TRAUMA DADA
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEPERAWATAN
T.A 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-NYA tugas Askep
Keperawatandaruratan II yang berjudul “Trauma Dada” telah selesai dengan baik.
Dalam penyusunan ini kelompok kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun
dengan bimbingan serta pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak , akhirnya tugas kami
dapat terselesaikan dengan baik. Maka dari itu kami kelompok berterima kasih kepada semua
rekan-rekan yang sudah mendukung dan menopang serta memberi semangat pada kelompok
kami.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini belum jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami dari kelompok 5 mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun demi kebaikan
kelompok kami selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami kelompok 5 dan bagi para pembaca.
Penyusun kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………….. i
Daftar isi …………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ………………………………………………………….. 1
B. Rumusan masalah ……………………………………………………….. 2
C. Tujuan …………………………………………………………………… 2
D. Manfaat ……………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi fisiologi ………………………………………………………..…. 3
B. Definisi ……………………………………………………………………… 4
C. Etiologi ………………………………………………………………….….. 5
D. Edpidemiologi ………………………………………………………………. 6
E. Patofisiologi …………………………………………………………..……. 7
F. Manifertasi klinis ……………………………………………………..……. 8
G. Pemeriksaan diagnostic ……………………………………………..……… 8
H. Komplikasi ……………………………………………………………….… 10
I. Penatalaksaaan ……………………………………………………………... 11
J. Pencegahan ……………………………………………………………….…. 11
K. Therapy ……………………………………………………………….……. 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA THORAXS
A. Pengkajian ………………………………………………………………………. 13
B. Pemeriksaan fisik ………………………………………………………………. 15
C. Analisa data …………………………………………………………………….. 17
D. Diagnose keperawatan …………………………………………………………. 20
E. Intervensi …………………………………………………………………………. 21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 27
B. Saran ……………………………………………………………………………… 27
DAFTAR PUTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini trauma melanda dunia bagaikan wabah karena dalam
kehidupan modern penggunaan kendaraan automotif dan senjata api semakin luas.
Sayangnya, penyakit akibat trauma sering diterlantarkan sehingga trauma
merupakan penyebab kematian utama pada kelompok usia muda dan produktif
diseluruh dunia. Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok
umur dibawah 35 tahun. Di Indonesia, trauma merupakan penyebab kematian
nomor empat, tetapi pada kelompok umur 15-25 tahun, merupakan penyebab
kematian utama
Trauma merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Secara
global angka kejadian kasus cedera atau trauma masih cukup tinggi. Berdasarkan
laporan dari WHO (Word Health Organitation) setiap harinya, sekitar 16.500
orang meninggal di seluruh dunia disebabkan oleh semua jenis cedera. Cedera
atau trauma mewakili 12% dari beban keseluruhan penyakit, sehingga cedera juga
merupakan bagian dari penyebab penting ketiga dari kematian secara keseluruhan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010)
Trauma dada merupakan salah satu jenis trauma yang sering terjadi.
Trauma dada yang tidak ditangani dengan benar maka akan menyebabkan
kematian. Pada kasus trauma dada, sebanyak 90% merupakan trauma dada tumpul
dan 10% merupakan trauma yang memerlukan tindakan pembedahan. Kejadian
trauma dada mencapai sekitar ¼ dari jumlah kematian akibat trauma dan
merupakan 1/3 penyebab dari kematian yang terjadi di berbagai rumah sakit
(World Health Organization, 2016).
Angka kematian ini dapat diturunkan melalui upaya pencegahan trauma
dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada korbannya.
1
Perlu diingat bahwa penanggulangan trauma bukan hanya masalah di rumah sakit,
tetapi mencakup penanggulangan menyeluruh yang dimulai di tempat kejadian,
dalam perjalanan ke rumah sakit, dan di rumah sakit. (Pusponegoro, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori trauma thorax?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma thorax?
3. Bagaimana Tindakan keperawatan pada pasien trauma thorax?
C. Tujuan
Diharapkan penulis atau pembaca dapat mengetahui serta dapat
mendemonstrasikan penatalaksanaan penderita trauma thorax
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah
lebih besar dari bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada
bagian depan. Rongga berisi paru-paru dan mediastinum. Mediastinum adalah
ruang di dalam rongga dada di akedua paru-paru. Di dalam rongga dada terdapat
beberapa sistem diantaranya yaitu sistem pernafasan dan peredaran darah. Organ
pernafasan yang terletak dalam rongga dada esofagus dan paru, sedangkan pada
sistem peredaran darah yaitu jantung, pembuluh dan saluran limfe. Pembuluh
darah pada sistem peredaran darah terdiri dari arteri membawa darah dari jantung,
vena yang membawa darah ke jantung dan kapiler merupakan jalan lalu lintas
makanan dan bahan buangan.
4
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancun.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa trauma
dada /thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul
maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas
(bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma
dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam
rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa
kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax,
Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.
C. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65%
dan trauma tajam 34.9 %. Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan
kendaraan bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima
jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang,
berputar, dan terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk
mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma
yang berbeda.
Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3
berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk, 11
berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada
tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya
tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan
Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam. Trauma toraks dapat
mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga pleura
saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi
tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera.
5
D. Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada/thorax baik dalam bentuk
kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi/akselerasi), biasanya menyebabkan
memar/jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma
tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru.
Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada jantung,
atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax
juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan flail chest, yaitu
suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan
keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel
pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya
semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada
pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi
sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang
serius.
Sedangkan trauma dada/thorax dengan benda tajam seringkali berdampak
lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda tajam
dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek
pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi
tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada
(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan
tekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jika
tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif
dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax, penurunan ekspansi
paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung. Adapun
gambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut dapat dilihat pada skema
6
E. Pathway
Thoraks
Merangsang reseptor
Edema
nyeri pada periver
tracheal/faringeal, Nyeri akut
kulit
peningkatan produksi
secret dan penurunan
kemampuan batuk Resiko infeksi
Ketidakefektifan
efektif kerusakan
bersihan jalan nafas
integritas kulit
7
F. Manifestasi klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009)
yaitu :
a. Temponade jantung
1) Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
2) Gelisah
3) Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
4) Pekak jantung melebar
5) Bunyi jantung melemah
6) Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
7) ECG terdapat low Voltage seluruh lead
8) Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
b. Hematothorax
1) Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
2) Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
c. Pneumothoraks
1) Nyeri dada mendadak dan sesak napas
2) Gagal pernapasan dengan sianosis
3) Kolaps sirkulasi
4) Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
5) Pada auskultasi terdengar bunyi klik
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari
trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari
kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain lain.
b. Radiologi : Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien
dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan
8
dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius
trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
c. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph
Gas darah dan Ph digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-
pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah
dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar
oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan Analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan
ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah
srteri. Lokasi pengambilan darah yaitu : arteri radialis, arteri brachialis,
arteri femoralis.
Pemeriksaan AGD dan pH tidak hanya dilakukan untuk penegakkan
diagnosis penyakit tertentu, namum pemeriksaan ini juga dapat dilakukan
dalam rangka pemantauan hasil/respon terhadap pemberian
terapi/intervensi kepada klien dengan keadaan nilai AGD dan pH yang
tidak normal baik asidosi maupun alkaliosis, baik respiratori maupun
metabolic. Dari pemantauan yang dilakukan dengan pemeriksaan AGD
dan pH, dapat diketahui ketidakseimbangan sudah terkompensasi atau
belum.
d. CT-Scan
Ct-Scan sangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan streno clavicular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat
diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada
pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum
dilakukan aortografi.
e. Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium,
cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung
ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini
bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan
spesifitasnya hampir 96%.
9
f. EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi
akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma. Adanya
abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi,
tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi
jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit,
hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung.
g. Angiografi
H. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%,
pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum
20%. Dimana 50-60% pasien dengan kontusio pulmonum yang berat akan
menjadi ARDS. Walaupun angka kematian ARDS menurun dalam decade
terakhir, ARDS masih merupakan salah satu komplikasi trauma toraks yang
sangat serius dengan angka kematian 20-43%.
a. Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks yang
paling sering terjadi. Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding toraks,
perdarahan masih dapat terjadi karena robekan pada pembuluh darah, pada
kuliot subkutan, otot dan pembuluh darah interkosta.
b. Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupun
tidak langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah nyeri, yang
meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau pada saat bergerak.
c. Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta-kosta yang berdekatan
patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah
kostokondral.
10
d. Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering
kalidisertai dengan fraktur kosta multipel.
e. Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang
palingumum terjadi.
f. Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks
pada trauma tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi
dada tiba-tiba menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar
yang dapat menyebabkan rupture alveolus Gejala yang paling umum pada
Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma thorax,
yaitu
a. Primary survey
Dilakukan pada trauma yang mengacam jiwa, pertolongan ini dimulai
dengan menggunakan Teknik ABC (airway, breathing, dan circulation)
b. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan mempertahankan saluran
napas yang paten dengan pemberian oksigen, mengontrol tekanan darah
berdasarkan kondisi pasien.
c. Pemasangan infus
d. Pemeriksaan kesadaran
e. Jika dalam keadaan darurat, dapat dilakukan massage jantung
f. Dalam keadaaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiologi seperti foto
thorax
J. Pencegahan
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari factor
penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak
dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul
serta menghindar dari kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
11
K. Therapy
a. Chest tube/drainase udara (pneumothorax)
b. WSD (hematotoraks)
c. Pungsi
d. Toraktomi
e. Pemberian oksigen
f. Antibiotic
g. Analgetik
h. Expectorant
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/m. Td : 120/80, akral teraba dingin dan
tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan.
b. Airway : pernafasan ada, nafas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR
35x/m, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
c. Brething : pernafsan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot –
otot pernafasan, pasien sesak dengan RR 35x/m, gangguan pola nafas.
d. Disabily : penurunan kesdaran, kesaaran spoor GCS 8 ( E2V2M4)
e. Exposure : terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral
terba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lainnya baik.
2. Pengkajian sekunder
a. Anamnesis
1) Identitas klien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 30 thn
Alamat : Saronggsong II
Agama : Kristen
Bahasa : Indonesia
Status perkawinan : menikah
Pendidikan : sarjana
Golongan dara :B
No . Register :
Tanggal MRS : 21 mei 2019
Diagnose medis : pulmonalis embolus
13
2) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : saronggong II
Agama : Kristen
Hubungan dengan pasien : istri
3) Keluhan utama
Pasien datang ke RS dengan dengan kecelakaan bermobil, pasien
mengalami penurunan kesadaran da nada bengkak, dan jejas di
bagian dada sebelah kiri.
4) Riwayat kesehatan sekarang
a) Riwayat penyakit sekarang
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke
rumah sakit karena mengalami kecelakaan bermobil.
Pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong
mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah
kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien
tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien
mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal,
auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok.
Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil
pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil
pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi :110x/menit,
RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tanpak
sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas
cuping hidung.
b) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali
mengalami kecelakaan tetapi belum perna separah ini
sampai mengami penurunan kesadaran serta pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun.
14
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak
Kesadaran : Sopor
TTV : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 110x/menit Respirasi : 35x/menit Suhu :
38,7oC
1. Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut baik , bentuk
kepalah simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Anemis, sclera interik, bentuk
simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, pernafsan cuping
hidung, penggunaan otot pernafasan.
4. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : ada lesi dan nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : bentuk simetris, sianosis, serta
keluarnya darah segar dan lender
6. Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak dicurigai fraktur cervikal.
15
7. Toraks
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak,
pergerakan dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu
pernapasan.
Perkusi : Tympani
9. Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blasé
10. Ekstremitas
16
c. Data spiritual
17
3 Ds : - penolong mengatakan bahwa Trauma thorak Gangguan
pasien sebelum tak sadarkan pertukaran
diri mengalami muntah darah gas
Ekspensi paru
Gangguan
18
4 Ds : - penolong mengatakan bahwa Trauma tajam dan
pasien mengalami kecelakaan trauma tumpul
bermobil dengan posisi
dada membentur stir mobil
Trauma thorak
kemudian mengalami penurunan
kesadaran
19
5 Ds : - Penolong mengatakan ada Trauma thorak Nyeri dada
bengkak dan jejas di bagian dada
pasien Perda rahan
Diskontonuitas
jaringan
D. Diagnosa keperawatan
1.Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang
berlebih, gumpalan darah yang menghalangi pernapasan
2. Gangguan pola napas, dispneu berhubungan dengan penurunan
kemampuan paru
3.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
4.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi sumbatan dan
suplai oksigen turun dalam jaringan
5. Nyeri dada berhubungan dengan bengkak, jejas dan infark paru-paru
20
E. Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o keperawatan
1 Ketidakefektifan Status pernapasan : pertukaran - Pastikan kebutuhan
bersihan jalan napas gas - oral/suction
berhubungan Airway status - Auskultasi suara
dengan secret yang - napas sebelum dan
Kriteria hasil :
berlebih, gumpalan - sesudah suction
- Suara napas bersih, tidak ada - Berikan oksigen menggunakan nasal
darah yang
sianosis, mampu bernapas kanul
menghalangi
dengan mudah Menunjukan - Monitor status napas dan oksigen
pernapasan
jalan napas yang pasten (irama Buka jalan napas gunakan tekhnik chin
Definisi : napas dalam rentang normal, lift Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Ketidakmampuan tidak ada suara napas ventilasikeluarkan secret dengan cara:
untuk abnormal) Suction
membersihkan
- Mampu mengidentifikasi dan
Monitor respirasi dan status oksigen
sekresi atau
mencegah faktor yang
obstruksi dari menghambat jalan napas
saluran pernapasan
untuk
mempertahankan
kebersihan jalan
napas
21
2. Gangguan pola Respiratory Status : Airway Management
napas, dispneu ventilation - Buka jalan nafas, gunakan
berhubungan dengan teknik chin lift atau jaw thrust bila
Respiratory Status : perlu
penurunan
airway patency - Posisikan pasien untuk
kemampuan paru memaksimalkan ventilasi
Vital Sign Status
Definisi : Inspirasi - Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
dan / ekspirasi yang
Kriteria Hasil : - Keluarkan secret dengan batuk
tidak memberi atau suction
- Mendemonstrasi kan
ventilasi - Auskultasi suara nafas, catat
batuk efektif dan
adanya suara tambahan
suara napas yang
- Atur intake untuk cairan
bersih, tidak ada mengoptimalkan keseimbangan
sianosis dan - Monitor respirasi dan status
dyspneu (mampu O2.
22
3 Gangguan pertukaran Respiratory Status : Airway Management
gas berhubungan Gas exchange
dengan - Buka jalan nafas, gunakan
Respiratory Status: teknik chin lift atau jaw thrust
ketidakseimbangan ventilation bila perlu
23
4 Gangguan perfusi Energy conservation activity therapy
jaringan Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga
Self care : ADLs medis dalam merencanakan
berhubungan dengan
program terapi yang tepat
suplai oksigen dalam
Kriteria hasil : - Bantu klien untuk
jaringan. mengidentifikasi aktivitas
Berpartisipasi dalam yang mampu dilakukan
24
5 Nyeri dada Pain level Pain management
berhubungan dengan Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
infark paru-paru . secara komprehensif termasuk
Comfort level
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
Kriteria hasil : faktor presipitasi
Definisi:
Mampu mengontrol nyeri - Observasi reaksi nonverbal
pengalaman
(tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
sensori dan
mampu mengguanakan - Gunakan tehnik komunikasi
emosional yang
tehnik nonfarmakologi teraupetik untuk mengetahui
tidak pengalaman
untuk mengurangi nyeri,
menyenangkan nyeri pasien
mencari bantuan)
yang muncul
- Kaji kultur yang
akibat kerusakan Melaporkan bahwa nyeri
mempengaruhi respon nyeri
berkurang dengan
jaringan yang - Evaluasi pengalaman
menggunakan
aktual atau
nyeri masa lampau
potensial atau manajemen nyeri
- Evaluasi bersama pasien
digambarkan Mampu mengenali nyeri dan tim kesehatan lain
dalam hal (skala, intensitas, tentang ketidakefektifan
kerusakan frekuensi dan tanda kontrol nyeri masa lampau
sedimikian rupa nyeri) Analgesic administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
Menyatakan rasa nyaman
kualitas dan derajat nyeri sebelum
setelah nyeri berkurang pemberian obat
- Cek intruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
25
- Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur.
E. Implementasi
F. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap achier dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang di buat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesimnambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lain. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteri hasil, klien bisa keluar dari siklus keperawatan. Jika
sebaiknya klien akan masuk kembali ke dalam sikluks tersebut mulai dari pengkajian
ulang( reassessment ). Secara umum, evaluasi di tunjuk untuk :
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
c. mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
( amadi, 2008)
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
karena gejala-gejala umum dan rancu (Sudoyo, 2010)
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota
besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang
disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma
toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan
kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15%
penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar
hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian
(Sudoyo, 2010).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru- paru, diafragma ataupun
isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan
gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini
bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna
evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
2. Harsismanto. 2018. Asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien trauma thoraks
(hemathoraks)
https://www.researchgate.net/publication/330357547_ASKEP_TRAUMA_THORAKS_
HEMATHORAKS (diakses tanggal 27 September 2022)
28