuan batuk Resiko infeksi
Ketidakefektifan
efektif kerusakan
bersihan jalan nafas
integritas kulit

7
F. Manifestasi klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009)
yaitu :
a. Temponade jantung
1) Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
2) Gelisah
3) Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
4) Pekak jantung melebar
5) Bunyi jantung melemah
6) Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
7) ECG terdapat low Voltage seluruh lead
8) Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
b. Hematothorax
1) Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
2) Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
c. Pneumothoraks
1) Nyeri dada mendadak dan sesak napas
2) Gagal pernapasan dengan sianosis
3) Kolaps sirkulasi
4) Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
5) Pada auskultasi terdengar bunyi klik

G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari
trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari
kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain lain.
b. Radiologi : Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien
dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan

8
dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius
trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
c. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph
Gas darah dan Ph digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-
pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah
dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar
oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan Analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan
ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah
srteri. Lokasi pengambilan darah yaitu : arteri radialis, arteri brachialis,
arteri femoralis.
Pemeriksaan AGD dan pH tidak hanya dilakukan untuk penegakkan
diagnosis penyakit tertentu, namum pemeriksaan ini juga dapat dilakukan
dalam rangka pemantauan hasil/respon terhadap pemberian
terapi/intervensi kepada klien dengan keadaan nilai AGD dan pH yang
tidak normal baik asidosi maupun alkaliosis, baik respiratori maupun
metabolic. Dari pemantauan yang dilakukan dengan pemeriksaan AGD
dan pH, dapat diketahui ketidakseimbangan sudah terkompensasi atau
belum.
d. CT-Scan
Ct-Scan sangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan streno clavicular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat
diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada
pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum
dilakukan aortografi.
e. Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium,
cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung
ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini
bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan
spesifitasnya hampir 96%.
9
f. EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi
akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma. Adanya
abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi,
tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi
jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit,
hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung.

g. Angiografi

Gold Standard’ untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya


cedera aorta pada trauma tumpul toraks.

h. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.


i. Hb (Hemoglobin) : Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan
oksigen jaringan tubuh.

H. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%,
pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum
20%. Dimana 50-60% pasien dengan kontusio pulmonum yang berat akan
menjadi ARDS. Walaupun angka kematian ARDS menurun dalam decade
terakhir, ARDS masih merupakan salah satu komplikasi trauma toraks yang
sangat serius dengan angka kematian 20-43%.
a. Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks yang
paling sering terjadi. Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding toraks,
perdarahan masih dapat terjadi karena robekan pada pembuluh darah, pada
kuliot subkutan, otot dan pembuluh darah interkosta.
b. Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupun
tidak langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah nyeri, yang
meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau pada saat bergerak.
c. Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta-kosta yang berdekatan
patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah
kostokondral.

10
d. Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering
kalidisertai dengan fraktur kosta multipel.
e. Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang
palingumum terjadi.
f. Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks
pada trauma tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi
dada tiba-tiba menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar
yang dapat menyebabkan rupture alveolus Gejala yang paling umum pada
Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma thorax,
yaitu
a. Primary survey
Dilakukan pada trauma yang mengacam jiwa, pertolongan ini dimulai
dengan menggunakan Teknik ABC (airway, breathing, dan circulation)
b. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan mempertahankan saluran
napas yang paten dengan pemberian oksigen, mengontrol tekanan darah
berdasarkan kondisi pasien.
c. Pemasangan infus
d. Pemeriksaan kesadaran
e. Jika dalam keadaan darurat, dapat dilakukan massage jantung
f. Dalam keadaaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiologi seperti foto
thorax

J. Pencegahan
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari factor
penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak
dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul
serta menghindar dari kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.

11
K. Therapy
a. Chest tube/drainase udara (pneumothorax)
b. WSD (hematotoraks)
c. Pungsi
d. Toraktomi
e. Pemberian oksigen
f. Antibiotic
g. Analgetik
h. Expectorant

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/m. Td : 120/80, akral teraba dingin dan
tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan.
b. Airway : pernafasan ada, nafas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR
35x/m, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
c. Brething : pernafsan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot –
otot pernafasan, pasien sesak dengan RR 35x/m, gangguan pola nafas.
d. Disabily : penurunan kesdaran, kesaaran spoor GCS 8 ( E2V2M4)
e. Exposure : terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral
terba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lainnya baik.
2. Pengkajian sekunder
a. Anamnesis
1) Identitas klien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 30 thn
Alamat : Saronggsong II
Agama : Kristen
Bahasa : Indonesia
Status perkawinan : menikah
Pendidikan : sarjana
Golongan dara :B
No . Register :
Tanggal MRS : 21 mei 2019
Diagnose medis : pulmonalis embolus

13
2) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : saronggong II
Agama : Kristen
Hubungan dengan pasien : istri
3) Keluhan utama
Pasien datang ke RS dengan dengan kecelakaan bermobil, pasien
mengalami penurunan kesadaran da nada bengkak, dan jejas di
bagian dada sebelah kiri.
4) Riwayat kesehatan sekarang
a) Riwayat penyakit sekarang
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke
rumah sakit karena mengalami kecelakaan bermobil.
Pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong
mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah
kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien
tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien
mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal,
auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok.
Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil
pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil
pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi :110x/menit,
RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tanpak
sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas
cuping hidung.
b) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali
mengalami kecelakaan tetapi belum perna separah ini
sampai mengami penurunan kesadaran serta pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun.

14
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak
Kesadaran : Sopor
TTV : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 110x/menit Respirasi : 35x/menit Suhu :
38,7oC

1. Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut baik , bentuk
kepalah simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Anemis, sclera interik, bentuk
simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, pernafsan cuping
hidung, penggunaan otot pernafasan.
4. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : ada lesi dan nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : bentuk simetris, sianosis, serta
keluarnya darah segar dan lender
6. Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak dicurigai fraktur cervikal.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan

15
7. Toraks
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak,
pergerakan dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu
pernapasan.

Palpasi : Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan

Auskultasi : Bunyi napas ronchi, suara ngorok, frekuensi napas


30x/m
Perkusi : Snoring
8. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas

Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik


Auskultas : Bising usus normal 12x/menit

Perkusi : Tympani

9. Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blasé
10. Ekstremitas

- Atas :Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada


jejas ditangan kanan, terpasang infus ditangan kiri,
fleksi dan ekstensi (-)

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


- Bawah : Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

11. Data tambahan pasien


a. Data psikologi

Keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses


keperawatan
b. Data social

Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga yang


selalu menunggu klien.

16
c. Data spiritual

Klien beragama islam, keluarga selalu berdoa untuk


kesembuhan klien.
C. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds :- Penolong mengatakan pasien Hematoraks Ketidakefek
muntah darah tifan
Do : - suara napas ngorok Ekspensi paru bersihan
- Terdapat lendir dan gumpalan jalan napas
darah di mulut pasien Gangguan
- Frekuensi napas 35x/menit ventilasi

2 Ds : - Penolong mengatakan dada Trauma thorak Gangguan


korban membentur stir mobil pola napas
sebelum mengalami penurunan Reabsorsi darah
kesadaran
Hemathorak
- Penolong mengtakan pasien
bernapas cepat (sesak) Do : - Suara
Ekspensi paru
napas ronchi

- Pasien bernapas menggunakan


Gangguan
cuping hidung dan oto-otot ventilasi
pernapasan

- Frekuensi napas 30x/menit

17
3 Ds : - penolong mengatakan bahwa Trauma thorak Gangguan
pasien sebelum tak sadarkan pertukaran
diri mengalami muntah darah gas

Do : - Terdapat gumpalan darah di area


mulut dan menggangu Perdarahan
jaringan
proses ventilasi intersitium
- Suara napas ngorok
- Pasien tampak sesak, pucat Reabsorsi darah
- Napas cepat dan dangkal
dengan frekuensi nadi
35x/menit
Hemathorak
Pemeriksaan AGD : Saturasi 85%.

Ekspensi paru

Gangguan

18
4 Ds : - penolong mengatakan bahwa Trauma tajam dan
pasien mengalami kecelakaan trauma tumpul
bermobil dengan posisi
dada membentur stir mobil
Trauma thorak
kemudian mengalami penurunan
kesadaran

Do :- Pasien mengalami penurunan


kesadaran Perdarahan
jaringan
- Terdapat bengkak dan jejas di
intersitium
dada

- Pemeriksaan gcs 8 kesadaran


sopor Reabsorsi darah

- Tampak sianosis, dan pucat


- Akral teraba dingin
- SPo2 85% Hemathorak
- CRT > 3 detik
- Pemeriksaan ttv :
TD :120/80 mmHg
Gangguan
N : 110x/m ventilasi
P : 35x/m
- S : 38,7oc

19
5 Ds : - Penolong mengatakan ada Trauma thorak Nyeri dada
bengkak dan jejas di bagian dada
pasien Perda rahan

- Penolong mengatakan dada jaringan

pasien membentur stir intersitium

Do : - Tampak ada bengkak dan jejas


Reabsorsi darah
di dada pasien

- Pengkajian PQRST Hemathorak


Region : Tampak ada bengkak dan
jejas didada pasien sebelah Merangsang
kiri reseptor nyeri
dada pleura
viseralis dan
perientalis

Diskontonuitas
jaringan

D. Diagnosa keperawatan
1.Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang
berlebih, gumpalan darah yang menghalangi pernapasan
2. Gangguan pola napas, dispneu berhubungan dengan penurunan
kemampuan paru
3.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
4.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi sumbatan dan
suplai oksigen turun dalam jaringan
5. Nyeri dada berhubungan dengan bengkak, jejas dan infark paru-paru

20
E. Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o keperawatan
1 Ketidakefektifan Status pernapasan : pertukaran - Pastikan kebutuhan
bersihan jalan napas gas - oral/suction
berhubungan Airway status - Auskultasi suara
dengan secret yang - napas sebelum dan
Kriteria hasil :
berlebih, gumpalan - sesudah suction
- Suara napas bersih, tidak ada - Berikan oksigen menggunakan nasal
darah yang
sianosis, mampu bernapas kanul
menghalangi
dengan mudah Menunjukan - Monitor status napas dan oksigen
pernapasan
jalan napas yang pasten (irama Buka jalan napas gunakan tekhnik chin
Definisi : napas dalam rentang normal, lift Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Ketidakmampuan tidak ada suara napas ventilasikeluarkan secret dengan cara:
untuk abnormal) Suction
membersihkan
- Mampu mengidentifikasi dan
Monitor respirasi dan status oksigen
sekresi atau
mencegah faktor yang
obstruksi dari menghambat jalan napas
saluran pernapasan
untuk
mempertahankan
kebersihan jalan
napas

21
2. Gangguan pola Respiratory Status : Airway Management
napas, dispneu ventilation - Buka jalan nafas, gunakan
berhubungan dengan teknik chin lift atau jaw thrust bila
Respiratory Status : perlu
penurunan
airway patency - Posisikan pasien untuk
kemampuan paru memaksimalkan ventilasi
Vital Sign Status
Definisi : Inspirasi - Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
dan / ekspirasi yang
Kriteria Hasil : - Keluarkan secret dengan batuk
tidak memberi atau suction
- Mendemonstrasi kan
ventilasi - Auskultasi suara nafas, catat
batuk efektif dan
adanya suara tambahan
suara napas yang
- Atur intake untuk cairan
bersih, tidak ada mengoptimalkan keseimbangan
sianosis dan - Monitor respirasi dan status
dyspneu (mampu O2.

mengeluarkan Respiratory Monitoring


sputum, mampu - Monitoring
ratarata,kedalaman, irama dan
bernafas dngan
usaha Respirasi
mudah, tidak ada
- Catat gerakan dada, amati
pursed lips)
kesimetrisan, penggunaan otot
- Menunjukkan jalan
tambahan, retraksi otot
nafas yang paten
supraclavicular dan intercostals
(klien tidak merasa
tercekik, irama - Monitor suara nafas seperti
napas, frekuansi dengkur
pernafasan dalam, - Auskultasi suara nafas, catat
rentang normal, area penurunan/tidak adanya
tidak ada suara
ventilasi dan suara tambahan
nafas abnormal)
- Auskultasi suara paru setelah
- Tanda tanda vital
tindakan untuk mengetahui
dalam rentang
hasilnya.
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)

22
3 Gangguan pertukaran Respiratory Status : Airway Management
gas berhubungan Gas exchange
dengan - Buka jalan nafas, gunakan
Respiratory Status: teknik chin lift atau jaw thrust
ketidakseimbangan ventilation bila perlu

ventilasi dan perfusi - Posisikan pasien untuk


Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada jika
Kriteria Hasil : perlu
- Mendemonstrasi kan - Keluarkan secret dengan batuk atau
Definisi:kelebihan
peningkatan ventilasi dan suction
atau defisit pada
oksigenasi yang adekuat - Auskultasi suara nafas, catat
oksigenasi dan/atau adanya suara tambahan
Memelihara kebersihan paru
eliminasi karbon - Atur intake untuk cairan
paru dan bebas dari tanda mengoptimalkan keseimbangan
dioksida pada
tanda distress pernafasan - Monitor respirasi dan status
membran
O2.
alveolarkapiler. - Mendemonstras ikan batuk
Respiratory Monitoring
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
- Monitoring ratarata,kedalaman,
dyspneu (mampu irama dan usaha respirasi
mengeluarkan sputum, - Catat gerakan dada, amati
mampu bernafas dengan kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
mudah, tidak ada pursed lips) supraclavicular dan intercostals

- Tanda tanda vital - Monitor suara nafas seperti


dengkur
dalam rentang normal.
- Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan/tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
- Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya.

23
4 Gangguan perfusi Energy conservation activity therapy
jaringan Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga
Self care : ADLs medis dalam merencanakan
berhubungan dengan
program terapi yang tepat
suplai oksigen dalam
Kriteria hasil : - Bantu klien untuk
jaringan. mengidentifikasi aktivitas
Berpartisipasi dalam yang mampu dilakukan

aktivitas fisik tanpa - Bantu untuk memilih aktivitas


Definisi : disertai peningkatan konsisten yang sesuai dengan
Ketidakcukupan tekanan darah, nadi kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
energi psikologis atau dan RR
fisiologis untuk - Bantu untuk mendapatkan alat
Mampu melakukan aktivitas bantuan aktivitas seperti kusi
melanjutkan atau
seharihari (ADLs) secara roda, krek
menyelesaikan
mandiri - Bantu untuk membuat jadwal
aktifitas kehidupan
latihan diwaktu luang
sehari-hari yang harus Tanda-tanda vital normal
- Bantu pasien/keluarga untuk
atau yang Energy psikomotor mengidentifikasi kekurangan
Level kelemahan dalam beraktivitas.
ingin dilakukan.
Mampu berpindah : dengan
atau tanpa bantuan alat
Status kardiopulmonari adekuat
Sirkulasi status baik

24
5 Nyeri dada Pain level Pain management
berhubungan dengan Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
infark paru-paru . secara komprehensif termasuk
Comfort level
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
Kriteria hasil : faktor presipitasi
Definisi:
Mampu mengontrol nyeri - Observasi reaksi nonverbal
pengalaman
(tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
sensori dan
mampu mengguanakan - Gunakan tehnik komunikasi
emosional yang
tehnik nonfarmakologi teraupetik untuk mengetahui
tidak pengalaman
untuk mengurangi nyeri,
menyenangkan nyeri pasien
mencari bantuan)
yang muncul
- Kaji kultur yang
akibat kerusakan Melaporkan bahwa nyeri
mempengaruhi respon nyeri
berkurang dengan
jaringan yang - Evaluasi pengalaman
menggunakan
aktual atau
nyeri masa lampau
potensial atau manajemen nyeri
- Evaluasi bersama pasien
digambarkan Mampu mengenali nyeri dan tim kesehatan lain
dalam hal (skala, intensitas, tentang ketidakefektifan
kerusakan frekuensi dan tanda kontrol nyeri masa lampau
sedimikian rupa nyeri) Analgesic administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
Menyatakan rasa nyaman
kualitas dan derajat nyeri sebelum
setelah nyeri berkurang pemberian obat
- Cek intruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi

- Pilih analgesik yang diperlukan


atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu

- Tentukan pilihan analgesik


tergantung tipe dan beratnya
nyeri

25
- Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur.

E. Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari


perilaku keperawatan keperawatan di mana tindakan tang di perlukan untuk tujuan dan
hasil yang di perkirakan dari asuhan keperawatan di lakukan dan di selesaikan.
Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan. Namun, demikian,
banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin di mulai secara
langsung setelah pengkajian ( potter & perry, 2010)

F. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap achier dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang di buat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesimnambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lain. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteri hasil, klien bisa keluar dari siklus keperawatan. Jika
sebaiknya klien akan masuk kembali ke dalam sikluks tersebut mulai dari pengkajian
ulang( reassessment ). Secara umum, evaluasi di tunjuk untuk :
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
c. mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
( amadi, 2008)

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
karena gejala-gejala umum dan rancu (Sudoyo, 2010)
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota
besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang
disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma
toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan
kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15%
penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar
hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian
(Sudoyo, 2010).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru- paru, diafragma ataupun
isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan
gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini
bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna
evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Plasay, dkk. 2016. Hubungan antara waktu penatalaksanaan kegawatdaruratan medis


dengan kematian lanjut pada penderita trauma mayor.

2. Harsismanto. 2018. Asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien trauma thoraks
(hemathoraks)
https://www.researchgate.net/publication/330357547_ASKEP_TRAUMA_THORAKS_
HEMATHORAKS (diakses tanggal 27 September 2022)

3. Yunitasari, dkk. 2014. Trauma dada.


https://www.academia.edu/8836065/MAKALAH_TRAUMA_DADA (diakses tanggal
27 September 2022)

4. Anci. 2011. Anatomi dan fungsi thoras. https://id.scribd.com/doc/59853400/Anatomi-


Dan-Fungsi-Thorax (diakses tanggal 27 September 2022)

5. SYIFA 2011. Trauma dada. https://id.scribd.com/doc/62553414/Makalah-Trauma-Dada


(diakses tanggal 27 September 2022)

6. FAJRY DKK, 2020. Konsep kegawatdaruratan pada kasus trauma dada.


https://id.scribd.com/document/524584109/makalah-trauma-dada (diakses tanggal 27
September 2022)

7. Inggriani, dkk. 2013. Trauma dada


https://www.academia.edu/9402455/ASUHAN_KEPERAWATAN_DENGAN_KASUS_
TRAUMA_DADA (diakses tanggal 27 September 2022)

28

Anda mungkin juga menyukai